Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK

“ SISTEM MANAJEMEN AGRIBISIS KOPI“

DOSEN PENGAMPUH :
Ir. Dance Tangkesalu, MP

KELOMPOK 1 :

1. E321 19 004 NURUL AINUN


2. E321 19 048 I NYOMAN PARADIKA
3. E321 19 081 MESIN SAGITA
4. E321 19 115 NURFA’IIN
5. E321 19 152 ASMAWATI
6. E32117371 NUGRAH SETIAWAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nyalah tugas kelompok ini bisa di selesaikan dengan tepat waktu yang
berjudul “ sistem manajemen agribisnis komoditi kopi “

Tugas kelompok ini merupakan salah satu tugas yang di berikan untuk
menyelesaikan pembelajaran Mata Kuliah Manajemen agribisnis tanaman
perkebunan. Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang di miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari bapak dosen sangat di harapkan demi
penyempurnaan laporan ini.

Dan saya juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam kehidupannya.Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya.

Penyusun , 2021

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL. ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI. .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah. ........................................................................ 4
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................... 4

BAB II. TINJAUN PUSTAKA


2.1 Prospek agribisnis komoditi kopi .................................................. 5
2.2 Karakteristik produk pertanian ...................................................... 6
2.3 Sub sector manajemen agribisnis................................................... 7
2.4 Fungsi-fungsi manajemen agribisnis ............................................. 8
2.5 Manajemen keuangan agribisnis.................................................... 10

BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Subsistem agribisnis ...................................................................... 10
3.1.1 subsistem pasokan input ......................................................... 12
3.1.2 subsistem produksi dalam usahatani ....................................... 12
3.1.3 subsistem pengolahan hasil panen ......................................... 13
3.1.4 subsistem pengolahan hasil ................................................... 13
3.1.5 subsistem kelembagaan jasa pendukung ................................ 14
3.2 kemitraan usaha pada agribisnis komoditi kopi .............................. 14
3.2.1 landasan perlunya kemitraan usaha kopi ................................. 16
3.2.2 kendala dalam kemitraan usaha kopi ..................................... 17
3.2.3 alternatif model kemitraan usaha kopi ................................... 18

BAB IV. PENUTUP


4.1 Kesimpulan ................................................................................... 21
4.1 Saran ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Prospek tanaman kopi ............................................................................ 5
2.2 Karakteristik komoditi kopi arabika ....................................................... 7

iv
v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi termasuk salah satu tanaman komoditas pertanian dalam


perdagangan dunia dan memiliki harga mahal. Kopi merupakan minuman
berwarna hitam gelap dengan aroma khas biasanya diseduh menggunakan air
panas dan pada dasarnya memiliki rasa pahit. Minuman kopi banyak digemari
hampir seluruh masyarakat dunia. Aroma dan rasa yang khas pada kopi seringkali
membuat para penikmat kopi merasa kecanduan. Kadar kafein pada kopi dapat
memberikan efek merangsang pada manusia. Kopi masuk ke Indonesia dibawa
oleh pedagang dari Timur Tengah. Kopi memiliki rasa yang berbeda di tiap
daerah, hal ini disebabkan oleh perbedaan cara pemrosesan kopi hingga
terciptanya kopi yang berkualitas.

Kopi mengandung banyak antioksidan yang dapat menghambat penyakit


yang disebabkan oleh kerusakan oksidatif. Kopi bermanfaat mengurangi resiko
stroke, parkinson, mencegah kanker, meningkatkan fungsi kognitif, mengobati
liver, meningkatkan kerja fisik dan membuka peredaran darah. Namun disisi lain
kopi memiliki dampak negatif karena mengandung kafein dan tidak bagus untuk
kesehatan, Kafein sebagai kandungan utama kopi bersifat stimulan yang
mencandu. Kafein yang berlebihan dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler
seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Konsumsi kopi lebih dari
atau tiga cangkir menimbulkan jantung berdebar-debar, sulit tidur dan kepala
pusing (Firman, 2011)

Kafein yang dikonsumsi secara berlebihan dapat mengakibatkan penyakit


hipertensi, insomnia dan tukak lambung. Pada wanita hamil, konsumsi kopi
berkafein dapat meningkatkan resiko keguguran. Kafein menyebabkan penurunan
kepadatan mineral tulang pada kedua pinggul dan tulang belakang yang berakibat
osteoporosis, Mengkonsumsi kafein secara berlebihan dapat meningkatkan kadar
gula bagi penderita diabetes tipe 2 Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam
keluarga methylxanthine bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin berlaku
sebagai penenang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal Kafein adalah serbuk
putih yang pahit dan tidak berbau (Fulder dalam Syah 2008).

Hasil penelitian Nurul hanifah dan Desi kurniawati (2013), menyatakan


bahwa larutan alkali dan yeast mempengaruhi kadar asam, kafein dan lemak pada
kopi fermentasi. Semakin basa alkalinya maka penurunan kadar asam, kafein dan
lemak semakin tinggi. Semakin rendah kadar asam dan kafein kopi fermentasi
yeast maka rasa asam dan pahit semakin berkurang. Perendaman kopi gan pelarut

1
alkali CaCO, menghasilkan cita rasa kopi yang seimbang, terutama dalam hal
keharuman. Semakin rendah kandungan kafein, asam dan lemak pada kopi hasil
fermentasi maka berbanding terbalik dengan nilai rasa dan keharuman bubuk kopi
yang dihasilkan.

