Anda di halaman 1dari 20

BAB III

GEOLOGI DAERAH SORONG

3.1. Geomorfologi

Morfologi daerah penelitian merupakan hasil dari proses geomorfologi yang


terjadi berjuta-juta tahun yang lalu hingga sekarang. Proses geomorfologi yang tejadi
baik berupa proses eksogen maupun proses endogen. Proses eksogen adalah proses
yang bersifat dekstruktif. Proses dekstruktif yang terjadi berupa pelapukan baik fisis,
kimia maupun biologi dan proses erosi yang terjadi di sungai maupun di pantai.
Sedangkan proses endogen adalah proses yang sifatnya konstruktif. Proses endogen
yang terjadi adalah pengangkatan yang membentuk tinggian-tinggian.
Analisis geomorfologi daerah penelitian yang dilakukan berupa pengamatan
peta topografi, foto udara, bentuk ruang secara 3 dimensi, dan pengamatan lapangan.
Pengamatan foto udara dilakukan dengan bantuan perangkat lunak komputer. Dari
analisis tersebut didapatkan pola kelurusan punggungan, kelurusan sungai, pola aliran
sungai dan bentuk-bentuk lembah.
Setelah melakukan analisis geomorfologi terdapat beberapa satuan
geomorfologi. Satuan-satuan ini ditentukan berdasarkan klasifikasi Lobeck (1939)
dan analisis proses-proses geologi dan geomorfologi yang terjadi. Hasil dari analisis
ini berupa peta geomorfologi (Lampiran Peta C).
.
3.1.1 Satuan Perbukitan Patahan

Satuan geomorfologi ini mencakup 50% dari luas daerah penelitian. Satuan
ini terdapat di di daerah utara dan sepanjang daerah selatan dari daerha penelitian.
Satuan ini diberi warna jingga pada peta geomorfologi sebagai penandanya.
Ketinggian dari satuan ini sekitar 20 – 280 m. Litologi yang terdapat pada satuan ini
berupa batuan keras yaitu batuan Andesit dan Granit. Sehingga relief pada daerah ini
kasar – sangat kasar.

19
Pada daerah utara, satuan ini terletak di bagian tengah dan memanjang dengan
arah utara-selatan (Foto 3.1). Pada satuan ini terlihat kelurusan yang mempunyai arah
utara – selatan yang terjadi akibat patahan. Proses geomorfik yang terjadi di daerah
ini berupa patahan, erosi dan pelapukan. Di sebelah timur dari satuan ini terdapat
lembah yang memanjang sejajar dengan bukit. Litologi daerah ini berupa batuan
Andesit.

Foto 3.1. Satuan Perbukitan Patahan di daerah utara.


Foto ini diambil dari daerah barat di sekitar pantai menghadap ke timur. Terlihat perbukitan yang
memanjang dari utara ke selatan. Bentuk memanjang ini disebabkan oleh patahan yang disebabkan
aktifitas Sesar Sorong yang terjadi di daerah ini.

Di daerah selatan, satuan ini terbentang dari barat ke timur (Foto 3.2). Proses
geomorfik yang berperan pada daerah ini adalah patahan, pelapukan dan erosi. Pada
bagian utaranya terdapat lembah yang cukup landai yang membentang barat-timur
mengikuti perbukitan. Litologi pada daerah ini berupa batuan Granit.

20
Foto 3.2. Satuan Perbukitan Patahan di daerah selatan.
Foto ini diambil dari daerah selatan di sekitar Jalan Raya Km.8 menghadap ke utara. Terlihat
perbukitan yang memanjang dari barat ke timur. Bentuk memanjang ini disebabkan oleh patahan yang
terjadi di daerah ini. Terlihat bukit pasir berwarna putih yang merupakan pelapukan dari granit. Di
daerah ini terdapat banyak tempat penambangan pasir.

