DOSEN PENGAMPUH :
Ir. Dance Tangkesalu, MP
KELOMPOK 1 :
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nyalah tugas kelompok ini bisa di selesaikan dengan tepat waktu yang
berjudul “ sistem manajemen agribisnis komoditi kopi “
Tugas kelompok ini merupakan salah satu tugas yang di berikan untuk
menyelesaikan pembelajaran Mata Kuliah Manajemen agribisnis tanaman
perkebunan. Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang di miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari bapak dosen sangat di harapkan demi
penyempurnaan laporan ini.
Dan saya juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam kehidupannya.Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya.
Penyusun , 2021
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL. ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI. .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah. ........................................................................ 4
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Prospek tanaman kopi ............................................................................ 5
2.2 Karakteristik komoditi kopi arabika ....................................................... 7
iv
v
I. PENDAHULUAN
1
alkali CaCO, menghasilkan cita rasa kopi yang seimbang, terutama dalam hal
keharuman. Semakin rendah kandungan kafein, asam dan lemak pada kopi hasil
fermentasi maka berbanding terbalik dengan nilai rasa dan keharuman bubuk kopi
yang dihasilkan.
Para pecandu kopi bagaikan dilema karena di satu sisi kopi mengandung
antosianin yang baik bagi kesehatan tapi di sisi lain kafein yang terkandung pada
kopi dapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi berlebihan. Satu terobosan
baru untuk menghasilkan minuman kopi tapi tidak berkafein, yaitu dengan
memanfaatkan biji petai cina dan ketan hitam. Kedua bahan tersebut mengandung
antosianin tinggi seperti kopi, aman dikonsumsi dan mudah didapatkan di alam.
Daerah Jawa petai cina dike dengan sebutan lamtoro atau tanaman
melanding. Petai cina (Leucaena leucocephala) mengandung alkoloid, saponin,
flavoloid, tanin, mimosin, leukanin, protein, asam lemak dan serat. Biji petai cina
dapat berkhasiat sebagai obat cacing (Direkbusaracom, 2004). Biji petai cina atau
lamtoro mempunyai potensi yang besar sebagai sumber bahan pangan alternatif.
Kadar karbohidrat, lemak, protein lamtoro gung yang diolah menjadi kecap
dibandingkan dengan hasil pengolahan kedelai oleh Rhizophus oryzae (Septiani,
2004).
2
karena merupakan salah satu varietas dari padi. Ketan hitam merupakan salah satu
komoditi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, antioksidan,
saenyawa bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan (Yanuar, 2009). Menurut
departemen gizi, dalam 100 g ketan hitam mengandung 17,4 g karbohidrat, 6,7 g
protein, 0,7 g lemak, 12 g kalsium, 148 g posfor, 0,8 g besi, 0,16 g vitamin B1 dan
12 g air. Di lingkungan masyarakat ketan hitam cenderung hanya dibuat olahan
makanan fermentasi, yakni tape ketan.
Zingiber officinale var roscoe (jabe putih besar) yang berumur 8-10 bulan
digunakan dalam pembuatan jahe kering umumnya digunakan sebagai bahan baku
puding, biskuit, roti, ginger ale, ginger wine. Rimpang jahe mengandung dua
bagian utama yaitu minyak volatil yang membawa aroma dan gingerol sebagai
pembawa rasa pedas. Menurut pendapat Friedli dalam Aminah (2004),
menyatakan bahwa kandungan jahe meliputi minyak volatil, oleoresin (gingerol,
shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik, vitamin B6, vitamin C, kalsium,
magnesium, fosfor, natrium dan asam linolenik.. Menurut Sheuler dalam Aminah
(2004), mengemukakan bahwa jahe mempunyai beberapa manfaat yaitu sebagai
antioksidan dan antikanker. Jahe merupakan salah satu bahan pangan yang
mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga
termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam mencegah kanker karena
terbukti memiliki antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi.
Dalam penelitian ini digunakan jahe sebagai bahan aroma untuk kopi non
kafein. Aroma dalam suatu sistem pangan salah satunya ditentukan oleh
perbandingan komponen bahan. Jahe mempunyai aroma atau bau harum yang
khas dan kuat karena adanya komponen minyak atsiri yang bersifat volatil. Aroma
jahe masih terasa kuat meskipun jahe sudah di olah menjadi suatu produk tertentu.