Para pecandu kopi bagaikan dilema karena di satu sisi kopi mengandung
antosianin yang baik bagi kesehatan tapi di sisi lain kafein yang terkandung pada
kopi dapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi berlebihan. Satu terobosan
baru untuk menghasilkan minuman kopi tapi tidak berkafein, yaitu dengan
memanfaatkan biji petai cina dan ketan hitam. Kedua bahan tersebut mengandung
antosianin tinggi seperti kopi, aman dikonsumsi dan mudah didapatkan di alam.

Daerah Jawa petai cina dike dengan sebutan lamtoro atau tanaman
melanding. Petai cina (Leucaena leucocephala) mengandung alkoloid, saponin,
flavoloid, tanin, mimosin, leukanin, protein, asam lemak dan serat. Biji petai cina
dapat berkhasiat sebagai obat cacing (Direkbusaracom, 2004). Biji petai cina atau
lamtoro mempunyai potensi yang besar sebagai sumber bahan pangan alternatif.
Kadar karbohidrat, lemak, protein lamtoro gung yang diolah menjadi kecap
dibandingkan dengan hasil pengolahan kedelai oleh Rhizophus oryzae (Septiani,
2004).

Melanie (2006), menyatakan bahwa aktivitas inhibitor a-glukosidase pada


biji lamtoro stabil dan masih bagus pada proses penyimpanan di ruangan maupun
pada suhu dingin. Selama satu minggu masa penyimpanan aktivitas inhibitor a-
glukosidase masih bagus dan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Perbedaan pemanasan suhu pada minuman lamtoro berkarbonasi yaitu 70°C, 80'C
dan 90°C mempengaruhi aktivitas inhibitor a-glukosidase, pada suhu 90'C
mengalami penurunan aktivitas inhibitor a-glukosidase tapi dikatakan masih
bagus aktivitasnya. karena masih di bawah 100 ppm. Untuk penelitian lanjut
minuman karbonasi ekstrak biji lamtoro dapat dikembangkan, diproduksi dan
dijual di pasar.

Hasil penelitian Anny dan Tjahjadi (2004), mengemukakan bahwa hasil


uji organoleptik rasa kecap lamtoro gung atau melanding setara dengan kecap
ABC, sedangkan aromanya memiliki skor terendah. Lamtoro gung mempunyai
potensi sebagai bahan baku pembuatan kecap melalui proses fermentasi oleh
Rhizophus oryzae. Dari hal tersebut perlu diversifikasi petai cina untuk minuman
kopi non cafein. Pada dasarnya petai cina atau lamtoro memiliki aroma
menyengat dan kurang sedap, untuk meminimalisir aroma tersebut dengan
penambahan ketan hitam dan jahe sebagai aroma sehingga tercipta minuman kopi
non kafein beraroma sedap meskipun berbahan dasar petai cina. Ketan hitam atau
Oryza sativa glutinosa merupakan tumbuhan yang termasuk familia graminac

2
karena merupakan salah satu varietas dari padi. Ketan hitam merupakan salah satu
komoditi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, antioksidan,
saenyawa bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan (Yanuar, 2009). Menurut
departemen gizi, dalam 100 g ketan hitam mengandung 17,4 g karbohidrat, 6,7 g
protein, 0,7 g lemak, 12 g kalsium, 148 g posfor, 0,8 g besi, 0,16 g vitamin B1 dan
12 g air. Di lingkungan masyarakat ketan hitam cenderung hanya dibuat olahan
makanan fermentasi, yakni tape ketan.

Zingiber officinale var roscoe (jabe putih besar) yang berumur 8-10 bulan
digunakan dalam pembuatan jahe kering umumnya digunakan sebagai bahan baku
puding, biskuit, roti, ginger ale, ginger wine. Rimpang jahe mengandung dua
bagian utama yaitu minyak volatil yang membawa aroma dan gingerol sebagai
pembawa rasa pedas. Menurut pendapat Friedli dalam Aminah (2004),
menyatakan bahwa kandungan jahe meliputi minyak volatil, oleoresin (gingerol,
shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik, vitamin B6, vitamin C, kalsium,
magnesium, fosfor, natrium dan asam linolenik.. Menurut Sheuler dalam Aminah
(2004), mengemukakan bahwa jahe mempunyai beberapa manfaat yaitu sebagai
antioksidan dan antikanker. Jahe merupakan salah satu bahan pangan yang
mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga
termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam mencegah kanker karena
terbukti memiliki antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang tinggi.

Jahe putih mempunyai kandungan aktif oleoresin. Oleoresin merupakan


minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa
aroma dan sebagai pembawa rasa. Oleoresin berupa minyak berwarna coklat tua
sampai hitam dan mengandung kadar minyak atsiri 15%-35% yang diekstraksi
dari bubuk jahe. Ekstrak jahe memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai obat
sakit kepala, masuk angin, batuk, gangguan saluran pencernaan, stilumulansia,
diuretik, rematik, anti mual,mabuk perjalanan, karminatif, kolera, diare, sakit
tenggorokan, penawarracun ular, keseleyo,obat bengkak (Ravindran et al. 2005

Dalam penelitian ini digunakan jahe sebagai bahan aroma untuk kopi non
kafein. Aroma dalam suatu sistem pangan salah satunya ditentukan oleh
perbandingan komponen bahan. Jahe mempunyai aroma atau bau harum yang
khas dan kuat karena adanya komponen minyak atsiri yang bersifat volatil. Aroma
jahe masih terasa kuat meskipun jahe sudah di olah menjadi suatu produk tertentu.
Dari uraian tersebut maka jahe dapat digunakan sebagai aroma minuman kopi non
kafein. Petai cina dan ketan hitam tidak mengandung kafein sehingga aman untuk
dikonsumsi sebagai bahan dasar pembuatan kopi. Dengan terciptanya produk
minuman kopi non kafein, para pecandu kopi dapat menikmati kopi setiap saat
sepuasnya tanpa harus khawatir dampak negatif kafein. Berdasarkan latar

3
belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang "Optimalisasi Minuman Kopi
Non Kafein dari Bahan Dasar Petai Cina dengan Penambahan Ketan Hitam dan
Jahe Sebagai Aroma".

