3.1. Geomorfologi
Satuan geomorfologi ini mencakup 50% dari luas daerah penelitian. Satuan
ini terdapat di di daerah utara dan sepanjang daerah selatan dari daerha penelitian.
Satuan ini diberi warna jingga pada peta geomorfologi sebagai penandanya.
Ketinggian dari satuan ini sekitar 20 – 280 m. Litologi yang terdapat pada satuan ini
berupa batuan keras yaitu batuan Andesit dan Granit. Sehingga relief pada daerah ini
kasar – sangat kasar.
19
Pada daerah utara, satuan ini terletak di bagian tengah dan memanjang dengan
arah utara-selatan (Foto 3.1). Pada satuan ini terlihat kelurusan yang mempunyai arah
utara – selatan yang terjadi akibat patahan. Proses geomorfik yang terjadi di daerah
ini berupa patahan, erosi dan pelapukan. Di sebelah timur dari satuan ini terdapat
lembah yang memanjang sejajar dengan bukit. Litologi daerah ini berupa batuan
Andesit.
Di daerah selatan, satuan ini terbentang dari barat ke timur (Foto 3.2). Proses
geomorfik yang berperan pada daerah ini adalah patahan, pelapukan dan erosi. Pada
bagian utaranya terdapat lembah yang cukup landai yang membentang barat-timur
mengikuti perbukitan. Litologi pada daerah ini berupa batuan Granit.
20
Foto 3.2. Satuan Perbukitan Patahan di daerah selatan.
Foto ini diambil dari daerah selatan di sekitar Jalan Raya Km.8 menghadap ke utara. Terlihat
perbukitan yang memanjang dari barat ke timur. Bentuk memanjang ini disebabkan oleh patahan yang
terjadi di daerah ini. Terlihat bukit pasir berwarna putih yang merupakan pelapukan dari granit. Di
daerah ini terdapat banyak tempat penambangan pasir.
21
Foto 3.3. Satuan Perbukitan Komplek.
Foto ini diambil dari daerah Bukit Wihara menghadap ke Utara. Pada foto sebelah kananTerlihat
perbukitan yang terpisah-pisah oleh lembah-lembah sempit. Pada foto sebelah kiri terlihat bukit yang
terisolir.
22
a b
c d
Selain endapan pantai, pada daerah ini juga terdapat endapan rawa (Foto
3.4.c) dan endapan sungai (Foto 3.4.d). Endapan rawa terdapat di bagian utara dari
satuan ini. Endapannya berupa lumpur hitam dan umumnya terendam oleh air payau.
Umumnya di daerah ini ditumbuhi tanaman bakau. Sedangkan endapan sungai
terdapat di sepanjang aliran Sungai Remu dan Sungai Klabala. Endapan sungai di
dominasi oleh material yang berukuran pasir – bongkah. Material-material tersebut
merupakan hasil rombakan dari Satuan Batuan Granit, Satuan Batuan Andesit dan
Satuan Batuan Komplek.
23
3.2. Stratigrafi
Setelah melakukan observasi lapangan di daerah Sorong, ditemukan
singkapan batuan beku felsik, intermedier, ultramafik, batuan sedimen dan metamorf.
Berdasarkan ciri-ciri litologi yang di dapatkan di lapangan dan analisis petrografi,
maka penulis mengelompokkan menjadi 5 satuan batuan sesuai dengan peta geologi
(Lampiran Peta D). Penamaan dari satuan ini berdasarkan penamaan litostratigrafi
tidak resmi (Gambar 3.1), yaitu :
Satuan Batuan Granit
Satuan Batuan Andesit
Satuan Batuan Komplek
Satuan Batupasir
Satuan Endapan Pantai, Rawa, dan Aluvial.
24
Sebagian besar satuan ini telah lapuk dan berubah menjadi pasir (Foto 3.5). Satuan ini
berwarna merah muda pada peta geologi.
Granit secara makroskopis berwarna putih kemerahan, fanerik, berbutir
kasar, holokristalin, hipidiomorfik granular, mineralogi terdiri dari k-feldspar, kuarsa,
plagioklas dan sedikit biotit (foto 3.5). Di sekitar daerah malanu, pada umumnya
satuan ini sangat lapuk dan bentuk fisiknya seperti pasir.
Penulis tidak dapat menentukan umur satuan pada saat ini. Dan dari
literatur-literatur tidak ada yang menjelaskan umur dari satuan ini. Penulis
melakukan penyetaraan dengan granit yang tersingkap di daerah Mar dan Manokwari.
