PENDAHULUAN
1.1.
Tangerang, merupakan satu dari 18 unit pelaksana Teknis yang dimiliki oleh
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dibawah pembinaan Deputi
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam (TPSA).
1.3.
Manajemen Balai Teknologi Lingkungan
Adapun struktur organisasi Balai Teknologi Lingkungan, yaitu:
Kepala BTL
Dr.Ir. Arie Herlambang,M.Si
.
Sub Bagian Tata Usaha
Drs. Djoko Prasetyo
Keuangan/PPK
Ir. Tunggul Patrianto
URDAL
Achmad Sofian
SDM
Netty Rauf, SE
Bend. Pengeluaran
Nurlela, SE
P3SPM
Pongky S, SE
SABMN
Madrawai
Bend. Penerimaan
Isnaeni K, SE
1.4.
Tujuan PKL
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Balai Teknologi
1.5.
Metode PKL
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini adalah sebagai
berikut.
1.5.1. Metode observasi
Metode observasi ini kami lakukan dengan cara langsung melakukan
pengamatan dan analisa adsorben dengan AAS dan ELISA yang juga
didampingi
para
teknisi
dan
pembimbing
lapangan
dengan
dengan menggunakan
metode
gravimetri menggunakan
rotarimetri pada pembimbing lapangan dan juga staf atau teknisi di Balai
Teknologi Lingkungan.
1.5.3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur
jurnal-jurnal dan artikel ilmiah mengenai analisa
(textbook)ataupun
kapasitas adsorben
berbahan dasar tongkol jagung, jerami, serbuk gergaji kayu dan serbuk
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak di laut merupakan salah satu bentuk
pencemaran yang terjadi di lingkungan ekosistem laut. Tumpahan minyak
di lautan itu sendiri bisa terjadi karena beberapa sebab yaitu karena
kecerobohan dan menyebabkan tanker bocor menuju lautan. Ada beberapa
cara kebocoran minyak bisa terjadi. Peralatan yang mogok atau rusak
dapat menyebabkan kebocoran minyak. Jika peralatan mogok, tanker dapat
macet di tanah yang dangkat. Ketika tanker dinyalakan lagi, dapat
menyebabkan lubang yang menyebabkan kebocoran minyak. Penggunaan
adsorben dalam penyerapan tumpahan minyak di laut merupakan salah
satu cara yang cukup efektif dilakukan dalam penanggulangan tumpahan
minyak tersebut.
2.2
Adsorpsi
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair
mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain
yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat
cair mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben sedangkan pada
adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya.
Proses adsorpsi terdiri atas dua tipe, yaitu adsorpsi kimia dan
fisika. Adsorpsi kimia adalah tipe adsorpsi dengan cara suatu molekul
menempel ke permukaan melalui pembentukan suatu ikatan kimia. Ciriciri adsorpsi kimia adalah terjadi pada suhu yang tinggi, jenis interaksinya
2.3
Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen
tertentu dari suatu fase fluida (Saragih, 2008). Kebanyakan adsorben
adalah bahan- bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding pori- pori atau pada letak-letak tertentu di dalam
partikel itu. Oleh karena pori-pori biasanya sangat kecil maka luas
permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada
permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g. Pemisahan terjadi karena
perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang
menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan tersebut lebih
erat daripada molekul lainnya. Adsorben dapat dibedakan menjadi :
1. Berdasarkan Sifatnya Terhadap Air.
Adsorben merupakan bahan yang digunakan untuk menyerap
komponen dari
suatu campuran yang ingin dipisahkan. Secara umum, hal yang
mempengaruhi
sieve adsorben tersebut. Zeolit dalam jumlah yang banyak telah ditemukan
baik dalam bentuk sintetis ataupun alami.
2. Berdasarkan Bahannya. Klasifikasi adsorben berdasarkan bahannya
dibagi
menjadi dua,yaitu :
Adsorben Organik
Adsorben organik adalah adsorben yang berasal dari bahan-bahan
yang mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun
1979 untuk mengeringkan berbagai macam senyawa. Beberapa tumbuhan
yang biasa digunakan untuk adsorben diantaranya adalah ganyong,
singkong, jagung, dan gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat
bergantung pada kualitas tumbuhan yang akan dijadikan adsorben.