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana subsistem pengolahan atau agroindustry hasil panen komoditi


kopi
2. Bagaimana kemitraan usaha pada agroindustry komoditi kopi

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah maka tujuan dari laporan ini
adalah :

1. Untuk mengetahui subsitem pengolahan atau agroindustry hasil panen


komoditi kopi
2. Untuk mengetahui kemitraan usaha pada agroindustry komoditi kopi

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prospek Agribisnis Komoditi Kopi Arabika

Pengembangan perkebunan di Indonesia, khususnya perkebunan kopi


merupakan salah satu aspek dalam pembangunan pertanian. Perkebunan kopi
merupakan salah satu penghasil devisa yang memiliki nilai ekspor yang tinggi
(Siswoputranto, 1993).
Salah satu jenis kopi yang banyak di budidayakan adalah kopi Arabika.
Nama ilmiah kopi arabika adalah Coffea arabica. Carl Linnaeus, ahli botani asal
Swedia, menggolongkannya ke dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea.
Sebelumnya tanaman ini sempat diidentifikasi sebagai Jasminum arabicum oleh
seorang naturalis asal Perancis. Kopi arabika terlupakan sebagai spesies hibrida
hasil persilangan dari Coffea eugenioides dan Coffea canephora (Hamni,2013).
Kopi arabika merupakan salah satu komoditas yang di prioritaskan
pengembangannya oleh pemerintahan Indonesia saat ini. ekspor kopi arabikadari
Indonesia sebagian besar di pasarkan kesegmen pasar khusus (kopi spesialti)
karena mtu cita rasanya khas dan digemari oleh para penikmat kopi di Negara-
negara konsumen utama . di segmen pasar harga kopi lebih mahal dan fluktasinya
tidak terlalu tajam, yang tentunya berdampak pada pendapatan petani dan devisa
negara (Wahyudi, et.,Al 2008)

2.1 prospek tanaman kopi

5
2.2 Karakteristik Produk Pertanian (Agri input)
Sifat produk pertanian adalah musiman, cepat rusak dan tersebar dalam
beberapa lokasi serta tidak dapat di produksi seragam secara maksimal.
pemasaran pertanian di anggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, kal ini
ditinjau dari karakteristik produk pertanian yakni, 1. produk pertanian gampang
rusak,2. pada umumnya produk pertanian dapat dikatakan homogeny, 3. produk
pertanian banyak memakan tempat, 4. produk pertanian memerlukan proses
pengolahan lebih lanjut, 5. rasio biaya tetap dan biaya variable secara langsung
berpengaruh terhadap respon penawaran produsen (Sudiyono, 2004).
1. yang dikonsumsi atau diolah serta membutuhkan pengawetan. Produk
mudah rusak, oleh sebab itu produk harus memulai.
2. Dalam melakukan aktivitas penjualan maupun pembelian produk pertanian
pertanian,penjualan dan pembeli dihadapkan pada berbagai
tinggkat"barang", tetapi secara umum produk dapat diaktakan homogen.
Produk banyak memakan tempat dengan nilai dibandingkan produk-
produk non-pertanian,sehingga berpengaruh terhadap fasilitas-fasilitas
pemasaran yang harus disediakan oleh-lembaga pemasaran. Jika sewa
ruangan atau pengepakan.
3. produk pertanian lebih mahal dapat memungkinkan lembaga pemasaran
dapat berpindah usaha pada komoditas nlainnya.
4. Produk pertanian memerlukan proses pengolahan lebih lanjut.
5. Rasio biaya tetap dan rasio biaya secara langsung berpengaruh terhadap
respon penawaran produsen,yaitu mengenai kemiringan dan posisi kurva
penawaran pasar. Oleh karena itu karakteristik pemasaran pertanian harus
dipertimbangkan sebagai disiplin ilmu.

6
2.2 karakteristik komoditi kopi robusta

2.3 Sub Sektor Manajemen Agribisnis


Manajemen agribisnis terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi, kegiatan produksi primer (budidaya, pengolahan (agroindustri)
dan pemasaran. Memandang agribisnis sebagai system yang terdiri dari beberapa
subsistem. System tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada
salah satu subsistem. dalam pengembangan agribisnis, harus mengembangkan
semua subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting
dari subsistem lainnya (Firdaus 2008).
Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem :
a. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi
pengadaan sarana produksi antara lain terdiri dari benih, bibit, pertanian
pupuk, pestisida, alat-alat/mesin, dan peralatan produksi. Pelaku-pelaku kegiatan
pengadaan dan sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta,
pemerintah. Pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari
berbagai unsur untuk mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang menyediakan
sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri hulu (hulu).

