Anda di halaman 1dari 8

BAB III

GEOLOGI DAERAH SORONG

3.1. Geomorfologi
Morfologi daerah penelitian merupakan hasil dari proses geomorfologi yang
terjadi berjuta-juta tahun yang lalu hingga sekarang. Proses geomorfologi yang
tejadi baik berupa proses eksogen maupun proses endogen. Proses eksogen adalah
proses yang bersifat dekstruktif. Proses dekstruktif yang terjadi berupa pelapukan
baik fisis, kimia maupun biologi dan proses erosi yang terjadi di sungai
maupun di pantai. Sedangkan proses endogen adalah proses yang sifatnya
konstruktif. Proses endogen yang terjadi adalah pengangkatan yang membentuk
tinggian-tinggian.
Analisis geomorfologi daerah penelitian yang dilakukan berupa pengamatan
peta topografi, foto udara, bentuk ruang secara 3 dimensi, dan pengamatan
lapangan. Pengamatan foto udara dilakukan dengan bantuan perangkat lunak
komputer. Dari analisis tersebut didapatkan pola kelurusan punggungan,
kelurusan sungai, pola aliran sungai dan bentuk-bentuk lembah. Setelah
melakukan analisis geomorfologi terdapat beberapa satuan geomorfologi.
Satuan-satuan ini ditentukan berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939) dan
analisis proses-proses geologi dan geomorfologi yang terjadi.

3.1.1 Satuan Perbukitan Patahan


Satuan geomorfologi ini mencakup 50% dari luas daerah penelitian. Satuan
ini terdapat di di daerah utara dan sepanjang daerah selatan dari daerha penelitian.
Satuan ini diberi warna jingga pada peta geomorfologi sebagai penandanya.
Ketinggian dari satuan ini sekitar 20 – 280 m. Litologi yang terdapat pada satuan
ini berupa batuan keras yaitu batuan Andesit dan Granit. Sehingga relief pada
daerah ini kasar – sangat kasar.
Pada daerah utara, satuan ini terletak di bagian tengah dan memanjang
dengan arah utara-selatan. Pada satuan ini terlihat kelurusan yang mempunyai
arah utara – selatan yang terjadi akibat patahan. Proses geomorfik yang terjadi di
daerah ini berupa patahan, erosi dan pelapukan. Di sebelah timur dari satuan ini
terdapat lembah yang memanjang sejajar dengan bukit. Litologi daerah ini
berupa batuan Andesit.
Satuan Perbukitan Patahan di daerah utara. dari daerah barat di sekitar
pantai menghadap ke timur. Terlihat perbukitan yang memanjang dari utara ke
selatan. Bentuk memanjang ini disebabkan oleh patahan yang disebabkan aktifitas
Sesar Sorong yang terjadi di daerah ini. Di daerah selatan, satuan ini terbentang
dari barat ke timur. Proses geomorfik yang berperan pada daerah ini adalah
patahan, pelapukan dan erosi. Pada bagian utaranya terdapat lembah yang cukup
landai yang membentang barat-timur mengikuti perbukitan. Litologi pada
daerah ini berupa batuan Granit.
Di daerah selatan, satuan ini terbentang dari barat ke timur. Proses
geomorfik yang berperan pada daerah ini adalah patahan, pelapukan dan erosi.
Pada bagian utaranya terdapat lembah yang cukup landai yang membentang barat-
timur mengikuti perbukitan. Litologi pada daerah ini berupa batuan Granit.

3.1.2. Satuan Perbukitan Komplek


Satuan ini meliputi 25% dari daerah penelitian, menempati bagian tengah
dari daerah penelitian. Satuan ini dicirikan dengan bukit yang memiliki lembah
yang sempit dan bukit-bukit yang terisolir. Relief di daerah satuan ini relatif
sedang – keras. Di daerah sekitar sungai Remu relatif landai karena didominasi
batulempung. Sedangkan di daerah barat, di sekitar Rafidin, yang memiliki
litologi serpentinit relatif terjal.
Proses geomorfik yang terjadi pada daerah ini berupa pelapukan, erosi dan
patahan. Geomorfologi yang terlihat sekarang akibat dari proses deformasi yang
sangat komplek di daerah ini. Pada satuan ini terdapat Satuan Batuan Komplek
yang mempunyai litologi serpentin, sabak, batupasir dan batulempung.

