Anda di halaman 1dari 16

PROJECT PENYELAMATAN LINGKUNGAN

UPAYA MENSTABILKAN EKOSISTEM PADA


LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH DENGAN
SISTEM AGROSILVOFISHERY DI BANGKA
BELITUNG

Kelompok 14

Latifa Rahayu. CN/2111604046

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
A. Analisis Situasi
Orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim
dengan keras yakni menghina anak yatim dan menyakitinya. Salah satu indikator
keshalihan sosial adalah menumbuhkan sikap solidaritas dan empati pada sesama,
khususnya kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Al-Maun telah menunjukkan
bahwa agama dapat dipahami tidak hanya dalam hubungan antara manusia dengan
Tuhan, tetapi juga dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Oleh
karena itu, sebagai umat beragama, keshalihan sosial juga begitu penting sehingga
tidak hanya terfokus pada mengejar keshalihan individu. Sebagai umat beragama,
kita harus memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar, termasuk
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan lainnya.
Masalah lingkungan umumnya disebabkan oleh dua penyebab. Pertama,
peristiwa alam harus terjadi sebagai proses dinamis dari alam itu sendiri. Kedua,
menyebabkan bencana oleh tindakan dan tindakan tangan manusia. Dari sekian
banyak masalah yang berkaitan dengan kerusakan lingkungan, manusia telah
ditemukan memainkan peran yang sangat penting dalam menyebabkan kerusakan,
dan oleh karena itu memiliki konsekuensi bertanggung jawab. Pengelolaan
lingkungan bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara manusia
dan lingkungan. Keselarasan dalam ajaran Islam mencakup empat hal, yaitu:
keselarasan dengan Tuhan, keselarasan dengan masyarakat, keselarasan dengan
lingkungan alam dan keselarasan dengan diri sendiri.
Penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilakukan
secara terbuka dengan cara mengeruk lapisan tanah untuk memisahkan timah
dengan bagian lainnya. Lahan bekas penambangan akan mengalami kerusakan.
Berdasarkan survei tahun 2016 luas lahan bekas tambang di Bangka Belitung
mencapai 125.875 ha. Lahan bekas tambang timah tersebut tersebar di pulau
Bangka dan pulau Belitung dan yang paling luas terletak di Kabupaten Bangka.
Desa Pemali memiliki kawasan bekas tambang timah yang luas. Menurut
pendapat masyarakat sekitar penambangan timah telah dilakukan sejak zaman
Belanda. Selain Bekas penambangan timah oleh PT Timah, lahan bekas
penambangan terus meningkat setelah adanya izin adanya tambang inkonvesional
di perbolehkan oleh pemerintah. Lahan bekas penambangan timah yang telah
ditinggalkan memiliki struktur lahan ada yang berupa hamparan pasir, lumpur dan
ada juga genangan air yang luas seperti danau yang biasa disebut dengan istilah
“kolong” oleh masyarakat Bangka.
Lahan bekas tambang timah menjadi permasalahan bagi seluruh komponen
masyarakat maupun pemerintah karena lahan tersebur rusak. Kerusakan lahan
ditandai dengan tidak adanya keseimbangan ekosistem. Ekosistem yang seimbang
memiliki ciri ditemukannya produsen, konsumne dan penguarai yang lengkap di
ekosistem tersebut. Lahan yang rusak akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat di sekitar Tambang dan secara luas akan berpengaruh terhadap
keadaan di Bangka Belitung pada umumnya.
B. Permasalahan Mitra
Lahan bekas tambang timah perlu perhatian semua pihak untuk
memperbaiki ekosistemnya. Data diperoleh dengan cara observasi dan
wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Agrosilvofishery di
Lembah Simpur mengolah lahan bekas tambang timah dengan budidaya tanaman
pertanian, tanaman kehutanan dan budidaya ikan. Sistem agrosilvofishery di
Lembah Simpur dapat membantu menstabilkan ekosistem. Perbaikan ekosistem
dtunjukkan dengan adanya variasi spesies yang mampu hidup dan tumbuh di lahan
tersebut semakin meningkat. Lahan bekas tambang timah menjadi permasalahan
bagi seluruh komponen masyarakat maupun pemerintah karena lahan tersebur
rusak. Lahan yang rusak akan berpengaruh terhadap kehidupaan masyarakat di
sekitar tambang dan secara luas akan berpengaruh terhadap keadaan di Bangka
Belitung.
Masalah yang timbul dari penambangan ini telah dirasakan oleh masyarakat,
seperti Banjir pada musim penghujan, kekeringan pada musim kemarau, suhu
yang meningkat setiap tahun serta meningkatnya populasi nyamuk spesies yang
menyebabkan edemik malaria, hal ini di sebabkan berkurangnya tanaman pada
wilayah penambangan dan banyaknya genangan air yang ditinggalkan. Jika
keadaannya tidak diubah, tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi kehidupan
masyarakat.
Usaha memperbailki lahan bekas penambangan timah banyak dilakukan
oleh masyarakat, PT Timah, maupun oleh pemerintah. Salah satu usaha yang
dilakukan oleh kerjasama warga adalah dengan berusaha menerapkan sistem
agrosilvofishery. Sistem ini memadukan pengolahan lahan dengan tanaman
kehutan, tanaman pertanian dan perikanan.
C. Gambaran Lokasi Mintra
Lahan bekas tambang timah biasanya berupa kolong dan hamparan
pasir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolong atau kulong
memiliki arti yang sama, yakni lubang (tembusan) atau cekungan di tanah
tambang yang berisi air. Menurut istilah di wilayah Bangka Belitung disebut
kolong. Kolong merupakan istilah Bangka untuk menyatakan lubang bekas
tambang timah dengan sistem tambang semprot (hydraulic mining). Kolong pun
dapat disebut sebagai lahan bekas penambangan yang berbentuk semacam danau
kecil dengan kedalaman mencapai 40 meter. Pernyataan tentang kolong tersebut
menyimpulkan bahwa kolong merupakan lubang bekas galing timah yang
berbentuk seperti danau, berisi air dan memiliki kedalaman rata-rata 4-5 meter,
tetapi ada yang mencapai hingga 40 meter. (Meyzilia, 2018)
Lahan bekas tambang timah memiliki ciri tanah berpasir, lapisan top soil
hampir tidak ada, keasaman tinggi serta sangat miskin vegetasi dan unsur hara
(Hamid I dkk, 2017). Untuk mengolah lahan perlu meningkatkan kualitas lahan,
memperbaiki atau memulihkan suatu ekosistem rusak atau mengalami
gangguan, sehingga dapat pulih atau mencapai suatu ekosistem yang mendekati
kondisi aslinya.