7
b. Subsistem usahatani
Usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil
perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan.
Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah petani, peternak, pengusaha tambak
dan lain-lain.
c. Subsistem pengolahan hasil pertanian/Agroindustri
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usahatani, pengolahan, dan penyimpanan. Pelaku kegiatan subsistem ini
adalah pengumpul produk, pengolah, pedagang, pengalengan dan lain-lain.
Industri yang mengolah produk usahatani disebut agroindustri hilir (hilir).
Perannya sangat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat menjadi
penggerak roda perekonomIan di pedesaan, dengan cara menyerap/menciptakan
lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan.
d. Subsistem pemasaran hasil pertanian
Subsistem pemasaran hasil pertanian yaitu pemasaran produk agar dapat
sampai ke konsumen akhir. sebagian dari produk yang dihasilkan dari usahatani
yang diditribusikan langsung ke konsumen. sebagian lainnya mengalami proses
pengolahan terlebih dahulu kemudian di distribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan subsistem ini adalah penyalur ke konsumen.

2.4 Fungsi-fungsi Manajemen Agribisnis


Konsep lain dari pandangan manajemen adalah sederetan fungsi, yakni
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengendalian dan pengawasan.supaya semua fungsi dapat berjalan dengan baik
maka perlu ada komunikasi, motivasi dan komitmen. Pengelola usaha agribisnis
harus dapat melakukan fungsi-fungsi manajemen tersebut, sehingga mencapai
hasil secara maksimal.
Manajemen atau pengelolaan adalah suatu proses untuk mencapai hasil
yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia Kunci
keberhusilan manajemen terletak pada penerimaan tanggung jawab juwab

8
kepemimpinan dan pengambilan keputusan, melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen secara trampil. Konsep lain dari pundangan manajemen adalah
sederetan fungsi, yakni fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. peng-
knordinasian, pengendalian dan pengawasan. (Firdaus, 2007).
1. Fungsi perencanaan adalah hasil pemikiran yang mengarah ke masa depan,
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan yang penuhaman yang semua yang
terlihat dan diarahkan kepada sasaran secara khusus.
2. Fungsi pengorganisasian adalah suatu alat untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian meliputi usaha-usaha untuk : menetapkan struktur,
menentukan pekerjaan yang harus dilaksanakan, memilih dan melatih
karyawan. merumuskan garis kegiatan, serta membentuk nomor hubungan
di dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya .
3. Fungsi pengarahan Acctuating (pengarahan) merupakan proses mengelola
aktivitas harian dan memelihara organisasi berfungsi sebagaimana
mestinya. Pengarahan terhadap karyawan merupakan fungsi penting
manajemen. Pengarahan ditujukan untuk menentukan kewajiban dan
tanggung jawab , menetapkan hasil yang harus dicapai, mendelegasikan
wewenang yang diperlukan, menciptakan keinginan untuk berhasil dan
mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanukan sebugaimana
memudahkan.
4. Fungsi pengkoordinasian Koordinasi merupakan upaya untuk
mensinkronkan dan tanpa tindakan-tindakan sekelompok manusia. Agar
koordinasi berjalan dengan baik, maka semua rencana, kebijakan, dan
rencana kebijakan. prosedur, dan praktik yang harus dilakukan,
terciptanya arus informasi, iklim keberhasilan dan terbinanya hubungan
antar karyawan dan sikap yang mengarah kepada masa depan.
5. Fungsi Pengendalian Salah satu pengendalian adalah untuk menilai
kemajuan yang dicapai terhadap tujuan dan sasaran organisasi. Melalui
sistem informasi tertentu dilakukan memantau guna mengetahui apakah
sudah selaras dengan rencana dan tujuan yang telah dilakukan

9
sebelumnya, jika belum maka dilakukan peringatan sehingga dapat
dilakukan tindakan pemulihan.
6. Fungsi pengawasan Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam suatu
organisasi, yang mana kegiatan ini berfungsi sebagai alat ukur seberapa
jauh hasil yang telah di dapatkan. LUkuran keherhasilannya dapat dilihat
dari perkiraan analisis keuangan usaha agribisnis yang dijalankan. Semua
fungsi manajemen itu digunakan untuk mengelola empat bidang terpenting
dari pengelolaan bisnis agribisnis, yaitu manajemen dan perencanaan
keuangan, pemasaran dan, produksi dan operasi serta personalia atau
SDM.

2.5 Manajemen Keuangan Agribisnis


Keuangan merupakan komponen yang paling riskan bagi suatu bisnis atau
perusahaan. Keuangan perlu dikelola dan dikendalikan dengan baik oleh manajer
keuangan. (Harahap 1994),
Penjelasan mengenai manajemen keuangan berdasarkan dari para ahli:
1. Bambang Riyanto; manajemen keuangan adalah semua aktivitas
perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan sumber daya
yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang paling
menguntungkan, serta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien
mungkin.
2. J. L. Massie; manajemen keuangan adalah aktivitas operasional bisnis
yang bertanggung jawab untuk mendapatkan dan menggunakan dana
yang diperlukan untuk kegiatan operasional yang efektif dan efisien.
3. Agus Sartono; manajemen keuangan adalah semua yang berhubungan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara
efektif dan usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau
untuk investasi secara efisien.
4. Bradley; manajemen keuangan adalah bidang manajemen bisnis yang
ditujukan untuk mengelola penggunaan modal secara bijaksana, selektif,

10
dan berhati-hati dari sumber modal untuk mendukung unit pengeluaran
untuk bergerak ke arah mencapai tujuan.
5. Sonny S.; manajemen keuangan adalah kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana cara mendapatkan dana, menggunakan
dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara
menyeluruh.