3.1.3. Satuan Dataran Pantai


Sepanjang bagian barat daerah penelitian merupakan daerah pesisir.
Sehingga 25% daerah penelitian di dominasi oleh satuan ini. Satuan ini
memanjang mulai dari selatan hingga utara. Pada bagian selatan, endapan
pantainya terdiri dari pasir-pasir kuarsa berwarna putih kecoklatan hasil
pengendapan material rombakan dari Satuan Batuan Granit di daerah selatan.
Sedangkan daerah utara didominasi oleh pasir berwarna abu-abu kehitaman yang
merupakan material rombakan dari Satuan Batuan Andesit dan Satuan Batuan
Komplek di daerah tengah dan utara.
Selain endapan pantai, pada daerah ini juga terdapat endapan rawa dan
endapan sungai. Endapan rawa terdapat di bagian utara dari satuan ini.
Endapannya berupa lumpur hitam dan umumnya terendam oleh air payau.
Umumnya di daerah ini ditumbuhi tanaman bakau. Sedangkan endapan sungai
terdapat di sepanjang aliran Sungai Remu dan Sungai Klabala. Endapan sungai di
dominasi oleh material yang berukuran pasir – bongkah. Material-material
tersebut merupakan hasil rombakan dari Satuan Batuan Granit, Satuan Batuan
Andesit dan Satuan Batuan Komplek.
3.2. Stratigrafi
Setelah melakukan observasi lapangan di daerah Sorong, ditemukan
singkapan batuan beku felsik, intermedier, ultramafik, batuan sedimen dan
metamorf. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang di dapatkan di lapangan dan analisis
petrografi, maka penulis mengelompokkan menjadi 5 satuan batuan sesuai dengan
peta geologi (Lampiran Peta D). Penamaan dari satuan ini berdasarkan penamaan
litostratigrafi tidak resmi (Gambar 3.1), yaitu :
 Satuan Batuan Granit
 Satuan Batuan Andesit
 Satuan Batuan Komplek
 Satuan Batupasir
 Satuan Endapan Pantai, Rawa, dan Aluvial.

Gambar 3.1. Stratigrafi tidak resmi daerah penelitian.

3.2.1. Satuan Batuan Granit.


Satuan ini menempati 25% daerah penelitian. Penyebaran satuan ini terdapat
pada daerah selatan dari daerah penelitian membentang dari timur ke barat. Satuan
ini tersingkap dengan baik di daerah HBM, Hilir Sungai Remu dan Bukit Wihara.
Sebagian besar satuan ini telah lapuk dan berubah menjadi pasir. Satuan ini
berwarna merah muda pada peta geologi.
Granit secara makroskopis berwarna putih kemerahan, fanerik, berbutir
kasar, holokristalin, hipidiomorfik granular, mineralogi terdiri dari k-feldspar,
kuarsa, plagioklas dan sedikit biotit. Di sekitar daerah malanu, pada umumnya
satuan ini sangat lapuk dan bentuk fisiknya seperti pasir.
Penulis tidak dapat menentukan umur satuan pada saat ini. Dan dari
literatur-literatur tidak ada yang menjelaskan umur dari satuan ini. Penulis
melakukan penyetaraan dengan granit yang tersingkap di daerah Mar dan
Manokwari. Sehingga didapatkan umur satuan ini yaitu Trias.