Gambar 1.1: Lahan Pasca Tambang Timah di Lembah Simpur


Lahan bekas tambang timah dalam Project Penyelamatan Lingkungan ini
merupakan lahan bekas tambang timah yang berada di wilayah Air Simpur, Desa
Pemali Kecamatan Pemali, Kota Sungailiat Provinsi Kep Bangka Belitung. Lahan
ini merupakan salah satu dari lahan bekas tambang timah yang sudah dibeli oleh
pemilik lahan dan sudah didirikan rumah diatas lahan tersebut, juga diadakannya
pemeliharaan lahan yang sudah rusak tersebut. Lahan Lembah Simpur berada
sebelum tempat wisata “Pemandian Air Panas Tirta Tapta Pemali Bangka”, dan
berada 5,7 km dari SMAN 1 Pemali, lokasi Lembah Simpur dari rumah
mahasiswa sejauh 5, 6 km, sebagai berikut:

Gambar 1.2: Peta lokasi jarak pasca tambang timah dari rumah mahasiswa
D. Solusi yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan dalam Project Penyelamatan Lingkungan ini adalah
sebagai berikut:
1. Menstabilkan ekosistem pada Lahan Pasca tambang Timah di Air
Simpur Desa Pemali, kecamatan Pemali dengan sistem
Agrosilvovishery di tanah juga perairan.
2. Bekerja sama dengan pemilik lahan dalam pengembangan suksesi
lahan
3. Memberikan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar, khususnya
Desa Pemali yang memiliki lahan pasca tambang timah yang luas
untuk menerapkan Sistem Agrosilvofishery di wilayahnya yang
memiliki kondisi yang sama.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk ikut melestarikan
dan menanam juga membudidayakan flora dan fauna dalam masa
pertumbuhannya yang bisa dimanfaatkan untuk menaikkan taraf
pendapatan masyarakat sekitar.
5. Memberikan masukan dan usulan terhadap pemerintah kabupaten
terhadap perluasan pelaksanaan ide yang sudah saya terapkan di
lahan pasca tambang timah.
6. Menginformasikan kepada sekolah-sekolah dan stakeholder desa
terkait di kawasan Kota Sungailiat terhadap tempat wisata dan
sarana belajar dari lahan pasca tambang timah Lembah Simpur
dengan ekosistem yang stabil dan memiliki flora dan fauna yang
khas dari daerah Bangka.
7. Mengajak teman-teman SMAN 1 Pemali untuk meneruskan
penelitian terhadap suksesi keberhasilan ekosistem pada lahan
Lembah Simpur.
E. Target Luaran (bentuk laporan)
Luaran yang ditargetkan dalam Project Penyelamatan Lingkungan ini
adalah:
1. Video Rangkaian Kegiatan Project Penyelamatan Lingkungan
(Video juga memuat Profile Lahan Lembah Simpur dan Lahan
Pasca Tambang Timah serta Lokasi Project Penyelamatan
Lingkungan, dalam video juga dijelaskan alasan memilih lokasi
Project Penyelamatan Lingkungan). Video diupload di Chanel
Youtube bedurasi maksimal 15 menit.
2. Laporan tertulis tentang telah dilaksanakan rangakain Kegiatan
Project Penyelamatan Lingkungan (Menuliskan semua kegaitan
yang telah dilakukan di lokasi Project Penyelamatan Lingkungan
secara detail. Dalam laporan tertulis juga dilampirkan foto-foto
kegiatan).

