Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah merupakan


modal dasar pembangunan nasional dalam hal pengembangan wisata alam dan
devisa Negara dari sektor nonmigas yang harus dikelola, dikembangkan dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan baik. Potensi sumber daya alam tersebut di
harapkan dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan secara berkelanjutan
bagi rakyat melalui pola pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
yang mengacu pada upaya-upaya konservasi sebagai landasan dari proses
tercapainya keseimbangan antara perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan
dari sumber daya alam yang terbentang luas di Indonesia.

Dalam memanfaatkan sumber daya alam, sering kali pihak-pihak yang


berperan dalam hal ini tidak memperhatikan keseimbangan alam, sehingga
lingkungan hidup menjadi rusak. Ini terjadi pada daerah yang seharusnya menjadi
kawasan konservasi malah dijadikan lahan untuk mencari keuntungan semata
tanpa memperdulikan keseimbangan lingkungan.

Salah satu hutan konservasi yang memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah adalah kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada
di kabupaten Magelang, DIY. Gunung Merapi (2968 mdpl) secara administrative
berada di empat kabupaten dari dua propinsi; Kabupaten Sleman di Propinsi DI
Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten 2 di Propinsi Jawa
Tengah. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang masih aktif di
Indonesia yang memiliki sejuta daya tarik sekaligus mempunyai sumber daya
alam (SDA) yang tak ternilai harganya dan ini sangat “menggoda” pemerintah
maupun pihak investor untuk menjadikannya asset.

Salah satu potensi yang menjadi asset adalah pasir alam yang berasal dari
aktifitas erupsi merapi. Aktifitas masyarakat dalam memanfaatkan pasir alam

1
adalah dengan cara penambangan. Selain itu, kawasan Merapi merupakan daerah
tangkapan air dan sumber air serta suplai oksigen pada daerah bawahannya untuk
DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Begitu penting fungsi kawasan Merapi,
sehingga diperlukan sebuah sistem pengelolaan yang mampu menjamin fungsinya
baik menyediakan kebutuhan air, udara, keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya, termasuk masyarakat sekitar yang sering terlupakan, tertutup oleh
kepentingan konservasi dengan pendekatan ekofasisme.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mendeskripsikan apa itu Pasir Gunung Api,
2. Untuk mengetahui pemanfaatan Pasir Gunung Api,
3. Untuk mengetahui metode penambangan Pasir Gunung Api

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat
mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan untuk
menarik sebuah kesimpulan dari suatu permasalahan yang ditemukan.
2. Manfaat Praktis dari penelitian proses dan dampak pertambangan Pasir
Gunung Api PT. Bumi Lestari, Kamongan Cilik, Kemiren, Srumbung,
Magelang, Jawa Tengah.

2
BAB II
GENESA PEMBENTUKAN DAN PENYEBARAN DI
INDONESIA

2.1 Genesa Pembentukan


Pasir Gunung Api merupakan batuan lepas berukuran pasir yang dihasilkan
pada saat gunung api meletus. Komposisi mineralogi pasir gunung api tidak
jauh berbeda dengan komposisi batuan magma asal. Pada saat gunung api
meletus material yang dilontarkan ukurannya sangat bervariasi mulai dari
bongkahan sampai pasir. Pada umumnya suatu letusan yang mendadak sangat
kuat akan membentuk suatu kaldera yang sangat luas. Dengan demikian pasir
yang dimuntahkan mempunyai penyebaran yang sangat luas. Apabila
letusannya tidak kuat sehingga tidak mampu menghamburkan material yang
terbawa dari dalam perut bumi, maka pembentukan kepundan akan terjadi dan
penumpukan pasir akan terjadi di sekitar kepundan. Pasir tersebut bersifat relatif
masih lepas, dan pada saat turun hujan di puncak, tumpukan pasir akan longsor
dan bersama air hujan akan mengalir melalui sungai yang berhulu disekitar
puncak gunung api tersebut. Aliran in mempunyai kekentalan yang tinggi
sehingga mampu mengapungkan dan menghanyutkan benda atau material yang
dilalui oleh air sungai bahkan mampu sampai meluap sampai lembah sungai,
Aliran tersebut disebut juga dengan lahar dingin, aliran inilah yang
menghasilkan pengendapan Pasir Gunung Api.