Dari uraian tersebut maka jahe dapat digunakan sebagai aroma minuman kopi non
kafein. Petai cina dan ketan hitam tidak mengandung kafein sehingga aman untuk
dikonsumsi sebagai bahan dasar pembuatan kopi. Dengan terciptanya produk
minuman kopi non kafein, para pecandu kopi dapat menikmati kopi setiap saat
sepuasnya tanpa harus khawatir dampak negatif kafein. Berdasarkan latar
3
belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang "Optimalisasi Minuman Kopi
Non Kafein dari Bahan Dasar Petai Cina dengan Penambahan Ketan Hitam dan
Jahe Sebagai Aroma".
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah maka tujuan dari laporan ini
adalah :
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Karakteristik Produk Pertanian (Agri input)
Sifat produk pertanian adalah musiman, cepat rusak dan tersebar dalam
beberapa lokasi serta tidak dapat di produksi seragam secara maksimal.
pemasaran pertanian di anggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, kal ini
ditinjau dari karakteristik produk pertanian yakni, 1. produk pertanian gampang
rusak,2. pada umumnya produk pertanian dapat dikatakan homogeny, 3. produk
pertanian banyak memakan tempat, 4. produk pertanian memerlukan proses
pengolahan lebih lanjut, 5. rasio biaya tetap dan biaya variable secara langsung
berpengaruh terhadap respon penawaran produsen (Sudiyono, 2004).
1. yang dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan pengawetan. Produk
mudah rusak, oleh sebab itu produk harus memulai.
2. Dalam melakukan aktivitas penjualan maupun pembelian produk pertanian
pertanian,penjualan dan pembeli dihadapkan pada berbagai
tinggkat"barang", tetapi secara umum produk dapat diaktakan homogen.
Produk banyak memakan tempat dengan nilai dibandingkan produk-
produk non-pertanian,sehingga berpengaruh terhadap fasilitas-fasilitas
pemasaran yang harus disediakan oleh-lembaga pemasaran. Jika sewa
ruangan atau pengepakan.
3. produk pertanian lebih mahal dapat memungkinkan lembaga pemasaran
dapat berpindah usaha pada komoditas nlainnya.
4. Produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut.
5. Rasio biaya tetap dan rasio biaya secara langsung berpengaruh terhadap
respon penawaran produsen,yaitu mengenai kemiringan dan posisi kurva
penawaran pasar. Oleh karena itu karakteristik pemasaran pertanian harus
dipertimbangkan sebagai disiplin ilmu.
6
2.2 karakteristik komoditi kopi robusta
7
b. Subsistem usahatani
Usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil
perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan.
Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah petani, peternak, pengusaha tambak
dan lain-lain.
c. Subsistem pengolahan hasil pertanian/Agroindustri
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usahatani, pengolahan, dan penyimpanan. Pelaku kegiatan subsistem ini
adalah pengumpul produk, pengolah, pedagang, pengalengan dan lain-lain.
Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (hilir).
Perannya sangat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi
penggerak roda perekonomIan di pedesaan, dengan cara menyerap/menciptakan
lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan.
d. Subsistem pemasaran hasil pertanian
Subsistem pemasaran hasil pertanian yaitu pemasaran produk agar dapat
sampai ke konsumen akhir. sebagian dari produk yang dihasilkan dari usahatani
yang diditribusikan langsung ke konsumen. sebagian lainnya mengalami proses
pengolahan terlebih dahulu kemudian di distribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan subsistem ini adalah penyalur ke konsumen.
8
kepemimpinan dan pengambilan keputusan, melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen secara trampil. Konsep lain dari pundangan manajemen adalah
sederetan fungsi, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. peng-
knordinasian, pengendalian dan pengawasan. (Firdaus, 2007).
1. Fungsi perencanaan adalah hasil pemikiran yang mengarah ke masa depan,
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan yang penuhaman yang semua yang
terlihat dan diarahkan kepada sasaran secara khusus.
2. Fungsi pengorganisasian adalah suatu alat untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian meliputi usaha-usaha untuk : menetapkan struktur,
menentukan pekerjaan yang harus dilaksanakan, memilih dan melatih
karyawan. merumuskan garis kegiatan, serta membentuk nomor hubungan
di dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya .
3. Fungsi pengarahan Acctuating (pengarahan) merupakan proses mengelola
aktivitas harian dan memelihara organisasi berfungsi sebagaimana
mestinya. Pengarahan terhadap karyawan merupakan fungsi penting
manajemen. Pengarahan ditujukan untuk menentukan kewajiban dan
tanggung jawab , menetapkan hasil yang harus dicapai, mendelegasikan
wewenang yang diperlukan, menciptakan keinginan untuk berhasil dan
mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanukan sebugaimana
memudahkan.