F. Jadwal Pelaksanaan

NO. KEGIATAN MINGGU KE- PIC


1 2 3 4
1. Survey awal/ Latifa Rahayu. CN
penentuan lokasi dan
Menyusun
Pelaksanaan Project

2. Pelaksanaan Project Latifa Rahayu. CN

3. Laporan Project Latifa Rahayu. CN

G. Hasil Project Penyelamatan Lingkungan


Hasil dari Project Penyelamatan Lingkungan dilaporkan dalam bentuk:
1. Mengumpulkan Link Video Kegiatan Project Penyelamatan
Lingkungan.
2. Laporan tertulis rangkain kegiatan Project Penyelamatan Lingkungan
dan lampirkan foto-foto kegiatannya.
3. Wawancara dengan pemilik lahan.
4. Daftar Hadir partisipan
LAPORAN PROJEK PENYELAMATAN LINGKUNGAN

1. Link Video Kegiatan Project Penyelamatan Lingkungan


Untuk mengetahui mengenai profile Lahan Lembah Simpur dan Lahan Pasca
Tambang Timah serta, alasan memilih lokasi Project Penyelamatan Lingkungan
dan dokumentasi keberhasilan penerapan sistem agrosilvofishery dengan
perbandingan 2020 dan 2022 dapat dilihat di video dengan link
https://youtu.be/IPSJhSVQrP8
2. Pelaksanaan Project Penyelamatan Lingkungan
a. Waktu, Tempat dan Teknik Pelaksanaan Projek Kemanusiaan
Waktu kegiatan dilakukan dari tanggal 7 September -11 September 2020 dan
tanggal 6 Desember 2021- 13 Januari 2022, tempat penelitian di bekas lahan
tambang timah di Air Simpur desa Pemali kecamatan Pemali yang diberi nama
Lembah Simpur.
Untuk pelaksanaan kegiatan kemanusiaan, memperoleh data yang tepat,
relevan, dan sesuai dengan kebutuhan kegiatan ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah melakukan observasi ke Limbah Simpur, Air Simpur
Desa Pemali Kecamatan Pemali. Selain itu juga melakukan wawancara dengan
pemililik lahan yang mengolah lahan dengan sistem agrosilvofishery.
b. Pengenalan Sistem Agrosilvofishery dan Ekosistem Kepada Pemilik Lahan
Agrosilvofishery merupakan suatu sistem usaha tani yang mamadukan potensi
sumber daya pertanian, kehutanan dan perikanan. (Nisa, 2014). Penerapan
sistem Agrosilvofishery diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pertanian
di lahan bekas penambangan timah di sehinggga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Sistem agrosilvofishery dapat meningkatkan pelestarian lingkungan
(http//danacorporation.wordpress/2012). Penerapan sistem ini memperbaiki
kualitas ekosistem karena dalam pelaksanaannya akan menanam berbagai jenis
tanaman kehutanan yang biasanya didominasi oleh tanaman keras, atau
berkayu, menanam berbagai tanaman pertanian yang sifatnya menanam
tanaman musiman serta memelihara berbagai jenis ikan yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan pada daerah tertentu.
Ekosistem yang stabil adalah ekosistem yang komponen biotik meliputi
produsen, konsumen, detritivor dan dekomposer serta komponen abiotiknya
berada dalam jumlah yang seimbang sehingga interaksi antar komponen dapat
berjalan dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan seluruh komponen
ekosistem dapat diperoleh dari komponen penyusunnya. Tidak ada yang keluar
dari ekosistem pada pada akan memenuhi kebutuhannya.
Kelenturan ekosistem atau yang lebih dikenal dengan resilence adalah
kemampuan suatu ekosistem untuk dapat pulih kembali jika terkena suatu
dampak negatif. Dampak negatif ini dapat berasal dari aktivitas manusia atau
dari alam. Ekosistem yang stabil memiliki keanekaragaman yang tinggi.
Peningkatan keanekaragaman akan menggalakkan kestabilan populasi dan
lingkungan. Dengan perkataan lain, keanekaragaman adalah fondasi dari
kestabilan lingkungan. Lingkungan yang stabil akan memungkinkan
berlangsungnya pe-nimbunan keanekaragaman.
Salah satu azas lingkungan menurut Edmunds dan Letey (1973) adalah
peningkatan keanekaragaman akan menggalakkan kestabilan populasi dan
lingkungan. Dengan per-kataan lain, keanekaragaman adalah fondasi dari
kestabilan lingkungan. Lingkungan yang stabil akan memungkinkan
berlangsungnya penimbunan keanekaragaman.
c. Langkah Awal Pengolahan Lahan Kegiatan Tahun 2020
Langkah awal pemilik mengelola lahan dengan membuat kolam-kolam secara
terpisah antara kolam yang satu dengan yang lainnya. Luas dan bentuk kolam
bervariasi. Antara kolam yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan
aliran air. Untuk mengatur jumlah air yang ada di kolam supaya tidak banjir
serta untuk mengtur sirkulasi air di kolam. Gambar kolam dapat dilihat pada
gambar 1.5.