Gambar 2.1 Aliran Lahar Dingin Gambar 2.2 Pasir Gunung Api

3
2.2 Penyebaran di Indonesia

Gambar 2.3 Peta Gambar Penyebaran Gunung Api di Indonesia

4
BAB III
EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI

3.1 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi bahan galian Pasir Gunung Api ini tidak
memerlukan metode yang rumit, cukup dengan melihat kondisi geologi suatu
daerah yang berdekatan dengan gunung api, biasanya pengendapan Pasir Gunung
Api ini berada pada sungai yang berasal dari puncak gunung api yang dibawa
bersamaan dengan mengalirnya lahar dingin. Bahan galian ini pun berada pada
permukaan tanah yang tidak ditutupi oleh tahan penutup diatasnya sehingga lokasi
pengendapan Pasir Gunung Api ini cukup jelas keberadaannya.

3.2 Eksploitasi

Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap Pasir Gunung Api


pada PT. Bumi Lestari adalah tambang terbuka (quarry). Bentuk topografi bahan
galian umumnya bersifat mengendap akibat dari aliran lahar dingin di sungai,
sehingga untuk pembukaan lahan tambang tidak memerlukan pembersihan
permukaan (land clearing) penambang hanya perlu membuat jalan turun ke sungai
untuk menambang pasir tersebut.

Dalam proses penambangan bahan galian Pasir Gunung Api di PT. Bumi
Lestari menggunakan peralatan modern, diantaranya excavator PC200 dan truck.
Akan tetapi untuk proses pengayakannya masih menggunakan alat sederhana
berupa ayakan yang terbuat dari kayu berbentuk segitiga. Excavator digunakan
untuk menggali dan memuat Pasir Gunung Api sedangkan untuk pengangkutannya
menggunakan truck. Pada PT. Bumi Lestari menerapkan 2 kali shift dalam sehari,
shift pertama dimulai pada jam 05.00 – 12.00 WIB, untuk shift kedua dimulai dari
jam 12.00 – 19.00 WIB.

5
Gambar 3.1 Excavator PC200

Gambar 3.2 Ayakan

Gambar 3.3 Truck Hino

6
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

3.3 PENGOLAHAN

Untuk pengolahan bahan galian Pasir Gunung Api di PT. Bumi Lestari hanya
berupa ayakan saja, jadi pada saat bahan galian dikeruk pasir langsung dimasukkan
ke dalam bak truck yang dimana diatas bak truck tersebut terdapat ayakan berupa
kayu berbentuk seperti tenda pramuka, lalu bahan galian Pasir Gunung Api tersebut
langsung diangkut ke penampungan atau bisa langsung dijual.

3.4 PEMANFAATAN
Pasir Gunung Api banyak digunakan di sektor kontruksi, misalnya digunakan
untuk bahan beton. Ujung silika yang runcing membentuk partikel yang memiliki
sudut. Pola partikel bersudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung api dengan
semen menjadi lebih kuat. Pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO).
Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan
sehingga baik untuk campuran bahan bangunan. Pasir gunung api juga memiliki
kandungan lempung yang sangat sedikit. Selain membuat beton semakin kuat,
sedikitnya lempung juga akan meningkatkan daya tahan beton dan membuat tingkat
kekeroposan beton lebih rendah. Selain itu juga pasir Gunung Api juga biasa
digunakan sebagai bahan pembuatan batako.