4. Fungsi pengkoordinasian Koordinasi merupakan upaya untuk
mensinkronkan dan tanpa tindakan-tindakan sekelompok manusia. Agar
koordinasi berjalan dengan baik, maka semua rencana, kebijakan, dan
rencana kebijakan. prosedur, dan praktik yang harus dilakukan,
terciptanya arus informasi, iklim keberhasilan dan terbinanya hubungan
antar karyawan dan sikap yang mengarah kepada masa depan.
5. Fungsi Pengendalian Salah satu pengendalian adalah untuk menilai
kemajuan yang dicapai terhadap tujuan dan sasaran organisasi. Melalui
sistem informasi tertentu dilakukan memantau guna mengetahui apakah
sudah selaras dengan rencana dan tujuan yang telah dilakukan
9
sebelumnya, jika belum maka dilakukan peringatan sehingga dapat
dilakukan tindakan pemulihan.
6. Fungsi pengawasan Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam suatu
organisasi, yang mana kegiatan ini berfungsi sebagai alat ukur seberapa
jauh hasil yang telah di dapatkan. LUkuran keherhasilannya dapat dilihat
dari perkiraan analisis keuangan usaha agribisnis yang dijalankan. Semua
fungsi manajemen itu digunakan untuk mengelola empat bidang terpenting
dari pengelolaan bisnis agribisnis, yaitu manajemen dan perencanaan
keuangan, pemasaran dan, produksi dan operasi serta personalia atau
SDM.
10
dan berhati-hati dari sumber modal untuk mendukung unit pengeluaran
untuk bergerak ke arah mencapai tujuan.
5. Sonny S.; manajemen keuangan adalah kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana cara mendapatkan dana, menggunakan
dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
11
III. PEMBAHASAN
12
karena bertujuan untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas dan
juga berkuantitas tinggi.
3. Perawatan Budidaya Tanaman Kopi Langkah yang diperlukan dalam
proses pembudidayaan tanaman kopi adalah penyulaman, pemupukan,
pemangkasan, penyiangan gulma, hama dan penyakit, dan kemudian
Panen.
13
3.1.5. Subsistem Kelembagaan jasa pendukung
organisasi sebagai pendukung atau penunjang jalannya kegiatan agribisnis
yakni dalam hal untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan
subsistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Organisasi pendukung
agribisnis ini biasa disebut juga dengan organisasi jasa pendukung agribisnis.
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga
pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan
internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya) (Maulidah, 2012).
Jasa penunjang terdiri atas financial (perbankan), Infrastruktur (prasarana dan
sarana), research and development, human resources dan human natural,
pendidikan, penyuluhan dan konsultan perkebunan, layanan informasi
perkebunan, dan kebijakan pemerintah (Masyhuri, 2005
14
usaha besar. Kemitraan tentunyamemperhatikan tiga prinsip diantaranya saling
menguntungkan, saling memerlukan dan saling memperkuat.
Kemitraan merupakan upaya kolaboratif yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan atau berbagi sumber daya seperti keuangan, kepegawaian,
keterampilan, keahlian dan informasi atau pengetahuan. Pendekatan ini
menguntungkan kolaborator dan juga memungkinkan mereka untuk fokus pada
tujuan bersama. Esensi dari kemitraan cocok dengan hubungan pertukaran sosial.
Interaksi sosial seperti saling ketergantungan, kepercayaan, dan komitmen terkait
dengan pemain kunci seperti pemasok hulu, pelanggan hilir dan pesaing pasar.
Kemitraan membentuk ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih
dalam bentuk persekutuan atas dasar kesepakatan dan satu sama lain saling
membutuhkan.Kemitraan tentunya berpeluang untuk meningkatkan perekonomian
nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan sehingga memberikan
penyelesaian masalah masyarakat. Terdapat lima bentuk kemitraan antara petani
dengan pengusaha besar dalam sistem agribisnis di Indonesia. Bentuk-bentuk
kemitraan tersebut terdiri dari dagang umum,sub kontrak, keagenan dan kerja
sama operasional agribisnis serta pola kemitraan inti plasma.
