Anda di halaman 1dari 67

`BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah

Kabupaten Sikka sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang termasuk
dalam gugusan Pulau Flores dan terletak di antara 8022 sampai 8050 derajat Lintang Selatan dan
121055’40” sampai 122041’30” Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Sikka terletak di Maumere. Secara fisik
dan administrasi, wilayah Kabupaten Sikka berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Laut Flores


 Sebelah Selatan : Laut Sawu
 Sebelah Barat : Kabupaten Ende
 Sebelah Timur : Kabupaten Flores Timur

 Kondisi Fisik

1. Topografi (kemiringan & Ketinggian Lahan)


1) Ketinggian Lahan
Luas wilayah Kabupaten Sikka menurut ketinggian di atas permukaan laut dapat diklasifikasikan dalam 5
(lima) kelas ketinggian, sebagai berikut :
0-25 mdpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar 17,24% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka,
meliputi daerah pesisir pantai utara (sebagian besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah pesisir
pantai pulau-pulau kecil lainnya.
25-100 mdpl, seluas 20.843 ha atau sekitar 12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan
wilayah lanjutan daerah pesisir yang sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten
Sikka dan sebagian kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya.
100-500 mdpl, yaitu seluas 48.171 ha atau sekitar 27,81% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka,
merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari
dataran rendah ke dataran tinggi atau pegunungan.
500-1000 mdpl, seluas 70.216 ha atau sekitar 40,54% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang
merupakan daerah pegunungan.
> 1000 mdpl, seluas 4.098 ha atau sekitar 2,37% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang
merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi dan hanya terdapat dibeberapa kecamatan tertentu
saja.
2) Kemiringan Lahan
Kondisi kemiringan lahan (kelerengan) di wilayah Kabupaten Sikka cukup bervariasi, berkisar dari 0
sampai dengan 70%. Kemiringan lahan di Kabupaten Sikka dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian,
yaitu lahan dengan kemiringan 0–2 % seluas 10.156 Ha atau 5,86%, lahan dengan kemiringan 2–15%
seluas 20.865 Ha atau 12,05%, lahan dengan kemiringan 15–40% seluas 61.003 atau 35,22%, dan lahan
dengan kemiringan lebih besar 40% seluas 81.167 atau 46,87% dan merupakan dominasi kemiringan
lahan yang ada di wilayah Kabupaten Sikka.

2. Jenis Tanah

Wilayah Kabupaten Sikka memiliki 4 (empat) jenis tanah yakni jenis tanah mediteran, litosol, regosol dan
jenis tanah kompleks. Kabupaten Sikka didominasi oleh jenis tanah mediteran seluas 79.176 Ha (45,71%),
sedangkan tekstur tanah didominasi oleh tanah bertekstur kasar dengan luas 108.609 Ha atau sekitar
62,71%. Tekstur tanah merupakan klasifikasi tingkat kekasaran dan halusnya tanah yang dinilai berdasarkan
perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat. Klasifikasi tekstur tanah ini akan berpengaruh terhadap
pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman, terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam rongga
tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di daerah tersebut. Tekstur tanah juga berpengaruh
terhadap muda atau tidaknya lapisan tanah tersebut.

3. Geologi
Berdasarkan data Geologi dan Tata Lingkungan yang meliputi sebaran struktur geologi di wilayah
Kabupaten Sikka terdapat beberapa batuan dan formasi batuan dengan gambaran umum sebagai berikut:
a. Aluvium dan Endapan Pantai
Kerakal dan kerikil dari andesit, basal serta granit, diorite dan granodiorit, pasir, lumpur dan lanau yang
terendapkan dalam lingkungan sungai dan pantai. Dijumpai terutama di daerah pantai dekat muara
sungai, untuk endapan pantai didominasi oleh pasir, pasir lempungan dan kerikil. Satuan ini umumnya
bersifat lepas, kurang padat. Dibeberapa tempat endapan pasir bersisipan lempung pasir dan lempung-
lempung ini memperlihatkan perlapisan mendatar. Tersingkap di pantai utara Maumere ke arah barat dan
timur dengan sepanjang ±3 Km.
b. Formasi Kiro
Lava, breksi, aglomerat, tufa pasiran dan batu pasir tufaan, dijumpai berupa sisipan berwarna kelabu,
berbutir halus-kasar, menyudut–membundar tanggung, berlapis baik dengan kemiringan 25->50% dan
arah jurusan barat–barat laut–timur tenggara. Sebarannya mendominasi daerah Magepanda. Tebalnya
diperkirakan ± 750 meter.
c. Batuan Gunung Api Tua
Lava, breksi, pasir dan abu gunung api, bersusunan andesit dan basal, bersisipan tufa dan tufa batuan
apung (lapili) dan pasir gunung api. Umumnya berwarna abu-abu tua kecoklatan hingga kehitaman.
Sebenarnya menempati perbukitan dan pegunungan. Batuan ini merupakan hasil gunung api yang masih
aktif.
Stratigrafi litologi wilayah Kabupaten Sikka berumur diantara tersier bawah (lower tertiary) sampai
kuarter dengan jenis bahan litoral dan deposit, endapan alluvial, koral, batuan andesit yang berasal dari
erupsi gunung api tua erupsi gunung api muda yang terjadi pada zaman kuarter serta terdapat batuan
intrusi granodiorit yang berumur tersier bawah. Bila dilihat dari keadaan struktur geologi wilayah
Kabupaten Sikka termasuk labil karena terdapat jalur patahan yang masih aktif dengan arah 10–300 NE
sebanyak 7 jalur.

4. Hidrologi
Potensi sumber air di wilayah Kabupaten Sikka dapat diidentifikasi dari 3 (tiga sumber), yaitu air hujan, air
tanah dan air permukaan. Sumber-sumber tersebut secara garis besar sebagai berikut:
a. Sumber Air Hujan:
Sumber air hujan di wilayah Kabupaten Sikka dipengaruhi oleh iklim dan curah hujan. Pada umumnya
kondisi iklim di wilayah ini dipengaruhi oleh angin muson yang mengakibatkan kering, dengan musim
hujan yang pendek yang jatuh pada sekitar bulan Nopember hingga Mei. Akibat rendahnya curah hujan
dan sedikitnya hari hujan sangat mempengaruhi keadaan air tanah dan keadaan debit air sungai yang ada
di wilayah Kabupaten Sikka.

b. Sumber Air Tanah:


Struktur batuan geologi wilayah Kabupaten Sikka sangat mempengaruhi terhadap potensi air tanah,
batuan yang terdapat di wilayah ini, yaitu batuan gunung api kuarter dan alluvial, secara umum
menunjukkan potensi air tanah yang baik. Struktur hidrogeologi wilayah ini cenderung kompleks dan
sangat dipengaruhi oleh aktifitas tektonik dan vulkanik pada masa lampau. Aliran air tanah mengalir
melalui celah antar butir (pasir dan butiran batu halus), mengalir di antara retakan dan celah batuan keras,
aliran melalui celah, retakan dan saluran. Sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh produktifitas
aquifernya. Secara umum sumber air tanah terdapat di sepanjang pesisir pantai utara, selatan dan pesisir
pulau-pulau.
Mata air umumnya muncul secara alami ke permukaan tanah, karena terpotongnya aliran air tanah oleh
bentuk topografi setempat. Debit air bervariasi antara 1-40 liter/detik. Terdapat 63 mata air dengan tinggi
permukaan dibawah 100 m sebanyak 24 mata air. Tinggi permukaan antara 100-500 m sebanyak 32 mata
air yang diatas 500 sebanyak 7 mata air.

c. Sumber Air Permukaan:


Air permukaan berasal dari air sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Sikka dalam skala kecil
dan sedang. Iklim yang relatif kering dan musim hujan yang berlangsung hanya 3–4 bulan dalam setahun
menyebabkan sungai-sungai tersebut juga banyak yang kering terutama pada musim kemarau. Pola aliran
sungai di wilayah ini pada umumnya adalah dendritik, yaitu aliran sungai yang membentuk cabang
pohon, berair pada musim hujan dan kering/berkurang debitnya pada musim kemarau. Berdasarkan data
yang ada, jumlah sungai yang mengalir di wilayah ini hampir terdapat di semua kecamatan, tetapi pada
umumnya hanya mengalir pada musim hujan.

5. Klimatologi
Kabupaten Sikka beriklim tropis kering tipe C-D (Schmith–Ferguson) yang terdiri dari 2 (dua) musim yaitu
musim kemarau dengan iklim kering berlangsung antara bulan April/Mei sampai dengan bulan
Okrober/Nopember; dan musim hujan dengan iklim basah yang berlangsung antara bulan
Nopember/Desember sampai dengan bulan Maret/April. Curah hujan rata-rata 1.000-1.500 mm/tahun dan
hari hujan antara 60-120 hari/tahun (4 bulan basah, 1 lembab dan 7 bulan kering).
Kecepatan angin pada musim panas 12-13 knots dan kelembapan udara relatif antara 69%-85% dengan rata-
rata kelembaban sebesar 78%. Temperatur udara minimum antara 20,6 0C sampai dengan 24,00C dan
temperatur udara maksimum antara 27,40 0C-29,1 0C dengan rata-rata 28,40C.

i) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Sikka didominasi oleh Semak belukar dengan luas 17.323,86 Ha atau
39,54% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka. Selanjutnya adalah Hutan baik hutan lindung maupun hutan
rakyat dengan luas 19.458 Ha atau 11,24% dari total luas Kabupaten Sikka. Perkebunan rakyat menduduki
urutan ke 3 dengan luas 17.323 Ha atau 10,00% dari luas wilayah Kabupaten Sikka.Untuk jelasnya mengenai
distribusi penggunaan lahan wilayah Kabupaten Sikka dapat dilihat pada tabel 2.3.
ii) Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Kabupaten Sikka termasuk sebagai salah satu kabupaten rawan bencana. Hal ini seperti tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), wilayah Kabupaten Sikka termasuk dalam
wilayah sebaran gunung berapi di Indonesia. Selain itu wilayah Kabupaten Sikka juga termasuk wilayah
episenter gempa di Indonesia selama tahun 1990-2000. Sedangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sikka, Wilayah Kabupaten Sikka rawan terhadap bencana tanah longsor, gelombang pasang, banjir,
angin topan, gempa dan gerakan tanah, letusan gunung berapi, dan tsunami.
Berdasarkan hasil kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Sikka, diidentifikasi beberapa jenis bencana yang dapat mengancam Kabupaten Sikka, yakni
:
a. Risiko Bencana Banjir
Hanya sebagian dari Kabupaten Sikka yang berisiko banjir. Wilayah yang berisiko sedang berada di bagian
tengah dan sebagian pantai utara Kabupaten Sikka. Wilayah yang berisiko sedang diantaranya berada di
Kecamatan Magepanda, Kec Alok Barat, Kecamatan Alok, dan Kecamatan Kewapante.
b. Risiko Cuaca Ekstrim
Wilayah Kabupaten yang berisiko dilanda bencana cuaca ekstrem berada di wilayah utara dan wilayah
selatan Kabupaten Sikka. Wilayah yang berada dalam tingkat risiko sedang diantaranya berada di
Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Doreng dan Mapitara.
c. Risiko Gelombang Ekstrem dan Abrasi Pantai
Daerah berisiko bencana gelombang ekstrem dan abrasi pantai berada di pantai selatan dan utara Kabupaten
Sikka, dengan tingkat risiko sedang sampai tinggi. Daerah tersebut berada diantaranya berada di Kecamatan
Magepanda, Alok Barat, Alok, Kewapante. Paga dan Doreng.
d. Risiko Letusan Gunung api
Daerah berisiko bencana letusan gunungapi berada di sekitar G. Rokatenda dan G. Egon. Di wilayah G.
Egon risiko bencana berada di tingkat rendah sampai tinggi. Wilayah yang terkena risiko ini berada di
Kecamatan Mapitara dan Waigete. Sedangkan di wilayah G. Rokatenda risiko bencana pada tingkat sedang
sampai tinggi, dan semua terletak di Kecamatan Palue.
e. Risiko Tanah Longsor
Wilayah risiko bencana tanah longsor tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Sikka dengan tingkat
risiko sedang sampai tinggi. Di bagian barat wilayah tersebut diantaranya berada di Kecamatan Magepanda,
Mego, dan Tanawawo dan Alok Barat. Sedangkan di bagian timur berada di Kecamatan Mapitara, Waigete
dan Waiblama.
f. Risiko Tsunami
Daerah berisiko bencana tsunami di Kabupaten Sikka berada di pantai utara Kabupaten Sikka dengan
tingkat risiko sedang sampai tinggi. Daerah tersebut meliputi wilayah Kecamatan Magepanda, Kecamatan
Alok Barat, Kecamatan Alok, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Waigete, dan Kecamatan Talibura.
g. Risiko Gempa Bumi
Daerah berisiko bencana gempa bumi di Kabupaten Sikka tersebar di wilayah ini dengan risiko rendah
sampai sedang. Di bagian barat terlihat sebagian mempunyai tingkat risiko tinggi. Wilayah ini adalah
Kecamatan Magepanda dan Kecamatan Alok Barat.
h. Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan
Daerah yang berisiko bencana kebakaran hutan dan lahan berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten
Sikka dengan tingkat risiko sedang sampai tinggi. Di bagian barat wilayah ini diantaranya terletak di
Kecamatan Magepanda, Kecamatan Tanawawo, Kecamatan Mego dan Alok Barat. Sedangkan di bagian
timur terletak di Kecamatan Talibura dan Kecamatan Waiblama.
i. Risiko Epidemi dan Wabah Penyakit
Tingkat risiko bencana epidemi dan wabah penyakit di Kabupaten Sikka umumnya berada pada tingkat
rendah.
j. Risiko Kekeringan
Tingkat risiko bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Sikka umumnya berada pada tingkat sedang
sampai tinggi. Di bagian barat wilayah ini diantaranya terletak di Kecamatan Magepanda, Kecamatan Mego
dan Alok Barat. Dan di bagian timur terletak di Kecamatan Talibura dan Kecamatan Waiblama. Sedangkan
di Kecamatan Alok Timur memperlihatkan tingkat rendah.
2.2 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Sikka 5 (lima) tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2008
sebanyak 301.963 jiwa, meningkat menjadi 317.101 jiwa pada tahun 2012. Berkurangnya jumlah penduduk
Kabupaten Sikka selama kurun waktu dari tahun 2008 hingga tahun 2012 hanya terjadi pada tahun 2010.

2.3 Tata Ruang Wilayah

Kebijakan Penataan Ruang


Penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang daerah sebagai pusat pertumbuhan berbasis
perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Secara umum, untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Sikka, maka ditetapkan
strategi dan kebijakan perencanaan ruang wilayah serta strategi perencanaan ruang wilayah. Terkait dengan
bidang sanitasi (air limbah, drainase dan persampahan) termasuk di dalam kebijakan pengembangan
infrastruktur kota.
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang maka disusunlah kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana
meliputi:
a. perwujudan konstelasi pusat kegiatan yang berhirarki, melalui pengembangan sistem pusat pertumbuhan
perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata di perkotaan dan perdesaan
guna meningkatkan produktivitas dan daya saing wilayah;
b. peningkatan kinerja dan jangkauan pelayanan prasarana utama yang diprioritaskan untuk mendukung
pusat pertumbuhan pertanian dan pariwisata;
c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem prasarana lainnya untuk mendukung pengembangan pusat
pertumbuhan wilayah;
d. pelestarian fungsi kawasan lindung di wilayah darat dan laut untuk menjaga keseimbangan flora dan
fauna, keseimbangan hidrologis dan keseimbangan cagar budaya, sehingga memperkecil dampak
kerusakan lingkungan dan meminimalkan resiko bencana;
e. pengoptimalan pengembangan kawasan budidaya darat dan laut sebagai aset wilayah yang pemanfaatan
kawasan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan guna mendukung pengembangan
pusat pertumbuhan berbasis perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata;
f. Pengoptimalan pengembangan kawasan prioritas berkembang dan kawasan strategis sebagai pusat
pertumbuhan baru dengan pengembangan berbasis pada perdagangan jasa, industri pengolahan hasil
pertanian dan pariwisata.

Strategi Penataan Ruang


(1) Strategi perwujudan konstelasi pusat kegiatan yang berhirarki meliput :
a. Mengembangkan pusat kegiatan baru secara berhirarki, sehingga tercipta pusat pertumbuhan baru yang
terintegrasi
b. Mendorong pengembangan kawasan berbasis perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian
dan pariwisata menjadi kawasan strategis
c. Mendorong pengembangan sektor unggulan di wilayah perkotaan dan pedesaan untuk memicu
pemerataan pengembangan wilayah
d. mengembangkan pusat pertumbuhan berdasarkan pengembangan perdagangan jasa, industri
pengolahan hasil pertanian dan pariwisata untuk mendorong pengembangan sektor ekonomi yang
berpotensi basis
e. memeratakan pelayanan fasilitas publik dan mengembangkan aksesibilitas antara perdesaan dan
perkotaan untuk mengurangi disparitas perkembangan wilayah.

2) Strategi peningkatan kinerja dan jangkauan pelayanan prasarana utama meliputi:


a. Mengembangkan aksesibilitas transportasi antar pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan sebagai upaya
pemerataan pelayanan transportasi sampai ke daerah pedalaman
b. Meningkatkan jangkauan pelayanan transportasi terutama pada wilayah pusat pertumbuhan perdagangan
dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata
c. Membuka akses pelayanan ke wilayah pusat pertumbuhan guna pemerataan pelayanan dan memicu
pengembangan wilayah
d. Meningkatkan jangkauan pelayanan sistem transportasi darat guna kelancaran simpul transportasi lintas
Flores
e. Meningkatkan pelayanan Pelabuhan L. Say sebagai pelabuhan pengumpul, sebagai pintu gerbang
eksport import hasil pertanian dan pelayanan pariwisata guna memperlancar pergerakan orang, barang
dan jasa
f. Meningkatkan pelayanan sistem transportasi laut meliputi pelabuhan lokal yang melayani pergerakan
antar pulau di daerah
g. Mengembangkan Pelabuhan penyeberangan antar pulau dalam kabupaten guna memperlancar
pergerakan orang, barang dan jasa
h. Meningkatkan pelayanan bandar udara Frans Seda sebagai bandara bertaraf pengumpul dan pintu
gerbang wilayah Flores.

3) Strategi peningkatan jangkauan pelayanan sistem prasarana lainnya meliputi:


a. Meningkatkan jangkauan pelayanan prasarana telekomunikasi yang merata sampai ke wilayah pelosok
desa guna keterjangkauan informasi dan komunikasi berbasis teknologi internet untuk pengembangan
sektor perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata
b. Mengembangkan sistem prasarana energi listrik terbarukan selain PLTD sebagai energi listrik dengan
menggunakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dari potensi energy
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan sistem prasarana energi listrik yang merata sampai ke wilayah
pelosok desa guna perluasan jaringan distribusi tenaga listrik
d. Meningkatkan penyediaan sumber daya air yang berkualitas, dengan pengoptimalan potensi sumber-
sumber air yang tersedia untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kegiatan pertanian
e. Meningkatkan pelayanan sistem prasarana persampahan terutama pada kawasan permukiman, produksi,
jasa dan kawasan industri dengan menggunakan teknologi pengolahan limbah melalui pengomposan
sampah organik, teknologi daur ulang sampah non organik, teknologi pembakaran sampah serta
teknologi sanitary landfill dengan prinsip-prinsip “3R”
f. Menata kembali sistem prasarana drainase terutama pada kawasan permukiman, kawasan industri untuk
keindahan wajah kota dan antisipasi bencana banjir; dan
g. Mendorong pengembangan sistem prasarana sanitasi di wilayah perkotaan dan perdesaan guna
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

4) Strategi pelestarian fungsi kawasan lindung di wilayah darat dan laut meliputi:
a. Melestarikan kawasan hutan lindung dengan mempertahankan luasan hutan lindung beserta ekosistem di
dalamnya dan fungsi lindung sebagai bentuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;
b. Melindungi kawasan lindung di bawahnya beserta ekosistem didalamnya untuk mendukung
pengembangan potensi pertanian wilayah
c. Menjadikan kawasan perlindungan setempat sebagai sabuk hijau untuk mitigasi fisik bagi pemanfaatan
kawasan
d. Mempertahankan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya dengan pengembangan
terbatas yang bersifat ekowisata, penelitian dan pengembangan pengetahuan tanpa menyebabkan
kerusakan lingkungan
e. Menjaga kawasan rawan bencana dengan adanya bentuk mitigasi fisik dan non fisik bencana pada
kawasan rawan bencana
f. Menjaga kawasan lindung geologi untuk mencegah dampak negatif kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan degradasi lingkungan hidup; dan
g. Melestarikan kawasan lindung lainnya dengan mempertahankan dan melindungi ekosistem dari bencana
alam.

5) Strategi pengoptimalan pengembangan kawasan budidaya darat dan laut meliputi:


a. Mengembangkan kawasan hutan produksi sebagai kawasan yang bernilai ekonomis dengan tetap
mempertahankan fungsi hutan
b. Mendorong pengembangan hutan rakyat sebagai sektor unggulan untuk kesejahteraan rakyat dengan
tetap mempertahankan fungsi hutan sehingga tidak menyebabkan kerusakan lingkungan
c. Mengoptimalkan pengembangan kawasan pertanian, perkebunan dan peternakan sebagai wilayah pusat
pertumbuhan yang didukung oleh teknologi tepat guna dan sumber daya manusia yang potensial
d. Mengoptimalkan pengembangan kawasan perikanan sebagai wilayah pusat pertumbuhan melalui sentra
pengolah hasil perikanan dalam wadah minapolitan yang didukung dengan ketersediaan sarana
prasarana pendukung yang pemanfaatannya tidak menimbulkan penangkapan yang berlebihan dan juga
tidak mengkapling wilayah perairan laut
e. Mendorong pengembangan kawasan pertambangan yang pemanfaatannya tidak berlebihan dengan tetap
memperhatikan prinsip keberlanjutan
f. Mendorong pengembangan kawasan industri untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan
dan perikanan sebagai wilayah pusat pertumbuhan dengan tidak menimbulkan degradasi bagi
lingkungan sekitarnya
g. Mengoptimalkan pengembangan kawasan pariwisata berbasis ekowisata sebagai wilayah pusat
pertumbuhan dengan pelestarian budaya leluhur
h. Mendorong pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan disesuaikan dengan karakter
fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat yang didukung dengan pemerataan pelayanan sarana dan
prasarana, ketersediaan ruang terbuka hijau dan kelengkapan mitigasi bencana; dan
i. Mendukung pengembangan kawasan peruntukan lainnya berupa fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan dengan turut serta memelihara dan menjaga aset pertahanan dan keamanan.

