Anda di halaman 1dari 4

GEOLOGI DAERAH SALEM DAN SEKITARNYA

KABUPATEN BREBES, PROVINSI JAWA TENGAH

KECAMATAN

SALEM,

Lokasi penelitian berada di daerah Salem dan Sekitarnya, Kecamatan Salem , Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah. Daerah penelitian meliputi 6 desa, yaitu Desa Salem, Desa Indrajaya, Desa
Tembongraja, Desa Pabuaran, Desa Bentar, Desa Bentarsari. Posisi geografis daerah ini terletak
pada koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) antara 9206200 mN 9209200 mN dan
253230 mE 257230 mE. Daerah penelitian memiliki luas 12 km2 (4kmx3km). Daerah
penelitian dapat dicapai dengan alat transportasi darat. Waktu yang ditepuh dari kampus
Purbalingga hingga daerah Salem dan sekitarnya adalah 3 jam, dengan jarak tempuh 105 km.
GEOMORFOLOGI
1. Satuan Perbukitan Vulkanik (V6)

Satuan geomorfologi ini berada pada bagian barat sampai hampir mendekati tengah daerah
penelitian yang ditunjukan dengan kenampakan kontur rapat. Satuan ini menempati 35% daerah
penelitian dan disimbolkan dengan warna merah tua. Titik tertinggi pada satuan ini adalah 525
meter diatas permukaan air laut dan titik terendah berada pada 400 meter diatas permukaan laut,
sehingga didapat beda ketinggian antara titik tertinggi dan terendahnya sekitar 125 meter. Satuan
ini ditunjukan dengan pola kontur yang rapat dengan besar persen lereng satuan ini adalah
23.56% yang tergolong lereng curam. Sungai utama pada satuan ini bernama Cigunung memiliki
bentuk lembah seperti huruf U. Material penyusun pada satuan ini adalah relatif homogen yang
berupa singkapan breksi dengan sedikit material lepas di tubuh sungai. Tataguna lahan pada
satuan ini digunakan sebagai area persawahan dan sedikit dipakai sebagai pemukiman.
Penggunaan lahan sebagai area persawahan karena soil yang cukup tebal sehingga banyak
mengandung zat-zat organik seperti humus yang bermanfaat untuk tanaman.
2. Satuan Perbukitan Denudasional (D1)

Satuan geomorfologi ini berada pada bagian tengah daerah penelitian yang ditunjukan dengan
kenampakan kontur sangat renggang. Satuan ini menempati 10% daerah penelitian dan
disimbolkan dengan warna cokelat. Titik tertinggi pada satuan ini adalah 500 meter diatas
permukaan air laut dan titik terendah berada pada 450 meter diatas permukaan laut, sehingga
didapat beda ketinggian antara titik tertinggi dan terendahnya sekitar 50 meter. Satuan ini
ditunjukan dengan pola kontur yang renggang dengan besar persen lereng satuan ini adalah
17,45% yang tergolong lereng curam menurut klasifikasi kemiringan lereng menurut Van
Zuidam. Bagi penduduk tataguna lahan satuan ini diperuntukan untuk area perkebunan dan hutan
rakyat

3. Satuan Perbukitan Struktural

Satuan geomorfologi ini berada pada bagian tengah sampai timur daerah penelitian yang
ditunjukan dengan kenampakan kontur cenderung merenggang semakin ke timur. Satuan ini
menempati 55% daerah penelitian dan disimbolkan dengan warna ungu (tua). Titik tertinggi pada
satuan ini bagian tengah sebelah barat adalah 450 meter diatas permukaan air laut dan titik
terendah berada pada 300 meter diatas permukaan laut, sehingga didapat beda ketinggian antara
titik tertinggi dan terendahnya sekitar 150 meter. Satuan ini ditunjukan dengan pola kontur yang
rapat dengan besar persen lereng satuan ini adalah 29.01% yang tergolong lereng curam.
Pemerintah daerah menghibahkan satuan ini kepada masyarakat yang diperuntukan untuk
perkebunan rakyat.
STRATIGRAFI