3.2.2. Satuan Batuan Andesit


Satuan ini tersebar di bagian utara daerah penelitian dan menempati 30%
dari daerah penelitian. Satuan ini didominasi oleh batuan beku Andesit dan
tersingkap dengan baik di daerah Tampa Garam di lokasi pertambangan Galian C
dan hulu Sungai Remu. Di daerah Tampa Garam, umumnya satuan ini sudah
lapuk. Pada peta geologi satuan ini diberi warna merah.
Satuan ini mempunya ciri-ciri secara megaskopis yaitu berwarna abu-abu
kehitaman dengan bintik-bintik putih, masif, afanitik, hipokristalin,
inequigranular, euhedral – subhedral, komposisi mineral : kuarsa, plagioklas,
hornblenda dan sedikit biotit di dalam masa dasar gelas. Penulis tidak dapat
menentukan umur dari satuan ini pada saat ini. Akan tetapi satuan ini disetarakan
dengan Batuan Gunung Api Dore yang berumur Miosen Awal – Miosen Akhir
(Amri dkk, 1990).

3.2.3. Satuan Batuan Komplek


Satuan ini tersebar di daerah tengah dari daerah penelitian. Satuan ini
menempati 25% dari daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik didaerah
Rafidin dan Sungai Remu. Pada peta geologi satuan ini diberi warna hijau muda.
Satuan batuan ini merupakan kumpulan berbagai jenis litologi. Litologi dari
satuan ini adalah serpentinit, sabak, batupasir dan batulempung di dalam masa
dasar batulempung.
Serpentinit merupakan salah satu fragmen yang dominan di satuan ini.
Litologi ini tersingkap dengan baik di daerah barat, disekitar Kampung Rafidin
dan Kompleks Bea Cukai. Umumnya adalah daerah pertambangan yang dikelola
oleh warga setempat baik secara modern maupun konvensional. Secara
makroskopis, litologi ini mempunyai ciri warna hijau kehitaman dan sedikit
bercak merah, masif, lamelar, terdiri dari mineral serpentin, hematit, dan sedikit
piroksen, terdapat kekarkekar dan urat kuarsa.
Fragmen yang dominan juga adalah sabak. Penulis menemukan ada tiga
jenis sabak yang berbeda secara kenampakannya (warna batuan). Sabak pertama
berwarna abu-abu kehitaman umumnya tersebar di daerah satuan ini, sabak
berwarna putih tersingkap didaerah tengah satuan ini, dan sabak berwarna merah
tersingkap di daerah timur dari daerah satuan ini dan di satu singkapan terdapat
kontak langsung dengan sabak putih. Secara makroskopis ketiga sabak ini
mempunyai ciri yaitu foliasi slate, lepidoblastik, komposisi mineral : mineral
lempung dengan sedikit kuarsa, terdapat kekar-kekar dan urat kuarsa.
Batupasir dan batulempung adalah fragmen yang jarang ditemui di satuan
ini. Kemungkinan karena batulempung telah mengalami tahap metamorfosis dan
menjadi sabak. Sedangkan batupasir memang sangat jarang dijumpai. Di beberapa
singkapan, terdapat batulempung yang telah mengalami deformasi sehingga
batupasirnya menjadi boudine di lapisan batulempung. Batupasir mempunyai
kenampakan megaskopis berwarna putih kecoklatan, butir halus – sedang, bentuk
butir membundar – menbundar tanggung, semen karbonatan, kemas tertutup,
pemilahan sedang, porositas baik, dan kompak. Batulempung secara megaskopis
berwarna abu-abu kehitaman, semen karbonatan dan kompak.
Pada satuan ini juga terdapat fragmen granit yang mempunyai ciri yang
sama dengan fragmen dari Satuan Batuan Granit dan fragmen andesit yang
mempunyai ciri yang sama dengan Satuan Batuan Andesit. Fragmen-fragmen
tersebut mempunyai posisi yang tidak teratur atau acak-acakan dengan masa dasar
batulempung.