6) Strategi pengoptimalan pengembangan kawasan prioritas berkembang meliputi:


a. Mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan ekonomi yakni kawasan perkotaan
Kewapante, kawasan agropolitan, Bandar Udara Frans Seda, Pelabuhan L. Say, kawasan sentra
kerajinan tenun, kawasan minapolitan
b. Mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup di kawasan konservasi Teluk Maumere dan Laut Sawu;
c. Mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan sosial dan budaya yakni meliputi
kawasan pariwisata; dan
d. Mengoptimalkan penyediaan sarana prasarana penunjang, peluang investasi, sumber daya manusia dan
dukungan kelembagaan pada kawasan prioritas berkembang dengan pemanfaatan kawasan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Rencana Struktur Ruang Wilayah
Rencana struktur ruang wilayah terdiri atas:
(1) Rencana pusat kegiatan
(2) Rencana sistem jaringan prasarana utama; dan
(3) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya.
a. Rencana Pusat Kegiatan sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional Promosi;
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi;
3. Pusat Pelayanan Kawasan; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan.
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Rencana sistem jaringan prasarana utama terdiri atas:
a. Rencana sistem jaringan transportasi darat;
Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:
1. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan dan jembatan, jaringan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan jaringan layanan lalu lintas;
2. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal penumpang dan barang,
jembatan timbang dan pengujian kendaraan bermotor; dan c. jaringan transportasi Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP).
b. rencana sistem jaringan transportasi laut; dan
Rencana sistem jaringan transportasi laut terdiri atas:
1. rencana tatanan kepelabuhan; dan
2. rencana alur pelayaran
c. rencana sistem jaringan transportasi udara.
Rencana sistem jaringan transportasi udara terdiri atas:
1. rencana tatanan kebandarudaraan; dan
2. rencana ruang udara untuk penerbangan.

c. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya


Rencana sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas:
1. rencana sistem jaringan energi;
2. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
3. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
4. rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Kawasan rawan bencana


Kawasan rawan bencana terdiri atas:
1. kawasan rawan tanah longsor;
2. kawasan rawan gelombang pasang;
3. kawasan rawan banjir; dan
4. kawasan rawan angin topan.

1. Kawasan rawan longsor meliputi Kecamatan Mego, Kecamatan Tana Wawo, Kecamatan Alok Timur
dan di Wilayah Kepulauan, Kecamatan Palue, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Talibura dan
Kecamatan Waiblama.
2. Kawasan rawan gelombang pasang terdapat di kecamatan pesisir dan pulau-pulau meliputi Kecamatan
Paga, Kecamatan Kangae, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola, Kecamatan Magepanda, Kecamatan
Doreng, Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Barat,
Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Palue, Kecamatan Mego, Kecamatan Kewapante dan Kecamatan
Waiblama serta pulau-pulau.
3. Kawasan rawan banjir meliputi Kecamatan Paga, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Alok, Kecamatan
Alok Timur, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Talibura, Kecamatan Mego, dan Kecamatan Kangae.
4. Kawasan rawan angin topan meliputi Kecamatan Tana Wawo,Kecamatan Paga, Kecamatan Mego,
Kecamatan Nita, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Doreng, Kecamatan Bola, Kecamatan Alok Barat,
Kecamatan Waiblama, Kecamatan Hewokloang dan Kecamatan Waigete.
Peta 1.2. Peta Administrasi
Adminstratif

Berdasarkan tabel dibawah ini, kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar adalah
Kecamatan Talibura dengan luas wilayah 260,11 km2 atau 15,02%, sedangkan kecamatan yang paling
kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Alok 14,64 km2 atau 0,85%. Kecamatan dengan desa/kelurahan
terbanyak terdapat di Talibura dan Nita, sedangkan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan paling
sedikit adalah Kecamatan Alok Barat. Untuk wilayah administrasi kelurahan terdapat di 3 (tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Alok, Alok Barat dan Alok Timur. Kabupaten Sikka merupakan kabupaten
kepulauan, dengan 18 (delapan belas) pulau baik yang dihuni maupun tidak dihuni.
Berdasarkan tabel di atas, wilayah terluas adalah Kabupaten Sikka daratan di Pulau Flores seluas
1.613,18 km2sekitar 93.14%, dan Pulau Besar adalah pulau terbesar kedua seluas 53,13 km2 atau 3,07%
sedangkan luasan yang terkecil adalah Pulau Kambing (Pemana Kecil) yang belum diketahui secara
pasti luasannya atau kurang dari 1 km2.Kabupaten Sikka terdiri dari 21 kecamatan dan 160 Desa/
kelurahan, sebagaimana tersebut pada tabel berikut ini.

Tabel Nama, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan per Kecamatan


Luas Wilayah Jumlah Area
No Kecamatan Ibukota Ha % Desa Kelur Terbangun
ahan (Ha)
1 Paga Paga 8.285 4,78 8 - 2.881
2 Tanawawo Wolofeo 7.978 4,61 8 - 1.590
3 Mego Lekebai 11.126 6,42 10 - 3.338
4 Lela Lela 3.133 1,81 9 - 940
5 Bola Bola 5.683 3,28 6 - 1.705
6 Doreng Waihawa 3.041 1,76 7 - 891
7 Mapitara Hebing 8.102 4,61 4 - 2.431
8 Talibura Talibura 26.011 15,02 12 - 7.803
9 Waiblama Tanarawa 14.436 8,34 6 - 4.331
10 Waigete Waigete 21.765 12,57 9 - 6.529
11 Kewapante Kewapante 2.414 1,39 8 - 1.448
12 Hewokloang Baowunut 1.758 1,02 7 - 527
13 Kangae Waipare 3.843 2,22 9 - 1.537
14 Nelle Nelle 1.465 0,85 6 - 733
Urung
15 Koting Koting B 2.356 1,36 6 - 707
16 Palue Uwa 4.100 2,37 8 - 1.230
17 Nita Nita 14.107 8,15 12 - 7.063
18 Magepanda Magepanda 16.615 9,59 5 - 3.700
19 Alok Kota 1.464 0,85 3 4 968
Uneng
20 Alok Barat Wailiti 6.275 3,62 - 4 3.070
21 Alok Timur Waioti 9.234 5,33 5 5 5.685
JUMLAH 173.191 100 147 13 50.035
Sumber : Kompilasi Kabupaten Sikka Dalam Angka, 2014
Tabel .Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga saat ini dan proyeksiya 5 tahun

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan penduduk (%) Kepadatan Penduduk


Nama
Kecamatan
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2104 2010 2011 2012 2013 2104

Paga 0,045 0,104 0,001 0,003 0,004 204,280 188,270 225,680 226,420 192,090
16.925 18.682 18.698 18.759 18.841 4.276 4.276 4.617 4.657 4.732
- -
Tanawawo 0,000 0,000 0,033 147,530 108,990 115,890 152,020 111,440
11.770 11.770 12.157 12.128 12.109 2.979 2.979 2.178 2.319 2.480 0,002 0,002
-
Mego 0,042 0,004 0,012 0,002 142,100 106,710 152,380 117,290 109,980
15.810 12.846 12.894 13.050 13.081 3.543 3.543 3.472 3.480 3.331 0,187
- - -
Lela 0,012 0,009 397,830 371,690 385,670 384,770 386,340
12.464 12.151 12.083 12.055 12.164 3.087 3.087 3.373 3.373 3.279 0,025 0,006 0,002
- -
Bola 0,004 0,015 0,002 208,480 189,780 113,720 200,920 201,000
11.848 11.389 11.254 11.418 11.445 3.053 3.053 3.059 3.100 3.170 0,039 0,012
-
Doreng 0,028 0,120 0,003 0,008 370,570 368,000 413,480 414,830 385,660
11.269 12.623 12.574 12.615 12.713 2.708 2.708 2.656 2.651 2.489 0,004
Mapitara 0,013 0,094 0,008 0,012 0,001 80,760 77,810 89,050 90,140 83,400
6.543 7.160 7.215 7.303 7.310 1.609 1.609 1.649 1.672 1.387
Talibura 0,081 0,012 0,003 0,003 0,007 78,720 78,640 79,900 80,150 80,240
20.475 20.725 20.784 20.848 21.001 5.161 5.161 5.187 5.209 5.712
-
Wai blama 0,145 0,005 0,001 0,010 54,420 48,780 53,280 53,300 156,890
7.856 7.655 7.691 7.695 7.775 1.830 1.830 1.880 1.851 1.867 0,026
-
Waigete 0,013 0,000 0,171 0,002 92,220 101,910 100,870 108,230 33,030
20.071 20.071 23.506 23.557 23.204 5.122 5.122 5.728 5.737 6.201 0,015
Kewapante 0,012 0,001 0,009 0,013 0,010 583,970 557,290 590,140 598,090 568,430
14.097 14.112 14.246 14.438 14.577 3.202 3.202 3.333 3.328 3.564
-
Hewokloang 0,154 0,006 0,001 0,010 548,810 468,890 550,110 550,680 484,810
9.648 9.708 9.671 9.681 9.774 2.387 2.387 2.445 2.485 2.533 0,004
Kangae 0,017 0,013 0,018 0,001 0,008 436,530 426,460 450,270 450,870 435,780
16.776 17.001 17.304 17.327 17.464 4.276 4.276 4.492 4.652 4.677
- -
Nele 0,008 0,016 0,008 400,200 395,360 402,590 398,360 675,560
5.863 5.805 5.898 5.836 5.880 1.585 1.585 1.650 1.654 1.551 0,010 0,011
Koting 0,019 0,013 0,018 0,001 0,002 277,760 269,950 286,460 286,710 279,630
6.544 6.632 6.749 6.755 6.771 1.780 1.780 1.841 1.828 1.693
-
Palue 0,008 0,001 0,007 0,014 267,070 233,000 250,050 251,830 149,730
10.950 10.239 10.252 10.325 10.465 2.693 2.693 2.711 2.734 2.738 0,065
-
Nita 0,005 0,013 0,008 0,008 160,960 150,440 164,320 163,230 153,960
22.707 22.991 23.180 23.027 23.202 5.272 5.272 5.515 5.536 5.566 0,007
- -
Magepanda 0,011 0,005 0,024 75,790 69,260 98,690 75,010 72,080
12.593 12.109 12.172 12.463 12.329 2.870 2.870 3.044 3.050 2.874 0,038 0,011
- -
Alok 0,036 0,009 0,008 2145,900 2258,470 2031,280 2047,200 2311,000
31.416 29.485 29.738 29.971 29.370 6.416 6.416 6.694 7.182 7.074 0,061 0,020
Alok Barat 0,022 0,122 0,013 0,013 0,012 242,370 267,860 275,440 279,010 273,340
15.209 17.059 17.284 17.508 17.710 3.251 3.251 3.579 3.559 3.913
-
Alok Timur 0,052 0,009 0,000 0,015 336,250 348,350 328,530 328,590 356,790
31.049 30.052 30.336 30.342 30.786 6.653 6.653 7.167 7.256 7.616 0,032