11
III. PEMBAHASAN

3.1. Subsistem Agribisnis Perkebunan


3.1.1. Subsistem Pasokan input
Subsistem penyediaan sarana produksi yang menyangkut kegiatan
pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencangkup perencanaan, pengolahan
dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya ataupun input usahatani yang
dapat memenuhi kriteria tepat waktu, jumlah, tepat, mutu dan produk. Subsistem
tersebut diantaranya meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain
terdiri dari bibit varietas unggul, pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK dan
kandang, obat pemberantas hama dan penyakit pada tanaman kopi yang
digunakan yaitu pestisida Fungisidaditane, Poxindo 50 WP, pestona atau BVR,
peralatan untuk pengolahan tanah (Sekop, Garpu, Cangkul, Sprayer), dan
peralatan produksi pertanian lainnya (Sandria, 2021)

3.1.2. Subsistem produksi dalam usahatani


Dalam melaksanakan sistem usaha tani tanaman kopi Arabika terdapat
langkah-langkah yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut :
1. Pengolahan tanah Pada tanaman perkebunan utamanya tanaman kopi
Arabika memerlukan teknik dalam pengolahan tanahnya karena
pengolahan tanaman kopi Arabika jauh berbeda dengan tanaman
hortikultura ataupun tanaman pangan. Proses pertama yang harus
dilakukan dalam budidaya usahatani tanaman kopi ialah pembersihan
lahan dengan cara membersihkan semak belukar dan kayu kecil serta
melakukan penebangan pohon yang tidak dibutuhkan sebagai naungan
tanaman kopi. Langkah kedua adalah pembuatan lubang tanam kopi yang
mana pembuatan lubang tanam tersebut dilakukan 2-3 bulan sebelum bibit
kopi ditanam. Tujuannya untuk menyediakan lingkungan perakaran yang
optimal bagi bibit kopi secara fisik, kimia maupun biologi.
2. Penanaman bibit unggul Tahap selanjutnya adalah penanaman bibit unggul
yang telah diseleksi. Pemilihan bibit unggul sangat penting dilakukan

12
karena bertujuan untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas dan
juga berkuantitas tinggi.
3. Perawatan Budidaya Tanaman Kopi Langkah yang diperlukan dalam
proses pembudidayaan tanaman kopi adalah penyulaman, pemupukan,
pemangkasan, penyiangan gulma, hama dan penyakit, dan kemudian
Panen.

3.1.3. Subsistem pengolahan hasil panen.


Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk
yang dihasilkan dari usaha tani kopi arabika mengalami proses pengolahan lebih
dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen (Sandria, 2021)

3.1.4. Subsistem pemasaran hasil.


Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan
pendapatan petani. Subsistem pemasaran perkebunan berupa produk primer dan
produk sekunder, baik melalui perantara maupun langsung ke konsumen akhir.
Pemasaran komoditas perkebunan secara nasional dapat digunakan komponen
komponen dari marketing mix dan marketing environment (masyhuri, 2005)
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem
ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar/market pada pasar
domestik dan pasar luar negeri/pasar internasional. Dalam hal ini strategi
pemasaran sangat dibutuhkan untuk menentukan profit yang diperoleh. Teknik
pemasaran merupakan kunci keberhasilan dalam penjualan suatu produk
perkebunan karena teknik pemasaran yang baik didukung dengan strategi
pemasaran yang efektif serta mengedepankan kualitas atau mutu produk
(Amelia,2011).

13
3.1.5. Subsistem Kelembagaan jasa pendukung
organisasi sebagai pendukung atau penunjang jalannya kegiatan agribisnis
yakni dalam hal untuk mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan
subsistem hulu, sub-sistem usaha tani, dan sub-sistem hilir. Organisasi pendukung
agribisnis ini biasa disebut juga dengan organisasi jasa pendukung agribisnis.
Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga
pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan
internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya) (Maulidah, 2012).
Jasa penunjang terdiri atas financial (perbankan), Infrastruktur (prasarana dan
sarana), research and development, human resources dan human natural,
pendidikan, penyuluhan dan konsultan perkebunan, layanan informasi
perkebunan, dan kebijakan pemerintah (Masyhuri, 2005

3.2 Kemitraan usaha pada Agribisnisn Kopi


Menurut Hendrojogi (1999) pola kerjasama atau kemitraan usaha antara
pengusaha besar dan koperasi serta pengusaha kecil haruslah mengacu pada
memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kemitraan usaha. Kemitraan strategis memang
memiliki potensi untuk membuat rekan kemitraan lebih kuat dan stabil, namun
kemitraan sering pula membawa kekecewaan. Dua faktor utama yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan dari hubungan kerjasama ini yaitu: tujuan yang
ditetapkan bagi kemitraan tersebut dan perilaku atau sifat dan sikap dari pihak
yang turut serta dalam kemitraan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitra diartikan
sebagai teman, kawan kerja, ataupun rekan. Sedangkan arti kata kemitraan berarti
hubunganyang dilakukan mitra untuk melakukan kerja sama. Arti tersebut
diperkuat dengan UU No.20 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa kemitraan
adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan
menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dengan