3.2.4. Satuan Batupasir


Satuan ini menempati 10% dari daerah penelitian dan tersebar di daerah
selatan dari daerah penelitian. Satuan ini pada umumnya tidak kompak,
didominasi oleh batupasir, dan tersingkap baik di daerah Remu Selatan. Pada peta
geologi satuan ini diberi warna kuning.
Ciri khusus dari satuan ini adalah material kuarsa yang dominan dan
berukuran kasar. Secara megaskopis litologi dari satuan ini adalah bewarna putih
kecoklatan, butir kasar – sangat kasar, butir menyudut – menyudut tanggung,
semen silika, kemas terbuka, pemilahan buruk, porositas sangat baik, getas,
terdapat fragmen peridotit dan granit, terdapat struktur graded bedding.
Lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah fluvial.
Penulis tidak dapat menentukan umur dari satuan ini dan dari literatur yang
dibaca tidak ada yang dapat menjelaskan umur satuan ini. Penulis menyetarakan
satuan ini dengan Formasi Klasaman yang berumur Pliosen Awal – Akhir (Amri
dkk, 1990).

3.2.5. Satuan Endapan Pantai, Rawa dan Aluvial


Penulis menempatkan ketiga daerah ini ke dalam satu satuan karena proses
pembentukan endapannya saling berhubungan. Satuan ini menempati 10% dari
daerah penelitian. Umumnya terdapat pada bagian barat daerah penelitian dan
sepanjang Sungai Remu dan Sungai Klabala. Satuan ini umumnya di dominasi
oleh pasir, kerikil dan lumpur. Satuan ini berumur Resen. Pada peta geologi
satuan ini diberi warna abu-abu.
Pada daerah barat bagian selatan mempunyai perbedaan endapan dengan
daerah barat bagian utara dari daerah penelitian. Di daerah barat bagian selatan
umunya merupakan endapan pasir kuarsa dengan ciri megaskopis berwarna putih,
butir sedang - kasar, menyudut tanggung – membundar tanggung, tidak kompak,
pada beberapa daerah terlihat struktur perlapisan. Penulis mengalami kesulitan
dalam menentukan fragmen – fragmen yang terdapat pada daerah ini karena
aktifitas reklamasi pantai yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sorong.
Daerah barat bagian utara mempunyai ciri endapan berwarna abu-abu
kehitaman, butir pasir halus – sedang, menyudut tanggung - membundar
tanggung, tidak kompak, terdapat fragmen koral dan serpentinit. Pada daerah ini
terdapat dataran rawa yang cukup luan dan mempunya endapan lumpur berwarna
hitam dengan sisa-sisa tumbuhan. Umumnya daerah ini ditumbuhi oleh tanaman
bakau.
Endapan aluvial yang terdapat pada daerah penelitian terdapat di sepanjang
Sungai Remu dan Sungai Klabala. Ciri-ciri dari endapannya adalah material
berukuran pasir halus – bongkah. Fragmen – fragmennya adalah granit, andesit,
serpentinit, sabak, batulempung dan sedikit batupasir. Bentuknya beraneka ragam
mulai dari menyudut – membundar. Pada bagian muara sungai, endapan ini
tercemar akibat aktifitas penduduk yang membuang sampah di sungai.
Hubungan antara satuan batuan pada daerah penelitian berkaitan dengan
aktifitas tektonik yang terjadi di daerah Sorong. Sehingga batas antara Satuan
Batuan Granit dengan Satuan Batuan Komplek dan Satuan Batuan Andesit dengan
Satuan Batuan Komplek adalah batas tektonik. Sedangkan, Satuan Batupasir
merupakan hasil dari rombakan Satuan Batuan Granit. Pada saat sekarang, semua
satuan batuan di atas telah mengalami proses pelapukan dan erosi. Material hasil
dari proses pelapukan dan erosi tersebut diendapakan menjadi Satuan Endapan
Pantai, Rawa dan Aluvial.

