Pandemik COVID-19 yang terjadi sejak bulan Maret di Indonesia hingga saat ini
sangat meresahkan masyarakat karena tidak hanya membunuh ribuan penduduk dunia
tetapi juga menyengsarakan bagi yang sehat, salah satunya di Kota Banjarmasin.
Masyarakat Banjarmasin dihantui dengan rasa bosan, cemas, dan takut akan
kelangsungan hidupnya. Dampak yang paling signifikan dari pandemik ini adalah pada
sektor perekonomian.
Terjadinya PHK yang dilakukan oleh para pemilik usaha atau pengusaha
tersebut, tentu saja menjadi masalah serius yang harus dihadapi Pemerintah Kota
Banjarmasin. Pemerintah harus melakukan tindakan pencegahan supaya gelombang
pemutusan kerja bagi karyawan di Banjarmasin ini dapat dihentikan dengan berbagai
strategi dan kebijakan. Adapun strategi yang ingin dilakukan Pemerintah Kota
Banjarmasin adalah dengan cara mengurangi beban bagi para karyawan yang sedang
tertimpa pemutusan kerja sementara ini dengan memasukkan mereka dalam bantuan
sosial, seperti bantuan bahan sembako yang merupakan kebutuhan mendasar bagi
setiap masyarakat Banjarmasin dan bantuan lainnya. Selain itu, Pemerintah Kota
Banjarmasin juga menyusun perkiraan anggaran hingga sekitar Rp 120 miliar untuk
dialirkan mendukung upaya penanganan dan penanggulangan pandemik ini.
Pemerintah Kota Banjarmasin juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, khususnya
di sektor jasa. Sesuai dengan temuan Suryadarma, Suryahadi dan Sumarto (2007)
yang mengungkapkan sektor jasa di perkotaan memiliki tingkat elastisitas paling tinggi
dalam penciptaan lapangan kerja. Ini berarti kebijakan untuk mendorong semakin
majunya sektor jasa di kota merupakan salah satu opsi penting dalam mengurangi
pengangguran. Dengan adanya lapangan kerja baru, dapat meminimalisir terjadinya
tindakan kriminalitas.