Gambar 1.5 Gambar lahan Pasca tambang timah Simpur dan Gambar kolam bagian atas dan kolam
bawah
Kolam yang telah dibangun telah dilengkapi dengan aliran-aliran ait untuk
pengaturan pembuangan air telah siap untuk memelihara ikan. Selain untuk
memelihara ikan pemilik rencananya akan melakukan pembibitan ikan kelik
(ikan lele khas Bangka) yang berwarna kuning.
Lahan yang berupa daratan untuk menanam berbagai jenis tanaman antara
lain jenis tanaman tanaman pertanian seperti nanas, pepaya, jeruk, rambutan,
mangga, cermai, kelapa, cabai. Gambat tanaman dapat dilihat pada gambar 2.1
dan gambar 2.2 tanaman pertanian ditanam di pinggir kolam dan bagian
daratan lainnya membentuk pola tertentu tergantung jenis tanamannya.
Tanaman kehutanan, yang sering disebut tanaman keras yang telah di tanam di
lahan ini meliputi : pohon rukam, rawo, durian, keramunting, coklat dan
cempedak , salak hutan, serta markisa Bangka, cempedak. Pemilik lahan
sengaja menanam tanaman yang khas ditemukan di Bangka namun jarang
ditemukan jenis tanamannya. Jumlah tanaman keras yang telah ditanam sampai
saat ini mencapai 50 batang tata letak penanaman tanaman dapat dilihat pada
gambar 1.6
Gambar 1.4 Tanaman Kelapa, Tanaman Nanas, Pembibitan Pepaya dan Tata letak Penanaman
Tanaman
Selain menanam berbagai jenis tanaman pada lahan yang telah tersedia.
Pemilik lahan juga membuat pembibitan, seperti bibit pepaya dan cabai,
pembibitan dilakukan secara khusus dengan meletakkan bibit pada gelas
plastik bekas yang di susun di tempat pembibitan yang dapat dilihat pada
gambar 1.6 setelah proses pembibitan, tanaman akan di tanam pada lahan
sekitar kolam.
d. Hasil Pengolahan Lahan Kegiatan di Tahun 2022
Keadaan lahan pada pengamatan tahun 2022. Lahan telah dtumbuhi tanaman.
Warna permukaan lahan kecoklatan, menunjukkan telah ditemuknan tanah
humus. Jenis tanaman yang ditanam sekitar 50 – 60 jenis tanaman. Tinggi
tanaman yang ditanam tahun 2018 sekarang tingginya 1-4 meter. Tanaman
Mangga telah berbuah. Tanaman yang telah ditanam selama 3 tahun, dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.7 Tanaman Mangga, Tanaman Kopi , Tanaman Cermai, Tanaman Cokelat, Markisa
Bangka, dan Tanaman Pertanian Terung dan Pepaya
Jenis ikan yang ada sekarang ikan nila, ikan kelik, ikan toman, ikan hias
warna air kolam kehijauan menunjukkan telah hidup prdusen di perairan
tersebut.
Gambar 1. 8 Kolam Bawah dan Kolam Atas
Lahan bekas tambang timah di Air Simpur desa Pemali perlaham-lahan
menuju ekosistem yang stabil ditunjukkan dengan adanya perubahan jumlah
produsen dan pertumbuhan prudusen yang meningkat setelah menerapkan
pengolahan lahan dengan sistem agrosivofishery yaitu usaha perpaduan antara
tanaman pertanian, kehutanan, dan perikanan. Usaha tersebut dapat
memperbaiki ekosistem lahan bekas tambang timah, meningkatkan taraf hidup
serta wahana sumber belajar di masa yang akan datang.
3. Hasil Wawancara Pemilik Lahan
Wawancara dilakukan dengan dilaog bersama Pak Wely