3.3. Struktur Geologi


Perkembangan struktur geologi di daerah penelitian diidentifikasi dengan
melakukan pengamatan morfologi dan pengamatan langsung di lapangan. Pada
peta topografi, didapat pola-pola kelurusan yang dilanjutkan dengan pembuktian
di lapangan. Pada tahap pengamatan lapangan, di daerah penelitian ini ditemukan
buktibukti berupa kekar gerus, gores garis dan breksiasi. Data-data struktur yang
didapatkan tersebut, kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak
StereoWin 1.2. Analisis kinematika dilakukan untuk mengetahui pergerakan dari
sesar yang kemudian penamaannya didasarkan atas klasifikasi ganda.
Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa struktur lapisan
dan struktur sesar. Data dari struktur lapisan didapatkan dari pengukuran bidang
lapisan. Dan data struktur sesar didapatkan dari pengukuran bidang-bidang sesar,
arah breksiasi, kekar-kekar geser dan kekar-kekar gerus. Penamaan struktur sesar
pada daerah penelitian ini diambil dari nama wilayah yang dilalui oleh sesar
tersebut.
Pada daerah selatan dari daerah penelitian, di sekitar daerah Klabala,
terdapat struktur sesar yang berarah timur – barat. Pada daerah penelitian, bukti
dari keberadaan sesar ini berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki jurus
dan kemiringan N82°E/77°SE serta kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan
kemiringan rata-rata N68°E/68°SE. Setelah melakukan analisis kenematika dan
dinamika dari data-data ini, didapatkan pergerakan sesar mengiri naik. Sesar ini
diberi nama Sesar Klabala. Bidang sesar ini merupakan batas dari Satuan Batuan
Granit dengan Satuan Batuan Komplek.
Pada daerah utara dari daerah penelitian, di sekitar daerah Rafidin, juga
terdapat struktur sesar yang berarah timur – baratdaya. Bukti dari keberadaan
sesar berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki jurus dan kemiringan
N91°E/74°SW dan kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan kemiringan rata-
rata N63°E/65°SW. Hasil pergerakan sesar yang didapatkan setelah melakukan
analisis kinematika dan dinamika dari data-data ini adalah sesar mengiri naik.
Sesar ini diberi nama Sesar Rafidin. Bidang Sesar Rafidin ini adalah batas dari
Satuan Batuan Andesit dengan Satuan Batuan Komplek.
Pada daerah selatan di daerah Remu tepatnya di Sungai Remu terdapat
struktur sesar yang memotong Sesar Malanu dan Sesar Rafidin.. Bukti dari
keberadaan sesar ini berupa bidang – bidang sesar secara umum memiliki jurus
dan kemiringan N180°E/80°SW dan kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan
kemiringan rata-rata N140°E/70°SW. Hasil pergerakan sesar yang didapatkan
setelah melakukan analisis kinematika dan dinamika dari data-data ini adalah
sesar menganan naik. Sesar ini diberi nama Sesar Remu.
Sesar Rafidin dan Sesar Klabala terbentuk pada saat terbentuknya Sistem
Sesar Sorong yaitu pada Kala Pliosen Akhir. Sesar-sesar ini merupakan batas dari
satuan-satuan batuan. Sesar Remu adalah sesar yang terbentuk setelah itu. Sesar
ini memotong Sesar Rafidin dan Sesar Klabala.

3.4 Iklim dan cuaca


Kota Sorong pada umumnya beriklim tropis yang lembab dan panas.
Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu
udara minimum di Kota Sorong sekitar 23,1°C dan suhu udara maksimum sekitar
33,7°C. curah hujan tercatat 2.911 mm. curah hujan cukup merata sepanjang
tahun. Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara
9-27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84%.
3.4 Batasan wilayah
Kota Sorong dengan luas wilayah 1.105 km2 memiliki bata-batas wilayah
administrative sebagai berikut:
Sebelah Utara : Distrik Makbon dan Selat Dampir
Sebelah Timur : Distrik Makbon
Sebelah Selatan : Distrik Aimas dan Distrik Salawati Kabupaten Sorong
Sebelah Barat : Selat Dampir
Kota Sorong terdiri atas 6 Distrik dan 31 Kelurahan. Distrik yang terletak pada
wilayah daratan Kota Sorong antara lain:
1. Distrik Sorong
2. Distrik Sorong Timur
3. Distrik Sorong Barat
4. Distrik Sorong Kepulauan
5. Distrik Sorong Utara
6. Distrik Sorong Manoi

Gambar 3.2 Peta Administratif Kota Sorong

Anda mungkin juga menyukai