Tabel Jumlah kepala keluarga saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun

Jumlah Penduduk ( Orang )


Total
Nama Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan
Kecamatan Tahun
Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Paga - - - - - 16.926 18.684 18.699 18.760 18.842 16.926 18.684 18.699 18.760 18.842
Tanawawo - - - - - 11.771 11.771 12.158 12.129 12.110 11.771 11.771 12.158 12.129 12.110
Mego - - - - - 15.811 12.846 12.895 13.051 13.082 15.811 12.846 12.895 13.051 13.082
Lela - - - - - 12.465 12.152 12.084 12.056 12.165 12.465 12.152 12.084 12.056 12.165
Bola - - - - - 11.849 11.390 11.255 11.419 11.446 11.849 11.390 11.255 11.419 11.446
Doreng - - - - - 11.270 12.625 12.575 12.616 12.714 11.270 12.625 12.575 12.616 12.714
Mapitara - - - - - 6.544 7.162 7.216 7.304 7.311 6.544 7.162 7.216 7.304 7.311
Talibura - - - - - 20.476 20.726 20.785 20.849 21.002 20.476 20.726 20.785 20.849 21.002
Wai blama - - - - - 7.858 7.656 7.692 7.696 7.776 7.858 7.656 7.692 7.696 7.776
Waigete - - - - - 20.072 20.072 23.508 23.558 23.205 20.072 20.072 23.508 23.558 23.205
Kewapante - - - - - 14.098 14.113 14.247 14.439 14.578 14.098 14.113 14.247 14.439 14.578
Hewokloang - - - - - 9.650 9.709 9.672 9.682 9.775 9.650 9.709 9.672 9.682 9.775
Kangae - - - - - 16.777 17.002 17.305 17.328 17.465 16.777 17.002 17.305 17.328 17.465
Nele - - - - - 5.864 5.806 5.899 5.837 5.881 5.864 5.806 5.899 5.837 5.881
Koting - - - - - 6.545 6.633 6.750 6.756 6.772 6.545 6.633 6.750 6.756 6.772
Palue - - - - - 10.951 10.240 10.253 10.326 10.466 10.951 10.240 10.253 10.326 10.466
Nita - - - - - 22.708 22.992 23.181 23.028 23.203 22.708 22.992 23.181 23.028 23.203
Magepanda - - - - - 12.594 12.110 12.173 12.464 12.330 12.594 12.110 12.173 12.464 12.330
Alok 19.876 19.544 17.655 17.754 18.789 11.541 9.942 12.084 12.218 10.582 31.417 29.486 29.739 29.972 29.371
Alok Barat 4.908 6.545 5.678 6.675 7.878 10.302 10.516 11.607 10.834 9.833 15.210 17.061 17.285 17.509 17.711
Alok Timur 22.341 19.544 19.433 19.908 18.778 8.709 10.509 10.904 10.435 12.009 31.050 30.053 30.337 30.343 30.787
Sumber : Hasil olahan Pokja AMPL Kabupaten Sikka tahun 2015

Kepadatan penduduk bervariasi antar kecamatan namun rata-rata penduduk per keluarga justru tidak terlalu bervariasi. Kecamatan dengan
tingkat kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Alok Timur sebesar 336,250 Org/Ha dan Kecamatan yang memiliki kepadatan paling rendah
adalah kecamatan Waiblama sebesar 54,420 Org/Ha
Tabel .Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan saat ini dan proyelsinya untuk 5 tahun

Nama Tingkat Pertumbuhan


Kepadatan Penduduk (orang/ Ha)
Kecamatan penduduk (%)
TAHUN TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Paga 0,045 0,104 0,001 0,003 0,004 204,280 188,270 225,680 226,420 192,090
- -
Tanawawo 0,000 0,000 0,033 147,530 108,990 115,890 152,020 111,440
0,002 0,002
-
Mego 0,042 0,004 0,012 0,002 142,100 106,710 152,380 117,290 109,980
0,187
- - -
Lela 0,012 0,009 397,830 371,690 385,670 384,770 386,340
0,025 0,006 0,002
- -
Bola 0,004 0,015 0,002 208,480 189,780 113,720 200,920 201,000
0,039 0,012
-
Doreng 0,028 0,120 0,003 0,008 370,570 368,000 413,480 414,830 385,660
0,004
Mapitara 0,013 0,094 0,008 0,012 0,001 80,760 77,810 89,050 90,140 83,400

Talibura 0,081 0,012 0,003 0,003 0,007 78,720 78,640 79,900 80,150 80,240
-
Wai blama 0,145 0,005 0,001 0,010 54,420 48,780 53,280 53,300 156,890
0,026
-
Waigete 0,013 0,000 0,171 0,002 92,220 101,910 100,870 108,230 33,030
0,015
Kewapante 0,012 0,001 0,009 0,013 0,010 583,970 557,290 590,140 598,090 568,430
-
Hewokloang 0,154 0,006 0,001 0,010 548,810 468,890 550,110 550,680 484,810
0,004
Kangae 0,017 0,013 0,018 0,001 0,008 436,530 426,460 450,270 450,870 435,780
- -
Nele 0,008 0,016 0,008 400,200 395,360 402,590 398,360 675,560
0,010 0,011
Koting 0,019 0,013 0,018 0,001 0,002 277,760 269,950 286,460 286,710 279,630
-
Palue 0,008 0,001 0,007 0,014 267,070 233,000 250,050 251,830 149,730
0,065
-
Nita 0,005 0,013 0,008 0,008 160,960 150,440 164,320 163,230 153,960
0,007
- -
Magepanda 0,011 0,005 0,024 75,790 69,260 98,690 75,010 72,080
0,038 0,011
- -
Alok 0,036 0,009 0,008 2145,900 2258,470 2031,280 2047,200 2311,000
0,061 0,020
Alok Barat 0,022 0,122 0,013 0,013 0,012 242,370 267,860 275,440 279,010 273,340
-
Alok Timur 0,052 0,009 0,000 0,015 336,250 348,350 328,530 328,590 356,790
0,032

Tabel 2.3c Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Tingkat Pertumbuhan (%) Proyeksi Penduduk (Orang/ Ha)


Nama
Kecamatan Tahun Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Paga 0,045 0,104 0,001 0,003 0,004 16.926 18.684 18.699 18.760 18.842
Tanawawo 0,000 0,000 0,033 -0,002 -0,002 11.771 11.771 12.158 12.129 12.110
Mego 0,042 -0,187 0,004 0,012 0,002 15.811 12.846 12.895 13.051 13.082
Lela 0,012 -0,025 -0,006 -0,002 0,009 12.465 12.152 12.084 12.056 12.165
Bola 0,004 -0,039 -0,012 0,015 0,002 11.849 11.390 11.255 11.419 11.446
Doreng 0,028 0,120 -0,004 0,003 0,008 11.270 12.625 12.575 12.616 12.714
Mapitara 0,013 0,094 0,008 0,012 0,001 6.544 7.162 7.216 7.304 7.311
Talibura 0,081 0,012 0,003 0,003 0,007 20.476 20.726 20.785 20.849 21.002
Wai blama 0,145 -0,026 0,005 0,001 0,010 7.858 7.656 7.692 7.696 7.776
Waigete 0,013 0,000 0,171 0,002 -0,015 20.072 20.072 23.508 23.558 23.205
Kewapante 0,012 0,001 0,009 0,013 0,010 14.098 14.113 14.247 14.439 14.578
Hewokloang 0,154 0,006 -0,004 0,001 0,010 9.650 9.709 9.672 9.682 9.775
Kangae 0,017 0,013 0,018 0,001 0,008 16.777 17.002 17.305 17.328 17.465
Nele 0,008 -0,010 0,016 -0,011 0,008 5.864 5.806 5.899 5.837 5.881
Koting 0,019 0,013 0,018 0,001 0,002 6.545 6.633 6.750 6.756 6.772
Palue 0,008 -0,065 0,001 0,007 0,014 10.951 10.240 10.253 10.326 10.466
Nita 0,005 0,013 0,008 -0,007 0,008 22.708 22.992 23.181 23.028 23.203
Magepanda 0,011 -0,038 0,005 0,024 -0,011 12.594 12.110 12.173 12.464 12.330
Alok 0,036 -0,061 0,009 0,008 -0,020 31.417 29.486 29.739 29.972 29.371
Alok Barat 0,022 0,122 0,013 0,013 0,012 15.210 17.061 17.285 17.509 17.711
Alok Timur 0,052 -0,032 0,009 0,000 0,015 31.050 30.053 30.337 30.343 30.787
Sumber : Hasil olahan Pokja AMPL Kabupaten Sikka
Tabel .Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan
Jumlah
Nama Kecamatan Keluarga
Miskin (KK)
Paga 4498
Tanawawo 2396
Mego 2602
Lela 2359
Bola 2282
Doreng 1905
Mapitara 1363
Talibura 4454
Wai blama 1548
Waigete 5128
Kewapante 2977
Hewokloang 2355
Kangae 1996
Nele 818
Koting 705
Palue 2630
Nita 4664
Magepanda 2669
Alok 3150
Alok Barat 2758
Alok Timur 4387
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sikka
2.2 Profil Sanitasi Saat Ini
a. Air Limbah Domestik

(1) Sistem dan Infrastruktur

DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Gambar Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik


Penampungan Pengolahan Pembuangan/
Input User Interface Pengaliran
awal akhir Daur ulang

