Anda di halaman 1dari 22

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Konsep dasar dalam
peledakan yaitu membongkar atau melepaskan batuan dari batuan induknya,
memecahkan, memindahkan batuan dan membuat rekahan. Suatu kegiatan
peledakan akan mencapai hasil yang optimal apabila tahap persiapan nya
dilakukan dengan benar. Peledakan merupakan cara yang efektif dalam
pemecahan batuan yang relatif keras, dan tidak dapat dihancurkan dengan
menggunakan alat mekanis.
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi
panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat yang hasil reaksinya atau seluruhnya berbentuk gas dan
disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang terjadi pada saat peledakan. Bahan
peledak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam melakukan suatu
kegiatan peledakan. Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat
pembongkaran batuan dalam pertambangan. Oleh karena itu bahan peledak harus
dimanfaatkan dengan baik dalam kegiatan peledakan, sehingga fungsi pemakaian
bahan peledak digunakan secara efektif, disamping itu juga, bahan peledak ini
merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan
peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan, sehinga pemanfaatannya lebih
efisien dan aman.
Dalam tahapan persiapan peledakan, juga diperlukan penyiapan alat
pencampuran bahan peledak, tahap pencampuran bahan peledak, yang nantinya
bahan peledak akan di campur dengan senyawa kimia, serta detonator dan pemicu
peledakan yang nanti nya akan menunjang dalam tahap persiapan peledakan ini.
Untuk menghasilkan suatu kegiatan peledakan, maka diperlukan bahan
peledak, pencampuran bahan peledak, alat pencampuran bahan peledak,
detonator. Pada PT. Bagus Jaya Abadi akan melakukan kegiatan peledakan. Oleh
karena itu, penulis tertarik mengambil judul tahap persiapan peledakan karena di
PT. Bagus Jaya Abadi belum dilakukan peledakan dan akan dilakukan aktifitas
peledakan, Sehingga pemilihan bahan peledak berpengaruh terhadap keberhasilan
aktifitas peledakan di PT. Bagus Jaya Abadi.

1.2 Masalah Penelitian


Masalah yang akan dibahas pada kerja praktek ini adalah:
1. Bagaimana Tipe dan Jenis Bahan Peledak Industri yang akan digunakan?
2. Berapa banyak bahan peledak yang akan digunakan?
3. Bagaimana tahap pencampuran bahan peledak?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1. Menguraikan Jenis Bahan Peledak yang digunakan
2. Menentukan berapa banyak bahan peledak yang akan digunakan
3. Menentukan tahap pencampuran bahan peledak

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek


1.4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Bagus Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang
menambang bahan galian andesit dengan penanggung jawab yaitu Bapak
Yonathan Talantan, S.T yang menjabat sebagai Kepala Teknik Tambang.
PT. Bagus Jaya Abadi Sorong terbentuk dari tanggal 17 Maret 2013, PT
Bagus Jaya Abadi ini merupakan perusahaan cabang dari PT. Bagus Jaya Abadi
Jakarta. PT. Bagus Jaya Abadi adalah tanah adat milik Bapak Mubalus yang
diserahkan langsung kepada pihak perusahaan. Tanah PT. Bagus Jaya Abadi ini
sebesar 39.8 Ha.

1.4.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi Penambangan PT. Bagus Jaya Abadi atau daerah pengambilan data
kerja praktek secara astronomis pada koordinat E 131014’15’’ BT - 131015’0.2’’
BT dan S 0049’21’’ LS – 0049’21’’ LS dan secara administratif terletak di
Kelurahan Saoka, Distrik Sorong Barat, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Berbatas dengan Samudra pasifik
2. Sebelah Timur : Berbatas dengan tanah adat milik Mubalus
3. Sebelah Selatan : Berbatas dengan PT. Lintas Artha Lestari
4. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kelurahan Tanjung Kasuari

Untuk mencapai lokasi penambangan PT. Bagus Jaya Abadi dapat ditempuh
melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat
dengan jarak tempuh dari Aimas kurang lebih 32 km.