Gambar 4.1 Semen Beton

7
Gambar 4.2 Batako

8
BAB V
DAMPAK LINGKUNGAN DAN PROSPEK EKONOMI

1.1 Dampak Lingkungan


1.1.1 Dampak Positif
Kegiatan pertambangan pasir dan batu dari Gunung Merapi di Kabupaten
Magelang sudah lama diusahakan oleh masyarakat setempat. Pada awalnya
kegiatan penambangan dilakukan secara manual dengan menggunakan
peralatan sederhana pada bagian tengah dan hilir alur-alur sungai yang berhulu
di lereng Gunung Merapi. Tetapi pada saat ini kegiatan penambangan sudah
mencapai hulu sungai di lereng Gunung Merapi sampai pada elevasi di atas
1.000 m dpal dengan menggunakan peralatan modern. Dari hasil penelusuran
dokumen di ~erbagai instansi/lembaga terkait diperoleh data bahwa sektor
pertambangan telah membuka kesempatan usaha dan menyerap tenaga kerja
yang cukup besar.
1. Munculnya lapangan usaha kegiatan pengolahan
Dari kegiatan penambangan pasir akhimya banyak bermunculan
perusahaan-perusahaan yang mengolah pasir menjadi produk yang bisa
memberikan nilai tambah (value added). Diantaranya, 63 perusahaan tegel,
roaster, paving block, con blok, buis beton, batako dan sebagainya.
Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang merupakan badan hukum, tetapi
ada juga yang bersifat perorangan sehingga bisa menampung cukup
banyak tenaga kerja.
2. Munculnya lapangan usaha penunjang
Sektor permbangan mempunyai efek lipatan (multiplier effect) yang
cukup tinggi. Kegiatan pertambangan telah menimbulkan kegiatan-
kegiatan penunjang lainnya di sekitar lokasi penambangan maupun di
jalur-jalur pengangkutan pasir dan batu. Kegiatan penunjang tersebut
antara lain jasa boga (pedagang makanan keliling di lokasi dan rumah
makan di sepanjang jalur penambangan), bengkel mobil, tambal ban,
pencucian mobil, porn bensin dan sebagainya. Ditinjau dari aspek

9
ekonomi, sektor pertambangan telah memberikan dampak positif berupa
kesempatan berusaha dan lapangan kerja bagi masyarakat Kabupaten
Magelang dan sekitarnya.
3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, sektor pertambangan
merupakan sektor yang diharapkan bisa memberikan kontribusi pada
peningkatan PAD Kabupaten Magelang. PAD Kabupaten Magelang dari
sektor pertambangan, dari tahun ke tahun semakin menigkat. Upaya
peningkatan pendapatan daerah dari sektor pertambangan terns dilakukan,
dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi bahan
galian non logam.

1.1.2 Dampak Negatif


Eksploitasi sumberdaya alam (natural resources) yang hanya berorientasi
ekonomi tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga menimbulkan
dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya. Semakin besar jumlah dan
intensitas eksploitasi sumberdaya alam, dampaknya terhadap degradasi
kualitas lingkungan cenderung meningkat.
Perubahan-perubahan terhdap lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan
pertambangan tidak mungkin dihindarkan. Namun demikian, yang harus
dikendalikan adalah dampak perubahan tersebut terhadap daya dukung dan
fungsi-fungsi lingkungan serta terhadap kehidupan man usia, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Peningkatan kegiatan pertambangandi kawasan Gunung Merapi,
Kabupaten Magelang mengakibatkan semakin komplek dan tingginya
permasalahan yang timbul. Permasalahan yang muncul antara lain, kurang
ditaatinya keselamatan kerja terhadap bahaya letusan Gunung Merapi,
kerusakan lahan hutan lindung/pertanian, kerusakan jalan, ancaman kerusakan
chek dam serta morfologi dasar sungat dan munculnya konflik kepentingan
ruang/sektor.

10
1. kerusakan lingkungan
Kegiatan pertambangan yang semula diusahakan dengan peralatan
sederhana berkembang menjadi usaha skala menengah dengan
menggunakan peralatan mekanik. Lokasi pertambangan pada awalnya
berada pada bagian tengah dan hilir sungai, namun dengan meningkatnya
penggunaan peralatan modern lokasi pertambangan semakin naik ke hulu
sungai di lereng Gunung Merapi.
Kegiatan pertambangan telah berlangsung di endapan alur sungai
dan t~ras sungai, bahkan ada yang menggali tebing, melewati tanggul
dan tebing sampai di daerah hutan pinus. Disamping itu juga telah
berlangsung di kaki jembatan dan sekitar pondasi chek dam, sehingga
bisa berdampak buruk pada kestabihm tebing, jembatan dan chek dam.
Secara hukum, daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang tidak
diperbolehkan untuk ditambang.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa selama ini belum terwujud
pengelolaan kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan di
kawasan Gunung Merapi, Kabupaten Magelang. Hal ini terbukti dengan
adanya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
pertambangan.
2. Kerusakan fasilitas pengendalian banjir kanal
Banyak fondasi chek dam sebagai pengendali banjir lahar terancam
rusak akibat kegiatan penambangan pasir. Bahkan berberapa fondasi
chek dam di daerah Jurang Jero sudah terlihat dasarnya, tanggultanggul
pengaman di sebelah sungai pada saat ini di jadikan jalan truk
pengangkut pasir yang bermuatan bisa mencapai 40 ton. Kondisi
demikian akan memperlemah fungsi tanggul sebagai pengarah aliran
banjir lahar ke chek dam.
3. Penumpukan limbah blantak
Kegiatan pertambangan di kawasan Gunung Merapi, disamping
meninggalnya kubangan-kubangan besar di bekas lokasi penambangan
juga menghasilkan limbah blantak yang bertumpuk diberbagai lokasi.