Sehingga didapatkan umur satuan ini yaitu Trias.
SW 23-12 Rb 20-1
a b
c Rb 20-1
25
3.2.2. Satuan Batuan Andesit
Satuan ini tersebar di bagian utara daerah penelitian dan menempati 30% dari
daerah penelitian. Satuan ini didominasi oleh batuan beku Andesit dan tersingkap
dengan baik di daerah Tampa Garam di lokasi pertambangan Galian C dan hulu
Sungai Remu (Foto 3.9). Di daerah Tampa Garam, umumnya satuan ini sudah lapuk.
Pada peta geologi satuan ini diberi warna merah.
Satuan ini mempunya ciri-ciri secara megaskopis yaitu berwarna abu-abu
kehitaman dengan bintik-bintik putih, masif, afanitik, hipokristalin, inequigranular,
euhedral – subhedral, komposisi mineral : kuarsa, plagioklas, hornblenda dan sedikit
biotit di dalam masa dasar gelas.
Penulis tidak dapat menentukan umur dari satuan ini pada saat ini. Akan tetapi
satuan ini disetarakan dengan Batuan Gunung Api Dore yang berumur Miosen Awal
– Miosen Akhir (Amri dkk, 1990).
a b
Sk 25-8 Sk 25-7
Satuan ini tersebar di daerah tengah dari daerah penelitian. Satuan ini
menempati 25% dari daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik didaerah Rafidin
dan Sungai Remu. Pada peta geologi satuan ini diberi warna hijau muda. Satuan
26
batuan ini merupakan kumpulan berbagai jenis litologi. Litologi dari satuan ini adalah
serpentinit, sabak, batupasir dan batulempung di dalam masa dasar batulempung.
Serpentinit merupakan salah satu fragmen yang dominan di satuan ini (Foto
3.6). Litologi ini tersingkap dengan baik di daerah barat, disekitar Kampung Rafidin
dan Kompleks Bea Cukai. Umumnya adalah daerah pertambangan yang dikelola oleh
warga setempat baik secara modern maupun konvensional. Secara makroskopis,
litologi ini mempunyai ciri warna hijau kehitaman dan sedikit bercak merah, masif,
lamelar, terdiri dari mineral serpentin, hematit, dan sedikit piroksen, terdapat kekar-
kekar dan urat kuarsa.
Fragmen yang dominan juga adalah sabak (Foto 3.7) Penulis menemukan ada
tiga jenis sabak yang berbeda secara kenampakannya (warna batuan). Sabak pertama
berwarna abu-abu kehitaman umumnya tersebar di daerah satuan ini, sabak berwarna
putih tersingkap didaerah tengah satuan ini, dan sabak berwarna merah tersingkap di
daerah timur dari daerah satuan ini dan di satu singkapan terdapat kontak langsung
dengan sabak putih. Secara makroskopis ketiga sabak ini mempunyai ciri yaitu
foliasi slate, lepidoblastik, komposisi mineral : mineral lempung dengan sedikit
kuarsa, terdapat kekar-kekar dan urat kuarsa.
27
St02
a b
St02
28
a b
Rm 24-3 Rm 19-7
c d
Rm 24-14 Rm 24-13
Batupasir dan batulempung adalah fragmen yang jarang ditemui di satuan ini
(Foto 3.8). Kemungkinan karena batulempung telah mengalami tahap metamorfosis
dan menjadi sabak. Sedangkan batupasir memang sangat jarang dijumpai. Di
beberapa singkapan, terdapat batulempung yang telah mengalami deformasi sehingga
batupasirnya menjadi boudine di lapisan batulempung. Batupasir mempunyai
kenampakan megaskopis berwarna putih kecoklatan, butir halus – sedang, bentuk
29
butir membundar – menbundar tanggung, semen karbonatan, kemas tertutup,
pemilahan sedang, porositas baik, dan kompak. Batulempung secara megaskopis
berwarna abu-abu kehitaman, semen karbonatan dan kompak.
a b
Rm 19-3 Rm 19-4
c d
Rm 19-2 Rm 19-5
30
Pada satuan ini juga terdapat fragmen granit yang mempunyai ciri yang sama
dengan fragmen dari Satuan Batuan Granit dan fragmen andesit yang mempunyai ciri
yang sama dengan Satuan Batuan Andesit. Fragmen-fragmen tersebut mempunyai
posisi yang tidak teratur atau acak-acakan dengan masa dasar batulempung.