1.4.3 Vegetasi
Vegetasi pada daerah penambangan PT. Bagus Jaya Abadi yaitu didominasi
oleh tumbuhan kelapa, pohon matoa, pohon gersen, pohon pisang dan alang-
alang.

1.4.4 Keadaan Geologi


Keadaan geologi PT. Bias Sinar Abadi terdiri dari:
1. Geomorfologi
Berdasarkan keadaan reliefnya secara umum morfologi pada daerah kerja
praktek merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian kurang lebih 34 meter
diatas permukaan laut (mdpl) dan daerah penambangan terdapat di bawah gunung.

2. Startigrafi
Secara regional stratigrafi daerah penambangan PT. Bagus Jaya Abadi
berada pada formasi Tmdo (batuan gunung api tidore) dengan struktur batuan
lava, breksi lava, tufa, andesit sampai basalt dan batuan gunung api klastika.
Formasi Tmdo yang berumur miosen memiliki ketebalan 1000m.

1.4.5 Waktu dan Tempat


Waktu pengambilan data kerja praktek dilakukan selama kurang lebih 1
bulan, dimulai tanggal 11 April 2022 Sampai 11 Mei 2022, dengan mengikuti jam
kerja perusahaan yaitu senin sampai hari sabtu, jam kerja perusahaan dimulai dari
jam 08.00-17.00 WIT. Pengambilan data bertempat di PT. Bagus Jaya Abadi,
Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Waktu kerja perusahaan dapat dilihat pada
tabel 1.2

Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

2022
Kegiatan
Maret April Mei Juni

Studi Literatur        

Pemgambilan data        

Pengolahan Data        

Penyusunan Laporan KP        

Tabel 1.2 Waktu Kerja Perusahaan (Sumber PT. Bagus Jaya Abadi)

Hari Jadwal Kerja Keterangan


08.00 - 12.00 Kerja terjadwal
Senin- kamis dan sabtu 12.00 - 13.00 Istirahat
13.00 – 18.00 Kerja terjadwal
08.00 – 11.30 Kerja terjadwal
Jumat 11.30 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Kerja terjadwal
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peledakan
Peledakan adalah kegiatan yang memecah atau membongkar batuan padat
atau material berharga yang bersifat kompak dari batuan induknya menjadi
material yang sesuai untuk di produksi. Tujuan peledakan pada batuan yaitu untuk
menghasilkan batuan lepas, yang dinyatakan dalam derajat fragmentasi sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Hasil peledakan ini sangat mempengaruhi
produktifitas.

2.2 Bahan Peledak


Bahan peledak adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan sebagai suatu
bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal
akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya
atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
secara kimia lebih stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000 C.
Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai
lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 Mpa ( 10.000
Mpa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW
atau 5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu
bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan
peledak begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang
sangat cepat, yaitu berkisar antara 2500 – 7500 meter per second (m/s). Oleh
sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat
laun berkurang seiring dengan perkembangan keruntuhan medan atau material
yang diledakan.

2.3 Sifat Fisik Bahan Peledak


Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari sifat
bahan peledak yang akan menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitarnya.
Kenampakan nyata inilah yang harus diamati dan diketahui tanda-tandanya oleh
seorang juru ledak untuk mempertimbangkan suatu bahan peledak yang rusak,
rusak tapi masih bisa dipakai, dan tidak rusak. Kualitas bahan peledak umumnya
akan menurun seiring dengan derajat kerusakannya, artinya pada suatu bahan
peledak yang rusak energi yang dihasilkan akan berkurang.