3.1.2. Satuan Perbukitan Komplek


Satuan ini meliputi 25% dari daerah penelitian, menempati bagian tengah dari
daerah penelitian. Satuan ini dicirikan dengan bukit yang memiliki lembah yang
sempit dan bukit-bukit yang terisolir (Foto 3.3). Relief di daerah satuan ini relatif
sedang – keras. Di daerah sekitar sungai Remu relatif landai karena didominasi
batulempung. Sedangkan di daerah barat, di sekitar Rafidin, yang memiliki litologi
serpentinit relatif terjal.
Proses geomorfik yang terjadi pada daerah ini berupa pelapukan, erosi dan
patahan. Geomorfologi yang terlihat sekarang akibat dari proses deformasi yang
sangat komplek di daerah ini. Pada satuan ini terdapat Satuan Batuan Komplek yang
mempunyai litologi serpentin, sabak, batupasir dan batulempung.

21
Foto 3.3. Satuan Perbukitan Komplek.
Foto ini diambil dari daerah Bukit Wihara menghadap ke Utara. Pada foto sebelah kananTerlihat
perbukitan yang terpisah-pisah oleh lembah-lembah sempit. Pada foto sebelah kiri terlihat bukit yang
terisolir.

3.1.3. Satuan Dataran Pantai


Sepanjang bagian barat daerah penelitian merupakan daerah pesisir. Sehingga
25% daerah penelitian di dominasi oleh satuan ini. Satuan ini memanjang mulai dari
selatan hingga utara. Pada bagian selatan, endapan pantainya terdiri dari pasir-pasir
kuarsa berwarna putih (Foto 3.4.a) kecoklatan hasil pengendapan material rombakan
dari Satuan Batuan Granit di daerah selatan. Sedangkan daerah utara didominasi oleh
pasir berwarna abu-abu kehitaman (Foto 3.4.b) yang merupakan material rombakan
dari Satuan Batuan Andesit dan Satuan Batuan Komplek di daerah tengah dan utara.

22
a b

c d

Foto 3.4. Satuan Dataran Pantai.


Satuan Dataran Pantai terdapat di sepanjang bagian barat Kota Sorong. (a) Foto ini diambil di daerah
Tembok Berlin menghadap ke utara, terlihat endapan pasir kuarsa berwarna putih kecoklatan. Proses
geomorfik pada daerah ini terganggu karena reklamasi pantai yang dilakukan oleh pemerintah kota. (b)
Foto ini diambil dari Hotel Cartenz di daerah Tampa Garam, terlihat endapan pantai berwarna abu-abu
kehitaman. Foto diambil pada sore hari ketika terjadi pasang surut air laut. (c) Foto di ambil di daerah
Tampa Garam, terlihat genangan air payau yang di dalamnya terdapat endapan lumpur berwarna
hitam. Daerah rawa pada umumnya ditumbuhi oleh tanaman bakau. (d) Foto di ambil di daerah aliran
Sungai Remu, terlihat endapan yang berukuran dari pasir hingga bongkah. Endapan ini merupakan
hasil rombakan dari batuan sabak, andesit, granit dan serpentin.

Selain endapan pantai, pada daerah ini juga terdapat endapan rawa (Foto
3.4.c) dan endapan sungai (Foto 3.4.d). Endapan rawa terdapat di bagian utara dari
satuan ini. Endapannya berupa lumpur hitam dan umumnya terendam oleh air payau.
Umumnya di daerah ini ditumbuhi tanaman bakau. Sedangkan endapan sungai
terdapat di sepanjang aliran Sungai Remu dan Sungai Klabala. Endapan sungai di
dominasi oleh material yang berukuran pasir – bongkah. Material-material tersebut
merupakan hasil rombakan dari Satuan Batuan Granit, Satuan Batuan Andesit dan
Satuan Batuan Komplek.