31
a b
Rf 21-1 Rf 21-1
c d
Rb 20-2 Rb 20-3
32
umunya merupakan endapan pasir kuarsa dengan ciri megaskopis berwarna putih,
butir sedang - kasar, menyudut tanggung – membundar tanggung, tidak kompak,
pada beberapa daerah terlihat struktur perlapisan. Penulis mengalami kesulitan dalam
menentukan fragmen – fragmen yang terdapat pada daerah ini karena aktifitas
reklamasi pantai yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sorong.
Daerah barat bagian utara mempunyai ciri endapan berwarna abu-abu
kehitaman, butir pasir halus – sedang, menyudut tanggung - membundar tanggung,
tidak kompak, terdapat fragmen koral dan serpentinit. Pada daerah ini terdapat
dataran rawa yang cukup luan dan mempunya endapan lumpur berwarna hitam
dengan sisa-sisa tumbuhan. Umumnya daerah ini ditumbuhi oleh tanaman bakau.
Endapan aluvial yang terdapat pada daerah penelitian terdapat di sepanjang
Sungai Remu dan Sungai Klabala. Ciri-ciri dari endapannya adalah material
berukuran pasir halus – bongkah. Fragmen – fragmennya adalah granit, andesit,
serpentinit, sabak, batulempung dan sedikit batupasir. Bentuknya beraneka ragam
mulai dari menyudut – membundar. Pada bagian muara sungai, endapan ini tercemar
akibat aktifitas penduduk yang membuang sampah di sungai.
Hubungan antara satuan batuan pada daerah penelitian berkaitan dengan
aktifitas tektonik yang terjadi di daerah Sorong. Sehingga batas antara Satuan Batuan
Granit dengan Satuan Batuan Komplek dan Satuan Batuan Andesit dengan Satuan
Batuan Komplek adalah batas tektonik. Sedangkan, Satuan Batupasir merupakan
hasil dari rombakan Satuan Batuan Granit. Pada saat sekarang, semua satuan batuan
di atas telah mengalami proses pelapukan dan erosi. Material hasil dari proses
pelapukan dan erosi tersebut diendapakan menjadi Satuan Endapan Pantai, Rawa dan
Aluvial.
33
a b
c d
34
3.3. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa struktur lapisan dan
struktur sesar. Data dari struktur lapisan didapatkan dari pengukuran bidang lapisan.
Dan data struktur sesar didapatkan dari pengukuran bidang-bidang sesar, arah
breksiasi, kekar-kekar geser dan kekar-kekar gerus. Penamaan struktur sesar pada
daerah penelitian ini diambil dari nama wilayah yang dilalui oleh sesar tersebut.
Pada daerah selatan dari daerah penelitian, di sekitar daerah Klabala, terdapat
struktur sesar yang berarah timur – barat. Pada daerah penelitian, bukti dari
keberadaan sesar ini (Foto 3.12) berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki
jurus dan kemiringan N82°E/77°SE serta kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan
kemiringan rata-rata N68°E/68°SE. Setelah melakukan analisis kenematika dan
dinamika dari data-data ini, didapatkan pergerakan sesar mengiri naik. Sesar ini diberi
nama Sesar Klabala. Bidang sesar ini merupakan batas dari Satuan Batuan Granit
dengan Satuan Batuan Komplek.
35
a b
c d
Pada daerah utara dari daerah penelitian, di sekitar daerah Rafidin, juga
terdapat struktur sesar yang berarah timur – baratdaya. Bukti dari keberadaan sesar
(Foto 3.13) berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki jurus dan kemiringan
N91°E/74°SW dan kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan kemiringan rata-rata
N63°E/65°SW. Hasil pergerakan sesar yang didapatkan setelah melakukan analisis
kinematika dan dinamika dari data-data ini adalah sesar mengiri naik. Sesar ini diberi
nama Sesar Rafidin. Bidang Sesar Rafidin ini adalah batas dari Satuan Batuan
Andesit dengan Satuan Batuan Komplek.
36
a b
Sesar Rafidin dan Sesar Klabala terbentuk pada saat terbentuknya Sistem
Sesar Sorong yaitu pada Kala Pliosen Akhir. Sesar-sesar ini merupakan batas dari
satuan-satuan batuan. Sesar Remu adalah sesar yang terbentuk setelah itu. Sesar ini
memotong Sesar Rafidin dan Sesar Klabala.
37
a c
b d
38