2.3.1 Densitas
Densitas secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat
per volume. Pernyataan densitas pada bahan peledak dapat mengekspresikan
beberapa pengertian yaitu:
1. Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume
dinyatakan dalam satuan gr/cc.
2. Densitas pengisian (loading density) adalah berat bahan peledak per meter
kolom lubang tembak (kg/m)
3. Cartridge count atau stick count adalah jumlah cartridge (bahan peledak
berbentuk pasta yang sudah dikemas) dengan ukuran 1¼” x 8” di dalam
kotak seberat 50 lb atau 140 dibagi berat jenis bahan peledak.
Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai contoh
densitas ANFO antara 0,8 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak yang mempunyai
densitas tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.
Bila diharapkan fragmentasi hasil peledakan berukuran kecil-kecil diperlukan
bahan peledak dengan densitas tinggi; bila sebaliknya digunakan bahan peledak
dengan densitas rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan diledakkan
berbentuk massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang mempunyai
densitas tinggi; sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan
bahan peledak dengan densitas rendah.

2.3.2 Sensitifitas
Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi
bahan peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Sifat sensitifitas
bahan peledak bervariasi tergantung pada kompisisi kimia bahan peledak,
diameter, temperature, dan tekanan ambient.
2.3.3 Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)
Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran kemampuan suatu
bahan peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau
efisiensi. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek
(mudah larut), berarti bahan peledak tersebut dikatagorikan mempunyai ketahanan
terhadap air yang “buruk” atau poor, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut
“sangat baik” atau excellent. Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan
terhadap air “buruk” adalah ANFO, sedangkan untuk bahan peledak jenis emulsi,
watergel atau slurries dan bahan peledak berbentuk cartridge “sangat baik” daya
tahannya terhadap air. Apabila di dalam lubang ledak terdapat air dan akan
digunakan ANFO sebagai bahan peledaknya, umumnya digunakan selubung
7angka7 khusus untuk membungkus ANFO tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam lubang ledak.

2.3.4 Kestabilan Kimia


Kestabilan kimia bahan peledak maksudnya adalah kemampuan untuk tidak
berubah secara kimia dan tetap mempertahankan sensitifitas selama dalam
penyimpanan di dalam gudang dengan kondisi tertentu. Bahan peledak yang tidak
stabil, misalnya bahan peledak berbasis nitrogliserin atau NG-based explosives,
mempunyai kemampuan stabilitas lebih pendek dan cepat rusak. Faktor-faktor
yang mempercepat ketidak-stabilan kimiawi antara lain panas, dingin,
kelembaban, kualitas bahan baku, kontaminasi, pengepakan, dan fasilitas gudang
bahan peledak. Tanda-tanda kerusakan bahan peledak dapat berupa kenampakan
kristalisasi, penambahan viskositas, dan penambahan densitas. Gudang bahan
peledak bawah tanah akan mengurangi efek perubahan temperature.

2.3.5 Karakteristik Gas


Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume, yaitu gas-gas, baik yang
tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung racun (toxic). Gas-gas hasil
peledakan yang tidak beracun seperti uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan
nitrogen (N2), sedangkan yang beracun adalah nitrogen monoksida (NO),
nitrogen oksida (NO2), dan karbon monoksida (CO). Pada peledakan di tambang
bawah tanah gas-gas tersebut perlu mendapat perhatian khusus, yaitu dengan
system ventilasi yang memadai; sedangkan di tambang terbuka kewaspadaan
ditingkatkan bila angka angin yang rendah.
Diharapkan dari detonasi suatu bahan peledak komersial tidak menghasilkan
gas-gas beracun, namun kenyataan di lapangan hal tersebut sulit dihindari akibat
beberapa faktor berikut ini:
1. Pencampuran ramuan bahan peledak yang meliputi unsur oksida dan bahan
bakar (fuel) tidak seimbang, sehingga tidak mencapai zero oxygen balance,
2. Letak primer yang tidak tepat,
3. Kurang tertutup karena pemasangan stemming kurang padat dan kuat,
4. Adanya air dalam lubang ledak,
5. Sistem waktu tunda (delay time system) tidak tepat, dan
6. Kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak dengan batuan (sulfida
atau karbonat).