14
usaha besar. Kemitraan tentunyamemperhatikan tiga prinsip diantaranya saling
menguntungkan, saling memerlukan dan saling memperkuat.
Kemitraan merupakan upaya kolaboratif yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan atau berbagi sumber daya seperti keuangan, kepegawaian,
keterampilan, keahlian dan informasi atau pengetahuan. Pendekatan ini
menguntungkan kolaborator dan juga memungkinkan mereka untuk fokus pada
tujuan bersama. Esensi dari kemitraan cocok dengan hubungan pertukaran sosial.
Interaksi sosial seperti saling ketergantungan, kepercayaan, dan komitmen terkait
dengan pemain kunci seperti pemasok hulu, pelanggan hilir dan pesaing pasar.
Kemitraan membentuk ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih
dalam bentuk persekutuan atas dasar kesepakatan dan satu sama lain saling
membutuhkan.Kemitraan tentunya berpeluang untuk meningkatkan perekonomian
nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan sehingga memberikan
penyelesaian masalah masyarakat. Terdapat lima bentuk kemitraan antara petani
dengan pengusaha besar dalam sistem agribisnis di Indonesia. Bentuk-bentuk
kemitraan tersebut terdiri dari dagang umum,sub kontrak, keagenan dan kerja
sama operasional agribisnis serta pola kemitraan inti plasma.
Pola kemitraan antara petani sebagian plasma dengan perusahaan sebagai
intidimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat untuk menyampaikan landasan
dan tujuan. Proses penyerahan lahan diawali dengan mengajukan proposal kepada
pihak perusahaan untuk dilakukan pengecekan dan pengukuran. Syarat menjadi
petani plasma harus menyediakan lahan sedangkan perusahaan menyediakan
sarana produksi dalam bentuk kredit. Kemudian pengukuran yang terdiri dari
pihak perusahaan, aparat pemerintah desa dan muspika kecamatan melakukan
pengecekan untuk meninjau kebenaran lokasi dan melakukan pengukuran. Setelah
dilakukan pengukuran dan pemetaan kemudian diterbitkan peta lokasi. Proses
pola kemitraan tertuang dalam perjanjian kontrak pada saat penyerahan lahan
yang ditanda tangani kedua belah pihak. Perusahaan menanggung semua biaya
pembangunan kebun antara lain biaya pembukaan lahan (land clearing),
penyediaan bibit, pupuk serta memberikan jaminan kepastian pasar kepada petani
plasma.

15
Hubungan kemitraan inti plasma antara perusahaan dengan petani atau
koperasi unit desa berpeluang menciptakan asimetris informasi, karena kurangnya
penguasaan informasi tentang pengelolaan usaha tani. Pada dasarnya konsep
kemitraan merupakan konsep kerja sama yang harus memiliki peran yang setara
antara kedua belah pihak yang menjadi mitra, sehingga diharapkan adanya
partisipasi aktif dari para pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam skema kemitraan dapat diukur dari faktor internal
dan eksternal yang dimiliki. Faktor internal yang dimiliki berkaitan dengan usia,
pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Kemudian faktor eksternal yaitu
Kurangnya informasi yang diterima masyarakat, persyaratan yang sulit dipenuhi
dan prosedur yang tidak jelas. Sejauh mana partisipasi petani dalam skema
kemitraan dan kerja sama tentunya sangat bergantung pada peran yang diberikan,
baik terkait hak maupun kewajiban. Peran atau hak dan kewajiban petani atau
koperasi dalam pola kemitraan diatur dalam perjanjian hukum yang disaksikan
oleh notaris

3.2.1 landasan perlunya kemitraan usaha pada agribisnis tanaman kopi


Landasan perlunya kemitraan dalam usaha agribisnis tanaman kopi, yaitu
untuk memudahkan petani dalam menyalurkan hasil produksi/hasil panen
kopinya, dan juga bisa mendapatkan keuntungan lebih dari penjualan kopi
tersebut baik dari yang sudah diolah maupun yang belum diolah.
Kemitraan antara petani kopi dengan perusahaan diharapkan dapat
menyerap produksi secara keseluruhan sekaligus peningkatan produksi kopi
petani dan bisa saling menguntungkan. PT. Perkebunan Nusantara XII merupakan
perusahaan yang menjadi mitra petani kopi rakyat Kintamani tepatnya di Kebun
Blawan Bondowoso dengan membentuk suatu pola kemitraan inti plasma. Petani
kopi rakyat sebagai plasma memiliki kewajiban memberikan hasil produksi
kopinya kepada perusahaan inti. Pembelian hasil produksi kopi oleh perusahaan
inti melibatkan BNI sebagai pihak yang menyalurkan pinjaman modal berupa
Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada plasma. Dampak kemitraan dengan

16
perusahaan yang dirasakan petani kopi rakyat seperti lancarnya pemasaran kopi.
Harapan petani kemitraan bisa kontinu dan dilaksanakan dalam jangka panjang