1. Satuan Breksi Gunung Api


Secara umum satuan ini menempati sekitar 35% dari luas daerah pemetaan dengan arah
penyebaran barat laut timur laut dan kemiringan ke arah timur laut. Ketebalan satuan ini
berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi terukur adalah lebih dari +- 552.75 m. Litologi
penyusun satuan litostratigrafi ini yang dominan adalah breksi, dengan ditemukannya adanya
sisipan lava. Breksi monomik ini dicirikan dengan warna abu-abu gelap, non karbonatan, segar,
kompak, bentuk butir menyudut menyudut tanggung, kemas umumnya terbuka, terpilah buruk,
porositas buruk, fragmen berupa batuan beku (andesit), semen berupa silika, ukuran butir berupa
bongkah sampai kerakal, semakin ke timur ukuran butir semakin mengecil. Secara mikroskopis,
fragmen batuan beku pada satuan ini termasuk kedalam Andesit. Umur satuan ini adalah N18N19 dan berdasarkan stratigrafi daerah penelitian satuan ini berumur Miosen Akhir Pliosen
Awal. Satuan ini terendapkan dilingkungan kipas bawah laut (Darman, 1991). Memiliki
hubungan yang selaras.
2. Satuan Batupasir
Satuan ini menempati sekitar 10% dari luas daerah pemetaan dengan arah penyebaran
barat laut-timur laut dan kemiringan ke arah timur laut.. umur pliosen tengah Satuan ini tersusun
atas litologi dominan batupasir, dengan sedikit sisipan batulempung. Batupasir

ini secara

makroskopis berwarna abu-abu, non karbonatan, agak segar, kompak, berbutir pasir halus hingga
pasir sedang, semen silika, sortasi baik, bentuk butir membulat, kemas tertutup, porositas baik,
struktur sedimen tidak ditemukan, terdapat mineral kuarsa, plagioklas, hornblende, berdasarkan
klasifikasi batuan sedimen Pettijohn (1972), batuan ini bernama Lithic Arenite. Kedua adalah
batulempung, batulempung berwarna kehijauan, non karbonatan, segar, kompak, besar butir

lempung, sortasi baik, bentuk butir membulat, kemas tertutup, porositas buruk, struktur sedimen
tidak ditemukan, berdasarkan klasifikasi batuan sedimen Pettijohn (1972), batuan ini bernama
Mudrocks. Umur Pliosen Tengah. Dengan lingkungan pengendapan Neritik Tengah. Hubungan
satuan ini dengan satuan dibawahnya yang lebih tua yaitu Satuan Breksi adalah selaras. Untuk
hubungan dengan satuan diatasnya yang lebih muda berupa satuan perselingan BatupasirBatulempung memiliki hubungan selaras.
3. Satuan Batupasir-batulempung
Satuan ini menempati sekitar 55% dari luas daerah pemetaan dengan arah penyebaran
barat laut-timur laut dan kemiringan ke arah timur laut. Ketebalan satuan ini berdasarkan
pengukuran penampang stratigrafi terukur adalah kurang lebih 307, 75 m.
Satuan ini tersusun atas litologi batupasir, batulempung, batupasir berfragmen,
konglomerat, sisipan batubara dengan yang lebih dominan adalah batupasir. Batupasir ini secara
makroskopis berwarna kebiruan, non karbonatan, agak segar, kompak, berbutir pasir halus
hingga pasir sedang, bersemenkan silika, sortasi baik, bentuk butir membulat, kemas tertutup,
porositas baik, struktur sedimen massif sedikit laminasi, ada ditemukan pula batupasir
berfragmen dengan besar diameter fragmen 2-5 mm dengan fragmen berupa Andesitik. Terdapat
mineral kuarsa, plagioklas, piroksen. Batulempung berwarna kehijauan, non karbonatan, segar,
kompak, besar butir lempung, sortasi baik, bentuk butir membulat, kemas tertutup, porositas
buruk, struktur sedimen tidak ditemukan.