Adsorben Anorganik
Adsorben ini mulai dipakai pada awal abad ke-20. Dalam
perkembangannya,
Serbuk Gergaji
Serbuk
kayu merupakan
limbah
industri
Jerami Padi
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum banyak
memiliki nilai ekonomis. Sekitar 4 ton jerami kering dapat dihasilkan dari
baik
untuk
keperluan
industri/pertanian,
namun
10
Kadar (%)
20,39
Bahan organik
96,43
Abu
3,57
Total : 100,00
Bahan organik:
2.4
Nitrogen
0,39
Kalium
0,33
Lignin
43,65
Pentosan
13,10
11
Aktivasi Fisika
Untuk aktifasi fisika, biasanya arang dipanaskan didalam furnace
Teknik Karbonasi
Teknik karbonasi (steam activation) umumnya digunakan untuk
yang
berlangsung
adalah
reaksi
endotermik
akan
12
Karbon aktif yang dihasilkan dengan teknik ini memiliki pori pori
yang cukup baik dan ideal digunakan untuk mengadsorbsi komponen5
BAB III
METODE DAN BAHAN
13
14
Keterangan:
A: bobot sample dan cawan petri sebelum dikeringkan (g)
B: bobot sample dan cawan petri sesudah dikeringkan (g)
15
menit. Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya
adsorpsi pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
qm = Daya adsorpsi (g minyak/ g adsorben)
Wo = Berat adsorben mula mula (g)
W = Berat adsorben akhir (g)
3.3.5 Penentuan Kapasitas Adsorbsi pada Air Tawar
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1
gram, kemudian masing-masing adsorben dibungkus dengan tissu dan kasa dan
dimasukkan ke dalam botol kaca berisi 100 ml air tawar. Dilakukan pengadukan
dengan alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30,45, 60 dan 75 menit.
Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya adsorpsi
pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
qa
Wo
dengan alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30,45, 60 dan 75 menit.
Adsorben ditimbang dan dicatat berat akhirnya, kemudian dicari daya adsorpsi
pada tiap variasi waktu.
Perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing absorben dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
ql
Wo
3.3.7 Penentuan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak mentah dalam Air Tawar
oleh Adsorben
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1 g
selanjutnya masing-masing absorben yang telah ditimbang dibungkus dengan tissu
dan kassa. Absorben yang telah terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam botol
kaca yang telah berisi campuran minyak dan air tawar dengan perbandingan 20
mL minyak mentah dan 180 mL air tawar. Dilakukan agitasi dengan menggunakan
alat rotari agitator pada variasi waktu 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Adsorben
ditimbang dan dicatat berat absorben setelah dilakukan agitasi. Dilakukan
perhitungan kapasitas absorbsi masing-masing adsorben terhadap minyak mentah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
qm
Wo
17
Keterangan :
qt
Wo
3.3.8 Penentuan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak mentah dalam Air Asin
oleh Adsorben
Ditimbang masing-masing absorben yang telah diaktivasi sebanyak 1 g
selanjutnya masing-masing absorben yang telah ditimbang dibungkus dengan tissu
dan kassa. Absorben yang telah terbungkus kemudian dimasukkan ke dalam botol
kaca yang telah berisi campuran minyak dan air laut dengan perbandingan 20 mL
minyak mentah dan 180 mL air laut. Dilakukan agitasi dengan menggunakan alat
rotari agitator pada variasi waktu 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Adsorben ditimbang
dan dicatat berat absorben setelah dilakukan agitasi. Dilakukan perhitungan
kapasitas absorbsi masing-masing adsorben terhadap minyak mentah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
18
qm
Wo
pada campuran minyak dan air laut dilakukan dengan pemanasan dengan
menggunakan oven terhadap masing-masing absorben yang telah dilakukan
penimbangan sebelumnya pada suhu 1050 C selama kurang lebih 30 menit.
Selanjutnya dilakukan penimbangan kembali masing-masing absorben setelah
pemanasan dan dicatat berat akhirnya. Dilakukan penghitungan besar kapasitas
absorbsi masing-masing absorben terhadap air tawar dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
ql
Wo
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak
kandungan air yang terkandung dalam adsorben tersebut. Besarnya kadar air suatu
absorben sangat berpengaruh terhadap daya serap absorben tersebut, dimana
semakin besar kadar air suatu absorben maka daya absorbsi absorben tersebut
akan semakin kecil. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan mengukur berat
konstan dari absorben dengan cara ditimbang berat awal dari absorben setelah itu
dilakukan pengeringan dengan oven terhadap absorben kemudian dilakukan
penimbangan untuk mengetahui berat akhir absorben setelah dikeringkan,
perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan hingga didapatkan berat
konstan dari absorben.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada adsorben coco peat250 m,
Coco peat355 m, Coco peat 500 m, serbuk kayu 250 m, serbuk kayu 355 m,
serbuk kayu 500 m m, jerami dan tongkol jagung berturut-turut adalah18.71%,
18.49%, 17,84%, 8,89%, 9,71%, 10.29%, 10,99% dan 12.0033%. Dari hasil yang
didapatkan dapat dilihat bahwa coco peat250 m memiliki kandungan air yang
lebih besar daripada absorben lainnya. Hal ini tentunya perlu dilakukan
pengeringan yang lebih lama terhadap absorben coco peat250 m sebelum
digunakan agar penyerapan oleh cocopeat 500 dapat dilakukan secara maksimal.