3.2.2 kendala dalam kemitraan pada agribisnis tanaman kopi


Kendala dalam kemitraan agribisnisn kopi yaitu dalam proses
pengembangan usahatani kopi, ada beberapa hal yang terjadi diluar ekspektasi.
Hal tersebut menjadi hambatan dalam pengembangan usahatani kopi.
Pengembangan usahatani kopi mempunyai hal lain yang menjadi penghambat
dalam proses pengembangannya. Penghambat tersebut sudah seharusnya
diminimalisir untuk mengembangan usahatani kopi yang berdampak pada
meningkatnya produksi kopi. Hambatan tersebut dapat diminimalisir jika semua
pihak berperan aktif baik itu pemerintah, swasta, ataupun petani. Hambatan
tersebut diantaranya :
1. Budidaya
Budidaya merupakan tahapan awal dalam menghasilkan output atau
produksi. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam proses budidaya adalah
menyiapkan lahan, kemudian menyiapkan bahan tanaman, dan pemeliharaan yang
meliputi pemupukan dan pemangkasan. Hasil akhir atau tahapan akhir dalam
proses budidaya adalah menghasilkan output yang besar dan berkualitas. untuk
menghasilkan output yang besar ddan berkualitas dibutuhkan teknik budidaya
kopi yang tepat, akan tetapi teknik budidaya yang dilakukan oleh petani kopi
yang belum tergolong dalam teknik budidaya yang sesuai dengan teknik baku
budidaya
2. Pengolahan Pasca Panen
Pada tahap pengolahan pasca panen merupakan tahapan kedua setelah
budidaya kopi yang dilakukan telah menghasilkan output atau produksi. Tahap ini
menjadi penting karena hasil akhir dalam proses pengolahan pasca panen
menentukan nilai tambah atau nilai jual hasil panen. Pengolahan pasca panen kopi
di Kecamatan Candiroto sudah sampai pada pengolahan kopi bubu
3. Pemasaran

17
Pemasaran merupakan tahapan akhir dalam proses pertanian, diterima
tidaknya suatu hasil panen tergantung pada permintaan pasar. Pemasaran juga
dapat mempengaruhi budidaya dan pengolahan hasil panen, yang memaksa petani
untuk mengolah dan merawat usahanya menjadi lebih baik agar diterima oleh
konsumen atau pasar. Pemasaran yang dilakukan oleh petani kopi dengan cara
menjual langsung hasil panennya ke pasar, ke kelompok tani, dan pedagang lokal.
Pedagang hanya memikirkan keuntungan sedangkan petani berfikiran hasil
panennya segera terjual. Lemahnya nilai tawar petani terhadap pedagang dan
terbatasnya informasi pasar oleh petani menjadi kendala dalam proses pemasaran,

3.2.3 alternatif model kemitraan pada agribisnis tanaman kopi


Strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
dirumuskan menggunakan metode AHP (Analysis Hierarchy Process). Tujuan
alternatif dan kriteria yang digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil survei
dan diskusi dengan keyperson yang berkompeten terhadap pengembangan
usahatani kopi di Kecamatan Candiroto. Keyperson yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 12 orang.
Sebagai prioritas pengembangan usahatani kopi, dilakukan dengan cara
memilih kriteria-kriteria yang telah ditentukan yaitu aspek budidaya, aspek
pengolahan pasca panen, aspek pemasaran, aspek kelembagaan, dan aspek
kebijakan. Dari masing-masing aspek yang menjadi kriteria terdapat alternatif
sebagai langkahpengembangan komoditas yang dipilih dari yang paling prioritas.
1. Kriteria Pengembangan Usahatani Kopi
Berdasarkan pendapat gabungan para keyperson menunjukkan bahwa
kriteria budidaya dengan nilai bobot 0,342 merupakan kriteria paling penting yang
perlu diperhatikan dalam strategi pengembangan usahatni kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung.
2. Kriteria Budidaya
Aspek budidaya menjadi aspek terpenting dan paling diprioritaskan untuk
dilakukan dalam Strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
kabupaten Temanggung. Dalam aspek budidaya terdapat tiga alternatif yang

18
menjadi acuan sebagai upaya pengembangan usahatani kopi diantaranya adalah
penyuluhan revitalisasi lahan kopi dan bantuan bibit unggul, pelatihan teknik
budidaya kopi yang tepat, bantuan Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN) tepat
waktu, jumlah, harga dan mutu, dan peningkatan penggunaan pupuk organik dan
pestisida nabati. Berdasarkan hasil olah data diketahui alternatif yang menjadi
prioritas dalam aspek budidaya untuk mengembangkan usahatani kopi
3. Kriteria Pemasaran
Kriteria prioritas kedua adalah aspek pemasaran. Aspek pemasaran
memperoleh persentase sebesar 26,9%. Dalam aspek pemasaran terdapat tiga
alternatif diantaranya sosialisasi branding dan bimbingan ekspor mandiri,
membuka peluang pasar yang menguntungkan petani, dan melakukan promosi
secara luas. Berdasarkan hasil olah data AHP, diketahui prioritas alternatif dalam
aspek pemasaran. dalam aspek pemasaran yang menjadi alternatif paling prioritas
dalam pengembangan usahatani kopi adalah membuka peluang pasar yang
menguntungkan petani dengan nilai bobot 0.676 atau 67,6%. Alternatif prioritas
kedua adalah melakukan promosi secara luas yang memiliki persentase sebesar
17,2%. Kemudian alternatif prioritas ketiga adalah sosialisasi branding dan
bimbingan ekspor secara mandiri yang memiliki persentase sebesar 15,2%
4. Kriteria pengolahan pasca panen
memiliki tiga alternatif diantaranya peningkatan kesadaran penanganan
pasca panen yang tepat, bantuan alat pulper dan huller serta pendampingan
pengolahan, dan pelatihan inovasi dan diversifikasi olahan kopi. Sebagai upaya
pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung
melalui alternatif aspek pengolahan pasca panen. peningkatan kesadaran
penanganan pasca panen yang tepat dengan persentase prioritas sebesar 42,4%
menjadi alternatif prioritas utama dalam aspek pengolahan pasca panen sebagai
upaya peningkatan usahatani kopi di Kecamtan Candiroto Kabupaten
Temanggung. Alternatif prioritas kedua dengan persentase nilai sebesar 40,7%
adalah pemberian bantuan alat pulper dan huller serta pendampingan pengolahan
5. Kriteria Kelembagaan

