Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS GERAKAN TANAH DI DESA JABUNGAN

I. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah daerah yang rawan dengan bencana alam. Hampir setiap
waktu, daerah-daerah yang ada di Indonesia ini terancam dengan bencana yang
menyebabkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui Indonesia terletak antara
pertemuan 3 lempeng, yaitu Lempeng Eurasia, Pasifik, dan juga Lempeng
Australia. Akibat dari tumbukkan antar 3 lempeng tersebut, terbentuklah macam-
macam struktur geologi dan munculnya gunungapi. Di Indonesia banyak kita
temukan daerah dengan pelapukan yang cukup tinggi dengan produknya berupa
tanah atau material sedimen. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki iklim tropis.
Di Indonesia juga banyak terdapat perbukitan dan mempunyai kemiringan yang
sedang hingga terjal dimana sangat berpotensi mengakibatkan terjadinya bencana
berupa gerakan tanah. Lokasi desa Jabungan merupakan salah satu yang
mengalami bencana ala mini.
Dari beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa daerah penelitian ini
merupakan daerah ini dikontrol geologi yang menyebabkan daerah ini menjadi
zonalemah yang mudah mengalami erosi ataupun longsor. Kendala yang dihadapi
pada daerah ini adalah adanya tanah longsor yang belum diketahui penyebabnya.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah di daerah jabungan,
agar diketahui penyebabnya dan bagaimana cara menanggulanginya.
II. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geologi daerah Jabungan ?
2. Bagaimana dan apa peran lokasi penelitian terhadap sekitarnya ?

III. Tujuan Penelitian


Sesuai persmasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian adanya gerakan
tanah daerah Jabungan yaitu :
 Untuk menyelidiki faktor yang mengontrol terjadinya gerakan tanah.
 Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulanginya.
 Untuk menambah wawasan keilmuan kepada masyarakat Jabungan terkait
dengan mitigasi bencana alam.

IV. Urgensi Penelitian


Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang membahas
kondisi geologi daerah jabungan, dimana penelitian saat ini membahas tentang
mitigasi bencana. Berkaitan dengan bencana longsor yang cukup sering terjadi di
daerah penelitian dan lokasi ini terdapat banyak pemukiman penduduk. Oleh
karena itu penelitian ini sangat penting sebagai sarana edukasi bagi penduduk
sekitar di lokasi penelitian tersebut agar dapat mengantisipasi dan meminimalisir
kerugian materi dan korban jiwa.

V. Tinjauan Pustaka
A. Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang -
Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya daerah Jabungan adalah
sebagai berikut :
1. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya
mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil,
kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu
lempung dan sedikit batu pasir.
2. Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus
sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung
moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan
komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen
umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi
bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam
kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar,
porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras
dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan,
coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
3. Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal
berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral
lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam
keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat
mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus -
kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal,
berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
4. Formasi Kerek
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi
volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian
bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska
dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di
K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan
pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.

B. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya
berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal
relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser
berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif
berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi
Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang
terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur
sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur “lemah”,
sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.

C. Morfologi Daerah Semarang


Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan
kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
1. Dataran rendah
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya
merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga
sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian
tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya
antara 225 - 275 mdpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh
daerah Semarang. Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa,
dengan lebar 2,5 km – 10 km, dengan 10 m di atas permukaan air laut. Daerah
iniketinggian tempat membentuk kawasan luapan banjir pada sisi sungai dengan
aluvial hidromorf yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung. Pertemuan
dengan garis pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir, lanau dan
lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air laut, maka endapan tersebut
menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin
maju.

2. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan
lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m
dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah
Semarang.
3. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang berhulu di Kaki
Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting, dan masih terus mengikis tegak
lurus kebawah kearah hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai
derajat erosi yang tinggi dan luas.
4. Daerah antara,
Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi. Morfologi daerah antara
ini, umumnya berupa daerah perbukitan dengan kelerengan yang sedang hingga
terjal.
5. Perbukitan Berlereng Landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,
mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10
- 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31
km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang.
6. Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng
yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat
antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh
daerah Semarang.
7. Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng
yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat
antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh
daerah Semarang.
8. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng
yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian
tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari
seluruh daerah Semarang.
9. Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang
curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl.
Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Semarang.

VI. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 4 tahapan yaitu
reconnaissance, pengumpulan data, analisis data, dan laporan mengenai informasi
penyebab dan cara menanggulangi bencana longsor.

VII. Diagram Alir Penelitian


VIII. Daftar Pustaka
IX. Waktu Penelitian
X. Biaya Penelitian

Anda mungkin juga menyukai