Latifa : Menurut bapak, apakah sistem alfosilvodishery yang tadi


saya jelaskan akan berhasil pak, diterapkan di Lembah
Simpur ini?
Pak Wly : Agrosilvofishery secara sederhana dapat diartikan sebagai
usaha perpaduan antara tanaman pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Karena disamping membudidayakan ikan, juga
menanam tanaman rukam, markisa, duren, yang tergolong
tanaman keras, serta tanaman pertanian yang dapat
menghijaukan kembali lahan bekas tambang timah yang ada
di Air Simpur Desa Pemali.
Tapi apakah ekosistemnya akan kembali juga dek, untuk
stabil?
Latifa : Penanaman kembali berbagai tanaman di lahan bekas
penambangan timah akan meningkatkan pelestarian
lingkungan, yang akhirnya akan memperbaiki ekosistem
sehingga dapat melestarikan ekosistem di lembah Air
Simpur. Tanaman-tanaman tersebut akan memperbaiki
kualitas lahan, yang tadinya merupakan hamparan pasir dan
kolong setelah ditanami akan ada produsen di wilayah
tersebut.
Bagaimana pak, menurut bapak hasil yang akan didapatkan
dari Lembah Simpur selain stabilnya ekosistem?
Pak Wely : Tanaman yang telah di tanam pada waktunya nanti akan
panen, ada yang berupa sayur-sayuran, buah-buahan dan
penghasil kayu. Semua hasil tersebut akan meningkatkan
taraf hidup karena dapat meningkatkan penghasilan. Selain
itu juga akan mendatangkan rasa senang karena tertata
dengan indah sebagai tempai santai, ataupun berkumpul
dengan teman atau sanak saudara. Bagian lahan yang
berupa perairan (kolong) ada yang di timbun dan ada yang
di keruk sehingga terbentuk beberapa kolam yang terpisah-
pisah. Masing masing bagian dapat digunakan untuk
memelihara ikan dengan jenis ikan yang berbeda,
tergantung yang rencananya digunakan untuk budidaya ikan
lokal.
Latifa : Apakah ada alasan khusus pak, menggunakan ikan lokal?
Pak Wely : Dilakukan budi daya ikan lokal dengan tujuan
mempertahankan jenis spesies ikan serta meminimalisir
ketidakberhasilan budidaya ikan. Ikan-ikan lokal tidak
terlalu susah untuk berdaptasi dengan wilayah Bangka
dengan harapan hasil panen akan lebih banyak. Saat ini
kolam di bagian yang cukup dalam yang ada untuk
budidaya ikan toman, dan sebagian lagi ikan kelik. Untuk
kolam yang dangkal digunakan untuk budidaya tanaman
hias.
Lahan bekas tambang timah di Air Simpur kondisi ekosistemnya semakin
membaik dengan agrosilvofishery, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
tanaman yang telah di budidayan selama tahun tumbuh dengan baik, dan
menjadi penyusun ekosistem yang berperan sebagai produsen. Pada wilayah
yang jumlah produsennya banyak maka akan ada konsumen berikutnya, dan
suatu saat nanti ekosistem akan semakin baik, serta mempercepat terjadinya
keseimbangan.
Daftar Hadir
Penelitian di Lahan Lembah Simpur 2020
Narasumber: Latifa Rahayu. CN
Tanggal: 7 September -11 September 2020
Materi: Sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan awal
NO Nama Tanda Tangan
1. Wely
Daftar Hadir
Penelitian di Lahan Lembah Simpur 2022
Narasumber: Latifa Rahayu. CN
Tanggal: 7 September -11 September 2020
Materi: Pelaksaan kegiatan dan melihat perubahan ekosistem
NO Nama Tanda Tangan
1. Wely

Anda mungkin juga menyukai