Pola kemitraan antara petani sebagian plasma dengan perusahaan sebagai
intidimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk menyampaikan landasan
dan tujuan. Proses penyerahan lahan diawali dengan mengajukan proposal kepada
pihak perusahaan untuk dilakukan pengecekan dan pengukuran. Syarat menjadi
petani plasma harus menyediakan lahan sedangkan perusahaan menyediakan
sarana produksi dalam bentuk kredit. Kemudian pengukuran yang terdiri dari
pihak perusahaan, aparat pemerintah desa dan muspika kecamatan melakukan
pengecekan untuk meninjau kebenaran lokasi dan melakukan pengukuran. Setelah
dilakukan pengukuran dan pemetaan kemudian diterbitkan peta lokasi. Proses
pola kemitraan tertuang dalam perjanjian kontrak pada saat penyerahan lahan
yang ditanda tangani kedua belah pihak. Perusahaan menanggung semua biaya
pembangunan kebun antara lain biaya pembukaan lahan (land clearing),
penyediaan bibit, pupuk serta memberikan jaminan kepastian pasar kepada petani
plasma.
15
Hubungan kemitraan inti plasma antara perusahaan dengan petani atau
koperasi unit desa berpeluang menciptakan asimetris informasi, karena kurangnya
penguasaan informasi tentang pengelolaan usaha tani. Pada dasarnya konsep
kemitraan merupakan konsep kerja sama yang harus memiliki peran yang setara
antara kedua belah pihak yang menjadi mitra, sehingga diharapkan adanya
partisipasi aktif dari para pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam skema kemitraan dapat diukur dari faktor internal
dan eksternal yang dimiliki. Faktor internal yang dimiliki berkaitan dengan usia,
pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Kemudian faktor eksternal yaitu
Kurangnya informasi yang diterima masyarakat, persyaratan yang sulit dipenuhi
dan prosedur yang tidak jelas. Sejauh mana partisipasi petani dalam skema
kemitraan dan kerja sama tentunya sangat bergantung pada peran yang diberikan,
baik terkait hak maupun kewajiban. Peran atau hak dan kewajiban petani atau
koperasi dalam pola kemitraan diatur dalam perjanjian hukum yang disaksikan
oleh notaris
16
perusahaan yang dirasakan petani kopi rakyat seperti lancarnya pemasaran kopi.
Harapan petani kemitraan bisa kontinu dan dilaksanakan dalam jangka panjang
17
Pemasaran merupakan tahapan akhir dalam proses pertanian, diterima
tidaknya suatu hasil panen tergantung pada permintaan pasar. Pemasaran juga
dapat mempengaruhi budidaya dan pengolahan hasil panen, yang memaksa petani
untuk mengolah dan merawat usahanya menjadi lebih baik agar diterima oleh
konsumen atau pasar. Pemasaran yang dilakukan oleh petani kopi dengan cara
menjual langsung hasil panennya ke pasar, ke kelompok tani, dan pedagang lokal.
Pedagang hanya memikirkan keuntungan sedangkan petani berfikiran hasil
panennya segera terjual. Lemahnya nilai tawar petani terhadap pedagang dan
terbatasnya informasi pasar oleh petani menjadi kendala dalam proses pemasaran,
18
menjadi acuan sebagai upaya pengembangan usahatani kopi diantaranya adalah
penyuluhan revitalisasi lahan kopi dan bantuan bibit unggul, pelatihan teknik
budidaya kopi yang tepat, bantuan Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN) tepat
waktu, jumlah, harga dan mutu, dan peningkatan penggunaan pupuk organik dan
pestisida nabati. Berdasarkan hasil olah data diketahui alternatif yang menjadi
prioritas dalam aspek budidaya untuk mengembangkan usahatani kopi
3. Kriteria Pemasaran
Kriteria prioritas kedua adalah aspek pemasaran. Aspek pemasaran
memperoleh persentase sebesar 26,9%. Dalam aspek pemasaran terdapat tiga
alternatif diantaranya sosialisasi branding dan bimbingan ekspor mandiri,
membuka peluang pasar yang menguntungkan petani, dan melakukan promosi
secara luas. Berdasarkan hasil olah data AHP, diketahui prioritas alternatif dalam
aspek pemasaran. dalam aspek pemasaran yang menjadi alternatif paling prioritas
dalam pengembangan usahatani kopi adalah membuka peluang pasar yang
menguntungkan petani dengan nilai bobot 0.676 atau 67,6%. Alternatif prioritas
kedua adalah melakukan promosi secara luas yang memiliki persentase sebesar
17,2%. Kemudian alternatif prioritas ketiga adalah sosialisasi branding dan
bimbingan ekspor secara mandiri yang memiliki persentase sebesar 15,2%
4. Kriteria pengolahan pasca panen
memiliki tiga alternatif diantaranya peningkatan kesadaran penanganan
pasca panen yang tepat, bantuan alat pulper dan huller serta pendampingan