4.2 Penentuan Kapasitas Adsorben
Kapasitas absorbsi adsorben merupakan kemampuan dari suatu absorben
dalam melakukan proses absorbsi. Dimana setiap adsorben memiliki kapasitas
absorbsi yang berbeda-beda. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
besarnya kapasitas absorbsi dari suatu adsorben seperti besarnya kadar air
absorben, ukuran partikel absorben, temperatur pada saat absorbsi, dan pH.
Percobaan untuk mengetahui besarnya kapasitas absorbsi dari sampel adsorben
20
7.8
6.53
6
5
3.71
3.9
3.96
3.07
3.77
2
1
0
15
30
45
Waktu (menit)
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan terhadap 5 jenis larutan yang berbeda
dengan variasi waktu yang berbeda-beda pula dari menit ke-15 hingga menit ke75.Tujuannya agar didapatkan penyerapan maksimum dari adsorben coco peat250
m tersebut. Hasil percobaan ini dapat dilihat pada grafik gambar 1-5.
21
60
22
12
10
8
Coco Peat 25
5.2
4.49
3.55
3.5
21
3.7362 4.03
2.3314
1.6088
0
15
30
45
Waktu (menit
23
6
4.2228
2.5572
3.41
3.3
3.02
2
Coco Peat 250 (aktivasi)
0.1386
4.5168
5.1110
3.52
3.34
60
75
0
15
30
45
Waktu (menit)
24
25
2.4526
1.8491
1.3801
2
11.46
1.96
15
30
2.6222
2.62
1.44
45
60
Waktu (menit)
2
0.8053
0.27
30
5
4
Coco Peat 250 (Blanko)
3
0.5964
1.43
0.3901
45
60
0.74
Waktu (menit)
26
0.3182
1.66
75
Gambar 4. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh coco
peat250 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air tawar.
Gambar 4 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi coco peat250 m
teraktivasi dengan blanko, dimana dapat dilihat terdapat 2 penyerapan yang terjadi
yaitu penyerapan minyak dan air tawar secara bersamaan. Berdasarkan gambar
tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi coco peat250 m yang
diaktivasi
lebih
besar
dari
yang
tidak
diaktivasi
dalam
menyerap
27
5
6
4
5
3 3.0791
4
2.58
2.5157
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.337
1
2.9228
2.08452
2.33
2.25
1
1.95
Coco Peat 250 (Blanko) 0 Coco Peat
0.8 250 (Aktivasi)
15
30
45
60
Waktu (menit)
28
75
Coco Peat
1
0.9178
0.81190.69680.54
1
0.02 0.0
00.47
0.51
15
30
45
Waktu (menit)
Gambar 5. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari coco
peat250 m dengan blanko pada campuran minyak-air laut.
Gambar 5 menunjukkan perbadingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak dan air laut oleh coco peat250 m dengan blanko, dari gambar tersebut
dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi coco peat250 m
yang
diaktivasi lebih besar dari adsorben tidak diaktivasi. Hal tersebut di tunjukkan
dengan besarnya kapasitas absorbsi coco peat250 m teraktivasi terhadap minyak
secara maksimum berada pada menit ke-75 yaitu sebesar 3,3373 gram sedangkan
untuk blanko terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 2,5784 gram. Keadaan
29
sebaliknya terjadi pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk coco peat250 m
tanpa aktivasi memiliki kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.Dimana
penyerapan maksimum untuk coco peat250 m tanpa aktivasi terjadi pada menit
ke- 15 sebesar 0,9178 gram sedangkan penyerapan maksimum coco peat250 m
teraktivasi terjadi pada menit ke- 30 sebesar 0,5142.