Sumber : Pokja AMPL Kab. Sikka 2015


Kode Zona
Kelurahan/ Desa Kode Zona
Penyesuaian

Wolowiro 1 1
Mauloo 1 1
Mbengu 1 1
Paga 1 1
Lenandareta 1 1
Masebewa 1 1
Wolorega 1 1
Wolowona 1 1
Desa Korobhera 1 1
Desa Dobo 1 1
Desa Bhera 1 1
Desa Wolodhesa 1 1
Desa Gera 1 1
Desa Liakutu 1 1
Desa Parabubu 1 1
Desa Dobo Nuapuu 1 1
Desa Kowi 1 1
Desa Napugera 1 1
Desa Bu Selatan 1 1
Desa Detubinga 1 1
Desa Bu Utara 1 1
Desa Bu Watuweti 1 1
Desa Loke 1 1
Desa Rengarasi 1 1
Desa Poma 2 1
Desa Tuwa 1 1
Kolidetung 1 1
Korowuwu 1 1
Hepang 2 1
Lela 2 1
Watutedang 2 1
Sikka 1 1
Iligai 1 1
Baopaat 1 1
Du 1 1
Desa Hokor 1 1
Desa Wolonwalu 1 1
Desa Wolokoli 1 1
Desa Bola 1 1
Desa Umauta 1 1
Desa Ipir 1 1
Desa Wolomotong 2 1
Desa Kloangpopot 1 1
Desa Watumerak 2 1
Desa Wogalirit 1 1
Desa Waihama 1 1
Desa Nein bura 2 1
Desa Wolonterang 1 1
Desa Natakoli 1 1
Desa Hebing 1 1
Desa Hale 1 1
Desa Egon Gahar 1 1
Desa Nangahale 1 1
Desa Talibura 1 1
Desa Darat Gunung 1 1
Desa Darat Pantai 1 1
Desa Nebe 1 1
Desa Hikong 1 1
Desa Kringa 1 1
Desa Ojang 1 1
Desa Timutawa 1 1
Desa Wailamu 1 1
Desa Lewomada 1 1
Desa Baang koor 1 1
Desa Pogon 1 1
Desa Aibura 2 1
Desa Wairblerer 1 1
Desa Hoder 1 1
Desa Egon 1 1
Desa Nangatobong 1 1
Desa Wairterang 1 1
Desa Watudiran 1 1
Desa Runut 1 1
Desa Natarmage 1 1
Desa Pruda 1 1
Desa Werang 1 1
Desa Tanarawa 1 1
Desa Ilinmedo 1 1
Desa Tuabao 1 1
Umagera 2 1
Iantena 1 1
Kopong 1 1
Seusina 2 1
Namangkewa 3 2
Waiara 3 2
Geliting 3 2
Wairkoja 3 2
Desa Hewokloang 2 2
Desa Heopuat 2 1
Desa Wolomapa 2 1
Desa Rubit 1 1
Desa Kojawair 1 1
Desa Baomekot 2 3
Desa Munerana 1 1
Desa Tekaiku 1 1
Desa Mekendetung 1 1
Desa Blatatatin 1 1
Desa Kokowahor 2 1
Desa Watulimok 2 2
Desa Tanaduen 2 1
Desa Watuliwung 2 1
Desa Habi 3 1
Desa Langir 2 1
Desa Nitunglea 1 1
Desa Lidi 1 1
Desa Reruwairere 1 1
Desa Maluriwu 1 1
Desa Kesokoja 1 1
Desa Ladolaka 1 1
Desa Tuanggeo 1 1
Desa Rokirole 1 1
Desa Koting C 1 1
Desa Koting D 1 1
Desa Paubekor 1 1
Desa Koting B 1 3
Desa Koting A 3 3
Desa Ribang 1 1
Nelle Wutung 1 1
Nelle Lorang 3 1
Manubura 1 1
Nelle Barat 1 1
Nelle Urung 1 1
Desa Tilang 1 1
Desa Lusitada 1 1
Desa Bloro 1 1
Desa Tebuk 1 1
Desa Nitta 3 2
Desa Takaplager 2 2
Desa Nitta Kloang 1 1
Desa Wuliwutik 1 1
Desa Ladogahar 1 1
Desa Riit 1 1
Desa Nirangkliung 1 1
Desa Mahebora 1 1
Desa Kolisia 1 1
Desa Magepanda 1 1
Desa Reroroja 1 1
Desa Kolisia B 1 1
Desa Done 1 1
Kelurahan Kota Uneng 3 3
Kelurahan Nangalimang 1 1
Kelurahan Madawat 3 2
Kelurahan Kabor 3 2
Desa Pemana 1 3
Desa Gunung Sari 1 2
Desa Semparong 1 2
Kelurahan Wuring 1 3
Kelurahan Hewuli 1 3
Kelurahan Wailiti 1 1
Kelurahan Wolomarang 1 3
Kelurahan Kota Baru 3 3
Kelurahan Beru 3 3
Kelurahan Nangameting 3 1
Kelurahan Wairotang 3 1
Kelurahan Waioti 3 1
Desa Watugong 1 1
Desa Kojadoi 1 2
Desa Kojagete 1 2
Desa Parumaan 1 3
Desa Lepolima 3 1

Untuk Kabupaten Sikka memiliki 3 Zona air Limbah yaitu Zona 1 , Zona 2 dan Zona 3

Zona 1 untuk Sistem On Site

Zona 2 untuk Sistem Komunal

Zona 3 untuk Sistem Off Site Kepadatan Sedang

Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik


Area Berisiko *) Wilayah Prioritas
No.

Air Limbah

1 Risiko 4 Kelurahan Kota Uneng

KelurahanMadawat

Kelurahan Kabor

Kelurahan Kota Baru

2 Risiko 3 Desa Gera

Desa Poma

Desa Namangkewa

Desa Geliting

Desa Baomekot

Desa reroroja

Kelurahan Wuring

Kelurahan Wailiti

Kelurahan Wolomarang

Kelurahan Waioti

Keterangan :

4=Resiko Sangat Tinggi (merah)

3=Resiko Tinggi (kuning)


TABEL CAKUPAN LAYANAN AIR LIMBAH DOMESTIK SAAT INI DI KABUPATEN SIKKA

Sarana
Sarana Layak
tidak layak

Onsite
Off site
System
Kawasan
Individual
terpusat
No Kecamatan/ Kelurahan Tan
Jamban gki
Cubluk
Keluarga MCK Sep
Tangki
dgn umum/ MCK tik IPAL
septik Sambungan
BABS (KK) tangki Jamban ++ Ko Komunal
tidak Rumah (KK)
septik Bersam (KK) mu (KK)
aman
aman a (KK) nal
(KK)
(KK) (K
K)
1 Kecamatan Paga 1,960 995 1,299 460 16 0 0 0

2 Kecamatan Mego 1,673 575 937 86 0 0 0 0

Kecamatan Tana
3 Wawo 1,277 699 655 159 0 0 0 0

4 Kecamatan Lela 0 1,714 1,121 208 0 0 0 0

5 Kecamatan Bola 781 740 756 585 0 0 0 0

6 Kecamatan Doreng 690 1,329 613 548 0 0 0 0

7 Kecamatan Mapitara 707 845 263 13 0 0 0 0

8 Kecamatan Talibura 1,073 674 2,878 625 5 0 0 0

9 Kecamatan Waigete 1,405 324 3,851 223 0 0 0 0


Kecamatan
10 Waiblama 223 192 1,167 314 0 0 0 0

Kecamatan
11 Kewapante 1,687 840 1,015 104 0 0 0 0

Kecamatan
12 Hewokloang 1,470 606 349 20 0 0 0 0

13 Kecamatan Kangae 912 728 2,553 175 0 0 0 0

14 Kecamatan Palue 1,862 76 679 0 0 0 0 0

15 Kecamatan Koting 0 41 1,589 63 0 0 0 0

16 Kecamatan Nelle 486 215 755 15 0 0 0 0

17 Kecamatan Niita 301 586 3,547 1,368 0 0 0 0

Kecamatan
18 Magepanda 853 327 1,459 444 0 0 0 0

19 Kecamatan Alok 514 749 5,906 174 22 0 0 0

Kecamatan Alok
20 Barat 1,046 1,747 1,608 27 0 0 0 0

Kecamatan Alok
21 Timur 917 1,038 5,606 136 0 0 0 0
Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

Jumlah Kondisi
/ Tdk Keterang
No Jenis Satuan Kapasit Berfungsi
berfungsi an
as
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
v
1 Berbasis komunal
- MCK Komunal unit 43 unit 16 unit 27 unit i
2. Truk Tinja unit - - - i
3 IPLT : kapasitas M3/hari - - -
SPAL Terpusat (Sistem Offsite) )
1 Berbasis komunal
- Tangki septik
unit - - -
komunal >10 KK
- IPAL Komunal unit - - Sarana
IPAL tidak
2 - - - layak
Kawasan/Terpusat
Onsite
- kapasitas M3/hari System
- sistem Indivi
Sumber : Dinas Pu Kabupaten Sikka tahun 2010
o - 2105 Kecamatan/ Kelurahan
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Cublu
IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah J
k
K
Tangk
i
BABS (KK)
TABEL KONDISI PRASARANA DAN SARANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK septik
tidak
aman
(KK)
1 Kecamatan Paga 1,960 995
Jumlah Kondisi 1 Wolowiro 42 58
/ 2 Mauloo 130 4
3 Tdk
Mbengu Keterang 229 121
No Jenis Satuan Kapasit Berfungsi
4 Paga
berfungsi an 313 233
as 5 Lenandareta 368 32
(i) (ii) (iii) (iv) (v) 6 (vi)
Masebewa ( 282 188
SPAL Setempat (Sistem Onsite) 7 Wolorega 467 154
8 Wolowona v 129 205
1 Berbasis komunal
- MCK Komunal unit 26 unit 16 unit 10 unit i
2 Kecamatan Mego 1,673 575
2. Truk Tinja unit - - -
1 Desa Korobhera i 198 25
3 IPLT : kapasitas M3/hari - - - Dobo
2 Desa 201 0
SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 3 Desa Bhera
) 231 0
1 Berbasis komunal 4 Desa Wolodhesa 94 13
5 Desa Gera 373 305
6 Desa Liakutu 98 82
7 Desa Parabubu 113 36
8 Desa Dobo Nuapuu 156 15
9 Desa Kowi 86 68
1
0 Desa Napugera 123 31
- Tangki septik
unit - - -
komunal >10 KK
- IPAL Komunal unit - - -
IPAL
2 - - -
Kawasan/Terpusat
- kapasitas M3/hari
- sistem
(2) Kelembagaan dan Peraturan

Peran serta masyarakat Sikka dalam penanganan limbah cair di Kabupaten Sikka dalam pengolahan air
limbah dapat dilihat sebagai berikut :
a. Bagi masyarakat yang sadar dan memiliki kemampuan yang cukup secara finansial tidak
mengalami kesulitan dalam penanganan limbah cair, yang mana mereka secara spontan
akan menyiapkan sendiri sarana prasarana pengelolaan limbah cair tersebut sesuai
kebutuhan.
b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu secara finansial akan
sangat sulit dalam menyiapkan sarana prasarana penanganan limbah cair di
lingkungannya, hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat kesadaran dan kemampuan
keuangan yang terbatas.
Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Sikka.

Ketersediaan Pelaksanaan
Tidak
Efekt
Belum Efekti
if Keter
Substansi Ada Tidak Efektif f
Dilak angan
(Sebutkan) Ada Dilaksa Dilaks
sana
nakan anaka
kan
n
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah √
√ - - -
domestik di Kabupaten Sikka
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten √
Sikka dalam penyediaan layanan pengelolaan air √ - - -
limbah domestic
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten
Sikka dalam memberdayakan masyarakat dan
- √ - - - -
badan usaha dalam pengelolaan air limbah
domestic
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau √
pengembang untuk menyediakan sarana - - - - -
pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga -
untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah √ - √ - -
domestik di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk -
menyediakan sarana pengelolaan air limbah √ - √ - -
domestik di tempat usaha
Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk -
masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor √ - √ - -
pemilik tangki septic
Retribusi penyedotan air limbah domestik - √ - - - -
Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan
air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, - √ - √ - -
usaha rumah tangga, dan perkantoran
Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik masih kurang. Hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat yang menggunakan sungai dan laut
sebagai tempat pembuangan limbah, meskipun sudah memiliki jamban pribadi dan
septictank.