23
3.2. Stratigrafi
Setelah melakukan observasi lapangan di daerah Sorong, ditemukan
singkapan batuan beku felsik, intermedier, ultramafik, batuan sedimen dan metamorf.
Berdasarkan ciri-ciri litologi yang di dapatkan di lapangan dan analisis petrografi,
maka penulis mengelompokkan menjadi 5 satuan batuan sesuai dengan peta geologi
(Lampiran Peta D). Penamaan dari satuan ini berdasarkan penamaan litostratigrafi
tidak resmi (Gambar 3.1), yaitu :
Satuan Batuan Granit
Satuan Batuan Andesit
Satuan Batuan Komplek
Satuan Batupasir
Satuan Endapan Pantai, Rawa, dan Aluvial.

Gambar 3.1. Stratigrafi tidak resmi daerah penelitian.

3.2.1. Satuan Batuan Granit.


Satuan ini menempati 25% daerah penelitian. Penyebaran satuan ini terdapat
pada daerah selatan dari daerah penelitian membentang dari timur ke barat. Satuan
ini tersingkap dengan baik di daerah HBM, Hilir Sungai Remu dan Bukit Wihara.

24
Sebagian besar satuan ini telah lapuk dan berubah menjadi pasir (Foto 3.5). Satuan ini
berwarna merah muda pada peta geologi.
Granit secara makroskopis berwarna putih kemerahan, fanerik, berbutir
kasar, holokristalin, hipidiomorfik granular, mineralogi terdiri dari k-feldspar, kuarsa,
plagioklas dan sedikit biotit (foto 3.5). Di sekitar daerah malanu, pada umumnya
satuan ini sangat lapuk dan bentuk fisiknya seperti pasir.
Penulis tidak dapat menentukan umur satuan pada saat ini. Dan dari
literatur-literatur tidak ada yang menjelaskan umur dari satuan ini. Penulis
melakukan penyetaraan dengan granit yang tersingkap di daerah Mar dan Manokwari.
Sehingga didapatkan umur satuan ini yaitu Trias.

SW 23-12 Rb 20-1

a b

c Rb 20-1

Foto 3.5. Singkapan granit.


(a). Foto ini diambil dari singkapan granit di sungai klabala yang masih segar. Terlihat warna merah
yang dominan pada singkapan ini. Hal ini menandakan tingginya kandungan k-felspar. (b) Foto ini di
ambil di daerah HBM. Singakapan granit yang lapuk ringan hingga segar. (c) Terlihat tebing pasir
yang terjal. Pasir tersebut adalah hasil dari pelapukan granit. Daerah ini merupakan bekas
pertambangan pasir.

25
3.2.2. Satuan Batuan Andesit
Satuan ini tersebar di bagian utara daerah penelitian dan menempati 30% dari
daerah penelitian. Satuan ini didominasi oleh batuan beku Andesit dan tersingkap
dengan baik di daerah Tampa Garam di lokasi pertambangan Galian C dan hulu
Sungai Remu (Foto 3.9). Di daerah Tampa Garam, umumnya satuan ini sudah lapuk.
Pada peta geologi satuan ini diberi warna merah.
Satuan ini mempunya ciri-ciri secara megaskopis yaitu berwarna abu-abu
kehitaman dengan bintik-bintik putih, masif, afanitik, hipokristalin, inequigranular,
euhedral – subhedral, komposisi mineral : kuarsa, plagioklas, hornblenda dan sedikit
biotit di dalam masa dasar gelas.
Penulis tidak dapat menentukan umur dari satuan ini pada saat ini. Akan tetapi
satuan ini disetarakan dengan Batuan Gunung Api Dore yang berumur Miosen Awal
– Miosen Akhir (Amri dkk, 1990).

a b

Sk 25-8 Sk 25-7

Foto 3.6. Singkapan andesit.


(a) lokasi Sk 25-8, singkapan andesit di daerah Tampa Garam, terlihat tekstur porfiritik pada batuan,
(b) lokasi Sk 25-7, daerah Galian C di daerah Tampa Garam, umumnya singkapan andesit yang
terdapat di daerah ini sudah dalam kondisi lapuk.