19
Kriteria kelembagaan dengan persentase 8,7% menjadi kriteria prioritas
keempat setelah kriteria pengolahan pasca panen. Didalam aspek kelembagaan
terdapat tiga alternatif diantaranya adalah penyuluhan penguatan efektivitas
koordinasi kelembagaan petani, bantuan modal/insentif untuk kelembagaan, dan
pemberdayaan kelembagaan petani untuk membentuk kemitraan. Dari data
lapangan yang diperoleh didapat urutan alternatif dari aspek kelembagaan sebagai
kelembagaan menunjukkan bahwa dalam pengembangan usahatani kopi di
Kecamtan Candiroto Kabupaten Temanggung dari aspek kelembagaan yang
menjadi prioritas alternatif adalah pemberdayaan kelembagaan petani untuk
membentuk kemitraan yang memiliki persentase sebesar 33,1 %
6. Kriteria Kebijakan
Kriteria terakhir untuk pengembangan usahatani kopi di Kecamatan
Candiroto Kabupaten Temanggung adalah aspek kebijakan dengan dua alternatif
yaitu penetapan peraturan perlindungan harga dan tata niaga kopi dan penetapan
penguatan branding kopi Temanggung. Hasil olah data AHP dari kriteria
kebijakan Penetapan peraturan perlindungan harga dan tata niaga kopi menjadi
prioritas alternatif utama dalam aspek kebijakan dengan persentase sebesar 60%
dan sebagai prioritas alternatif kedua dalam aspek kebijakan adalah penetapan
penguatan branding kopi Temanggung yang memiliki persentase sebesar 40%.
7. Urutan Alternatif Strategi Pengembangan Usahatani Kopi dari yang Paling
Prioritas
Hasil analisis secara keseluruhan (overall) terlihat pada tabel 4.20 dengan
nilai inconsistency ratio secara keseluruhan sebesar 0,07 < 0,1 (batas maksimum)
yang berarti hasil analisis dapat diterima. menunjukan keseluruhan nilai bobot
aspek dalam strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
Kabupaten Temanggung dengan analisis Analysis Hierarchy Process (AHP).

20
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kopi merupakan produk ekspor unggulan Indonesia maka daripada itu
perhatian akan komoditi kopi perlu dilakukan guna meningkatkan ekspor kopi ke
negara-negara tujuan. Ekspor kopi Indonesia negara luar merupakan ekspor kopi
terbesar di wilayah Asia. Permasalahan kopi Indonesia terletak pada mutu kopi
yang rendah, hal ini dikarenakan 96% perkebunan kopi Indonesia dipegang oleh
rakyat sehingga sulit untuk menyamaratakan standar mutu kopi yang baik.
Penelitian ini telah menjelaskan mengenai upaya pemerintah Indonesia dalam
meningkatkan kualitas kopi di kopi. pola kerjasama atau kemitraan usaha antara
pengusaha besar dan koperasi serta pengusaha kecil haruslah mengacu pada
memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan suatu kemitraan usaha. Kemitraan strategis memang
memiliki potensi untuk membuat rekan kemitraan lebih kuat dan stabil, namun
kemitraan sering pula membawa kekecewaan. Dua faktor utama yang menentukan
keberhasilan atau kegagalan dari hubungan kerjasama ini yaitu: tujuan yang
ditetapkan bagi kemitraan tersebut dan perilaku atau sifat dan sikap dari pihak
yang turut serta dalam kemitraan.
Strategi pengembangan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto
dirumuskan menggunakan metode AHP (Analysis Hierarchy Process). Tujuan
alternatif dan kriteria yang digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil survei
dan diskusi dengan keyperson yang berkompeten terhadap pengembangan
usahatani kopi di Kecamatan Candiroto.

4.2 Saran

Dibutuhkan keseriusan pemerintah jika ingin meningkatkan mutu,


produktivitas dan produksi kopi Indonesia seperti pada komoditi unggulan lain
yakni kelapa sawit dan kakao. Upaya yang dilakukan tidak dapat sebagian-
sebagian saja melainkan dibutuhkan seperti Gerakan Nasional Kopi untuk
memaksimalkan kopi Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

21
Penulis memberikan saran agar dibentuknya Gerakan Nasional Kopi sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia. Peran pemerintah dalam
meningkatkan diversifikasi produk olahan kopi harus ditingkatkan sehingga dapat
memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan hanya mengekspor biji kopi
mentah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amelia. 2011. Analisis Keterkaitan Subsistem Pada Subsistem Agribisnis Kakao


Di Kabupaten Padang Pariaman. [Skripsi]. Universitas Andalas.
Padang. 85 Hal.
Sandria, Y.U. 2021. Analisis Sistem Agribisnis Kopi Arabika (Coffea arabica)
Studi Kasus Desa Bunuraya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.
Skripsi. Medan

Maulidah. 2012. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna.


Jakarta.

Masyhuri. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis. Badan Penerbit Universitas


Negeri Makaasar.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang


Press. Malang
Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara

23
L
A
M
P
I
R
A
N

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai