Anda di halaman 1dari 108

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Sejarah Singkat Balai Teknologi Lingkungan


Balai Teknologi Lingkungan merupakan organisasi non organik mandiri yang

dibentuk secara bertahap sejalan dengan restrukturisasi organisasi BPPT.


Perkembangan Balai Teknogi Lingkungan terbagi menjadi beberapa periode,
yakni pada tahun 1990-1999: bernama Laboratorium Teknologi Lingkungan
(LTL) yang berfungsi sebagai laboratorium pendukung kegiatan Biotechnology
Indonesia Germany (BTIG) di Direktorat Teknologi Pemukiman dan Lingkungan
Hidup (Dit. TPLH), yang secara administrasi berada dalam wilayah pembinaan
Kedeputian Bidang Pengembangan Teknologi (BangTek)
Kemudian pada periode tahun 1999-2001: Direktorat TPLH diganti menjadi
Direktorat Teknologi Lingkungan (DTL) dan Kedeputian Bidang BangTek
menjadi Kedeputian Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM)
Serta periode tahun 2001-2004: nama direktorat di lingkungan BPPT menjadi
PUSAT dan DTL menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
(P3TL). Maret 2001 MenPAN menyetujui pembentukan Balai di lingkungan
BPPT dengan No. 83/M.PAN/3/20011 dan LTL berubah status menjadi BTL
berdasarkan keputusan Kepala BPPT No. 030/KP/KA/IV/2002.
Sebagai satuan kerja yang mandiri maka BTL menjalankan tugas pokok yang
merupakan penajaman tugas pokok BPPT sesuai dengan bidang kompetensi
lembaga yaitu melaksanakan tugas penelitian, pengembangan serta penerapan
teknologi di bidang remediasi lingkungan, konservasi lingkungan, dan analisis
kualitas lingkungan.

Adapun visi dari Balai Teknologi Lingkungan adalah Menjadi pusat


pelayanan unggulan nasional di bidang teknologi perlindungan lingkungan
Misi Balai Teknologi Lingkungan adalah Memberikan penyelesaian nyata
kepada masyarakat (LSM dan swasta), pemerintah, dan industri (khususnya IKM
dan UKM) dalam upaya perlindungan lingkungan melalui pengujian, konsultasi
teknis, pelatihan, pengkajian, dan penerapan teknologi
1.2.

Lokasi Balai Teknologi Lingkungan


Balai Teknologi Lingkungan beralamat di Gedung 412 Puspitek Serpong

Tangerang, merupakan satu dari 18 unit pelaksana Teknis yang dimiliki oleh
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dibawah pembinaan Deputi
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam (TPSA).
1.3.
Manajemen Balai Teknologi Lingkungan
Adapun struktur organisasi Balai Teknologi Lingkungan, yaitu:

Kepala BTL
Dr.Ir. Arie Herlambang,M.Si
.
Sub Bagian Tata Usaha
Drs. Djoko Prasetyo
Keuangan/PPK
Ir. Tunggul Patrianto
URDAL
Achmad Sofian
SDM
Netty Rauf, SE

Seksi Pengembangan Teknologi Perlindungan Lingkungan


Dwindrata B. Aviantara, MSMC
Seksi Pelayanan Jasa Teknologi danKerjasama
Dr. Dipl-Ing M. Abdul Kholiq, M.Sc
Divisi Business Development
Dra. Titiresmi, MSi
PROGRAM
Troika
WBS
WP
Laboratorium:
Analitik ( Nida Sopiah, SSi, MSi)
Ekotoksikologi ( Dwindrata B.A., SSi, MSMC )
Proses & Unit Operasi ( Dr.Ing. M.A. Kholiq, MSc)
Mikrobiologi ( Dr.Ir. Joko Prayitno, MSc )
Kultur Jaringan Tanaman & Green House ( Tuti Suryati, SSi )

Bend. Pengeluaran
Nurlela, SE
P3SPM
Pongky S, SE
SABMN
Madrawai

Bend. Penerimaan
Isnaeni K, SE
1.4.

Tujuan PKL
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Teknologi

Lingkungan, antara lain:


1. Untuk mengetahui proses aktivasi secara kimiawi dari adsorben
berbahan dasar tongkol jagung, jerami, serbuk gergaji kayu dan serbuk
sabut kelapa.
2. Untuk membandingkan besar kapasitas adsorpsi dari masing-masing
bahan adsorben seperti tongkol jagung, jerami, serbuk gergaji kayu dan
serbuk sabut kelapa.

1.5.

Metode PKL
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini adalah sebagai

berikut.
1.5.1. Metode observasi
Metode observasi ini kami lakukan dengan cara langsung melakukan
pengamatan dan analisa adsorben dengan AAS dan ELISA yang juga
didampingi

para

teknisi

dan

pembimbing

lapangan

dengan

tujuanmendapatkan gambaran yang jelas tentang cara analisis logam


berat Hg, Pb dan Cd dan histamin di UPT Laboratorium PPMHP
Provinsi Bali.
1.5.2. Metode interview/wawancara
Melakukan wawancara atau tanya jawab langsung mengenai analisis
adsorben

dengan menggunakan

metode

gravimetri menggunakan

rotarimetri pada pembimbing lapangan dan juga staf atau teknisi di Balai
Teknologi Lingkungan.
1.5.3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur
jurnal-jurnal dan artikel ilmiah mengenai analisa

(textbook)ataupun
kapasitas adsorben

berbahan dasar tongkol jagung, jerami, serbuk gergaji kayu dan serbuk

sabut kelapa melalui metode gravimetri dan rotarimetri

yang

dipublikasikan melalui internet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak di laut merupakan salah satu bentuk
pencemaran yang terjadi di lingkungan ekosistem laut. Tumpahan minyak
di lautan itu sendiri bisa terjadi karena beberapa sebab yaitu karena
kecerobohan dan menyebabkan tanker bocor menuju lautan. Ada beberapa
cara kebocoran minyak bisa terjadi. Peralatan yang mogok atau rusak
dapat menyebabkan kebocoran minyak. Jika peralatan mogok, tanker dapat
macet di tanah yang dangkat. Ketika tanker dinyalakan lagi, dapat
menyebabkan lubang yang menyebabkan kebocoran minyak. Penggunaan
adsorben dalam penyerapan tumpahan minyak di laut merupakan salah
satu cara yang cukup efektif dilakukan dalam penanggulangan tumpahan
minyak tersebut.

2.2

Adsorpsi
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain
yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat
cair mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben sedangkan pada
adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya.
Proses adsorpsi terdiri atas dua tipe, yaitu adsorpsi kimia dan
fisika. Adsorpsi kimia adalah tipe adsorpsi dengan cara suatu molekul
menempel ke permukaan melalui pembentukan suatu ikatan kimia. Ciriciri adsorpsi kimia adalah terjadi pada suhu yang tinggi, jenis interaksinya

kuat, berikatan kovalen antara permukaan adsorben dengan adsorbat,


entalpinya tinggi (H 400 kJ/mol), adsorpsi terjadi hanya pada suatu
lapisan atas (monolayer), dan energi aktivasinya tinggi (Hasanah 2006).
Dalam adsorpsi kimia ikatannya dapat sedemikian ketatnya sehinggga
spesis aslinya tak dapat ditemukan dan biasanya adsorpsi kimia terjadi
pada suhu yang tinggi. Pada proses adsorpsi ada beberapa gaya yang
terlibat yaitu antara lain : Gaya tarik Vander Walls yang non polar,
Pembentukan ikatan hydrogen, Gaya penukaran ion dan Pembentukan
ikatan kovalen.
Adsorpsi fisika terutama disebabkan oleh gaya van der Waals dan
gaya elektrostatik antara molekul yang teradsorpsi dengan atom yang
menyusun permukaan adsorben. Gaya van der Waals tersebut timbul
sebagai akibat interaksi dipol-dipol, yang mana pada jarak antar molekul
tertentu terjadi kesetimbangan antara gaya tolak dan gaya tarik. Dalam
fase cair dan fase padat terdapat gaya tarik van der Waals yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan gaya tarik dalam fase gas. Gaya van der Waals
terdiri dari interaksi dipol-dipol, interaksi dipol permanen-dipol induksi,
dan interaksi dispersi (dipol sementara-dipol induksi).
Proses Adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1

Konsentrasi: Proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan


dengan konsentrasi yang rendah dari campuran yang mengandung
bahan lain dengan konsentrasi tinggi.

Luas Permukaan: Proses adsorpsi tergantung pada banyaknya


tumbukan yang terjadi antara partikel-partikel adsorbat dan adsorben.
Tumbukan efektif antara partikel itu akan meningkat dengan
meningkatkanya luas permukaan. Jadi, semakin luas permukaan
adsorben maka adsorpsi akan semakin besar.

Suhu: Adsorpsi akan lebih cepat berlangsung pada suhu rendah.


Namun demikian pengaruh suhu adsorpsi zat cair tidak sebesar pada
adsorpsi gas.

Ukuran partikel: Semakin kecil ukuran partikel yang diadsorpsi maka


proses adsorpsinya akan berlangsung lebih cepat.

pH: pH mempunyai pengaruh dalam proses adsorpsi. pH optimum dari


suatu proses adsorpsi ditetapkan melalui uji laboratorium.

Waktu kontak: Waktu untuk mencapai keadaan setimbang pada proses


serapan logam oleh adsorben berkisar antara beberapa menit hingga
beberapa jam. (Bernasconi, 1995).

2.3

Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen
tertentu dari suatu fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan adsorben
adalah bahan- bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di dalam
partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas
permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada
permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g. Pemisahan terjadi karena
perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang
menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut lebih
erat daripada molekul lainnya. Adsorben dapat dibedakan menjadi :
1. Berdasarkan Sifatnya Terhadap Air.
Adsorben merupakan bahan yang digunakan untuk menyerap
komponen dari
suatu campuran yang ingin dipisahkan. Secara umum, hal yang
mempengaruhi

kinerja adsorben adalah struktur kristalnya (zeolit dan

silikat) dan sifat dari molecular

sieve adsorben tersebut. Zeolit dalam jumlah yang banyak telah ditemukan
baik dalam bentuk sintetis ataupun alami.
2. Berdasarkan Bahannya. Klasifikasi adsorben berdasarkan bahannya
dibagi
menjadi dua,yaitu :
Adsorben Organik
Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan
yang mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun
1979 untuk mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan
yang biasa digunakan untuk adsorben diantaranya adalah ganyong,
singkong, jagung, dan gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat
bergantung pada kualitas tumbuhan yang akan dijadikan adsorben.
Adsorben Anorganik
Adsorben ini mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam
perkembangannya,

pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin

beragam dan banyak dipakai orang.

Penggunaan adsorben ini dipilih

karena berasal dari bahan-bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh


oleh ketersediaan pangan dan kualitasnya cenderung sama.
2.3.1

Serbuk Gergaji
Serbuk

gergaji atau serbuk

kayu merupakan

limbah

industri

penggergajian kayu. Serbuk gergaji memiliki kandungan air kering sampai


sedang. Serbuk gergaji ada yang berasal dari kayu lunak dan ada pula
kayu keras. Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam kayu, asal
daerah penanaman, dan umur kayu. Makin halus ukuran partikel serbuk
gergaji makin baik daya serap air dan bau yang dimilikinya. Selain itu
serbuk gergaji kayu juga mengandung komponen-komponen kimia seperti
selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Terdapatnya selulosa dan
hemiselulosa menjadikan serbuk gergaji kayu berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan penjerap.
Serbuk gergaji kayu sebagai hasil samping dari industri gergaji kayu
sampai saat ini hanya sebagian kecil saja dimanfaatkan oleh masyarakat,

seperti digunakan dalam pembuatan batu-bata, industri keramik, campuran


dalam pembuatan pupuk organik, sedangkan selebihnya terbuang secara
percuma. Pemanfaatan serbuk gergaji kayu sebagai bahan material
penjerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan
bakunya mudah didapat mengingat negara Indonesia merupakan negara
yang memiliki hutan yang sangat luas.
2.3.2 Tongkol Jagung
Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Jagung adalah sumber pangan kedua setelah
padi. Hampir 70% dari produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi dan
sisanya untuk berbagai keperluan, baik sebagai pakan ternak maupun
bahan industry (Elly LR 1992). Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga ditanam sebagai pakan ternak (daun dan tongkol), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung
atau maizena), furfural, bioetanol, dan bahan baku industri (dari tepung biji
dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Furfural banyak digunakan
sebagai pelarut dalam industri pengolahan minyak bumi, pembuatan
pelumas, dan pembuatan nilon. Selain itu berfungsi sebagai senyawa
antara untuk pembuatan furfuril alkohol, tetrahidrofuran, herbisida, dan
aplikasi pada pewangi (Ace 2003).
Tongkol jagung sebagian besar tersusun oleh selulosa (41%),
hemiselulosa (36%), lignin (6%), dan senyawa lain yang umum terdapat
dalam tumbuhan. Hal ini mengindikasikan kandungan karbon yang cukup
tinggi. Arang yang berasal dari tongkol jagung diaktivasi secara fisik dan
kimia. Aktivasi secara kimia dengan larutan asam dan basa mengarah
untuk perbesaran pori arang aktif.
2.3.3

Jerami Padi
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum banyak

dimanfaatkan karena dianggap tidak

memiliki nilai ekonomis. Sekitar 4 ton jerami kering dapat dihasilkan dari

sawah seluas 1 ha. Meskipun jerami sebagian sudah digunakan di


masyarakat,

baik

untuk

keperluan

industri/pertanian,

namun

pemanfaatannya masih kurang optimal. Limbah jerami yang cukup tinggi


produksinya ini, dapat menimbulkan permasalahan pencemaran apabila
tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu, jerami harus dimanfaatkan
serta dikelola dengan baik. Jerami merupakan sumber hara untuk tanah
yang sangat potensial. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam
jerami antara lain 0,4% Nitrogen, 0,02% Pospor, 1,4% Kalium, 5,6%
Silika.
Jerami padi mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya
mengandung gugus hidroksil atau gugus OH. Minyak mengandung gugusgugus yang dapat bereaksi dengan gugus OH dari selulosa sehingga
minyak tersebut dapat terikat pada jerami padi. Bila dibandingkan dengan
harga adsorben yang berasal dari zeolit alam, harga adsorben yang berasal
dari bahan-bahan alami jauh lebih murah. Hal ini dikarenakan, umumnya
adsorben yang berasal dari bahan-bahan alami adalah sisa dari bahan
(suatu proses) yang tidak memiliki harga ekonomis dan terkadang tidak
bisa digunakan kembali untuk suatu proses.
2.3.4

Serbuk sabut kelapa


Serbuk sabut kelapa atau biasa disebut dengan cocodust merupakan
hasil samping dari usaha pengolahan serat sabut kelapa. Serbuk sabut
kelapa ini memiliki dua komponen utama yaitu lignin dan selulosa.
Berdasarkan literatur suatu bahan organik dapat dijadikan adsorben apabila
dalam bahan organik tersebut terkandung senyawa kimia seperti selulosa
ataupun hemiselulosa. Penggunaan serbuk sabut kelapa (cocodust) sebagai
adsorben mulai dikembangkan khususnya penggunaan sebagai adsorben
tumpahan minyak dilaut. Sekarang ini sudah banyak di produksi adsorben
dari serbuk sabut kelapa ini karena selain mengandung selulosa serbuk
sabut kelapa ternyata juga memiliki daya serap yang tinggi sehingga

10

berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan penyerap atau adsorben. Berikut


adalah komposisi kimia dari serbuk sabut kelapa yaitu:
Komposisi
Air

Kadar (%)
20,39

Bahan organik

96,43

Abu

3,57
Total : 100,00

Bahan organik:

2.4

Nitrogen

0,39

Kalium

0,33

Lignin

43,65

Pentosan

13,10

Metode Aktivasi Adsorben


Efektivitas proses adsorpsi suatu bahan dengan menggunakan
adsorben sangat ditentukan dari seberapa besar kemampuan adsorben
tersebut dalam melakukan penyerapan. Bila suatu bahan adsorben yang
dilakukan memiliki kapasitas adosrpsi yang kecil maka penggunaan suatu
bahan adsorben untuk melakukan suatu proses adsorpsi juga akan semakin
banyak sehingga biaya yang dikeluarkan juga akan besar. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka dalam melakukan proses adsorpsi sebelumnya
dilakukan proses aktivasi terlebih dahulu terhadap adsorben yang akan
digunakan. Berikut beberapa cara atau metode yang dapat digunakan
dalam melakukan aktivasi suatu adsorben yaitu:
1 Aktivasi secara kimia
Sebagai mana sebutannya, aktivasi kimia biasanya digunakan pada
bahan-bahan yang berupa gambut dan bahan bahan berbahan dasar kayu.
Aktivasi secara kimia bertujuan untuk membersihkan permukaan pori,
membuang senyawa pengotor, mengatur kembali letak atom yang
dipertukarkan. S e c a r a u m u m prinsip aktivasi kimia ialah perendaman
adsorben dalam senyawa kimia sebelum dipanaskan. Diharapkan bahan

11

pengaktif masuk di antara sela-sela lapisan heksagonal adsorben dan


selanjutnya membuka permukaan yang tertutup.Bahan dasar direaksikan
dengan dehydrating agent, berupa pospor pentoksida (P2O5) atau besi
klorida (ZnCl2) yang dicampurkan dalam bentuk pasta lalu dipanaskan
pada temperature tingga yaitu sekitar 500-800 oC untuk mengaktivasi
karbon. Selain itu bahan lain yang juga dapat ditambahkan sebagai
aktivator yaitu HCl, natrium sulfat, natrium hidroksida, asam sulfat dan
lainnya. Hasil karbon yang telah diaktivasi kemudian dicuci, dikeringkan
dan digiling sesuai ukuran yang dinginkan. Karbon aktif yang di produksi
dengan teknik aktivasi ini umumnya memiliki pori-pori yang luas dan
sangat ideal untuk menyerap bahan bahan dengan molekul yang besar.
2

Aktivasi Fisika
Untuk aktifasi fisika, biasanya arang dipanaskan didalam furnace

pada temperatur 800-900C. Oksidasi dengan udara pada temperatur


rendah, merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya.
Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO 2 pada temperatur tinggi
merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling
umum digunakan. Secara umum prinsip aktivasi fisika adalah pemberian
uap air atau gas CO2 kepada arang yang telah dipanaskan.
3

Teknik Karbonasi
Teknik karbonasi (steam activation) umumnya digunakan untuk

mengaktivasi batu bara dan cangkang kelapa. Aktivasi dilakukan pada


temperatur 800 1100 oC dengan mengalirkan uap panas jenuh. Reaksi
yang terjadi berupa :
C + H2O H2 + CO + 175440 kJ/kgmol
Reaksi

yang

berlangsung

adalah

reaksi

endotermik

akan

tetapitemperatur dipertahankan dengan pembakaran CO dan H2 yang


diproduksi.
2 CO + O2 2 CO2 - 393790 kJ/kgmol
2 H2 + O2 H2O 396650 kJ/kgmol

12

Karbon aktif yang dihasilkan dengan teknik ini memiliki pori pori
yang cukup baik dan ideal digunakan untuk mengadsorbsi komponen5

komponen berfase cair maupun uap.


Kapasitas Adsorpsi
Kapasitas adsorpsi dapat didefinisikan sebagai besarnya kemampuan
penyerapan suatu adsorben terhadap bahan yang akan diserapnya
(adsorbat). Setiap adsorben memiliki kapasitas adsorpsi yang berbeda-beda
tergantung dari bahan dasar adsorben tersebut. Selain itu kapasitas adsorpsi
suatu adsorben juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1

Agitation (Pengadukan) Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi


film maupun difusi pori, tergantung pada tingkat pengadukan pada
sistem.

Karakteristik Adsorban (Karbon Aktif) Ukuran partikel dan luas


permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai dengan
fungsinya sebagai adsorban.

Kelarutan Adsorbat Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik


yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi
dibandingkan senyawa tidak larut.

pH Asam organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan


adsorbsi basa organik efektif pada pH tinggi.

Temperatur tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur


dan turun diikuti dengan penurunan temperatur

BAB III
METODE DAN BAHAN

13

3.1 Peralatan dan Bahan Penelitian


3.1.1 Peralatan penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gelas Beaker 500
mL dan 1000 mL, Labu Ukur 500 mL, Oven, Sieve Shaker (Ayakan), Neraca
Analitik, Desikator, Gelas Ukur, Gelas Ukur, Cawan petri, Agitator rotary.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jerami, Serbuk
Gergaji, Tongkol Jagung, Serbuk Sabut Kelapa, HNO 3 1 M, Minyak mentah,
Akuades
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analitik Balai Teknologi
Lingkungan BPPT Serpong.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penyiapan Adsorben
Adsorben yang digunakan berupa tongkol jagung, jerami padi, serbuk
sabut kelapa, dan serbuk kayu yang dikeringkan dengan melakukan penjemuran di
panas matahari terbuka sampai kering, Adsorben yang telah kering kemudian di
saring menggunakan ayakan dengan ukuran partikel 50 mesh, 70 mesh dan 100
mesh. Terakhir, semua adsorben yang telah diayak dicuci dengan akuades, dan
dikering-anginkan pada temperatur 25oC selam 24 jam.

3.3.2 Analisis Kadar Air dalam Adsorben


Masing-masing adsorben sebanyak 1 g yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan ditempatkan dalam cawan petri yang telah dikeringkan dalam oven
dan telah diketahui bobot kosongnya. Cawan petri berisi sampel dipanaskan dalam
oven pada suhu 105 C selama 3 jam dan didinginkan. Setelah dingin, disimpan
dalam desikator, lalu ditimbang. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali

14

pengulangan. Kadar air dari masing-masing absorben dihitung dengan


perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:
A: bobot sample dan cawan petri sebelum dikeringkan (g)
B: bobot sample dan cawan petri sesudah dikeringkan (g)

3.3.3 Aktivasi Adsorben dengan HNO3 (Marshall and Mitchell, 1996).


Larutan HNO3 1 M disiapkan sebanyak 500 mL. Masing-masing
adsorben dimasukkan ke dalam gelas beker sebanyak 50 gram kemudian
ditambahkan dengan larutan HNO3 1 M. Campuran diaduk selama 30 menit
kemudian disaring. Absorben yang telah disaring selanjutnya dikeringkan dalam
oven pada suhu 50OC, secara bertahap suhu dinaikkan menjadi 105OC. Setelah
adsorben dingin, selanjutnya masing-masing adsorben dicuci dengan akuades
hingga netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50 OC selama 24 jam.
Adsorben yang dihasilkan disebut sebagai adsorben teraktivasi asam nitrat 1 M.

3.3.4 Penentuan Kapasitas Adsorbsi pada Minyak mentah


Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1
gram, kemudian masing-masing adsorben dibungkus dengan tissu dan kasa dan
dimasukkan ke dalam botol kaca berisi 100 ml minyak mentah. Dilakukan
pengadukan dengan alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30,45, 60 dan 75

15

menit. Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya
adsorpsi pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
qm = Daya adsorpsi (g minyak/ g adsorben)
Wo = Berat adsorben mula mula (g)
W = Berat adsorben akhir (g)
3.3.5 Penentuan Kapasitas Adsorbsi pada Air Tawar
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1
gram, kemudian masing-masing adsorben dibungkus dengan tissu dan kasa dan
dimasukkan ke dalam botol kaca berisi 100 ml air tawar. Dilakukan pengadukan
dengan alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30,45, 60 dan 75 menit.
Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya adsorpsi
pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
qa

= Daya adsorpsi (g air/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben mula mula (g)

= Berat adsorben akhir (g)

3.3.6 Penentuan Kapasitas Adsorbsi pada Air Laut


Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1
gram, kemudian masing-masing adsorben dibungkus dengan tissu dan kasa dan
dimasukkan ke dalam botol kaca berisi 100 ml air laut. Dilakukan pengadukan
16

dengan alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30,45, 60 dan 75 menit.
Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya adsorpsi
pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
ql

= Daya adsorpsi (g air laut/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben mula mula (g)

= Berat adsorben akhir (g)

3.3.7 Penentuan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak mentah dalam Air Tawar
oleh Adsorben
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1 g
selanjutnya masing-masing absorben yang telah ditimbang dibungkus dengan tissu
dan kassa. Absorben yang telah terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam botol
kaca yang telah berisi campuran minyak dan air tawar dengan perbandingan 20
mL minyak mentah dan 180 mL air tawar. Dilakukan agitasi dengan menggunakan
alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Adsorben
ditimbang dan dicatat berat absorben setelah dilakukan agitasi. Dilakukan
perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing adsorben terhadap minyak mentah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
qm

= Daya adsorpsi (g minyak/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben mula mula (g)

= Berat adsorben setelah proses agitasi (g)

17

Penentuan kapasitas absorbsi masing-masing absorben terhadap air tawar


pada campuran minyak dan air tawar dilakukan dengan pemanasan dengan
menggunakan oven terhadap masing-masing absorben yang telah dilakukan
penimbangan sebelumnya pada suhu 1050 C selama kurang lebih 30 menit.
Selanjutnya dilakukan penimbangan kembali masing-masing absorben setelah
pemanasan dan dicatat berat akhirnya. Dilakukan penghitungan besar kapasitas
absorbsi masing-masing absorben terhadap air tawar dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Keterangan :
qt

= Daya adsorpsi (g air tawar/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben sebelum pemanasan (g)

= Berat adsorben setelah pemanasan (g)

3.3.8 Penentuan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak mentah dalam Air Asin
oleh Adsorben
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1 g
selanjutnya masing-masing absorben yang telah ditimbang dibungkus dengan tissu
dan kassa. Absorben yang telah terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam botol
kaca yang telah berisi campuran minyak dan air laut dengan perbandingan 20 mL
minyak mentah dan 180 mL air laut. Dilakukan agitasi dengan menggunakan alat
rotari agitator pada variasi waktu 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Adsorben ditimbang
dan dicatat berat absorben setelah dilakukan agitasi. Dilakukan perhitungan
kapasitas absorbsi masing-masing adsorben terhadap minyak mentah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
18

qm

= Daya adsorpsi (g minyak/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben mula mula (g)

= Berat adsorben setelah proses agitasi (g)


Penentuan kapasitas absorbsi masing-masing absorben terhadap air laut

pada campuran minyak dan air laut dilakukan dengan pemanasan dengan
menggunakan oven terhadap masing-masing absorben yang telah dilakukan
penimbangan sebelumnya pada suhu 1050 C selama kurang lebih 30 menit.
Selanjutnya dilakukan penimbangan kembali masing-masing absorben setelah
pemanasan dan dicatat berat akhirnya. Dilakukan penghitungan besar kapasitas
absorbsi masing-masing absorben terhadap air tawar dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Keterangan :
ql

= Daya adsorpsi (g air tawar/ g adsorben)

Wo

= Berat adsorben sebelum pemanasan (g)


W

= Berat adsorben setelah pemanasan (g)

19

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak
kandungan air yang terkandung dalam adsorben tersebut. Besarnya kadar air suatu
absorben sangat berpengaruh terhadap daya serap absorben tersebut, dimana
semakin besar kadar air suatu absorben maka daya absorbsi absorben tersebut
akan semakin kecil. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan mengukur berat
konstan dari absorben dengan cara ditimbang berat awal dari absorben setelah itu
dilakukan pengeringan dengan oven terhadap absorben kemudian dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat akhir absorben setelah dikeringkan,
perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan hingga didapatkan berat
konstan dari absorben.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada adsorben coco peat250 m,
Coco peat355 m, Coco peat 500 m, serbuk kayu 250 m, serbuk kayu 355 m,
serbuk kayu 500 m m, jerami dan tongkol jagung berturut-turut adalah18.71%,
18.49%, 17,84%, 8,89%, 9,71%, 10.29%, 10,99% dan 12.0033%. Dari hasil yang
didapatkan dapat dilihat bahwa coco peat250 m memiliki kandungan air yang
lebih besar daripada absorben lainnya. Hal ini tentunya perlu dilakukan
pengeringan yang lebih lama terhadap absorben coco peat250 m sebelum
digunakan agar penyerapan oleh cocopeat 500 dapat dilakukan secara maksimal.
4.2 Penentuan Kapasitas Adsorben
Kapasitas absorbsi adsorben merupakan kemampuan dari suatu absorben
dalam melakukan proses absorbsi. Dimana setiap adsorben memiliki kapasitas
absorbsi yang berbeda-beda. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya kapasitas absorbsi dari suatu adsorben seperti besarnya kadar air
absorben, ukuran partikel absorben, temperatur pada saat absorbsi, dan pH.
Percobaan untuk mengetahui besarnya kapasitas absorbsi dari sampel adsorben
20

dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan perendaman adsorben


menggunakan alat rotary agitator pada 5 jenis larutan yaitu air tawar, air laut,
minyak, campuran minyak dengan air tawar, dan campuran minyak dengan air
laut. Tujuan penggunaan alat rotari agitator adalah untuk memberikan interaksi
pencampuran antara minyak dengan air secara merata.
4.2.1 Kapasitas absorpsi Coco peat250 m
9
8

7.8

6.53

6
5

Kapasitas Absorpsi (gram)

3.71

Coco Peat 250 (Blanko)

3.9

3.4 Coco Peat 250(Aktivasi)

3.96

3.07

3.77

2
1
0
15

30

45

Waktu (menit)

Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan terhadap 5 jenis larutan yang berbeda
dengan variasi waktu yang berbeda-beda pula dari menit ke-15 hingga menit ke75.Tujuannya agar didapatkan penyerapan maksimum dari adsorben coco peat250
m tersebut. Hasil percobaan ini dapat dilihat pada grafik gambar 1-5.

21

60

Gambar 1. Kurva perbandingan daya absorbsi dari adsorben coco peat250 m


teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air tawar
Gambar 1 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi antara
adsorben coco peat250 m teraktivasi dengan blanko terhadap air tawar.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa adsorben coco peat250 m teraktivasi
memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar dibandingkan dengan blanko dimana
penyerapan maksimum dari adsorben coco peat250 mteraktivasi terjadi pada
menit ke-60 dengan kapasitas absorpsi sebesar 7,866 gram sedangakan adsorben
coco peat250 m tanpa aktivasi terjadi penyerapan maksimum pada menit ke-15
dengan kapasitas absorpsi sebesar 6,5345 gram, selanjutnya pada menit ke 30
hingga menit ke-75 terjadi penurunan penyerapan adsorben ini yang menandakan
bahwa adsorben ini telah jenuh.

22

12
10
8

Kapasitas Absorbsi (gram)

Coco Peat 25

5.2

4.49
3.55

3.5

Coco Peat 250(Aktivasi)

21

3.7362 4.03

2.3314

1.6088
0
15

30

45

Waktu (menit

Gambar 2. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat250 m


teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air laut.

23

Gambar 2 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco


peat250 m teraktivasi dengan blanko terhadap air laut, dimana dapat diketahui
bahwa pada penyerapan air laut coco peat250 m teraktivasi memiliki daya serap
yang lebih kecil dari blanko, hal ini ditunjukkan dengan besarnya kapasitas
absorbsi maksimum dari coco peat250 m teraktivasi lebih kecil dari kapasitas
absorbsi blanko yaitu sebesar 4,5532 gram sedangkan untuk blanko sebesar
5,2232 gram. Jadi dapat dikatakan bahwa perlakuan aktivasi terhadap coco
peat250 m belum mampu memberikan peningkatan daya absorbsi dari coco
peat250 m itu sendiri. Dari grafik dapat dilihat bahwa pada pada coco peat250
m yang teraktivasi dari menit ke-15 hingga menit ke-75 terus mengalami
peningkatan penyerapan hingga mencapai penyerapan maksimum pada menit ke75.
12
10
8

Kapasitas Absorpsi (gram)

6
4.2228

Coco Peat 250 (Blanko)

2.5572
3.41
3.3
3.02
2
Coco Peat 250 (aktivasi)
0.1386

4.5168

5.1110

3.52

3.34

60

75

0
15

30

45

Waktu (menit)

24

Gambar 3. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat250 m dengan


blanko terhadap minyak.
Gambar 3 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco
peat250 m dengan blanko terhadap minyak. Dapat dilihat bahwa untuk
penyerapan minyak coco peat250 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi yang
lebih besar dibandingkan blanko ditunjukkan dengan rata-rata penyerapan coco
peat250 m teraktivasi lebih besar dari blanko. Kapasitas absorbsi maksimum dari
coco peat250 m teraktivasi terhadap minyak terjadi pada menit ke-75 yaitu
sebesar 5,1110 gram sedangkan untuk blanko juga terjadi pada menit ke-60 yaitu
sebesar 3,5227. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi
peningkatan daya serap oleh coco peat250 m akibat dari proses aktivasi yang
dilakukan.

25

Grafik Absorbsi Minyak


6
5

Kapasitas Absorpsi (gram)


Coco Peat 250(Aktivasi)

Coco Peat 250

2.4526

1.8491

1.3801
2

11.46

1.96

15

30

2.6222
2.62

1.44

45

60

Waktu (menit)

Grafik Absorbsi Air tawar


6
5
4
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
1.2250
21
1
Coco Peat 250(Aktivasi)
00.74
15

2
0.8053
0.27
30

5
4
Coco Peat 250 (Blanko)
3
0.5964
1.43

0.3901

45

60

0.74

Waktu (menit)

26

0.3182
1.66
75

Gambar 4. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh coco
peat250 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air tawar.
Gambar 4 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi coco peat250 m
teraktivasi dengan blanko, dimana dapat dilihat terdapat 2 penyerapan yang terjadi
yaitu penyerapan minyak dan air tawar secara bersamaan. Berdasarkan gambar
tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi coco peat250 m yang
diaktivasi

lebih

besar

dari

yang

tidak

diaktivasi

dalam

menyerap

minyak.Penyerapan minyak secara maksimum untuk coco peat250 m teraktivasi


terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 2,6777 gram, untuk blanko penyerapan
minyak secara maksimum terjadi pada menit ke-60 juga yaitu sebesar 2,6179
gram. Sedangkan pada penyerapan air tawar untuk coco peat250 m
teraktivasi,penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar
1,2250 m gram dan untuk blanko terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 1,6597
gram. Data ini menunjukan bahwa pada penyerapan air tawar, penyerapan
maksimum lebih besar terjadi pada adsorben tanpa aktivasi dibandingkan
adsorben teraktivasi.

27

Grafik Absorbsi Minyak

5
6
4
5
3 3.0791
4
2.58
2.5157
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.337
1
2.9228
2.08452
2.33
2.25
1
1.95
Coco Peat 250 (Blanko) 0 Coco Peat
0.8 250 (Aktivasi)
15

30

45

60

Waktu (menit)

28

75

Grafik Absorbsi Air Laut


6
5

Coco Peat

Kapasitas Absorpsi (gram)

Coco Peat 250 (Aktivasi)

1
0.9178
0.81190.69680.54
1
0.02 0.0
00.47

0.51

15

30

45

Waktu (menit)

Gambar 5. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari coco
peat250 m dengan blanko pada campuran minyak-air laut.
Gambar 5 menunjukkan perbadingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak dan air laut oleh coco peat250 m dengan blanko, dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi coco peat250 m

yang

diaktivasi lebih besar dari adsorben tidak diaktivasi. Hal tersebut di tunjukkan
dengan besarnya kapasitas absorbsi coco peat250 m teraktivasi terhadap minyak
secara maksimum berada pada menit ke-75 yaitu sebesar 3,3373 gram sedangkan
untuk blanko terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 2,5784 gram. Keadaan

29

sebaliknya terjadi pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk coco peat250 m
tanpa aktivasi memiliki kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.Dimana
penyerapan maksimum untuk coco peat250 m tanpa aktivasi terjadi pada menit
ke- 15 sebesar 0,9178 gram sedangkan penyerapan maksimum coco peat250 m
teraktivasi terjadi pada menit ke- 30 sebesar 0,5142.
4.2.2 Kapasitas Absorbsi Cocopeat 355 m
12
10

10.11

9.85

9.69

8.98

Kapasitas Absorpsi (gram)


Coco Peat 355 (Blanko)

6.47

6
4

6.09

5.58

5.95

Coco Peat 355 (Aktivasi)

2
0
15

30

45

60

Waktu (menit)

Penentuan kapasitas absorbsi coco peat355 m dilakukan terhadap 5 jenis larutan


dengan waktu kontak antara 15-75 menit yang dibandingkan dengan blanko, hasil
percobaan tentang kapasitas absorbsi Cocopeat 355 m ditunjukkan pada gambar
6 gambar 10

30

75

Gambar 6. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi air tawar oleh coco peat355
m teraktivasi HNO3 dengan blanko
Gambar 6 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi antara Cocopeat
355 m teraktivasi dengan blanko terhadap air tawar. Berdasarkan gambar dapat
diketahui bahwa Cocopeat 355 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi lebih
kecil dibandingkan dengan blanko pada menit ke-15, namun pada menit
berikutnya terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m
teraktivasi hingga didapatkan penyerapan maksimum air tawar untuk Cocopeat
355 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 10,1050 gram.
Sedangkan untuk blanko pada menit ke-15 terjadi penyerapan terhadap air tawar
yang tinggi yaitu sebesar 9,6866 gram dan ini merupakan daya absorbsi
maksimum air tawar oleh blanko.
12
10
8

Kapasitas Absorbsi (gram)

5.58

5.66

5.2

3
4.9

6
4

4.44

Coco Peat 355(Blanko)

5.94

21

5.65

6.47

5
5.1

3.99

Coco Peat 355(Aktivasi)


0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

31

Gambar 7. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m


teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air laut.
Gambar 7 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari Cocopeat
355 m teraktivasi dengan blanko terhadap air laut, dimana dapat diketahui bahwa
pada penyerapan air laut Cocopeat 355 m teraktivasi memiliki daya serap yang
lebih kecil dari blanko, hal ini ditunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi
maksimum dari Cocopeat 355 m teraktivasi lebih kecil dari kapasitas absorbsi
blanko yaitu sebesar 5,1954 gram sedangkan untuk blanko sebesar 6,47185 gram.
Jadi dapat dikatakan bahwa perlakuan aktivasi terhadap Cocopeat 355 m belum
mampu memberikan peningkatan daya absorbsi dari Cocopeat 355 m itu sendiri

32

12
10

8.39

7.47
8 6.92

Kapasitas Absorpsi (gram)

5.31
5.03

3
4.57
4.12
2
3.863.78
1
2
44.72

Coco Peat 355 (Blanko)


Coco Peat 355 (Aktivasi)

0
1530456075

Waktu (menit)

Gambar 8. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m dengan


blanko terhadap minyak.
Gambar 8 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari Cocopeat
355 m dengan blanko terhadap minyak. Dapat dilihat bahwa untuk penyerapan
minyak Cocopeat 355 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan blanko ditunjukkan dengan rata-rata penyerapan Cocopeat 355 m
teraktivasi lebih besar dari blanko. Kapasitas absorbsi maksimum dari Cocopeat
355 m terhadap minyak terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 8,3872 gram
sedangkan untuk blanko juga terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 4,7161.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan daya serap
oleh Cocopeat 355 m akibat dari proses aktivasi yang dilakukan.
33

Grafik Absorbsi Minyak


6
5

4.27
Coco Peat 355 (Blanko)

2.82

Kapasitas Absorpsi (gram)

22.33

2.46

Coco Peat 355(Aktivasi)

4.92

4.89

3.05
2.73

1.48

1.44

0
15

30

45

60

Waktu (menit)

34

75

Grafik Absorbsi TerhadapAir Tawar


2
2

1.65

1.5
kapasitas adsorpsi (gram)

1
0.95
1
0.69

1.11
0.75
Coco1.13
Peat 355 (Blanko)
0.52

0.58

30

45

0.88

Coco Peat 355(Aktivasi)

0.59

0.5
0

15

60

75

waktu (menit)

Gambar 9. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
Cocopeat 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.
Gambar 9 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi Cocopeat 355
m teraktivasi dengan blanko, dimana dapat dilihat terdapat 2 penyerapan yang
terjadi yaitu penyerapan minyak dan air tawar secara bersamaan. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi Cocopeat 355 m yang
diaktivasi lebih besar dari blanko baik dalam penyerapan minyak maupun

35

penyerapan air tawar. Penyerapan minyak secara maksimum untuk Cocopeat 355
m teraktivasi terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 4,9230 gram, untuk blanko
penyerapan minyak secara maksimum terjadi pada menit ke-75 juga yaitu sebesar
2,7261 gram. Sedangkan pada penyerapan air tawar untuk Cocopeat 355 m
teraktivasi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,6522 gram dan untuk blanko terjadi
pada menit ke-30 yaitu sebesar 1,1332 gram. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m
akibat dari proses aktivasi yang dilakukan.
Grafik Absorbsi Minyak
6
4.15
4
5
3
4
4.47
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.34
3.2
1
22.76
2.2
1
1.33
Coco Peat 355 (Blanko) 00.79
Coco Peat 355 (Aktivasi)
15

30

45

5
2.93
1.86

60

75

Waktu (menit)

36

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


2
2
1.5 1
0.8
0.63
10.74
kapasitas adsorpsi (gram)
Coco 0.43
Peat 355 (Blanko)
0.5
0.05
0.38
0
15
30
45

1.33

1.56

Coco Peat 355 (Aktivasi)

0.05

0.2

60

75

waktu (menit)

Gambar 10. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari
Cocopeat 355 m dengan blanko pada campuran minyak-laut.
Gambar 10 menunjukkan perbandingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak dan air laut oleh Cocopeat 355 m dengan aktivasi dan blanko, dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi Cocopeat 355
m yang diaktivasi hampir sama dengan yang tidak diaktivasi. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya kapasitas absorbsi maksimum blanko yang hampir mendekati
kapasitas absorbsi maksimum Cocopeat 355 m yang diaktivasi yaitu sebesar
4,1548 gram sedangkan untuk Cocopeat 355 m blanko sebesar 4,4691 gram yang
sama-sama pada menit ke-60. Pada penyerapan air laut dimana kapasitas absorbsi
Cocopeat 355 m teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan blanko.
Penyerapan air laut secara maksimum untuk Cocopeat 355 m teraktivasi terjadi

37

pada menit ke-75 yaitu sebesar 1,5647 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada
menit ke-15 yaitu sebesar 0,8036 gram.
4.2.3 Kapasitas Absorbsi Coco peat 500 m
12

11.18

10
8

Kapasitas Absorpsi (gram)


Coco Peat 500 (Blanko)

7.2 6.75
6.22
6.01 6.37
5.79
5.69
5.26
4.9

4Coco Peat 500 (Aktivasi)


2
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

P
enentuan kapasitas absorbsi coco peat 500 m dilakukan terhadap 5 jenis larutan
dengan waktu kontak antara 15-75 menit yang dibandingkan dengan blanko, hasil
percobaan tentang kapasitas absorbsi coco peat 500 m ditunjukkan pada gambar
11 gambar 15

Gambar 11. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi air tawar oleh coco peat 500
m teraktivasi HNO3 dengan blanko

38

Kapasitas Absorbsi (gram)


Coco Peat 500 (Aktivasi)

12
10
7.9855
6.6468
6.1038
8
6.0496
5.3590
5
Coco Peat 500
(Blanko)
4
6
3
2 5.8310
4
5.4376 5.7730
1
4.5136
2
2.9990
0
15

30

45

60

Waktu (menit)
Gambar 11 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi antara coco
peat 500 m teraktivasi dengan blanko terhadap air tawar. Berdasarkan gambar
dapat diketahui bahwa coco peat 500 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi
yang lebih kecil dibandingkan dengan blanko pada menit ke-15, namun pada
menit berikutnya terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m
teraktivasi hingga didapatkan penyerapan maksimum air tawar untuk coco peat
500 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 7,1966 gram. Sedangkan
untuk blanko pada menit ke-15 terjadi penyerapan terhadap air tawar yang tinggi
yaitu sebesar 11,1774 gram dan ini merupakan daya absorbsi maksimum air tawar
oleh blanko.

Gambar 12. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air laut.
Gambar 12 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat
500 m teraktivasi denga blanko terhadap air laut, dimana dapat diketahui bahwa

39

75

pada penyerapan air laut coco peat 500 m teraktivasi memiliki daya serap yang
lebih kecil dari blanko, hal ini ditunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi
maksimum dari coco peat 500 m teraktivasi lebih kecil dari kapasitas absorbsi
blanko yaitu sebesar 5,8310 gram sedangkan untuk blanko sebesar 7,9855 gram.
Jadi dapat dikatakan bahwa perlakuan aktivasi terhadap coco peat 500 m belum
mampu memberikan peningkatan daya absorbsi dari coco peat 500 m itu sendiri.

Kapasitas Absorpsi (gram)


Coco Peat 500 (Aktivasi)

12
10
8
4.1420
6
41
2
0
1.5339
15

4.1430

6.5932
4.9748
4.8216
Coco Peat 500 (Blanko)

4.3126

4.6102

30

45

6.0740
3.4667
60

Waktu (menit)

Gambar 13. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m dengan
blanko terhadap minyak.
Gambar 13 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat
500 m dengan blanko terhadap minyak. Dapat dilihat bahwa untuk penyerapan
minyak coco peat 500 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan blanko ditunjukkan dengan rata-rata penyerapan coco peat 500 m
teraktivasi lebih besar dari blanko. Kapasitas absorbsi maksimum dari coco peat

40

75

500 m terhadap minyak terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 6,5932 gram
sedangkan untuk blanko juga terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 6,0740.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan daya serap
oleh coco peat 500 m akibat dari proses aktivasi yang dilakukan
Grafik Absorbsi Minyak
6
5

4.29

3.62

Kapasitas Absorpsi (gram)


Coco Peat 500 (Blanko)

3
21

4.06

2.5572
1.9348
1
1.3470
Coco
Peat 500 (Aktivasi)

4.82

3.13
2.6488

2.7113

60

75

15

30

45

Waktu (menit)

41

Grafik Absorbsi Terhadap Air Tawar


35

0.5276
0.51
5

30

1.2540
0.85
4

2
2
2
2
2
2

0.7402
1.11
3
3
3
3
3
3

30

45

60

75

25
20

kapasitas
(gram) 15
Coco Peatadsorpsi
500 (Aktivasi)
Coco Peat 500 (Blanko)
0.3779
0.63
10
0.7088
0.84
11
5 111
1
0

15

waktu (menit)

Gambar 14. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
coco peat 500 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.

42

Grafik Absorbsi Minyak

5
6
4
5
3 3.56
4
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.3701 3.3628
3.23
21
2.44
2.44
2.1073
1
1.4971
1.19
1.0808
Coco Peat 500 (Blanko) 0 Coco Peat 500 (Aktivasi)
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 14 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi coco peat 500


m teraktivasi dengan blanko, dimana dapat dilihat terdapat 2 penyerapan yang
terjadi yaitu penyerapan minyak dan air tawar secara bersamaan. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi coco peat 500 m yang
diaktivasi lebih besar dari yang tidak diaktivasi baik dalam penyerapan minyak
maupun penyerapan air tawar. Penyerapan minyak secara maksimum untuk coco
peat 500 m teraktivasi terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 4,8165 gram,
untuk blanko penyerapan minyak secara maksimum terjadi pada menit ke-75 juga
yaitu sebesar 2,7113 gram. Sedangkan pada penyerapan air tawar untuk coco peat
500 m teraktivasi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,2540 gram dan untuk blanko
terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 1,111 gram. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari coco peat 500
m akibat dari proses aktivasi yang dilakukan.

43

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


2
2
1.5
1
0.88
1
0.5868
0.5840
kapasitas adsorpsi (gram)
0.3584 Coco Peat 500 (Blanko)
0.5
0.01
0.44
0
15
30
45

1.6627
1.2082
Coco Peat 500 (Aktivasi)

0.02

0.17

60

75

waktu (menit)

Gambar 15. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari coco
peat 500 m dengan blanko pada campuran minyak-laut.
Gambar 15 menunjukkan perbadingan besarnya kapasita absorbsi minyak
dan air laut oleh coco peat 500 m dengan blanko, dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi coco peat 500 m yang diaktivasi
hampir sama dengan yang tidak diaktivasi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
kapasitas absorbsi maksimum blanko yang hampir mendekati kapasitas absorbsi
maksimum coco peat 500 m yg diaktivasi yaitu sebesar 3,3701 gram pada menit
ke-45 sedangkan untuk coco peat 500 m yg diaktivasi sebesar 3,5647 gram pada
menit ke-60, namun hal sebaliknya terjadi pada penyerapan air laut dimana
kapasitas absorbsi coco peat 500 m teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan
blanko. Penyerapan air laut secara maksimum untuk coco peat 500 m teraktivasi
terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 1,6627 gram sedangkan untuk blanko
terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 0,8783 gram.
44

4.2.4 Kapasitas Absorbsi Adsorben Serbuk Kayu 250 m


Penentuan kapasitas absorbsi serbuk kayu 250 m dilakukan terhadap 5
jenis larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit yang dibandingkan dengan
blanko, hasil percobaan tentang kapasitas absorbsi serbuk kayu 250 m
ditunjukkan pada gambar 16 gambar 20.

6.3762

5.9796

5.4132

3.7814
4
3.88
Kapasitas Absorpsi (gram)

Serbuk Kayu 250 (Blanko)


2

2.54
Serbuk
250 (Aktivasi)
2.32Kayu
2.12

1.6228

2.28

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 16. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Gambar 16 menunjukkan bahwa penyerapan air tawar tertinggi untuk
serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 6,3762
gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke- 15 yaitu sebesar 3,8768
gram. Untuk penyerapan terendah oleh serbuk kayu 250 m terjadi pada menit ke60 yaitu sebesar 1,6228 gram, sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-45

45

yaitu sebesar 2,1248 gram, walaupun demikian bila dilihat secara keseluruhan
serbuk kayu 250 m teraktivasi tetap memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan dengan blanko untuk penyerapan air tawar
8
7

6.0464

5.2094

5
4.3824

Kapasitas Absorbsi (gram)

3
2

2
1

2.5889

3.8110

5.6834

3.7243

3.4425

2.5361

1.8685Serbuk Kayu 250(Aktivasi)


Serbuk Kayu 250 (Blanko)
1
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 17. Kurva perbandingan daya absorbsi air laut dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko

46

Gambar 17 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara serbuk kayu


250 m teraktivasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan gambar 17 dapat
diketahui bahwa daya absorbsi serbuk kayu 250 m teraktivasi lebih besar
daripada blanko. Untuk penyerapan maksimum dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 6,0464 gram, sedangkan untuk
blanko terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 3,7243 gram.
8
5.7444

Kapasitas Absorpsi (gram)

4
21

6.3008
5.0674

5.2514

3.9906

2.8619
2.0684 2.1308 2.1274
Serbuk Kayu 250 (Blanko) 0
Serbuk Kayu 250 (Aktivasi)
15

30

45

60

3.0486

75

Waktu (menit)

Gambar 18. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi dengan blanko
Gambar 18 menunjukkan perbandingan daya absorbsi dari serbuk kayu
250 m teraktivasi dengan blanko dimana serbuk kayu 250 m teraktivasi
memiliki daya absorbsi yang lebih besar daripada blanko. Penyerapan maksimum
dari serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 6,3008
gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 3,0486.

47

Berdasarkan gambar tersebut juga menunjukkan ketidakstabilan penyerapan dari


serbuk kayu 250 m teraktivasi dimana terjadi penurunan daya absorbsi yang
cukup besar pada menit ke-60 yaitu terjadi penurunan sebesar 2,3102 gram dari
penyerapan maksimumnya

Grafik Absorbsi Minyak


6

3.5442
4
3.1758
3.0388
3.0161
2.7413

Kapasitas Absorpsi (gram)

3
2

2.2192

1.7851
1.7886
1
1.5203
1.4255

0
Serbuk Kayu 250 (Blanko)

15
30
60
75
Serbuk
Kayu 45
250 (Aktivasi)

Waktu (menit)

48

Grafik Absorbsi Terhadap Air Tawar


35

0.3128
0.39
5

30

2
2
2
2
2

0.5440
0.69
3
3
3
3
3
3

0.2436
1.32
4
4
4
4
4
4

30

45

60

75

25
20

kapasitas
adsorpsi
(gram) 15 Serbuk Kayu 250
Serbuk Kayu
250 (Aktivasi)
(Blanko)
0.4031
0.85
2
10
0.4539
0.74
11
5 111
1
0
15

waktu (menit)

Gambar 19. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air tawar.
Gambar 19 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada larutan campuran minyak dan air
tawar. Sama seperti sebelumnya, untuk absorbsi campuran minyak dan air tawar
ini juga terjadi 2 penyerapan secara bersamaan yaitu minyak dan air tawar. Pada
penyerapan minyak serbuk kayu 250 m teraktivasi masih memiliki daya serap
yang lebih besar dari blanko yang ditunjukkan dengan grafik serbuk kayu 250 m

49

5
5
5
5

teraktivasi berada di atas grafik blanko. Penyerapan maksimum yang terjadi untuk
serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 3,5442
gram sedangkan blanko terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 2,2192 gram.
Grafik Absorbsi Minyak
6

5
4

Kapasitas Absorpsi (gram)

1.3783
21

Serbuk Kayu 250 (Blanko)

2.9268

3.1348
2.0905

2.1587

1.5280
Serbuk Kayu 250 (Aktivasi)

1.7947

2.3476
2.1032

15
0.2945

30

45

60

Waktu (menit)

50

75

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


2
2

1.7162

1.5

1
1
1
kapasitas adsorpsi (gram) 0.5757
0.5870
0.5
0.56
Serbuk Kayu 250 (Blanko)
250 (Aktivasi)
0.39
0.3710
0 Serbuk Kayu
15
30
45

0.9635
0.02
60

0.18
75

waktu (menit)

Gambar 20. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak-air laut
Gambar 20 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air
laut dari absorben serbuk kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada campuran
minyak-air laut. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui terjadi penyerapan
minyak serta air laut secara bersamaan oleh absorben dimana untuk penyerapan
minyak oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi pada menit ke-15 terjadi penyerapan
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan blanko, namun pada menit selanjutnya
terjadi peningkatan aktivitas penyerapan oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi
hingga didapatkan penyerapan maksimum untuk serbuk kayu 250 m teraktivasi

51

terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 3,1348 gram dan menit selanjutnya kembali
mengalami penurunan penyerapan oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi.
Sedangkan untuk blanko penyerapan minyak secara maksimum terjadi pada menit
ke-30 yaitu sebesar 2,1587 gram. Selain penyerapan minyak, terjadi pula proses
penyerapan air laut oleh absorben serbuk kayu 250 m teraktivasi dan blanko,
dimana penyerapan air laut secara maksimum untuk serbuk kayu 250 m
teraktivasi terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,7162 gram sedangkan untuk
blanko terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 1,0027 gram.
4.2.5 Kapasitas Absorbsi Serbuk Kayu 355 m
8

7.5166
6.5568 6.1506
6.5350 6.56
5.62

7
6
5

Kapasitas Absorpsi (gram)

4
3

Serbuk Kayu 355 (Blanko)


2

3.1

Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)

1.73

2.6502
2.36

15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Penentuan kapasitas absorbsi serbuk kayu 355 m dilakukan terhadap 5


jenis larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit yang dibandingkan dengan
blanko, hasil percobaan tentang kapasitas absorbsi serbuk kayu 355 m
ditunjukkan pada gambar 21 gambar 35.

52

Gambar 21. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi serbuk kayu 355 m


teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air tawar.
Gambar 21 menunjukkan perbandingan besarnya kapasitas absorbsi yang
terjadi oleh serbuk kayu 355 m yang diaktivasi dengan blanko. Berdasarkan
gambar tersebut dapat dilihat bahwa kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m
teraktivasi lebih besar dari blanko. Penyerapan maksimum oleh serbuk kayu 355
m teraktivasi terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 7,5166 gram yang pada
menit selanjutnya mengalami penurunan yang menunjukkan bahwa telah terjadi
masa jenuh dari absorben serbu kayu 355 m teraktivasi. Sedangkan untuk blanko
penyerapan maksimum juga terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 6,5652 gram
yang kemudian juga mengalami penurunan daya serap dari blanko dan hal ini juga
menunjukkan bahwa blanko telah mengalami masa jenuh. Secara keseluruhan dari
gambar 16 dapat dikatakan bahwa proses aktivasi yang dilakukan sangat efektif
untuk meningkatkan kapasitas absorbsi dari absorben serbuk kayu 355 m.

12
10
8

5.8920

5.1206

5.3240
5

4.2170
3.3358
3.0060
21
Serbuk Kayu 355 (Blanko) 2.4315
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)

3.1634

Kapasitas Absorbsi (gram)

4.7502

2.3672

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

53

Gambar 22. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m
teraktivasi dengan blanko terhadap air laut.
Gambar 22 menunjukkan besarnya kapasitas absorbsi yang terjadi oleh
serbuk kayu 355 m yang diaktivasi dengan blanko. Berdasarkan gambar tersebut
dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m teraktivasi
lebih besar bila dibandingkan dengan yang tanpa aktivasi, hal ini dapat dilihat dari
kapasitas absorbsi pada setiap menit dari serbuk kayu 355 m teraktivasi lebih
besar dari penyerapan maksimum oleh blanko dimana penyerapan maksimum
yang terjadi oleh blanko berada pada menit ke-60 yaitu sebesar 4,2170 gram
sedangkan untuk serbuk kayu 355 m teraktivasi penyerapan maksimum terjadi
pada menit ke-30 yaitu sebesar 5,8920 gram. Data tersebut menunjukkan bahwa
proses aktivasi yang dilakukan memeberikan pengaruh terhadap daya serap dari
absorben serbuk kayu 355 m menjadi lebih besar.

54

6.5012

7
6

6.4718

5.5815
5

Kapasitas Absorpsi (gram)

5.9390

4.5387

5.6628

5.6479

3
2.9067

2.1209
Serbuk Kayu 355 (Blanko)1.6353
Serbuk
Kayu
355
(Aktivasi)
1

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 23. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap minyak.
Gambar 23 menunjukkan perbandingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak oleh serbuk kayu 355 m yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi.
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kapasitas
absorbsi dari serbuk kayu 355 m lebih besar dibandingkan dengan blanko,
namun besarnya kapasitas absorbsi maksimum yang terjadi oleh serbuk kayu 355
m teraktivasi ternyata masih lebih kecil dari blanko yaitu hanya 6,4718 gram
pada menit ke-75 sedangkan blanko 6,5012 gram pada menit ke-60. Jadi dapat
dikatakan bahwa proses aktivasi yang dilakukan sudah cukup efektif untuk

55

meningkatkan daya serap dari absorben serbuk kayu 355 m namun penyerapan
maksimum yang dicapai masih lebih rendah dari blank

Grafik Absorbsi Minyak


6

5
4
3.2893

Kapasitas Absorpsi (gram)

3
2

3.6138

4
3

3.3118

3.5107

2.6456

1.7413 1.6568
1.6934
1
1.5335
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)
1.0418

15

30

45

60

75

Waktu (menit)

56

Grafik Absorbsi Terhadap Air Tawar

Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)

kapasitas adsorpsi (gram)

35
30
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
25
0.34
0.83
3
20
3
0.57
0.75
2
3
15
2
3
2
100.66
0.44
2
3
111
2
3
2
5 111
0
15
30
45

1.18
0.86
4
4
4
4
4
4

0.44
1.1
5
5
5
5
5
5

60

75

waktu (menit)

Gambar 24. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
serbuk kayu 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.
Gambar 24 menunjukkan besar kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355
m yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi pada campuran minyak-air tawar.
Pada gambar dapat diketahui bahwa penyerapan yang dilakukan oleh adsorben
tidak hanya terhadap minyak namun juga ada air tawar yang ikut terserap pada
saat proses absorbsi dilakukan, hal ini dikarenakan pada saat proses absorbsi ada
bagian dari absorben yang menyerap minyak dan ada pula yang menyerap air
tawar akibat dari pencampuran minyak dan air tawar tersebut. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa baik pada penyerapan minyak maupun

57

penyerapan air tawar absorben serbuk kayu 355 m yang diaktivasi memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang tidak
diaktivasi. Penyerapan minyak secara maksimum oleh serbuk kayu 355 m
teraktivasi terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 3,6138 gram sedangkan untuk
blanko terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,7413 gram. Untuk penyerapan air
tawar penyerapan maksimum oleh serbuk kayu 355 m teraktivasi terjadi pada
menit ke-60 yaitu sebesar 1,1846 gram sedangkan blanko terjadi pada menit ke-75
yaitu sebesar 1,1042 gram.

Grafik Absorbsi Minyak


6

Kapasitas Absorpsi (gram)

2.63

3
1.86

2.64082.37

2.88

2.0963 2.2981
1.9914
1
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)
1.0231

2.08

15

30

45

60

75

Waktu (menit)

58

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


1.5

1.43

1
0.59
kapasitas adsorpsi (gram)
0.5
0.61
Serbuk Kayu 355 (Blanko) 0

0.41

0.79

0.55
0.04

0.03

45

60

0.31
Serbuk
Kayu 355 (Aktivasi)
15

30

0.14
75

waktu (menit)

Gambar 25. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut oleh
serbuk kayu 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
laut.
Gambar 25 menunjukkan besarnya kapasitas absorbsi serbuk kayu 355 m
yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi pada campuran minyak-air laut.
Sama seperti minyak dan air tawar pada campuran minyak dan air laut juga terjadi
penyerapan minyak dan air laut secara bersamaan oleh absorben, hal ini
dikarenakan ada sebagian dari absorben yang menyerap air laut dan bagian
lainnya menyerap minyak pada saat dilakukan pencampuran minyak dengan air
laut. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas
absorbsi serbuk kayu 355 m terakitvasi terhadap minyak tidak jauh berbeda
dengan blanko atau dapat dikatakan tidak ada peningkatan yang signifikan
59

terhadap daya serap dari serbuk kayu 355 m akibat dari proses aktivasi dalam
menyerap minyak pada campuran minyak-air laut.Besar kapasitas absorbsi
maksimum dari serbuk kayu 355 m teraktivasi terhadap minyak terjadi pada
menit ke-45 yaitu sebesar 2,8802 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit
ke-60 yaitu sebesar 2,6408 gram, namun dalam penyerapan air laut terjadi
peningkatan penyerapan yang terjadi dari absorben serbuk kayu 355 m
teraktivasi, dimana kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m teraktivasi jauh
lebih besar dari blanko. Penyerapan maksimum oleh serbuk kayu 355 m
teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,4624 gram
sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum oleh blanko terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,6123 gram. Kecilnya penyerapan minyak oleh serbuk kayu
355 m teraktivasi juga dikarenakan air laut lebih dominan diserap oleh absorben
dibandingkan dengan minyak.
4.2.6 Kapasitas Absorbsi Absorben Sebuk Kayu 500
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben serbuk kayu 500 m m terhadap 5
jenis larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang
kapasitas absorbsi serbuk kayu 500 m m ditunjukkan pada gambar 26 gambar
30

60

Kapasitas Absorpsi (gram)


Serbuk Kayu 500 (Blanko)

7.38

7.21

7
6

6.05

4.72

6.13
4.13
3.28

3.29

3.3

Serbuk Kayu 500(A ktivasi)

2.22

2
1
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 26. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari serbuk kayu 500 m
m terkativasi HNO3 dengan blanko
Gambar 26 menunjukkan bahwa serbuk kayu 500 m m yang telah
teraktivasi memiliki daya absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan
serbuk kayu 500 m m tanpa perlakuan (blanko) . Penyerapan maksimum untuk
serbuk kayu 500 m m teraktivasi terjadi pada menit ke-60 dengan besar
kapasitas absorbsinya 7,3806 gram. Sedangkan untuk blanko penyerapan
maksimum terjadi di menit ke 10 dengan besar kapasitas absorbsi 4,7224 gram.

61

Kapasitas Absorbsi (gram)


Serbuk kayu 500
(Blanko)

Serbuk kayu 500


(Aktivasi)

Waktu (menit)

Gambar 27. Kurva perbandingan daya absorbsi dari serbuk kayu 500 m m air
laut teraktivasi HNO3 dengan blanko
Gambar 27 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara serbuk kayu
500 m m terkativasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva
tersebut dapat dilihat bahwa serbuk kayu 500 m m terkativasi juga memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi
air laut. Penyerapan maksimum serbuk kayu 500 m m teraktivasi terhadap air
laut terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar
7,2040 gram, sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada menit
ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar 4,2436 gram

62

8
7

5.97

6
4.66

Kapasitas Absorpsi (gram)

43.64
3

3.48

5.73

4.95

22.53

1.07

Serbuk Kayu 500 (Blanko)

1.86

15

1.26

30
45 500 60
75
Serbuk
Kayu
(Aktivasi)

Waktu (menit)

Gambar 28. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari serbuk kayu 500 m
m teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Gambar 28 menunjukkan besarnya daya absorbsi serbuk kayu 500 m m
yang terkativasi dengan blanko terhadap minyak. Berdasarkan gambar 28 dapat
dilihat bahwa untuk penyerapan minyak serbuk kayu 500 m m dengan
perlakuan aktivasi tetap memiliki daya serap yang lebih besar bila dbandingkan
dengan blanko. Penyerapan maksimum yang terjadi untuk serbuk kayu 500 m
m teraktivasi terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi sebesar 3,9074
gram, sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-60
dengan kapasitas absorbsi sebesar 4,9451 gram.

63

Grafik Absorbsi Minyak

Kapasitas Absorpsi (gram)

Serbuk Kayu 500


(Blanko)

Serbuk Kayu
500(Akivasi)

Waktu (menit)

Grafik Absorbsi Air Tawar

Kapasitas Absorpsi (gram)


Serbuk Kayu 500
(Blanko)

Serbuk Kayu
500(Akivasi)

Waktu (menit)

64

Gambar 29. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari serbuk
kayu 500 m m teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air tawar.
Gambar 29 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara serbuk kayu
500 m m teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar.
Berdasarkan gambar 29 diketahui bahwa penyerapan minyak dari serbuk kayu 500
m m teraktivasi tetap lebih besar dari blanko, dimana penyerapan minyak
maksimum oleh serbuk kayu 500 m m teraktivasi terjadi pada menit ke-15
sebesar 4,6843 gram sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada
menit ke-45 sebesar 2,4002 gram. Pada campuran minyak dan air tawar selain
terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi penyerapan air, untuk serbuk
kayu 500 m m teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada menit ke-60
yaitu sebesar 1,2205 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-45 yaitu
sebesar 0,4081 gram.

65

Grafik Absorbsi Minyak

Kapasitas Absorpsi (gram)


Serbuk Kayu 500
(Blanko)

Serbuk kayu 500


(Aktivasi)

Waktu (menit)

66

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


1.6
1.4
1.2 1
1
kapasitas adsorpsi (gram) 0.80.63
0.60.47
0.4
0.2
0
15

1.44

Serbuk Kayu 500 (Blanko)


0.49
0.48
0.39

Serbuk kayu 500 (Aktivasi)


0.49
0.18

30

0.04

0.03

45

60

75

waktu (menit)

Gambar 30. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari serbuk
kayu 500 m m teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air laut.
Gambar 30 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi antara
serbuk kayu 500 m m teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air
laut. Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa serbuk kayu 500 m
mteraktivasi memiliki daya absorbsi minyak yang lebih kecil dari blanko, ini
dikarenakan serbuk kayu 500 m m teraktivasi lebih banyak menyerap air laut
daripada minyak. Hal tersebut di tunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi
serbuk kayu 500 m m teraktivasi terhadap minyak secara maksimum berada
pada menit ke-60 yaitu sebesar 2,5693 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada
67

menit ke-75 yaitu sebesar 2,8120 gram. Keadaan sebaliknya terjadi pada grafik
penyerapan air laut, dimana untuk serbuk kayu 500 m m teraktivasi memiliki
kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.
Kapasitas Absorbsi Jerami
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben jerami terhadap 5 jenis larutan
dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang kapasitas
absorbsi jerami ditunjukkan pada gambar 31 gambar 35.
12

10.11

9.85

10
8

Kapasitas Absorpsi (gram)


Jerami (Blanko)

5.53
5.09

Jerami (A ktivasi)
3.32
3.28

8.98

8.31

3.86

4.11

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 31. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari jerami terkativasi
HNO3 dengan blanko
Gambar 31 menunjukkan bahwa jerami yang telah teraktivasi memiliki
daya absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan jerami tanpa perlakuan
(blanko) . Penyerapan maksimum untuk jerami teraktivasi terjadi pada menit ke45 dengan besar kapasitas absorbsinya 10,105 gram. Sedangkan untuk blanko

68

penyerapan maksimum terjadi di menit ke 15 dengan besar kapasitas absorbsi


5,5269 gram.

12
10
8

Kapasitas Absorbsi (gram)

5.1212
6

5.8264

4.6244

5.7244 6.0640

4.9347 4.5632
4.0355 4.5436
1
3.6420
2

Jerami (Blanko)

Jerami (Aktivasi)
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 32. Kurva perbandingan daya absorbsi dari jerami air laut teraktivasi
HNO3 dengan blanko
Gambar32 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara jerami
terkativasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva tersebut dapat
dilihat bahwa jerami terkativasi juga memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi air laut. Penyerapan maksimum
jerami teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-75 dengan kapasitas
absorbsi yang terjadi sebesar 6,0640 gram, sedangkan untuk blanko penyerapan

69

maksimum terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi
sebesar 4,9347 gram.

8
6

Kapasitas Absorpsi (gram)

3.3762

21

2.5830

Jerami (Aktivasi)

4.1442

2
2.5813

0
15

30

4.2534

4.6324

4.0881

3.9077

60

75

3.5104
Jerami

(Blanko)

1.7863
45

Waktu (menit)

Gambar 33. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari jerami teraktivasi
HNO3 dengan blanko.
70

Gambar 33 menunjukkan besarnya daya absorbsi jerami yang terkativasi


dengan blanko terhadap minyak. Berdasarkan gambar 33 dapat dilihat bahwa
untuk penyerapan minyak jerami dengan perlakuan aktivasi tetap memiliki daya
serap yang lebih besar bila dbandingkan dengan blanko. Penyerapan maksimum
yang terjadi untuk jerami teraktivasi terjadi pada menit ke-75 dengan kapasitas
absorbsi sebesar 4,6324 gram, sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum
terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi sebesar 4,0881 gram.
Grafik Absorbsi Minyak
6

Jerami (Blanko)
3.4630
4
3.3396
3.2240
2.7297

Kapasitas Absorpsi (gram)

2.0500

2
2.5182

Jerami (Akivasi)

1.6464 1.4938 1.6408 1.6452

1
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

71

Grafik Absorbsi Terhadap Air Tawar


35
30
25
20
kapasitas
adsorpsi (gram)
Jerami (Aktivasi)
Jerami 15
(Blanko)
0.5840
10
0.79
11
1
5 111
0
15

0.5905
0.69
2
2
2
2
2
2

0.7873
0.6
3
3
3
3
3
3

1.2727
0.32
4
4
4
4
4
4

0.3917
0.56
5
5
5
5
5
5

30

45

60

75

waktu (menit)

Gambar 34. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari jerami
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan air tawar.
Gambar 34 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara jerami
teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar. Berdasarkan
gambar 34 diketahui bahwa penyerapan minyak dari jerami teraktivasi tetap lebih
besar dari blanko, dimana penyerapan minyak maksimum oleh jerami teraktivasi
terjadi pada menit ke-75 sebesar 3,3396 gram sedangkan untuk blanko penyerapan
maksimum terjadi pada menit ke-15 sebesar 2,5182 gram. Pada campuran minyak
dan air tawar selain terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi
penyerapan air, untuk jerami teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada

72

menit ke-60 yaitu sebesar 1,2727 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,7903 gram.

Grafik Absorbsi Minyak


6

Kapasitas Absorpsi (gram)

2.3416 2.5193

3
2.7947

Jerami (Aktivasi)

Jerami (Blanko)
3.6393
3.3102

2.3825
1
0.8669 1.8361

2.5329 2.3644

1
0

15

30

45

60

75

Waktu (menit)

73

Grafik Absorbsi TerhadapAir laut


4.5
4
3.5

3
2.5
kapasitas adsorpsi (gram)

4.1768

Jerami (Blanko)

2.0806
Jerami (Aktivasi)

1.5 1
10.65

1.0408

0.50.2673

0.33

0.4265
0.02

0.03

0.15

30

45

60

75

15

waktu (menit)

Gambar 35. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari jerami
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan air laut.
Gambar 35 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi
antara jerami teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air laut.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa jerami teraktivasi memiliki daya
74

absorbsi minyak yang lebih kecil dari blanko, ini dikarenakan jerami teraktivasi
lebih banyak menyerap air laut daripada minyak. Hal tersebut di tunjukkan dengan
besarnya kapasitas absorbsi jerami teraktivasi terhadap minyak secara maksimum
berada pada menit ke-15 yaitu sebesar 2,7947 gram sedangkan untuk blanko
terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 3,6393 gram. Keadaan sebaliknya terjadi
pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk jerami teraktivasi memiliki
kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.
Kapasitas Absorbsi Adsorben TongkolJagung
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben tongkol jagung terhadap 5 jenis
larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang
kapasitas absorbsi jerami ditunjukkan pada gambar 36 gambar 40
12

10.61

10

9.2

Kapasitas Absorpsi (gram)


Jagung(blanko)

7.67

7.62

7.08
6.44

jagung (aktivasi)

2.79

2.34

2.15

2.69

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

75

Gambar 36. Kurva perbandingan daya absorbsi dari tongkol jagung teraktivasi
HNO3 dengan blanko terhadap air tawar
Gambar 36 menunjukan adsorben dari tongkol jagung yang teraktivasi memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar dibandingkan adsorben tongkol tanpa
perlakuan (blanko).Dari gambar dapat dilihat penyerapan air dari menit ke-15
hingga menit ke- 45 tidak mengalami kenaikan yang signifikan.Penyerapan
maksimum dari tongkol jagung baru terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas
absorpsi sebesar 10,6132 gram. Sedangkan pada tongkol jagung tanpa perlakuan
(blanko) telah terjadi penyerapan maksimum pada menitke-15 dengan kapasitas
absorpsi sebesar 7,0882 gram.

76

8
7

6.4792

6
5

Kapasitas Absorpsi (gram)


Jagung(blanko)

7.0834 7.1866 7.2934

4.79

3.5446

jagung (aktivasi)

3.23

2.22

2.16

1.14

1
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 37. Kurva perbandingan daya absorbsi dari tongkol jagung teraktivasi
HNO3 dengan blanko terhadap air laut
Gambar 37 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara tongkol jagung
teraktivasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva tersebut dapat
dilihat bahwa adsorben tongkol terkativasi juga memiliki kapasitas absorbsi yang
lebih besar dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi air laut. Penyerapan
maksimum jerami teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-75 dengan
kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar 7,2934 gram, sedangkan untuk blanko
penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-45 dengan kapasitas absorbsi yang
terjadi sebesar 4,7949 gram.

77

6
5

4.7372 4.8010

Kapasitas Absorpsi (gram)


Jagung(blanko)

5.2490 5.52345.5426

3
2

2.64

2.13
jagung (aktivasi)
1.64

1.78

1.85

0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 38. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari adsorben tongkol
jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Grafik Absorbsi Minyak

5
6
4.4376
4 4.1808
5
3.3866
3
3.0952
4
2.8697
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
21
1
1.96 1.67
1.63
Jagung (blanko)
Jagung(teraktivasi 1.32
01.35
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

Gambar 38 menunjukkan besarnya daya absorbsi adsorben tongkol jagung


yang teraktivasi dengan blanko terhadap minyak. Berdasarkan gambar 38 dapat
dilihat bahwa untuk penyerapan minyak jerami dengan perlakuan aktivasi tetap

78

memiliki daya serap yang lebih besar bila dbandingkan dengan blanko.
Penyerapan maksimum yang terjadi untuk jerami teraktivasi terjadi pada menit ke75 dengan kapasitas absorbsi sebesar 5,5426 gram, sedangkan untuk blanko
penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi
sebesar 2,6409 gram.

Grafik Absorbsi Air Tawar

4
Kapasitas Absorpsi (gram)

3
21

Jagung(teraktivasi

Jagung (blanko)

0.7292

00.61
15

0.4365 0.4307 0.3398


0.0296
1.28
0.93
0.64
0.25
30
45
60
75
Waktu (menit)

79

Gambar 39. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari
adsorben tongkol jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran
minyak dan air tawar.
Gambar 39 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara adsorben
tongkol jagung teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar.
Berdasarkan gambar 39 diketahui bahwa penyerapan minyak dari adsorben
tongkol jagung teraktivasi

tetap lebih besar dari blanko, dimana penyerapan

minyak maksimum oleh adsorben tongkol jagung teraktivasi terjadi pada menit
ke-60 sebesar 4,4376 gram sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi
pada menit ke-30 sebesar 1,9629 gram. Pada campuran minyak dan air tawar
selain terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi penyerapan air, untuk
adsorben tongkol jagung teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,7292 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-75
yaitu sebesar 1,2847 gram.
Grafik Absorbsi Minyak
6

4 3.7144
Jagung(blanko)
3.5556
4
3
2.9205
2.8401
2.64
2.53
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
2 1.96
2
1.41
1 1.31
2.0183
Jagung(aktivasi)

1
0
15

30

45

60

75

Waktu (menit)

80

Grafik Absorbsi Air laut


6

Jagung(blanko)

Kapasitas Absorpsi (gram)

3
2.8249
21.29

Jagung(aktivasi)

2
1.8800
0.41

0
15

30

0.1
0.02
0.01
0.8318 0.6127
0.4896
45

60

75

Waktu (menit)

81

Gambar 40. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari adsorben
tongkol jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air laut.
Gambar 40 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi antara
adsorben tongkol jagung teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air
laut. Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa adsorben tongkol jagung
teraktivasi memiliki daya absorbsi minyak yang lebih besar dari blanko. Hal
tersebut di tunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi adsorben tongkol jagung
teraktivasi terhadap minyak secara maksimum berada pada menit ke-75 yaitu
sebesar 3,7144 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-60 yaitu
sebesar 2,6436 gram, sedangkan pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk
adsorben tongkol jagung teraktivasi memiliki kapasitas absrobsi yang lebih besar
dari blanko dengan kapasitas adsorben maksimum sebesar 2,8249 yang terjadi
pada menit ke-15 sedangakn untuk blanko terjadi penyerapan maksimum pada
menit ke -15 dengan kapsitas absorpsi sebesar 1,2915 gram.

BAB IV

82

SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan
Dari data yang telah diperoleh dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan hasil penyerapan minyak yang maksimum, maka pada
setiap adsorben yang digunakan perlu dilakukan aktivasi terlebih dahulu,
dimana pada penelitian kali ini digunakan larutan HNO3 1 M.
2. Dari delapan adsorben yang digunakan yaitu Coco peat250 m, Coco
peat355 m, Coco peat 500 m, serbuk kayu 250 m, serbuk kayu 355
m, serbuk kayu 500 m m, jerami dan tongkol jagung diperoleh hasil
bahwa penyerapan minyak yang maksimum diperoleh dengan
menggunakan Coco peat355 msebagai adsorben dengan kapasitas
absorpsi sebesar 8,3872 gram..
3. Coco peat 500 m tanpa aktivasi merupakan adsorben yang paling baik
dalam menyerap air laut dengan kapasitas absorpsi sebesar 7,9855 gram.
4. Penyerapan air tawar secara maksimal dapat diperoleh dengan
menggunakan serbuk tongkol jagung sebgai adsorben dengan kapasitas
absorpsi sebesar 10,6132 gram.
4.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metodelogi
penelitian yang lebih baik serta adanya variasi ukuran dari setiap adsorben yang
digunakan terutama untuk adsorben jerami dan tongkol jagung.

DAFTAR PUSTAKA
Afif, 2010, Resume dan Analisa Terjadinya Oil Spill.<http:// gatotkacablog.com>,
15 September 2013.
83

Dewi IR, 2005, Modifikasi Asam Kulit Singkong sebagai Bioremoval Pb dan
Cd [skripsi], Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Djatmiko B, Ketaren S, Setyahartini S, 1985, Pengolahan Arang dan
Kegunaannya, Bogor: Agro Industri Pr.
Fahrizal, 2008, Pemanfaatan Tongkol Jagung Sebagai Biosorben Zat Warna
Biru Metilena [skripsi], Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Galuh, 2011, Pencemaran Air Laut Karena Limbah Minyak
<http://galuhadhitiaputra.blogspot.com/2011/10/pencemaran-air-lautkarena-limbah.html>, 15 September 2013.
Hasibuan, Ismail Fahmi, dkk, 2012, Pemanfaatan Limbah Lateks Karet Alam
dengan Pengisi Bubuk Pelepah Pisang sebagai Adsorben
Minyak,Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 1, No. 2, Sumatra Utara.
Rahmayani, Fatimah, dkk, 2103, Pemanfaatan Limbah Batang Jagung sebagai
Adsorben Alternatif pada Pengurangan Kadar Klorin dalam Air
Olahan (Treated Water), Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 2,
Sumatra Utara.
Rasjiddin I, 2006, Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Biji Jambu Mede
(Anacardium Cocidentale) Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak
Goreng Bekas [skripsi], Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Salamah, Siti, 2008, Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Buah Mahoni
dengan Perlakuan Perendaman dalam Larutan KOH, Prosiding
Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Kimia dan Tekstil,
Yogyakarta.

Sulistyawati, Sari, 2008, Modifikasi Tongkol Jagung Sebagai Adsorben


Logam Berat Pb(II), Jurnal Kimia IPB, Bogor.
Wijayanti, Hesti, dkk, 2012, Pemanfaatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji
Kayu Ulin untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas, Konversi,
Vol. 1, No. 1, Banjarmasin.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN PERCOBAAN

84

KADAR AIR
JENIS ADSORBEN
Coco peat 250
Coco peat 500
Coco peat 355
serbuk kayu 355
serbuk kayu 500
serbuk kayu 250
Jagung
Jerami

KADAR AIR (%)


18.71
17.84
18.50
9.71
10.29
8.89
12.00
10.99

KAPASITAS ADSORBEN BLANKO MINYAK

Waktu

Coco
Peat
250

Coco
Peat
500

Coco
Peat
355

Serbuk Serbuk Serbuk


Kayu
Kayu
Kayu
500
355
250

Jerami

Jagung

15

3.300
4

1.5339

4.7161

2.5344

4.5387

2.0684

2.583

1.7806

30

3.412
4

4.3126

3.8588

1.0689

1.6353

2.1308

2.5813

1.6403

45

3.022
1

4.6102

4.5651

1.2604

2.1209

2.1274

1.7863

2.1255

60

3.522
7

3.4667

3.7772

4.9451

6.5012

2.8619

4.0881

2.6409

75

3.336
3

6.074

4.1216

1.8572

2.9067

3.0486

3.9077

1.848

85

AIR TAWAR

Waktu

Coco
Peat
250

Coco
Peat
500

Coco
Peat
355

Serbu
k
Kayu
500

15

6.534
5

11.1774

9.686
6

4.7224 5.6203 3.8768

5.526
9

7.0822

3.71

6.2229

5.575
2

3.2858 6.5612 2.3232

3.281
3

2.1503

45

3.769
5

6.011

6.089
6

3.2827 1.7301 2.1248

3.319

2.3394

60

3.954
7

6.7488

5.949
7

3.299

3.861
9

2.7874

75

3.617
2

30

6.3708

5.630
8

2.2216

Serbu
k
Kayu
500

Serbu
k
Kayu
250

3.0955 2.5424

2.36

2.2765

Jerami Jagung

4.111

2.6851

AIR LAUT
15

30

45

60

75

Coco Peat
250

3.5014

4.4909

3.5543

5.2232

4.5532

Coco Peat
500

5.359

6.1038

6.0496

7.9855

6.6468

86

Coco Peat
355

5.5815

5.939

5.6628

5.6479

6.4718

Serbuk Kayu
500

3.4499

3.2655

2.9085

4.2436

3.5689

Serbuk Kayu
355

2.4315

3.006

3.3358

4.217

3.1634

Serbuk Kayu
250

1.8685

2.5889

2.5361

3.7243

3.4425

Jerami

3.642

4.0355

4.5436

4.9347

4.5632

Jagung

1.1429

2.2173

4.7949

3.2305

2.1581

MINYAK DAN AIR TAWAR


MINYAK
15

30

45

60

75

Coco Peat
250

1.4621

1.9594

1.4448

2.6179

1.8643

Coco Peat
500

1.347

1.9348

2.5572

2.6488

2.7113

Coco Peat
355

2.3333

1.4823

2.4581

2.7261

1.4397

Serbuk Kayu
500

2.288

1.7533

2.4002

1.6265

1.0526

Serbuk Kayu
355

1.6934

1.5335

1.0418

1.7413

1.6568

Serbuk Kayu
250

1.5203

1.7851

1.4255

1.7886

2.2192

Jerami

2.5182

1.6464

1.4938

1.6408

1.6452

Jagung

1.3463

1.9629

1.6659

1.3221

1.6254

87

AIR TAWAR
15

30

45

60

75

Coco Peat
250

0.7423

0.2654

1.4297

0.7447

1.6597

Coco Peat
500

0.8392

0.6341

1.111

0.8489

0.5096

Coco Peat
355

0.6854

1.1332

0.7485

0.8789

1.1142

Serbuk Kayu
500

0.7816

0.6152

1.116

0.7701

0.9596

Serbuk Kayu
355

0.4414

0.7487

0.8283

0.8581

1.1042

Serbuk Kayu
250

0.739

0.8502

0.6917

0.39

1.3242

Jerami

0.7903

0.6906

0.6001

0.3225

0.5588

Jagung

0.6104

0.9257

0.6446

0.2518

1.2847

MINYAK DAN AIR LAUT


AIR LAUT
15

30

45

60

75

Coco Peat
250

0.4748

0.5142

0.0229

0.0498

0.1213

Coco Peat
500

0.8783

0.4429

0.0129

0.0203

0.1739

Coco Peat
355

0.8036

0.3812

0.0512

0.0507

0.2021

Serbuk Kayu
500

0.6273

0.4834

0.0353

0.0326

0.1774

Serbuk Kayu

0.6123

0.3125

0.0367

0.0308

0.1368
88

355
Serbuk Kayu
250

0.5639

0.3899

1.0027

0.0209

0.1813

Jerami

0.6495

0.3322

0.0208

0.0318

0.1511

Jagung

1.2915

0.4079

0.0055

0.021

0.1024

MINYAK
15

30

45

60

75

Coco Peat
250

2.5784

0.7957

1.9468

2.2493

2.3264

Coco Peat
500

1.4971

1.0808

3.3701

3.3628

2.1073

Coco Peat
355

0.7868

1.3285

2.2037

4.4691

1.8569

Serbuk Kayu
500

1.024

2.4031

2.3336

2.5963

2.812

Serbuk Kayu
355

1.0231

2.0963

2.2981

2.6408

1.9914

Serbuk Kayu
250

1.3783

2.1587

1.528

1.7947

2.1032

Jerami

0.8669

2.3416

2.5193

3.6393

3.3102

Jagung

1.4132

1.313

1.9591

2.6436

2.5286

KAPASITAS ADSORBEN TERAKTIVASI HNO3 1M


A TERHADAP AIR
a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,0732
3,4036
3,9602
7,866

89

75
b

Coco peat 500


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,9032
5,2568
5,6858
7,1966
5,7868

Coco peat 355


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

4,1382

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
6,4652
8,3088
8,9842
10,105
9,8468

Serbuk kayu 355


WAKTU (MENIT)
15

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,6502

90

30
45
60
75
e

15
30
45
60
75

7,5166
6,5568

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,1274
6,052
6,1338
7,3806
7,2142

Serbuk kayu 250


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

6,535

Serbuk kayu 500


WAKTU (MENIT)

6,1506

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,7814
5,4132
6,3762
5,9796
3,7814

Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
7,62
7,6664
10,6132
9,2004
7,62
91

Jerami
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
8,3088
8,9842
10,105
9,8468
8,3088

B TERHADAP AIR LAUT


a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

2,3314
3,7362
4,0348
4,8800

Coco peat 500


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
1,6088

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,9990
4,5136
5,4376
5,7730
5,8310

Coco peat 355

92

WAKTU (MENIT)
15

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,9928
4,4414

30

4,9008

45

5,1006

60

5,1954

75
d

Serbuk Kayu 355


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

4,7502
5,1206

5,3240
5,8920

Serbuk Kayu 500


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,3672

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,5940
4,0760
5,4212
5,8168
7,2040

Serbuk Kayu 250


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,8110
4,3824
5,2094
5,6834

93

75
g

Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

6,0464

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,5446
6,4792
7,0834
7,1866
7,2934

Jerami
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,6244
5,1212
5,7244
5,8264
6,0640

C TERHADAP MINYAK
a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
b

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
0,1386
2,5572
4,2228
4,5168
5,1110

Coco peat 500


WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN(gram)

94

15
30
45
60
75
c

15
30
45
60
75

4,8216
4,9748
6,5932

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
5,0304
5,3084
6,9234
7,4704
8,3872

Serbuk Kayu 355


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75

4,1430

Coco peat 355


WAKTU (MENIT)

4,1420

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,7074
4,5846
4,7364
4,9418
5,5610

Serbuk Kayu 500


WAKTU (MENIT)
15
30
45
60

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,4794
3,6426
4,6564
5,7296

95

5,9704

75
f

Serbuk Kayu 250


WAKTU (MENIT)
15

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,9906
5,0674

30

5,2514

45

5,7444

60

6,3008

75
g

Jagung
WAKTU (MENIT)
15

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,7372
4,8010

30

5,2490

45

5,5234

60

5,5426

75
h

Jerami
WAKTU (MENIT)
15

KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,3762
3,5104

30

4,1442

45

4,2534

60

4,6324

75
D TERHADAP MINYAK DAN AIR TAWAR
a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN

KAPASITAS ADSORBEN

96

TERHADAP AIR(gram)
1,2250

TERHADAP
MINYAK(gram)
1,3801

0,8053

1,8491

0,5964

2,4526

0,3901

2,6222

0,3182

2,5958

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2540

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
3,1285

0,7402

3,6167

0,7088

4,0598

0,5276

4,8165

0,3779

4,2876

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,6522

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8151

0,9508

3,0523

0,5898

4,2738

0,5767

4,9230

0,5180

4,8948

15
30
45
60
75
b

Coco peat 500

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

Coco peat 355

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

97

Serbuk Kayu 355

WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,1846

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,6456

0,6587

3,2893

0,5690

3,3118

0,4393

3,6138

0,3395

3,5107

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2205

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8194

0,6249

3,0791

0,5445

3,5107

0,4393

4,6843

0,4081

3,8559

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
0,5440

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,7413

0,4539

3,0161

0,4031

3,0388

0,3128

3,5442

0,2436

3,1758

15
30
45
60
75
e

Serbuk Kayu 500

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75
f

Serbuk Kayu 250

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

98

Jagung

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75
h

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
0,7292

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8697

0,4365

3,0952

0,4307

3,3866

0,3398

4,4376

0,0296

4,1808

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2727

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0500

0,7873

2,7297

0,5905

3,2240

0,5840

3,4630

0,3917

3,3396

Jerami

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

E TERHADAP MINYAK DAN AIR LAUT


a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
0,9178

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0845

0,8119

2,5157

0,6968

2,9228

0,5403

3,0791

0,5138

3,3373

99

Coco peat 500

WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,6627

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,1862

1,2082

2,4367

0,5868

2,4439

0,5840

3,2271

0,3584

3,5647

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,5647

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,7568

1,3348

2,9336

0,7395

3,2008

0,6331

3,3421

0,4271

4,1548

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,4264

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,8575

0,7876

2,0798

0,5909

2,3728

0,5515

2,6253

0,4105

2,8802

15
30
45
60
75
c

Coco peat 355

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75
d

Serbuk Kayu 355

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

100

Serbuk Kayu 500

WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,4378

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0897

0,4932

2,2087

0,4921

2,2114

0,4737

2,3982

0,3922

2,7153

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,7162

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
0,2945

0,9635

2,0905

0,5870

2,3476

0,5757

2,9268

0,3710

3,1348

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
2,8249

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0183

1,8800

2,8401

0,8318

2,9205

0,6127

3,5556

0,4896

3,7144

15
30
45
60
75
f

Serbuk Kayu 250

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

Jagung

WAKTU (MENIT)

15
30
45
60
75

101

Jerami

WAKTU (MENIT)

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)

15
30
45
60
75

4,1768

KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,8361

2,0806

2,3644

1,0408

2,3825

0,4265

2,5329

0,2673

2,7947

LAMPIRAN 2 GAMBAR KEGIATAN PKL


Preparasi Sampel
1

Proses pengayakan Adsorben

102

Proses Penimbangan Adsorben

Adsorben sebelum Aktivasi

103

Penentuan Kadar Air


1

Proses Pengeringan Adsoben

Proses Penyerapan Air dalam Desikator

Penimbangan

104

Adsorben Teraktivasi HNO3

Penentuan Kapasitas Adsorben (Blanko)


1

Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap air Tawar

105

Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap air Laut

Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap Minyak

106

Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap campuran minyak dan air


tawar

Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap campuran minyak dan air


laut

Penentuan Kapasitas Adsorben teraktivasi


Penentuan Kapasitas Adsorben terhadap air Tawar dan air laut

107

108

Anda mungkin juga menyukai