3.2.3. Satuan Batuan Komplek

Satuan ini tersebar di daerah tengah dari daerah penelitian. Satuan ini
menempati 25% dari daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik didaerah Rafidin
dan Sungai Remu. Pada peta geologi satuan ini diberi warna hijau muda. Satuan

26
batuan ini merupakan kumpulan berbagai jenis litologi. Litologi dari satuan ini adalah
serpentinit, sabak, batupasir dan batulempung di dalam masa dasar batulempung.
Serpentinit merupakan salah satu fragmen yang dominan di satuan ini (Foto
3.6). Litologi ini tersingkap dengan baik di daerah barat, disekitar Kampung Rafidin
dan Kompleks Bea Cukai. Umumnya adalah daerah pertambangan yang dikelola oleh
warga setempat baik secara modern maupun konvensional. Secara makroskopis,
litologi ini mempunyai ciri warna hijau kehitaman dan sedikit bercak merah, masif,
lamelar, terdiri dari mineral serpentin, hematit, dan sedikit piroksen, terdapat kekar-
kekar dan urat kuarsa.
Fragmen yang dominan juga adalah sabak (Foto 3.7) Penulis menemukan ada
tiga jenis sabak yang berbeda secara kenampakannya (warna batuan). Sabak pertama
berwarna abu-abu kehitaman umumnya tersebar di daerah satuan ini, sabak berwarna
putih tersingkap didaerah tengah satuan ini, dan sabak berwarna merah tersingkap di
daerah timur dari daerah satuan ini dan di satu singkapan terdapat kontak langsung
dengan sabak putih. Secara makroskopis ketiga sabak ini mempunyai ciri yaitu
foliasi slate, lepidoblastik, komposisi mineral : mineral lempung dengan sedikit
kuarsa, terdapat kekar-kekar dan urat kuarsa.

27
St02

a b

St02

Foto 3.7. Singkapan serpentinit.


foto diambil menghadap ke Utara, terlihat singkapan serpentin terdapat pada tebing sebelah barat
(tebing di sebelah kiri foto) dan timur (tebing di sebelah kanan foto). (a) singkapan St02 (tebing barat),
foto ini memperlihatkan serpentin dengan lebih jelas, (b) singkapan St02 (tebing bagian timur). Foto
diambil menghadap ke arah Utara, (c) terlihat kekar –kekar geser yang terdapat di singkapan serpentin.

28
a b

Rm 24-3 Rm 19-7

c d

Rm 24-14 Rm 24-13

Foto 3.8. Singkapan sabak.


Jenis-jenis fragmen sabak yang terdapat pada daerah penelitian, (a) lokasi Rm 24-3, memperlihatkan
sabak berwarna abu-abu kehitaman, foto diambil pada tebing sebelah Tenggara sungai mengarah ke
arah Barat Daya, (b) lokasi Rm 19-7, memperlihatkan sabak berwarna abu-abu kehitaman, singkapan
terdapat pada dasar sungai yang mengalir ke Selatan, (c) lokasi Rm 24-14, memperlihatkan sabak
berwarna merah, terlihat urat-urat kuarsa pada batuan, (d) lokasi Rm 24-13, memperlihatkan sabak
berwarna putih, singkapan terletak pada tebing sebelah Utara Sungai Remu yang mengalir ke Barat,
foto diambil menghadap ke Utara.

Batupasir dan batulempung adalah fragmen yang jarang ditemui di satuan ini
(Foto 3.8). Kemungkinan karena batulempung telah mengalami tahap metamorfosis
dan menjadi sabak. Sedangkan batupasir memang sangat jarang dijumpai. Di
beberapa singkapan, terdapat batulempung yang telah mengalami deformasi sehingga
batupasirnya menjadi boudine di lapisan batulempung. Batupasir mempunyai
kenampakan megaskopis berwarna putih kecoklatan, butir halus – sedang, bentuk

29
butir membundar – menbundar tanggung, semen karbonatan, kemas tertutup,
pemilahan sedang, porositas baik, dan kompak. Batulempung secara megaskopis
berwarna abu-abu kehitaman, semen karbonatan dan kompak.

a b

Rm 19-3 Rm 19-4

c d

Rm 19-2 Rm 19-5

Foto 3.9. Singkapan batupasir dan batulempung.


Fragmen batulempung dan batupasir yang terdapat pada satuan bancuh sesar. (a) lokasi Rm 19-3,
singkapan batulempung yang terdapat terdapat di dasar sungai yang kering dengan arah hilir ke
Selatan, foto diambil menghadap ke Barat, (b) lokasi Rm 19-4, singkapan batulempung yang memiliki
perlapisan, terdapat di tebing sebelah Utara sungai yang mengalir ke Timur, foto diambil menghadap
ke Utara, (c) lokasi Rm 19-2, singkapan batulempung yang memiliki boudine batupasir, terdapat di
tebing Timur sungai mengalir ke Selatan, foto diambil menghadap ke Timur, (d) lokasi Rm 19-5,
singkapan Rm 19-5 terletak di tebing sebelah Utara sungai dengan aliran ke Timur, foto diambil
menghadap ke Utara.

30
Pada satuan ini juga terdapat fragmen granit yang mempunyai ciri yang sama
dengan fragmen dari Satuan Batuan Granit dan fragmen andesit yang mempunyai ciri
yang sama dengan Satuan Batuan Andesit. Fragmen-fragmen tersebut mempunyai
posisi yang tidak teratur atau acak-acakan dengan masa dasar batulempung.

3.2.4. Satuan Batupasir


Satuan ini menempati 10% dari daerah penelitian dan tersebar di daerah
selatan dari daerah penelitian. Satuan ini pada umumnya tidak kompak, didominasi
oleh batupasir, dan tersingkap baik di daerah Remu Selatan. Pada peta geologi satuan
ini diberi warna kuning.
Ciri khusus dari satuan ini adalah material kuarsa yang dominan dan
berukuran kasar. Secara megaskopis litologi dari satuan ini adalah bewarna putih
kecoklatan, butir kasar – sangat kasar, butir menyudut – menyudut tanggung, semen
silika, kemas terbuka, pemilahan buruk, porositas sangat baik, getas, terdapat fragmen
peridotit dan granit, terdapat struktur graded bedding (Foto 3.10). Lingkungan
pengendapan dari satuan ini adalah fluvial.
Penulis tidak dapat menentukan umur dari satuan ini dan dari literatur yang
dibaca tidak ada yang dapat menjelaskan umur satuan ini. Penulis menyetarakan
satuan ini dengan Formasi Klasaman yang berumur Pliosen Awal – Akhir (Amri dkk,
1990).

31
a b

Rf 21-1 Rf 21-1

c d

Rb 20-2 Rb 20-3

Foto 3.10. Singkapan batupasir


Satuan batupasir yang menempati bagian selatan dari daerah penelitian, (a) lokasi Rf 21-1, foto
diambil menghadap ke Utara, (b) singkapan Rf 21-1 terlihat memiliki perlapisan, (c) lokasi Rb 20-2,
singkapan batupasir terlihat struktur sedimen graded bedding, (d) lokasi Rb 20-3, singkapan batupasir
yang memiliki ukuran butir kasar-sangat kasar dan terlihat bidang erosional.

3.2.5. Satuan Endapan Pantai, Rawa dan Aluvial


Penulis menempatkan ketiga daerah ini ke dalam satu satuan karena proses
pembentukan endapannya saling berhubungan. Satuan ini menempati 10% dari
daerah penelitian. Umumnya terdapat pada bagian barat daerah penelitian dan
sepanjang Sungai Remu dan Sungai Klabala. Satuan ini umumnya di dominasi oleh
pasir, kerikil dan lumpur (Foto 3.11). Satuan ini berumur Resen. Pada peta geologi
satuan ini diberi warna abu-abu.
Pada daerah barat bagian selatan mempunyai perbedaan endapan dengan
daerah barat bagian utara dari daerah penelitian. Di daerah barat bagian selatan

32
umunya merupakan endapan pasir kuarsa dengan ciri megaskopis berwarna putih,
butir sedang - kasar, menyudut tanggung – membundar tanggung, tidak kompak,
pada beberapa daerah terlihat struktur perlapisan. Penulis mengalami kesulitan dalam
menentukan fragmen – fragmen yang terdapat pada daerah ini karena aktifitas
reklamasi pantai yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sorong.
Daerah barat bagian utara mempunyai ciri endapan berwarna abu-abu
kehitaman, butir pasir halus – sedang, menyudut tanggung - membundar tanggung,
tidak kompak, terdapat fragmen koral dan serpentinit. Pada daerah ini terdapat
dataran rawa yang cukup luan dan mempunya endapan lumpur berwarna hitam
dengan sisa-sisa tumbuhan. Umumnya daerah ini ditumbuhi oleh tanaman bakau.
Endapan aluvial yang terdapat pada daerah penelitian terdapat di sepanjang
Sungai Remu dan Sungai Klabala. Ciri-ciri dari endapannya adalah material
berukuran pasir halus – bongkah. Fragmen – fragmennya adalah granit, andesit,
serpentinit, sabak, batulempung dan sedikit batupasir. Bentuknya beraneka ragam
mulai dari menyudut – membundar. Pada bagian muara sungai, endapan ini tercemar
akibat aktifitas penduduk yang membuang sampah di sungai.
Hubungan antara satuan batuan pada daerah penelitian berkaitan dengan
aktifitas tektonik yang terjadi di daerah Sorong. Sehingga batas antara Satuan Batuan
Granit dengan Satuan Batuan Komplek dan Satuan Batuan Andesit dengan Satuan
Batuan Komplek adalah batas tektonik. Sedangkan, Satuan Batupasir merupakan
hasil dari rombakan Satuan Batuan Granit. Pada saat sekarang, semua satuan batuan
di atas telah mengalami proses pelapukan dan erosi. Material hasil dari proses
pelapukan dan erosi tersebut diendapakan menjadi Satuan Endapan Pantai, Rawa dan
Aluvial.

33
a b

c d

Foto 3.11. Satuan Endapan Pantai, Rawa dan Aluvial


(a) satuan endapan pantai yang terdapat di bagian barat daya daerah penelitian, foto diambil
menghadap ke Timur, (b) pantai yang terletak di bagian barat daya daerah penelitian, (c) endapan
pantai yang terletak di bagian barat laut daerah penelitian, yang banyak ditumbuhi tanaman bakau, (d)
endapan aluvial yang terdapat di sungai Remu, foto diambil mengahadap ke Utara.

34
3.3. Struktur Geologi

Perkembangan struktur geologi di daerah penelitian diidentifikasi dengan


melakukan pengamatan morfologi dan pengamatan langsung di lapangan. Pada peta
topografi, didapat pola-pola kelurusan yang dilanjutkan dengan pembuktian di
lapangan. Pada tahap pengamatan lapangan, di daerah penelitian ini ditemukan bukti-
bukti berupa kekar gerus, gores garis dan breksiasi. Data-data struktur yang
didapatkan tersebut, kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak
StereoWin 1.2. Analisis kinematika dilakukan untuk mengetahui pergerakan dari
sesar yang kemudian penamaannya didasarkan atas klasifikasi ganda.

Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa struktur lapisan dan
struktur sesar. Data dari struktur lapisan didapatkan dari pengukuran bidang lapisan.
Dan data struktur sesar didapatkan dari pengukuran bidang-bidang sesar, arah
breksiasi, kekar-kekar geser dan kekar-kekar gerus. Penamaan struktur sesar pada
daerah penelitian ini diambil dari nama wilayah yang dilalui oleh sesar tersebut.

Pada daerah selatan dari daerah penelitian, di sekitar daerah Klabala, terdapat
struktur sesar yang berarah timur – barat. Pada daerah penelitian, bukti dari
keberadaan sesar ini (Foto 3.12) berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki
jurus dan kemiringan N82°E/77°SE serta kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan
kemiringan rata-rata N68°E/68°SE. Setelah melakukan analisis kenematika dan
dinamika dari data-data ini, didapatkan pergerakan sesar mengiri naik. Sesar ini diberi
nama Sesar Klabala. Bidang sesar ini merupakan batas dari Satuan Batuan Granit
dengan Satuan Batuan Komplek.

35
a b

c d

Foto 3.12. Bukti Sesar Klabala


(a). Foto ini diambil di daerah aliran Sungai Klabala yang berarah barat timur. Terlihat dinding terjal di
bagian kiri foto yang merupakan dinding dari bidang sesar pada singkapan granit. (b) Foto ini diambil
di daerah aliran Sungai Remu yang berarah barat - timur. Pada bagian tengah foto terlihat dinding yang
merupakan bidang sesar pada singkapan granit.(c) Foto diambil di daerah aliran Sungai Remu yang
berarah barat – timur. Terlihat zona breksiasi yang berarah barat – timur mengikuti arah aliran sungai
dan terdapat juga kekar-kekar geser. (d) Foto diambil di daerah aliran Sungai Remu yang berarah barat
– timur. Terlihat breksiasi di singkapan granit yang mengikuti arah aliran sungai.

Pada daerah utara dari daerah penelitian, di sekitar daerah Rafidin, juga
terdapat struktur sesar yang berarah timur – baratdaya. Bukti dari keberadaan sesar
(Foto 3.13) berupa bidang-bidang sesar secara umum memiliki jurus dan kemiringan
N91°E/74°SW dan kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan kemiringan rata-rata
N63°E/65°SW. Hasil pergerakan sesar yang didapatkan setelah melakukan analisis
kinematika dan dinamika dari data-data ini adalah sesar mengiri naik. Sesar ini diberi
nama Sesar Rafidin. Bidang Sesar Rafidin ini adalah batas dari Satuan Batuan
Andesit dengan Satuan Batuan Komplek.

36
a b

Foto 3.13. Bukti Sesar Rafidin


Foto diambil dari daerah alirann cabang Sungai Remu yang berarah baratlaut - timur. (a) Bidang sesar
yang memiliki kedudukan N91°E/74°SW pada singkapan andesit. (b) Kekar-kekar yang berarah timur
– barat yang terdapat pada singkapan andesit.

Pada daerah selatan di daerah Remu tepatnya di Sungai Remu terdapat


struktur sesar yang memotong Sesar Malanu dan Sesar Rafidin.. Bukti dari
keberadaan sesar ini (Foto 3.14) berupa bidang – bidang sesar secara umum memiliki
jurus dan kemiringan N180°E/80°SW dan kekar-kekar geser yang memiliki jurus dan
kemiringan rata-rata N140°E/70°SW. Hasil pergerakan sesar yang didapatkan setelah
melakukan analisis kinematika dan dinamika dari data-data ini adalah sesar
menganan naik. Sesar ini diberi nama Sesar Remu.

Sesar Rafidin dan Sesar Klabala terbentuk pada saat terbentuknya Sistem
Sesar Sorong yaitu pada Kala Pliosen Akhir. Sesar-sesar ini merupakan batas dari
satuan-satuan batuan. Sesar Remu adalah sesar yang terbentuk setelah itu. Sesar ini
memotong Sesar Rafidin dan Sesar Klabala.

37
a c

b d

Foto 3.14. Bukti Sesar Remu


Foto diambil dari daerah alirann Sungai Remu yang berarah utara – selatan. (a) Dinding-dinding tebing
yang merupakan bidang sesar dengan kedudukan N180°E/80°SW pada singkapan granit. (b) Breksiasi
yang mengikuti arah aliran sungai utara – selatan. (c) Kekar –kekar yang terdapat pada singkapan
batupasir. (d) pada singkapan batupasir tersebut terdapat kekar gerus dengan kedudukan 50°, N135°E,
dengan pitch 15°.

38

Anda mungkin juga menyukai