11
Blantak merupakan kerakal dan batu berukuran kecil sampai besar yang
merupakan sisa kegiatan loading yang menggunakan back hoe dan saver
(alat penyaring/pemisah batu dan pasir ketika menaikan ke dalam truk).

4. Kerusakan jalan
Kerusakan lain yang timbul akibat kegiatan pertambangan adalah
rusak jalan-jalan yang dilalui truk pengangkut pasir yang ratarata
melebibi tonase yang ditentukan. Hampir semua truk pengangkut pasir
telah melanggar Jumlah Berat yang di-ljinkan (JBI).

5.2 Prospek Ekonomi

Perekonomian Indonesia yang cenderung membaik diperkirakan


kebutuhan akan perumahan terutama tipe yang dibangun melalui KPR-BTN akan
semakin meningkat di masa mendatang, dan ini berarti kebutuhan akan Pasir
Gunung Api juga akan meningkat. Demikian juga halnya dalam pembangun
gedung-gedung pusat pertokoan, pusat perkantoran swasta ataupun pemerintahan,
pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan serta sarana irigasi yang setiap
tahun diperkirakan akan terus meningkat merupakan peluang bagi pertambangan
Pasir Gunung Api.
Berikut ini kisaran harga Pasir Gunung Api di PT. Bumi lestari:
 Pasir : Rp.1.000.000 / Truck
 Bantak : Rp.55.000 / M3

Selain itu pada CV. Mustika Asri Group membeli bahan galian pada perusahaan
penambang dengan kisaran harga sebagai berikut :

 Pasir : Rp.960.000 / 12 M3
 Batu pondasi : Rp.65.000 / M3
 Bantak : Rp.30.000 / M3

12
lalu dijual kembali dengan harga sebagai berikut :

 Pasir : Rp.155.000 / M3
 Batu Pondasi : Rp.125.000 / M3
 Bantak : Rp.55.000 / M3

13
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Bahan galian Pasir Gunung Api adalah material bauan lepas hasil dari erupsi
gunung api yang kemudian terbawa oleh air kemudian terendapkan pada aliran
sungai maupun tempat yang dilewati lahar dingin. Pasir Gunung Api dapat
ditemukan pada aliran sungai yang dekat dengan gunung api. Pasir Gunung Api
dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan / konstruksi dan juga untuk bahan
membuat batako.
Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap Pasir Gunung Api
adalah tambang terbuka (quarry). Untuk pengolahannya Pasir Gunung Api tidak
memerlukan pengolahan yang rumit, cukup dengan cmelewati proses pengayakan,
lalu pasir dapat langsung dibawa ke penampungan maupun langsung dijual.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penambangan Pasir Gunung Api
mempunyai segi positif dan negatif. Dampak positif diantaranya adalah Munculnya
lapangan usaha kegiatan pengolahan, munculnya lapangan usaha penunjang,
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk dampak negatifnya adalah
krusakan lingkungan, rusaknya fasilitas pengendalian banjir kanal, menumpuknya
limbah blantak, kerusakan jalan.

6.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah agar untuk lebih meningkatkan
keamanan dan kenyamanan dalam bekerja di lapangan agar dalam menunaikan
pekerjaan tercipta suasana aman dan nyaman bagi pekerja dan juga orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.facebook.com/279768125403090/photos/a.280813765298526/64851
0575195508/?type=1&theater
https://www.slideshare.net/vestersaragih/isi-tgs-rekayasa-bahan-galian-industri
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/160481-[_Konten_]-
Joko_Sudibyo.pdf

15
LAMPIRAN

Gambar Lokasi Penambangan PT. Bumi Lestari

Gambar Lokasi Penyimpanan Pasir CV. Mustika Asri Group

16
Foto Kelompok

Foto Kelompok

17

Anda mungkin juga menyukai