Untuk kewenangan dalam pengelolaan air limbah domestik melibatkan seluruh pemangku
kepentingan baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat. Dimana Pemerintah Daerah Kabupaten
Sikka memfasilitasi mulai perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pembinaan dan monitoring.
Oleh karena itu dalam rangka mendorong partisipasi dan peran serta masyarakat, pemerintah
Kabupaten Sikka menggalakan program SLBM (sanitasi lingkungan berbasis masyarakat) dan
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Pemerintah melaui program Sanimas, Pamsimas dan
PNPM telah membangun sarana prasaran yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga
seperti MCK Komunal, MCK di sekolah-sekolah dll, serta melalui kegiatan yang dikelola oleh SKPD
teknis seperti pembangunan IPAL, drainase dll. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penanganan dan pengelolaan air limbah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sikka.
Di Kabupaten Sikka masyarakat tidak mempermasalahkan mengenai perbedaan gender, hanya
saja untuk laki-laki dan perempuan menempati porsi masing-masing yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Sebagian besar penanganan limbah cair di masing-masing rumah melibatkan laki-laki
dan perempuan, biasanya laki-laki lebih banyak pada penangan saluran air di luar rumah dan septic
tank sedangkan perempuan lebih banyak pada sumber dari limbah cair (grey water) terutama untuk air
limbah yang berasal dari cucian, mandi dan memasak.
Peran yang tidak kalah pentingnya bagi laki-laki dan perempuan adalah kedua-duanya harus
dilibatkan dalam penentuan beberapa hal yang terkait dalam pengolahan limbah cair baik itu black
water maupun grey water utamanya untuk urusan pendanaan, penentuan teknologi, lokasi dan lain-lain.

Daftar program/kegiatan layanan air limbah domestik berbasis masyarakat


Kondisi Sarana
Nama
Tahun Penerima Saat Ini ****)
Program/Kegi Jumlah
No Pelaksana/PJ Lokasi Program/ manfaat (***) Tidak
atan Sarana Berfung
kegiatan **) Berfung
si
L P si
1 On Site
individual :
STBM
2 On Site PU Kabupaten 2006 554 776 26 Unit √ -
komunal : Sikka 2007
Sanimas: MCK 2008

Sanimas: IPAL
Komunal

Total

Sumber : Dinas PU Kabupaten Sikka Tahun 2015


Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender ,MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat
Tahun Pengosongan tangki
Pengelola Biaya operasi
N Jenis Sarana septik/IPAL
Lokasi dan
o Sarana Dibangu Lembag Waktu Layanan
Kondisi pemeliharaan
n a
1 MCK + 2012 Kecamatan Talibura KSM Berfungsi Rp. 500/ kk/ Tidak
: Wailamu i unit Mega bulan pernah
mangan
2012 Kecamatan KSM maju Berfungsi Rp. 500/ kk/ Tidak
Talibura/ bersama bulan pernah
Lewomada i Unit
2012 Kecamatan KSM nii Berfungsi Rp. 500/ kk/ Tidak
Talibura/ talibura 2 Liang bulan pernah
Unit
2012 Talibura/ Nangahale KSM Berfungsi Rp. 500/ kk/ Tidak
3 unit nangahale bulan pernah
2012 Kecamatan Desa Tidak Tidak ada Tidak
Kewapante/ Geliting Berfungsi pernah
2 Unit
2012 Kecamatan Desa Tidak Tidak Ada Tidak
Kangae/ Watumilok Berfungsi pernah
2 Unit
2012 Kecamatan Kelompok Berfung Tidak ada Tidak
Waigete/ Wairblerer masyarak si pernah
2 Unit at
2012 Kec. Alok Timur/ Kelompok Tidak Tidak ada Tidak
Wairotang 1 Unit masyarak berfung pernah
at
si
2012 Kec. Alok timur/ KSM Berfung Tidak ada Tidak
Kojadoi 3 Unit Bintang si pernah
Laut
2012 Kec. Alok timur/ KSM Berfung Tidak ada Tidak
koja gete 2 Unit Bintang si pernah
kejora
2012 Kec. Alok timur/ KSM ikan berfung Tidak ada Tidak
perumaan 1 unit terbang si pernah
2012 Kec. Alok timur/ Masyarak Berfung Tidak ada Tidak
waioti 1 unit at si pernah
2012 Kec. Alok/ KSM Berfung Tidak ada Tidak
Semparong 1 unit Separong si pernah
bangkit
2012 Kec. Alok/ Kabor 1 KSM Berfung Tidak ada Tidak
unit Broken si pernah
2012 Kec. Alok/ Kota KSM Berfung Tidak ada Tidak
uneng 2 unit Kampung si pernah
garam
2012 Kec. Alok Barat/ Masyarak Tidak Tidak ada Tidak
Wolomarang 2 unit at Berfung pernah
si
2012 Kec. Alok Barat/ Masyarak Tidak Tidak ada Tidak
Wolomarang 3 unit at Berfung pernah
si
2012 Kec. Alok Barat/ KSM Berfung Tidak ada Tidak
Wolomarang 1 unit Kuda laut si pernah
2012 Kec. Alok Barat/ Masyarak Tidak Tidak ada Tidak
Hewuli 2 unit at Berfung pernah
si
2012 Kec. Alok Barat/ Masyarak Tidak Tidak ada Tidak
Wuring 2 unit at Berfung pernah
si
2012 Kec. Magepanda/ KSM Berfung Tidak ada Tidak
Reroroja 1 Unit Madu si pernah
sehat

2 MCK ++

3 IPAL
Komuna
l

4 MCK
Komuna
l
b. Persampahan

(1) Sistem dan Infrastruktur

DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DOMESTIK

(A) (B) (C) (D) (E) (F)


User Pengumpulan Penampungan Pengangkutan (Semi) Daur
Produk Input Interface setempat Sementara (TPS) Pengolahan Ulang/
Akhir Pembuan
Terpusat gan akhir

TPA
WAIRII

Pengolah
an lindi

Kali Mati

Saluran

Di lahan
kosong
Dibakar
Untuk Kabupaten Sikka memiliki 3 Zona sistem Persampahan yaitu Zona 1 ,Zona 2,dan Zona 3

Zona 1 untuk Sistem Area Kepadatan Rendah ( 178.436 Jiwa)

Zona 2 untuk Sistem Area Urban (62.623 Jiwa)

Zona 3 untuk Sistem Area CBD (76.391 Jiwa)

Kode Kode Zona


Kelurahan/ Desa
Zona Penyesuaian

Wolowiro 1 1
Mauloo 1 1
Mbengu 2 1
Paga 1 1
Lenandareta 1 1
Masebewa 1 1
Wolorega 1 1
Wolowona 1 1
Desa Korobhera 1 1
Desa Dobo 1 1
Desa Bhera 1 1
Desa Wolodhesa 1 1
Desa Gera 2 1
Desa Liakutu 1 1
Desa Parabubu 1 1
Desa Dobo Nuapuu 1 1
Desa Kowi 1 1
Desa Napugera 1 1
Desa Bu Selatan 1 1
Desa Detubinga 1 1
Desa Bu Utara 1 1
Desa Bu Watuweti 1 1
Desa Loke 1 1
Desa Rengarasi 1 1
Desa Poma 2 1
Desa Tuwa 1 1
Kolidetung 2 1
Korowuwu 1 1
Hepang 1 1
Lela 1 1
Watutedang 2 1
Sikka 1 1
Iligai 1 1
Baopaat 2 1
Du 1 1
Desa Hokor 1 1
Desa Wolonwalu 1 1
Desa Wolokoli 1 1
Desa Bola 1 1
Desa Umauta 1 1
Desa Ipir 1 1
Desa Wolomotong 2 1
Desa Kloangpopot 1 1
Desa Watumerak 1 1
Desa Wogalirit 1 1
Desa Waihama 1 1
Desa Nein bura 2 1
Desa Wolonterang 1 1
Desa Natakoli 1 1
Desa Hebing 1 1
Desa Hale 1 1
Desa Egon Gahar 1 1
Desa Nangahale 3 2
Desa Talibura 2 2
Desa Darat Gunung 1 1
Desa Darat Pantai 1 1
Desa Nebe 2 1
Desa Hikong 1 1
Desa Kringa 1 1
Desa Ojang 1 1
Desa Timutawa 1 1
Desa Wailamu 1 1
Desa Lewomada 1 1
Desa Baang koor 2 2
Desa Pogon 1 2
Desa Aibura 2 2
Desa Wairblerer 1 1
Desa Hoder 1 1
Desa Egon 3 1
Desa Nangatobong 1 1
Desa Wairterang 1 1
Desa Watudiran 1 1
Desa Runut 1 1
Desa Natarmage 1 1
Desa Pruda 1 1
Desa Werang 1 1
Desa Tanarawa 1 1
Desa Ilinmedo 1 1
Desa Tuabao 1 1
Umagera 2 2
Iantena 1 2
Kopong 1 2
Seusina 2 2
Namangkewa 2 3
Waiara 2 1
Geliting 3 3
Wairkoja 2 2
Desa Hewokloang 2 2
Desa Heopuat 2 2
Desa Wolomapa 2 2
Desa Rubit 2 2
Desa Kojawair 1 2
Desa Baomekot 2 2
Desa Munerana 1 2
Desa Tekaiku 1 1
Desa Mekendetung 1 1
Desa Blatatatin 1 1
Desa Kokowahor 2 1
Desa Watulimok 2 2
Desa Tanaduen 2 1
Desa Watuliwung 2 2
Desa Habi 2 2
Desa Langir 2 2
Desa Nitunglea 1 1
Desa Lidi 1 1
Desa Reruwairere 1 1
Desa Maluriwu 1 1
Desa Kesokoja 1 1
Desa Ladolaka 1 1
Desa Tuanggeo 1 1
Desa Rokirole 1 1
Desa Koting C 1 1
Desa Koting D 1 1
Desa Paubekor 1 1
Desa Koting B 1 1
Desa Koting A 2 1
Desa Ribang 1 1
Nelle Wutung 1 1
Nelle Lorang 2 2
Manubura 1 1
Nelle Barat 1 1
Nelle Urung 1 1
Desa Tilang 1 1
Desa Lusitada 1 1
Desa Bloro 1 1
Desa Tebuk 1 1
Desa Nitta 3 2
Desa Takaplager 2 2
Desa Nitta Kloang 1 1
Desa Wuliwutik 1 1
Desa Ladogahar 1 1
Desa Riit 1 1
Desa Nirangkliung 1 1
Desa Mahebora 1 1
Desa Kolisia 1 1
Desa Magepanda 1 1
Desa Reroroja 1 1
Desa Kolisia B 1 1
Desa Done 1 1
Kelurahan Kota Uneng 3 3
Kelurahan Nangalimang 2 3
Kelurahan Madawat 3 3
Kelurahan Kabor 3 3
Desa Pemana 2 3
Desa Gunung Sari 2 3
Desa Semparong 1 3
Kelurahan Wuring 1 3
Kelurahan Hewuli 1 3
Kelurahan Wailiti 1 3
Kelurahan Wolomarang 1 3
Kelurahan Kota Baru 3 3
Kelurahan Beru 3 3
Kelurahan Nangameting 3 3
Kelurahan Wairotang 3 3
Kelurahan Waioti 3 3
Desa Watugong 1 2
Desa Kojadoi 1 2
Desa Kojagete 1 2
Desa Parumaan 1 2
Desa Lepolima 2 2

Tabel: Jumlah timbulan sampah per kecamatan di Kabupaten/Kota


Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah
Wilaya Wilaya
h h Wilayah Wilayah
Nama Total Total
perdesa perkota perdesaan Perkotaan
an an
Kecamatan (M3/h
(M3/ha
orang orang Orang (%) (%) (%) (M3/hari)
ari) ri)