pengolahan, dan pelatihan inovasi dan diversifikasi olahan kopi. Sebagai upaya
pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
melalui alternatif aspek pengolahan pasca panen. peningkatan kesadaran
penanganan pasca panen yang tepat dengan persentase prioritas sebesar 42,4%
menjadi alternatif prioritas utama dalam aspek pengolahan pasca panen sebagai
upaya peningkatan usahatani kopi di Kecamtan Candiroto Kabupaten
Temanggung. Alternatif prioritas kedua dengan persentase nilai sebesar 40,7%
adalah pemberian bantuan alat pulper dan huller serta pendampingan pengolahan
5. Kriteria Kelembagaan
19
Kriteria kelembagaan dengan persentase 8,7% menjadi kriteria prioritas
keempat setelah kriteria pengolahan pasca panen. Didalam aspek kelembagaan
terdapat tiga alternatif diantaranya adalah penyuluhan penguatan efektivitas
koordinasi kelembagaan petani, bantuan modal/insentif untuk kelembagaan, dan
pemberdayaan kelembagaan petani untuk membentuk kemitraan. Dari data
lapangan yang diperoleh didapat urutan alternatif dari aspek kelembagaan sebagai
kelembagaan menunjukkan bahwa dalam pengembangan usahatani kopi di
Kecamtan Candiroto Kabupaten Temanggung dari aspek kelembagaan yang
menjadi prioritas alternatif adalah pemberdayaan kelembagaan petani untuk
membentuk kemitraan yang memiliki persentase sebesar 33,1 %
6. Kriteria Kebijakan
Kriteria terakhir untuk pengembangan usahatani kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung adalah aspek kebijakan dengan dua alternatif
yaitu penetapan peraturan perlindungan harga dan tata niaga kopi dan penetapan
penguatan branding kopi Temanggung. Hasil olah data AHP dari kriteria
kebijakan Penetapan peraturan perlindungan harga dan tata niaga kopi menjadi
prioritas alternatif utama dalam aspek kebijakan dengan persentase sebesar 60%
dan sebagai prioritas alternatif kedua dalam aspek kebijakan adalah penetapan
penguatan branding kopi Temanggung yang memiliki persentase sebesar 40%.
7. Urutan Alternatif Strategi Pengembangan Usahatani Kopi dari yang Paling
Prioritas
Hasil analisis secara keseluruhan (overall) terlihat pada tabel 4.20 dengan
nilai inconsistency ratio secara keseluruhan sebesar 0,07 < 0,1 (batas maksimum)
yang berarti hasil analisis dapat diterima. menunjukan keseluruhan nilai bobot
aspek dalam strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
Kabupaten Temanggung dengan analisis Analysis Hierarchy Process (AHP).
20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kopi merupakan produk ekspor unggulan Indonesia maka daripada itu
perhatian akan komoditi kopi perlu dilakukan guna meningkatkan ekspor kopi ke
negara-negara tujuan. Ekspor kopi Indonesia negara luar merupakan ekspor kopi
terbesar di wilayah Asia. Permasalahan kopi Indonesia terletak pada mutu kopi
yang rendah, hal ini dikarenakan 96% perkebunan kopi Indonesia dipegang oleh
rakyat sehingga sulit untuk menyamaratakan standar mutu kopi yang baik.
Penelitian ini telah menjelaskan mengenai upaya pemerintah Indonesia dalam
meningkatkan kualitas kopi di kopi. pola kerjasama atau kemitraan usaha antara
pengusaha besar dan koperasi serta pengusaha kecil haruslah mengacu pada
memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kemitraan usaha. Kemitraan strategis memang
memiliki potensi untuk membuat rekan kemitraan lebih kuat dan stabil, namun
kemitraan sering pula membawa kekecewaan. Dua faktor utama yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan dari hubungan kerjasama ini yaitu: tujuan yang
ditetapkan bagi kemitraan tersebut dan perilaku atau sifat dan sikap dari pihak
yang turut serta dalam kemitraan.
Strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
dirumuskan menggunakan metode AHP (Analysis Hierarchy Process). Tujuan
alternatif dan kriteria yang digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil survei
dan diskusi dengan keyperson yang berkompeten terhadap pengembangan
usahatani kopi di Kecamatan Candiroto.
4.2 Saran
21
Penulis memberikan saran agar dibentuknya Gerakan Nasional Kopi sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia. Peran pemerintah dalam
meningkatkan diversifikasi produk olahan kopi harus ditingkatkan sehingga dapat
memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan hanya mengekspor biji kopi
mentah.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
L
A
M
P
I
R
A
N
24
25
26