Konglomerat, secara makroskopis berwarna abu-

abu gelap, segar, kompak, fragmen berupa andesit, matriks pasir kebiruan, semen silika, sortasi
buruk, bentuk butir membulat membulat tanggung, kemas terbuka, porositas buruk, besar butir
berupa kerikil-kerakal, terdapat mineral kuarsa, plagioklas, hornblende, piroksen. Untuk
kenampakan secara makroskopis sisipan batubara yaitu berwarna hitam, porositas baik, warna
gores hitam kecokelatan, terdapat cleat, face cleat berarah utara-selatan, ketebalan hanya kurang
lebih 1 m. Berdasarkan klasifikasi batuan sedimen Pettijohn (1972), batupasir ini bernama
Feldsphatic Wacke. Berdasarkan klasifikasi batuan sedimen Pettijohn (1972), batulempung ini
bernama Mudrocks. Berdasarkan klasifikasi Streckeisen (1978) maka fragmen konglomerat ini
bernama Andesite. Berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1975) matriks konglomerat ini bernama
Lithic Wacke. Umur Plio-Pliostesen. (Anik, 2012). Lingkungan pengendapan laut dangkal
sampai daratan (Anik, 2012).

SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dengan pengendapan satuan Breksi Gunung Api
pada miosen atas sampai pliosen awal yang setara dengan N15-N18 (Zonasi Blow, 1969). Satuan
ini memiliki ketebalan 552,75 meter yang terdiri dari breksi dengan adanya sisipan lava. Satuan
ini terendapkan dengan mekanisme turbidit tepatnya pada kipas bawah laut, tepatnya di inner fan
(Darman, 1991). Setelah itu terjadi proses tektonik yang mengakibatkan terjadinya Sesar
Mendatar Kanan Ci Gunung dengan arah bidang sesar NW-SE.
Setelah proses tektonik tersebut terjadi, kemudian terendapkan secara selaras satuan
Batupasir di atas Satuan Breksi Gunung Api. Berdasarkan hasil dari analisis fosil
mikropaleontologi foraminifera planktonik, satuan ini berumur neritik tengah (N19). Untuk
lingkungan

pengendapan

berdasarkan

keterdapatan

foraminfera

bentonik,

satuan

ini

terendapakan pada lingkungan laut neritik tengah (20-100 meter). Dengan ketebalan sebesar 230
meter.
Kemudian setelah terendapkan satuan batupasir, secara selaras terendapkan satuan batuan
batupasir-batulempung pada miosen akhir sampai pliosen akhir sampai pleistosen awal yang
setara dengan N20-N22 (Zonasi Blow, 1969). Satuan ini memiliki ketebalan 307.75 meter yang
terdiri dari perselingan batupasir dengan batulempung yang di dominasi oleh batupasir dengan
sisipan berupa konglomerat, batubara. Berdasarkan hasil dari analisis polen, satuan ini
terendapakan pada lingkungan laut neritik tengah (20-100 meter).
Setelah ketiga satuan batuan selesai diendapkan, terjadi kompresi tektonik dengan arah
tegasan utama berarah baratlaut - tenggara yang berumur Plio-Pleistosen sehingga menyebabkan
terbentuknya antiklin dan sinklin pada daerah penelitian.
Pada saat mengalami deformasi, daerah penelitian juga mengalami pengangkatan sehingga
terjadi proses eksogen yang mulai intensif yang menghasilkan proses pelapukan, erosi. Kontrol
struktur geologi, resistensi batuan dan proses eksogen menghasilkan keadaan morfologi daerah
penelitian saat ini.
POTENSI GEOLOGI
-

Longsor, di daerah Bentar


Penambangan Sirtu, di daerah Ci Gunung, Bentar, dan Bentarsari.

Anda mungkin juga menyukai