Paga 31,402
18.841 - 18.841 94,21 31,402 - - 94,205
Tanawawo 20,182
12.109 - 12.109 60,55 20,182 - - 60,545
Mego 21,802
13.081 - 13.081 65,41 21,802 - - 65,405
Lela 20,273
12.164 - 12.164 60,82 20,273 - - 60,820
Bola 19,075
11.445 - 11.445 57,23 19,075 - - 57,225
Doreng 21,188
12.713 - 12.713 63,57 21,188 - - 63,565
Mapitara 12,183
7.310 - 7.310 36,55 12,183 - - 36,550
Talibura 35,002
21.001 - 21.001 105,01 35,002 - - 105,005
Wai blama 12,958
7.775 - 7.775 38,88 12,958 - - 38,875
Waigete 38,673
23.204 - 23.204 116,02 38,673 - - 116,020
Kewapante 24,295
14.577 - 14.577 72,89 24,295 - - 72,885
Hewokloang 16,290
9.774 - 9.774 48,87 16,290 - - 48,870
Kangae 29,107
17.464 - 17.464 87,32 29,107 - - 87,320
Nele 9,800
5.880 - 5.880 29,40 9,800 - - 29,400
Koting 11,285
6.771 - 6.771 33,855 11,285 - - 33,855
Palue 17,442
10.465 - 10.465 52,325 17,442 - - 52,325
Nita 38,670
23.202 - 23.202 116,010 38,670 - - 116,010
Magepanda 20,548
12.329 - 12.329 61,645 20,548 - - 61,645

Alok 113,73 48,950


22.747 29.370 33,115 11,038 37,912 146,850
6.623 5
Alok Barat 29,517
- 17.710 17.710 - - 88,550 29,517 88,550

Alok Timur 109,95 51,310


21.990 30.786 43,980 14,660 36,650 153,930
8.796 0
Sumber : Dinas PU Kabupaten Sikka

Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana sampah yang ada di Kabupaten/Kota
Satuan Ket
Jumlah/ Kapasit
Kondisi
Jenis Prasarana / luas as Ritasi
No Sarana total / daya /hari
terpaka M
tampun Bai Rusa Rusak
i g*3 k k Berat
(i) (ii) (iii (iv (v (vi) (vi ringa
(vii (ix) x
) ) ) i) n ii) )
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak Unit 8 2 5 reit/ hari 5 3 -
- Motor roda tiga Unit 9 3 16 reit/ hari 4 - 5
- Kendaraan Pick Up Unit 1 4 2 reit/ hari - - -
Tempat Penampungan
2 Sementara (TPS)
- Bak sampah unit -
(beton/kayu/fiber)
- Container unit 18 6 - 18 - -
- Transfer Stasiun/ depo unit 2 500 - - - -
- SPA (Stasiun Peralihan unit -
Antara)
3. Pengangkutan
- Dump Truck unit 7 8 - 4 3 -
- Arm Roll Truck unit 4 6 3 1
- Compactor Truck unit
4 Pengolahan Sampah
- Sistem 3R unit -
- Incinerator unit
5 TPA/TPA Regional
Konstruksi:lahan urug
saniter/lahan urug terkendali/
penimbunan terbuka
Operasional: lahan urug
saniter/lahan
- Luas total urug
TPA terkendali/
yg terpakai Ha 3 5 - - -
penimbunan terbuka
- Luas sel Landfill Ha 2 3 - - -
- Daya tampung TPA (M3/h -
ari)
6 Alat Berat
- Bulldozer unit 1 2x gusur dalam
1 minggu
- Whell/truck loader unit 1x dalam 1
bulan
- Excavator / backhoe unit 1 1 -
- Truk tanah unit
7 IPL: Sistem kolam/aerasi/…..
Hasil pemeriksaan lab (BOD
dan COD):
- Efluen di Inlet
- Efluen di Outlet
Sumber : Dinas PU Kabupaten Sikka tahun 2015
(2) Kelembagaan dan Peraturan

Institusi pengelola persampahan merupakan kunci dalam suatu sistem pengelolaan persampahan, karena
melalui aspek ini aktifitas pengelolaan dapat diatur sedemikian rupa, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Organisasi pengelola sampah tersebut, mempunyai tugas tidak hanya memberikan pelayanan kebersihan kota
tetapi juga, mampu mengembangkan kapasitas dan potensi yang ada, dalam rangka menciptakan kualitas
lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat. Struktur organisasi pengelola sampah, harus memiliki beban kerja
yang seimbang dan masing-masing bagian, menggambarkan aktifitas utama dalam pengelolaan sampah seperti
pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir dan penyuluhan. Organisasi harus memiliki sumber daya
manusia yang dapat diandalkan dalam hal manajemen pengelolaan sampah dan teknis pengelolaan sampah.
Kegiatan pengelolaan dan pengendalian sampah di Kabupaten Sikka baik sampah rumah tangga
(sampah organik dan anorganik) maupun sampah sejenis rumah tangga (sampah organik dan anorganik dari
kawasan komersial, fasilitas umum dan industri) sesuai dengan tupoksinya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum, Pertambangan dan Energi dan Badan Lingkungan Hidup
Dari aspek kelembagaan, terlihat bahwa pengambil kebijakan untuk pelaksanaan pengelolaan
persampahan berada di tingkat Kepala Kantor, namun tingkat pemahaman terhadap kondisi lapangan sangat
kecil, sehingga sering kali kebijakan yang diambil kurang tepat. Hal ini sangat disayangkan, sehingga kedepan
perlu dilakukan perbaikan agar kinerja lembaga lebih baik dan profesional. Strategi yang harus dilakukan yaitu
meminimalkan masalah-masalah internal seperti memberikan sedikit kewenangan kepada kepala seksi untuk
dapat mengambil keputusan.
Sedangkan kelembagaan di tingkat masyarakat pengelolaan sampah di Kabupaten Sikka nampaknya
baru mulai terbentuk untuk menangani pengelolaan sampah seperti Bank Sampah, demikian pula di pihak
swasta maupun pemerintah daerah dalam hal pengelolaan persampahan. Pembentukan lembaga pengelola
sampah ini kiranya perlu dibentuk dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga dapat mendorong tercapainya
target pengelolaan sampah di Kabupaten Sikka.
Dengan terbentuknya lembaga-lembaga pengelola sampah dimaksud, diharapkan terwujud juga
pembagian kewenangan dalam pengelolaan persampahan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik
itu pemerintah, swasta maupun masyarakat, dimana pemerintah memfasilitasi mulai dari perencanaan,
pengadaan sarana, pengelolaan, pembinaan dan monitoring. Sedangkan swasta bisa berperan dalam pengadaan
sarana dan pengelolaannya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.14.
Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah
Swasta Masyarakat
Kota (Instansi)
PERENCANAAN
 Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, √
 Menyusun rencana program persampahan dalam

rangka pencapaian target
 Menyusun rencana anggaran program persampahan

dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
 Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber
√ √ √
sampah
 Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari
√ √ √
sumber sampah ke TPS)
 Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara
√ √
(TPS)
 Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke

Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
 Membangun sarana TPA √
 Menyediakan sarana composting √ √ √
PENGELOLAAN
 Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS √ √ √
 Mengelola sampah di TPS √ √
 Mengangkut sampah dari TPS ke TPA √
 Mengelola TPA √
 Melakukan pemilahan sampah* √ √
 Melakukan penarikan retribusi sampah √
 Memberikan izin usaha pengelolaan sampah √
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
 Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam

pengangkutan, personil, peralatan, dll)
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam

hal pengelolaan sampah
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan

sampah
MONITORING DAN EVALUASI
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan √
persampahan
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas
layanan persampahan, dan atau menampung serta √
mengelola keluhan atas layanan persampahan
Daftar peraturan terkait sanitasi
Ketersediaan Pelaksanaan
Tidak
Peraturan Ada Tidak Efektif Belum Efektif Efektif Keterang
(sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksana
kan
PERSAMPAHAN
 Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di

Kab/Kota ini
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam
√ √
menyediakan layanan pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam √
pengelolaan sampah
 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk
mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di √
hunian rumah, dan membuang ke TPS
 Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di
kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum

untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat
sampah, dan membuang ke TPS
 Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke
TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan
√ √
pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA
 Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau
pihak lain dalam pengelolaan sampah √ √
 Retribusi sampah atau kebersihan √ √

C. Drainase Perkotaan

(1) Sistem dan Infrastruktur

Untuk Kabupaten Sikka memiliki 2 Zona sistem Drainase yaitu Zona 1 , ,dan Zona 2

Zona 1 untuk Sistem Area Beresiko Rendah dan Sangat Rendah

Zona 2 untuk Sistem Area Beresiko Tinggi dan Sangat Tinggi


1) Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur*

No Lokasi
Genangan Ketinggia Lama Frekuensi Penyebab*** Jenis Keterangan
Luas n **
(Ha) (M) (jam/hari (kali/tahun)
1 Jl. Ahmad Yani 0.2 60 cm 1)s/d 2 jam 1 sampai 2 kali Penyumbatan & Gorong Ada pipa air
depan rumah dalam setahun Volume Drainase yg gorong PAM yang
jabatan tidak memadai melintang di
tengah
2 Jl. Dekat 1 30 sampai 1 s/d 2 jam 3 sampai 4 kali Penyumbatan & Gorong gorong-
pelabuhan 40 cm dalam setahun Volume Drainase yg gorong gorong
tidak memadai
3 Jl. Eltari depan 0.1 15 sampai 1 s/d 2 jam 3 sampai 4 kali Penyumbatan & Gorong
kantor Bupati 20 cm dalam setahun Volume Drainase yg gorong
tidak memadai
4 Jl. Gajah mada 0.1 15 cm 1 s/d 2 jam 3 sampai 4 kali Penyumbatan & Gorong Ada belokan
depan PU dalam setahun Volume Drainase yg gorong saluran
tidak memadai
5 Samping SMAN 0.6 15 s/d 20 1 s/d 2 jam 3 sampai 4 kali Penyumbatan & Gorong
1 (belakang cm dalam setahun Volume Drainase yg gorong
gelora samador) tidak memadai
6 Kelurahan 0.5 60 cm 1 s/d 2 Setiap kali hujan Tidak ada saluran /
Wolomarang hari gorong-gorong
(depan SPBU)
7 Jl. Trans 4 60 cm 3 hari Setiap kali hujan Tidak ada saluran /
Maumere gorong-gorong
Larantuka
(Waiara)
8 Desa Semparong 2,5 Ha 30 cm 3 sampai 4 Setiap kali hujan - Tidak ada saluran /
hari gorong-gorong
- Letak topografi desa
yang di lembah
Sumber : Wawancara Pokja AMPL Kabupaten Sikka dengan SKPD terkait dan tinjauan lapangan
Tabel Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten/Kota

Satuan Bentuk Dimensi Kondisi Frekuens


Jenis Penampang i
No Prasarana Saluran* B** H*** Berfungsi Tdk Pemeliharaa
/ Sarana Berfung n
si (kali/tahun)
(i) (ii (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
)
Saluran
1 - S. Primer A m - - - - - -
- Saluran Sekunder m - - - - - -
A1
- Saluran Sekunder m - - - - - -
A2
Bangunan Pelengkap - - - - - -
- Rumah Pompa - - - - - -
- Pintu Air unit - - - - - -
- Kolam retensi unit - - - - - -
- Trash rack/ unit - - - - - -
saringan sampah
2 - S. Primer B m - - - - - -
- Saluran Sekunder m - - - - - -
B1
. Bangunan Pelengkap - - - - - -
- Rumah Pompa unit - - - - - -
- Pintu Air unit - - - - - -
- Kolam retensi unit - - - - - -
- Trash rack/ unit - - - - - -
saringan sampah
1) Data tidak bisa disiapkan oleh SKPD terkait

(2) Kelembagaan dan Peraturan

Untuk mencapai target pelayanan pengelolaan drainase yang optimal di Kabupaten Sikka maka diperlukan
peraturan daerah yang mengatur tentang pembagian peran dalam penanganan drainase oleh unsur Pemerintah
Daerah, Swasta maupun Masyarakat Selain itu sistem pembagian wewenang penanganan drainase antar bidang
dalam SKPD Dinas PU dan Perumahan diharapkan dapat terintegrasi secara baik sehingga pembangunan dan
penataan drainase dapat terwujud secara baik. Dalam proses pembangunan dan pengelolaan drainase, perlu juga
dirumuskan tentang keterlibatan para pemangku kepentingan dalam hal ini Pemerintah, pihak swasta maupun
masyarakat. Pemerintah dalam perannya diharapkan mampu memfasilitasi tahapan perencanaan, pengadaan
sarana, pengelolaan, pembinaan dan monitoring, sementara pihak swasta bisa berperan dalam pengadaan sarana
dan pengelolaannya serta masyarakat yang berperan sebagai pemeliharanya. Pengaturan peran tentang
pengelolaan drainase sebagaimana telah di atur dalam peraturan daerah tersebut selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 3.24.

- Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase perkotaan


PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Masyarak
Kabupaten/ Swasta
at
Kota
PERENCANAAN
 Menyusun target pengelolaan drainase

perkotaan skala kab/kota
 Menyusun rencana program drainase

perkotaan dalam rangka pencapaian target
 Menyusun rencana anggaran program drainase

perkotaan dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
 Menyediakan / membangun sarana drainase
√ √
perkotaan
PENGELOLAAN
 Membersihkan saluran drainase perkotaan √ √
 Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang
√ √ √
rusak
 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (saluran drainase √
perkotaan)dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
 Menyediakan advis planning untuk
pengembangan kawasan permukiman,

termasuk penataan drainase perkotaan di
wilayah yang akan dibangun
 Memastikan integrasi sistem drainase
perkotaan (sekunder) dengan sistem √
drainase sekunder dan primer
 Melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan drainase √
perkotaan
 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran

pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI
 Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap capaian target pengelolaan √
drainase perkotaan skala kab/kota
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Masyarak
Kabupaten/ Swasta
at
Kota
 Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap kapasitas infrastruktur sarana √
pengelolaan drainase perkotaan
 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan drainase perkotaan, dan

atau menampung serta mengelola keluhan atas
kemacetan fungsi drainase perkotaan
Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Sikka

Tabel 3.25. Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Sikka


Ketersediaan Pelaksanaan
Belum
Peraturan Ada Tidak Efektif Tidak Efektif Keterangan
Efektif
(Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan
Dilaksanakan
DRAINASE
LINGKUNGAN
 Target capaian
pelayanan
pengelolaan √
drainaseperkotaan
di Kab/Kota ini
 Kewajiban dan
sanksi bagi
Pemerintah

Kab/Kota dalam
menyediakan
drainase perkotaan
 Kewajiban dan
sanksi bagi
Pemerintah
Kab/Kota dalam

memberdayakan
masyarakat dalam
pengelolaan
drainase perkotaan
 Kewajiban dan
sanksi bagi
masyarakat dan
atau pengembang

untuk
menyediakan
sarana drainase
perkotaan, dan
Ketersediaan Pelaksanaan
Belum
Peraturan Ada Tidak Efektif Tidak Efektif Keterangan
Efektif
(Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan
Dilaksanakan
menghubungkann
ya dengan sistem
drainase sekunder
 Kewajiban dan
sanksi bagi
masyarakat untuk
memelihara sarana

drainase perkotaan
sebagai saluran
pematusan air
hujan
Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Sikka

2.3 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi


1.Air Limbah

Gambaran penanganan air limbah domestik di Kabupaten Sikka pada tatanan permukiman baik
perkotaan maupun perdesaan, perkantoran, perhotelan dan fasilitas pendidikan serta tempat usaha lainnya belum
semuanya tertata sesuai standar baku pengelolahan air limbah.Secara umum pembuangan air limbah domestik
di Kabupaten Sikka melalui dua sistem yakni sistem on-site (setempat),dimana sistem pembuangan ait limbah
dilakukan secara individual,diolh dan dibuang ditempat. Sistem ini meliputi Tangki Septick,cubluk dan resapan.

Pada saat ini, pengelolaan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas
pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir
lumpur tinja, belum tersedia. Tempat yang digunakan untuk buang air besar antara lain berupa jamban
pribadi leher angsa, jamban umum / MCK, pantai (laut), kebun / pekarangan dan ke lubang galian. Jenis
jamban yang digunakan antara lain berupa jamban jongkok leher angsa, jamban plengsengan, jamban
cemplung dan sebagian masih belum memiliki jamban. Tempat penyaluran buangan akhir tinja antara
lain berupa tangki septik, cubluk / lubang, dan kebun / tanah lapang. Produk input dari sistem
pengelolaan air limbah lainnya adalah Gray water yaitu air limbah yang berasal dari kegiatan mandi,
cuci dan dapur.
Dalam konteks nasional, kelompok fungsional sistem sanitasi khususnya pengelolaan air limbah
domestik, umumnya hanya mengelola produk input black water berupa tinja, urine, air pembersih, air
penggelontor dan terkadang ditambah dengan kertas pembersih, yang semuanya berasal dari aktifitas
manusia.
Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik

Area Berisiko *) Wilayah Prioritas


No.

Air Limbah

1 Risiko 4 Kelurahan Kota Uneng

KelurahanMadawat

Kelurahan Kabor

Kelurahan Kota Baru

2 Risiko 3 Desa Gera

Desa Poma

Desa Namangkewa

Desa Geliting

Desa Baomekot

Desa reroroja

Kelurahan Wuring

Kelurahan Wailiti

Kelurahan Wolomarang

Kelurahan Waioti

Keterangan :

4=Resiko Sangat Tinggi (merah)

3=Resiko Tinggi (kuning)


Peta sanitasi sub sektor air limbah di atas menggambarkan kondisi area beresiko sanitasi di Kabupaten Sikka
yang berada pada empat area resiko dan dilambangkan oleh empat jenis pewarnaan yaitu warna merah
menunjukkan pada wilayah kelurahan dengan resiko yang sangat tinggi, warna kuning menunjukkan pada
wilayah kelurahan dengan resiko tinggi, warna hijau menunjukkan pada wilayah kelurahan dengan resiko
rendah dan warna biru menunjukkan pada wilayah kelurahan dengan resiko sangat rendah

Permasalahan mendesak .

No Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
(user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan
BABS : 28 %
akhir-pembuangan sehingga
akhir) sertamasih ada sebagian
Dokumen masyarakat
Perencanaan Teknisyang BABS di
kebun, sungai maupun di laut
Belum adanya truk tinja dan Intalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT)
sehingga tidak pernah dilakukan penyedotan lumpur tinja dari septictank.
Septik tank tidak sesuai standar, jadi masih mencemari air tanah.
2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan
Perundang-undangan, Peran serta Masyarakat dan Dunia
Belum adanya
Usaha/Swasta, Peraturan Daerah tentang penanganan air limbah dan
Komunikasi
retribusi air limbah
Minimnya pendanaan pengelolaan air limbah domestik
Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan
limbah domestik.
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan limbah
domestik.
Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Air Limbah

2. Persampahan

Area Beresiko Sanitasi Persampahan

Area Berisiko *) Wilayah Prioritas


No.
Persampahan
No. Area Berisiko *) Wilayah Prioritas

1 Risiko 4 Desa Nangahale

Desa Egon

Desa Namangkewa

Desa Waiara

Desa Geliting

Kelurahan Kota Uneng

Kelurahan Madawat

Kelurahan Kabor

Kelurahan Wailiti

Kelurahan Wolomarang

Kelurahan Kota Baru

2 Risiko 3 Desa Gera

Desa Poma

Desa Watutedang

Desa Wolomapa

Desa Baomekot

Desa Nita

Desa Nirangkliung

Desa Kolisia

Desa Magepanda

Desa Reroroja

Kelurahan Nangalimang

Kelurahan Wuring

Keterangan :

4=Resiko Sangat Tinggi (merah)

3=Resiko Tinggi (kuning)


Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
(user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-
pembuangan akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis
TPA masih Controled Landfill,belum menjadi TPA yang Sanitary
Landfil
Masih kurangnya sarana pengangkutan (Dump Truck dan Kontiner
Masih kurangnya TPS pada setiap lingkungan/kelurahan yang
membutuhkan .
Masih kurangnya Tong/Gerobak sampah, terutama pada lokasi – lokasi
strategis
Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Persampahan
Kesadaran masyarakat untuk 3 R masih kurang
Sarana dan sosialisasi 3 R masih kurang
tidak dilakukan pemilahan sampah dari sumber nya
2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan
Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia
Usaha/Swasta, Komunikasi
Belum adanya peraturan mengenai pengelolaan persampahan
Masih sangat rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah
rumah tangga dengan pola 3R
Pembagian peran antara Pemerintah, swata dan masyarakat untuk
pengelolaan sampah belum dilakukan secara terbuka
Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Sikka

3. Drainase

Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan

Area Berisiko *) Wilayah Prioritas


No.

Drainase

1 Risiko 4 Kelurahan Kota Uneng

Kelurahan Madawat

Kelurahan Kabor

Kelurahan Kota Baru


Area Berisiko *)
No. Wilayah Prioritas

2 Risiko 3 Kelurahan Waioti

Keterangan :

4=Resiko Sangat Tinggi (merah)

3=Resiko Tinggi (kuning)


- Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
(user interface-pengolahan awal-pengangkutan-pengolahan akhir-pembuangan
akhir) serta Dokumen Perencanaan Teknis
1 Kerusakan dan sedimentasi drainase pada sebagian besar drainase perkotaan
sehingga mengakibatkan terjadinya genangan pada musim hujan
2 Kapasitas (volume) drainase yang tidak memadai lagi untuk menampung
limpasan air pada musim penghujan
3 Saluran drainase yang di jadikan tempat pembuangan sampah sehingga
menjadi tersimbat
4 Tidak adanya Masterplan Drainase Kabupaten Sikka
2. Aspek Non Teknis: Pendanaan, kelembagaan, Peraturan dan
Perundang-undangan, Peranserta Masyarakat dan Dunia
Usaha/Swasta, Komunikasi
1 Masih lemahnya koordinasi dalam pembagian kewenangan terhadap
pengelolaan sarana drainase di antara instansi terkait.
2 Masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sarana drainase
lingkungan yang ada.
3 Masih minimnya alokasi dana untuk pengelolaan drainase perkotaan
4 Belum optimalnya kebijakan terkait pengelolaan drainase perkotaan
Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Sikka 2015

Anda mungkin juga menyukai