Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Kota Banjarmasin

pada Masa Pandemik

Pandemik COVID-19 yang terjadi sejak bulan Maret di Indonesia hingga saat ini
sangat meresahkan masyarakat karena tidak hanya membunuh ribuan penduduk dunia
tetapi juga menyengsarakan bagi yang sehat, salah satunya di Kota Banjarmasin.
Masyarakat Banjarmasin dihantui dengan rasa bosan, cemas, dan takut akan
kelangsungan hidupnya. Dampak yang paling signifikan dari pandemik ini adalah pada
sektor perekonomian.

Pandemik ini mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan di Kota


Banjarmasin, sehingga menyebabkan Pemerintah Kota Banjarmasin harus mengambil
keputusan melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dampak dari
diberlakukannya PSBB adalah sebagian besar UKM seperti restoran atau rumah
makan, dealer atau bengkel dan pertokoan harus tutup sementara demi menekan dan
memutus penyebaran COVID-19 ini. Penutupan sementara kegiatan usaha tersebut
mengakibatkan para pemilik usaha atau pengusaha kehilangan sebagian besar
pendapatan karena menurunnya daya beli masyarakat yang sebagian besar
aktivitasnya lebih banyak di rumah, sehingga mengharuskan mereka untuk mengurangi
pengeluaran. Opsi terakhir untuk mengurangi pengeluaran tersebut adalah dengan
memberhentikan karyawannya atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bahkan
sebagian dari karyawan tersebut diberhentikan dengan tanpa diberikan upah. Hingga
awal bulan April 2020, tercatat ada puluhan buruh dan karyawan di Kota Banjarmasin
yang ter-PHK atau dirumahkan. Seperti yang disampaikan Biro Hukum Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (SPSI), Sumarlan, bahwa ada sekitar 20 orang buruh dan karyawan
yang kehilangan mata pencaharian mereka.

Hal tersebut membuat jumlah angka pengangguran di Kota Banjarmasin menjadi


semakin meningkat. Padahal seperti yang kita ketahui, jumlah angka pengangguran di
Kota Banjarmasin sudah sangat memprihatinkan. Menurut Walikota Banjarmasin, Ibnu
Sina, sesuai data dari Dinas Koperasi, UMK dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin, saat
ini ada sebanyak 1.523 orang karyawan dirumahkan, bahkan ada sekitar 121 orang
karyawan yang statusnya di PHK akibat terjadinya pandemik COVID-19 ini. Sektor yang
paling terdampak akibat pandemik ini adalah sektor perhotelan, dimana lebih dari 1.080
orang karyawan yang terpaksa dirumahkan, karena operasionalnya banyak yang
terhenti. Sedangkan, untuk sektor perdagangan ada sekitar 210 orang karyawan dan
sektor industri sekitar 139 orang karyawan yang dirumahkan. Demikian juga, di sektor
jasa termasuk rumah sakit swasta dimana totalnya ada sekitar 94 orang karyawan yang
dirumahkan.

Terjadinya PHK yang dilakukan oleh para pemilik usaha atau pengusaha
tersebut, tentu saja menjadi masalah serius yang harus dihadapi Pemerintah Kota
Banjarmasin. Pemerintah harus melakukan tindakan pencegahan supaya gelombang
pemutusan kerja bagi karyawan di Banjarmasin ini dapat dihentikan dengan berbagai
strategi dan kebijakan. Adapun strategi yang ingin dilakukan Pemerintah Kota
Banjarmasin adalah dengan cara mengurangi beban bagi para karyawan yang sedang
tertimpa pemutusan kerja sementara ini dengan memasukkan mereka dalam bantuan
sosial, seperti bantuan bahan sembako yang merupakan kebutuhan mendasar bagi
setiap masyarakat Banjarmasin dan bantuan lainnya. Selain itu, Pemerintah Kota
Banjarmasin juga menyusun perkiraan anggaran hingga sekitar Rp 120 miliar untuk
dialirkan mendukung upaya penanganan dan penanggulangan pandemik ini.
Pemerintah Kota Banjarmasin juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, khususnya
di sektor jasa. Sesuai dengan temuan Suryadarma, Suryahadi dan Sumarto (2007)
yang mengungkapkan sektor jasa di perkotaan memiliki tingkat elastisitas paling tinggi
dalam penciptaan lapangan kerja. Ini berarti kebijakan untuk mendorong semakin
majunya sektor jasa di kota merupakan salah satu opsi penting dalam mengurangi
pengangguran. Dengan adanya lapangan kerja baru, dapat meminimalisir terjadinya
tindakan kriminalitas.

Anda mungkin juga menyukai