2.4 Klasifikasi Bahan Peledak


Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi
bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir seperti terlihat pada Gambar 2.1 (J.J.
Manon, 1978). Karena pemakaian bahan peledak dari sumber kimia lebih luas
dibanding dari sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan peledak
kimia lebih intensif diperkenalkan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga
relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda
(delay time) dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Oleh sebab itu
modul ini hanya akan memaparkan bahan peledak kimia.

Gambar 6.1 Klasifikasi Bahan Peledak (J.J Manon, 1978)


Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena
tidak semua merupakan bahan peledak lemah. Bahan peledak permissible
digunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah tanah
dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat. Sampai
saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia, namun pada
umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian tersebut.
Contohnya antara lain sebagai berikut:
1. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau
meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 –
8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi
atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).

2.4.1 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarakan Daya Ledak


Klasifikasi bahan peledak berdasarkan daya ledak terbagi menjadi 2, yaitu :
1. High Explosive
High Explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi, berbahan kimia
yang mempunyai laju reaksi yang sangat tinggi antara 1000 – 8500 m/s serta
menciptakan tekanan pembakaran yang tinggi. High explosive lebih dikategorikan
menjadi bahan peledak primer dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak
memiliki tingkat kepekaan yang tinggi sehingga lebih mudah untuk diledakkan
dan untuk pengaplikasiannya hanya digunakan pana detonator listrik. Sekunder
tinggi bahan peledak kurang sensitif sehingga membutuhkan gelombang energi
tinggi untuk mencapai ledakan

2. Low Explosive
Low explosive adalah bahan peledak yang memiliki daya ledak rendah
dengan kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400 – 800 m/s.
Bandingkan dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan
detonasi antara 1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini
sering disebut propelan (pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak
digunakan sebagai propelan peluru dan roket. Jenis bahan peledak low explosive
yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan smokeless powder. Bagi
masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak digunakan sebagai pembuat
petasan di kalangan masyarakat Pasuruan dan sekitarnya. Bahan peledak ini
digunakan sebagai bahan pembuatan mercon banting serta bom ikan. Black
powder adalah jenis bahan peledak tertua, yang ditemukan oleh bangsa China
pada abad ke-9, sebagai bahan pembuatan petasan dan kembang api. Black
powder saat ini banyak digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket signal,
petasan, sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.

2.4.2 Klasifikasi Bahan Peledak Industri


Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk keperluan industri, misalnya industri konstruksi pertambangan, sipil,
dan industri lainnya, di luar keperluan militer. Sifat dan karakteristik bahan
peledak tetap melekat pada jenis bahan peledak industri. Dengan perkataan sifat
dan karakter bahan peledak industri tidak jauh berbeda dengan bahan peledak
militer, bahkan saat ini bahan peledak industri lebih banyak terbuat dari bahan
peledak yang tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan tinggi (high
explosives).
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) seperti terlihat pada
Gambar 6.3 dapat dijadikan contoh pengklasifikasian bahan peledak untuk
industri.

Gambar 6.2 Klasifikasi Bahan Peledak (Mike Smith, 1998)


2.5 Tipe dan Jenis Bahan Peledak
2.5.1 ANFO
ANFO adalah singkatan dari Ammonium nitrat (AN) sebagai zat
pengoksida dan fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur
karbon, baik berbentuk serbuk maupun cair, dapat digunakan sebagai pencampur
dengan segala keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun 1950-an di Amerika
masih menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar dan sekarang sudah
diganti dengan bahan bakar minyak, khususnya solar.
Bila menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar, maka diperlukan
preparasi terlebih dahulu agar diperoleh serbuk batubara dengan ukuran seragam.
Beberapa kelemahan menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar, yaitu:
1. Preparasi membuat bahan peledak ANFO menjadi mahal,
2. Tingkat homogenitas campuran antara serbuk batubara dengan AN sulit
dicapai,
3. Sensitifitas kurang, dan
4. Debu serbuk batubara berbahaya terhadap pernafasan pada saat dilakukan
pencampuran.

Menggunakan bahan bakar minyak selain solar atau minyak disel, misalnya
minyak tanah atau bensin dapat juga dilakukan, namun beberapa kelemahan harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Akan menambah derajat sensitifitas, tapi tidak memberikan penambanhan
kekuatan (strength) yang berarti,
2. Mempunyai titik bakar rendah, sehingga akan menimbulkan resiko yang
sangat berbahaya ketika dilakukan pencampuran dengan AN atau pada saat
operasi pengisian ke dalam lubang ledak. Bila akan digunakan bahan bakar
minyak sebagai FO pada ANFO harus mempunyai titik bakar lebih besar
dari 61 C.

Penggunaan solar sebagai bahan bakar lebih menguntungkan dibanding


jenis FO yang karena beberapa alasan, yaitu:
1. Harganya relatif murah.
2. Pencampuran dengan AN lebih mudah untuk mencapai derajat homogenitas
3. Karena solar mempunyai viskositas relative lebih besar dibanding FO cair
lainnya, maka solar tidak menyerap ke dalam butiran AN tetapi hanya
menyelimuti bagian permukaan butiran AN saja.
4. Karena viskositas itu pula menjadikan ANFO bertambah densitasnya.

Untuk menyakinkan bahwa campuran antara An dan FO sudah benar-benar


homogen dapat ditambah zat pewarna, biasanya oker. Gambar 6.2
memperlihatkan butiran AN yang tercampur dengan FO secara merata (homogen)
dan tidak merata.

Gambar 6.4 Pencampuran AN dan FO


Komposisi bahan bakar yang tepat, yaitu 5,5% atau 94,5%, dapat
memaksimumkan kekuatan bahan peledak dan meminimumkan fumes. Artinya
pada komposisi ANFO yang tepat dengan AN = 94,5% dan FO = 5,5% akan
diperoleh zero oxygen balance. Kelebihan FO disebut dengan overfuelled akan
menghasilkan reaksi peledakan dengan konsentrasi CO berlebih, sedangkan bila
kekurangan FO atau underfuelled akan menambah jumlah NO2.

2.6 Alat Pencampuran Bahan Peledak


Bahan yang dicampur biasanya agen peledakan. Bila ANFO dipergunakan
sebagai agen peledakan, maka diperlukan alat untuk mencampur AN dan FO. Alat
yang paling sederhana adalah penakar kedua bahan tersebut dan tempat untuk
mengaduk bahan-bahan tersebut menjadi campuran yang homogen. Ada yang
menggunakan alat pencampur bahan cor (semen, pasir dan air), yaitu concrete
mixer atau “molen”, sebagai alat untuk mencampur AN dan FO. Alat tersebut
cukup baik untuk menghasilkan campuran yang homogen, namun pelaksanaannya
harus penuh kehati-hatian, sebab “molen” tidak dirancang untuk mengaduk bahan
peledak. Alat pencampur bahan peledak harus memenuhi beberapa persyaratan,
sebab hasilnya berupa bahan peledak kuat yang berbahaya bagi keselamatan kerja.
Persyaratan tersebut yaitu:
1. Bahan yang kontak dengan AN terbuat dari stainless-steel atau diberi
lapisan epoxy.
2. Pada waktu bekerja tidak menimbulkan panas yang berlebih atau listrik
statis.

Menurut Afeni (2015) menuliskan bahwa metode pencampuran ANFO ada


3 (tiga), yaitu:
1. Manual
Dalam proses ini pencampuran ANFO menggunakan alat kasar atau
sederhana. Sekop dan ember digunakan untuk pencampuran. Pencampuran
manual dan konvensional seperti akan memakan waktu yang sangat lama serta
hasil campuran nya kurang homogen.
2. ANFO Mixing Machine
Untuk mempercepat proses pencampuran serta meningkatkan homogenitas,
maka dikembangkan mesin pencampur ANFO di industri pertambangan seperti
Coxan ANFO Mixer. Alat ini dirancang untuk mencampur AN dan FO (Solar)
dengan perbandingan 94.5% : 5.5%

Gambar 2.7 Coxan ANFO Mixer


3. Mechanical
Amonium Nitrat dicampur dengan bahan bakar minyak dengan mengunakan
alat mekanis. Saat ini pencampuran bahan peledak pengisian lubang dilakukan
secara mekanis. Penggunaan Mobile Mixer/Manufacturing Unit (MMU) pada
penambangan skala besar sudah banyak digunakan.
Walaupun pengisian lubang ledak secara mekanis cukup tinggi, namun
jumlah produksi yang besar sudah diperhitungkan mampu mengatasi biaya
tersebut. Dengan demikian untuk penambangan skala besar, pengisian lubang
ledak secara mekanis cukup ekonomis ditinjau dari aspek produksi maupun biaya.
Hampir semua perusahaan jasa peledakan memiliki MMU dan salah satunya
seperti terlihat pada Gambar 2.8. Setiap MMU umumnya terdiri dari tiga
kompartemen yang bermuatan butiran ammonium nitrat (AN), bahan bakar
(solar), dan emulsi. Emulsi telah dibuat di pabrik pembuatan emulsi yang
biasanya berlokasi dekat dengan gudang bahan peledak. Melalui tiga
komparteman tersebut dapat diramu beberapa jenis bahan peledak sesuai dengan
kondisi batuan dan terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara pemberi jasa
peledakan dengan konsumen. Diantara jenis bahan peledak yang dapat diramu
adalah ANFO dan heavy-ANFO (campuran ANFO dengan emulsi). Bahan
peledak ANFO diramu dengan mengeluarkan AN dan solar dari kompartemennya
secara otomatis dengan perbandingan 94,5% AN dan solar 5,5% berat. Demikian
juga halnya dengan heavy-ANFO dikeluarkan dari kompartemennya dengan
perbandingan tertentu pula. Cara pengeluaran jenis bahan peledak dari MMU
tergantung pada viskositasnya. Berikut ini adalah jenis bahan peledak dan cara
pengeluarannya:
1. ANFO dikeluarkan menggunakan sistem ulir (auger)
2. Heavy-ANFO dengan emulsi kurang dari 60% dapat mengunakan auger
3. Heavy-ANFO dengan emulsi lebih dari 60% mengunakan pompa.
Gambar 2.9 MMU

2.7 Penyiapan Ramuan Bahan Peledak


Dalam persiapan ramuan bahan peledakan, bahan kimia yang dirakit
menjadi 3 kelompok yaitu Oksidator, Reduktor dan Katalisator.
A. Oksidator
Oksidator adalah bahan kimia yang bersifat pembawa oksigen (oksigen
carrier) dalam proses peledakan. Jenis-jenis Oksidator dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Jenis-jenis Oksidator

Oksidator

Asam Nitrat (HNO3) Kalsium Hipoklorit (CaClO3)

Asam Sulfat (H2SO4) Kaporit (Ca(OCl)2)

Asam Oksalat (H2SO4) Natrium Hipoklorit (NaClO3)

Hidrogen Peroksida (H2O2) Natrium Nitrat (NaNO3)

Natrium Peroksida (Na2O2) Natrium Nirit (NaNO2)

Kalium Peroksida (K2O2) Nitro Cellulosa (NC)

Kalium NItrat (KNO3) Sulfur Trioksida (S2O3)

Kalium Klorat (KClO3) Ammonium Nitrat (NH4NO3)

Kalium Permanganat (KmnO4) Zat Asam (Oksigen) (O)


B. Reduktor
Reduktor adalah bahan kimia yang bersifat menarik oksigen atau
memerlukan oksigen dalam proses peledakan atau pembakaran. Jenis-jenis
Reduktor dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Jenis-jenis Reduktor

Reduktor

Bubuk Karbon (C) Gas Hidrogen

Belerang (Sulfur) Gas Alam

Amoniak (NH3) Karbon Monoksida

Asetilen Karbid

Benzen Metanol

Sikloheksan Metil Metakrilat Monomer

Dioktil Ptalat Natrium Sulfida

Etilen Glikol Penta Eritritol

Garam-garam Azo Propilen

C. Katalisator
Bahan tambahan sebagai katalisator merupakan bahan kimia yang dapat
mempercepat proses reaksi peledakan, menimbulkan efek bakar, efek racun dan
panas yang tinggi. Jenis-jenis katalisator dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Jenis-jenis Katalisator

Katalisator

Alumunium Powder Al Fenit Merkuri Asetat

Magnesium Powder Mg Kalium Sianida

Termit Fe2O3
2.8 Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan adalah komponen peledakan yang hanya dapat
dipakai satu kali peledakan. Perlengkapan peledakan itu antara lain :
2.8.1 Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Kekuatan detonator ditentukan oleh
isian bahan galian. Ada beberapa macam detonator, antara lain :
A. Detonator Biasa
Detonator biasa adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan api atau
panas yang dihantarkan melalui sumbu bakar, jadi dapat dikatakan bahwa
detonator biasa selalu digunakan bersama-sama dengan sumbu bakar.
Adapun keuntungan menggunakan detonator biasa adalah:
1) Cukup kuat terhadap gesekan
2) Kedap terhadap air dan minyak
3) Bila terdapat pengaruh tekanan dari luar misalnya pengaruh stemming yang
terlalu padat, maka penurunan kecepatan rambat api didalam sumbu tidak
lebih dari 10%.
4) Variasi cepat rambat 85-160 detik/meter

B. Detonator Listrik
Detonator listrik merupakan jenis detonator yang penyalaannya dengan arus
listrik yang dihantarkan melalui kabel khusus, untuk itu pada kedua ujung kabel
kedalam tabung detonator listrik dilengkapi dengan jenis kawar yang halus.
Detonator ini cocok untuk menyalakan peledakan tunggal atau beberapa
peledakan beruntun dalam satu ronde.
Alat pemicu pada peledakan listrik dinamakan blasting machine (BM) atau
exploder merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator dan
detonator listrik ini dilengkapi dengan dua kawat yang dinamakan leg wire. Cara
kerja BM pada umumnya didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulan arus
pada sejenis kapasitor dan arus tersebut dilepaskan seketika pada saat yang
dikehendaki. Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan malalui:
1. Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu
indikator menyala yang menandakan arus sudah maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan.
2. Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan.

Keuntungan dari detonator listrik adalah :


1. Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relative lebih banyak
2. Pola peledakan lebih leluasa
3. Hasil peledakan lebih leluasa
4. Penanganan lebih mudah dan praktis.

C. Detonator Nonel
Detonator nonel merupakan jenis detonator yang cara penyalaannya bukan
dengan api atau panas(sumbu bakar) atau dengan arus listrik, tetapi dengan
detonasi yang dihantarkan dengan suatu pipa plastik kecil (3 mm) yang berisi
suatu bahan yang sangat mudah bereaksi. Bahan isian yang sangat mudah
bereaksi. Bahan isian pipa plastik ini menghantarkan gelombang detonasi sampai
2000 m/detik (6000 Feet/second), atau dapat dikatakan bahwa detonator ini
diinisiasi oleh signal yang menimbulkan gelombang kejut yang menghasilkan gas
yang panas. Adapun keuntungan dari detonator nonel adalah :
1. Relatif aman terhadap kilat
2. Anan terhadap pengaruh listrik dan gelombang radio
3. Pipa plastiknya cukup kuat terhadap gesekan dan pukulan.

2.8.2 Alat Bantu Peledakan Listrik


Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang nantinya
dapat dipakai berulang kali. Peledakan listrik memerlukan alat bantu agar
peledakan listrik berlangsung dengan aman dan terkendali. Alat bantu berfungsi
sebagai pengukur tahanan, pengukur kebocoran arus, detektor petir, dan kawat
utama atau leg wire. Peralatan peledakan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Alat Pemicu Ledak
a. Pemicu Ledak pada peledakan listrik yaitu Blasting Machine
b. Pemicu Ledak pada peledakan nonel yaitu shot gun
2. Alat Bantu Listrik
a. Blasting Ohmmeter (BOM)
b. Pengukur kebocoran arus listrik
c. Multimeter peledakan
3. Alat Bantu peledakan
a. Kabel listrik (leg wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
b. Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa)
III MATERI KERJA PRAKTEK

3.1 Persiapan Bahan Peledak


Pada PT. Bagus Jaya Abadi, bahan peledak yang akan digunakan yaitu
ANFO (Ammonium Nitrat and Fuel Oil). Untuk perbandingan beratnya yaitu AN
94.5% dan FO 5.5%, ini merupakan pencampuran yang ideal karna akan
menghasilkan keseimbangan oksigen.

Gambar 3.1 ANFO

Dari hasil kegiatan lapangan yang telah dilakukan, maka didapatkan:


Burden : 1.5 cm
Spasi : 1.5 cm
Kedalaman : 6 meter
Diameter Lubang Ledak : 3 inchi = 76.2 mm
Banyaknya Lubang : 30 Lubang

Maka dari data yang diketahui, kita dapat menghitung muatan lubang lebak
dalam setiap lubang ledak yang tersedia, adapaun perhitungan nya sebagai
berikut:
1. Untuk menghitung Volume
V = π r2 t
= 3.14 x (0.72/2)2 x 1
= 0.453 m3/m
= 453.416 cm3/m
2. Menghitung banyaknya bahan peledak tiap lubang
Banyak bahan peledak = Densitas x Volume x Kedalaman Lubang
= 0.80 gr/cc x 453.416 cm3/m
= 362.733 gr/m
= 0.363 kg/m
Pada tiap lubang memiliki kedalaman 6 meter, maka akan di kalikan 6
= 0.363 kg/m x 6 m
= 2.176 kg/lubang.

Dalam perencanaan peledakan, terdapat 30 lubang ledak, maka total bahan


peledak yang dibutuhkan yaitu 65,291 kg ANFO.

3.2 Pencampuran Bahan Peledak


Dalam peramuan bahan peledak, terdapat komposisi yang tepat yaitu AN
94.5% dan FO 5.5%, maka akan diperoleh Zero Oxygen Balance. Apabila
kelebihan FO disebut dengan overfuelled akan menghasilkan reaksi peledakan
dengan konsentrasi CO berlebih, sedangkan bila kekurangan FO, maka akan
menambah jumlah NO2.
Dalam pencampuran ini, FO yang akan digunakan yaitu Solar. Dalam
pencampuran ini, Amonium Nitrat (AN) berfungsi sebagai Oksidator, sedangkan
FO akan berfungsi sebagai Reduktor.
Dari perhitungan diatas, diperlukan 65.291 kg. Maka akan dilakukan
pecampuran ANFO. Dari 65.291 kg, dilakukan pebandingan 94.5% AN dan 5.5%
FO.
AN = 65.291 Kg x 94.5% = 61.70 Kg
FO = 65.291 Kg x 5.5% = 3.591 Kg
Maka didapatkan AN sebanyak 61.70 Kg dan FO sebanyak 3.591 Kg.

3.3 Perlengkapan Peledakan


Peralatan peledakan adalah suatu komponen peledakan yang bisa dipakai
lebih dari satu kali peledakan. Macam–macam peralatan peledakan ini antara lain:
1. ANFO Coxan Mixer
ANFO Coxan Mixer merupakan alatt yang akan digunakan untuk
mencampur AN dan FO dengan komposisi 94.5% AN dan 5.5% FO.

Gambar 3.2 ANFO Coxan Mixer

2. Blasting Machine
Blasting Machine merupakan alat ledak yang berfungsi sebagai penghasil
arus listrik untuk meledakkan detonator listrik

Gambar 3.3 Blasting Machine

Anda mungkin juga menyukai