4.2.2 Kapasitas Absorbsi Cocopeat 355 m
12
10
10.11
9.85
9.69
8.98
6.47
6
4
6.09
5.58
5.95
2
0
15
30
45
60
Waktu (menit)
30
75
Gambar 6. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi air tawar oleh coco peat355
m teraktivasi HNO3 dengan blanko
Gambar 6 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi antara Cocopeat
355 m teraktivasi dengan blanko terhadap air tawar. Berdasarkan gambar dapat
diketahui bahwa Cocopeat 355 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi lebih
kecil dibandingkan dengan blanko pada menit ke-15, namun pada menit
berikutnya terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m
teraktivasi hingga didapatkan penyerapan maksimum air tawar untuk Cocopeat
355 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 10,1050 gram.
Sedangkan untuk blanko pada menit ke-15 terjadi penyerapan terhadap air tawar
yang tinggi yaitu sebesar 9,6866 gram dan ini merupakan daya absorbsi
maksimum air tawar oleh blanko.
12
10
8
5.58
5.66
5.2
3
4.9
6
4
4.44
5.94
21
5.65
6.47
5
5.1
3.99
30
45
60
75
Waktu (menit)
31
32
12
10
8.39
7.47
8 6.92
5.31
5.03
3
4.57
4.12
2
3.863.78
1
2
44.72
0
1530456075
Waktu (menit)
4.27
Coco Peat 355 (Blanko)
2.82
22.33
2.46
4.92
4.89
3.05
2.73
1.48
1.44
0
15
30
45
60
Waktu (menit)
34
75
1.65
1.5
kapasitas adsorpsi (gram)
1
0.95
1
0.69
1.11
0.75
Coco1.13
Peat 355 (Blanko)
0.52
0.58
30
45
0.88
0.59
0.5
0
15
60
75
waktu (menit)
Gambar 9. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
Cocopeat 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.
Gambar 9 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi Cocopeat 355
m teraktivasi dengan blanko, dimana dapat dilihat terdapat 2 penyerapan yang
terjadi yaitu penyerapan minyak dan air tawar secara bersamaan. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi Cocopeat 355 m yang
diaktivasi lebih besar dari blanko baik dalam penyerapan minyak maupun
35
penyerapan air tawar. Penyerapan minyak secara maksimum untuk Cocopeat 355
m teraktivasi terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 4,9230 gram, untuk blanko
penyerapan minyak secara maksimum terjadi pada menit ke-75 juga yaitu sebesar
2,7261 gram. Sedangkan pada penyerapan air tawar untuk Cocopeat 355 m
teraktivasi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,6522 gram dan untuk blanko terjadi
pada menit ke-30 yaitu sebesar 1,1332 gram. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari Cocopeat 355 m
akibat dari proses aktivasi yang dilakukan.
Grafik Absorbsi Minyak
6
4.15
4
5
3
4
4.47
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.34
3.2
1
22.76
2.2
1
1.33
Coco Peat 355 (Blanko) 00.79
Coco Peat 355 (Aktivasi)
15
30
45
5
2.93
1.86
60
75
Waktu (menit)
36
1.33
1.56
0.05
0.2
60
75
waktu (menit)
Gambar 10. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari
Cocopeat 355 m dengan blanko pada campuran minyak-laut.
Gambar 10 menunjukkan perbandingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak dan air laut oleh Cocopeat 355 m dengan aktivasi dan blanko, dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi Cocopeat 355
m yang diaktivasi hampir sama dengan yang tidak diaktivasi. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya kapasitas absorbsi maksimum blanko yang hampir mendekati
kapasitas absorbsi maksimum Cocopeat 355 m yang diaktivasi yaitu sebesar
4,1548 gram sedangkan untuk Cocopeat 355 m blanko sebesar 4,4691 gram yang
sama-sama pada menit ke-60. Pada penyerapan air laut dimana kapasitas absorbsi
Cocopeat 355 m teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan blanko.
Penyerapan air laut secara maksimum untuk Cocopeat 355 m teraktivasi terjadi
37
pada menit ke-75 yaitu sebesar 1,5647 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada
menit ke-15 yaitu sebesar 0,8036 gram.
4.2.3 Kapasitas Absorbsi Coco peat 500 m
12
11.18
10
8
7.2 6.75
6.22
6.01 6.37
5.79
5.69
5.26
4.9
30
45
60
75
Waktu (menit)
P
enentuan kapasitas absorbsi coco peat 500 m dilakukan terhadap 5 jenis larutan
dengan waktu kontak antara 15-75 menit yang dibandingkan dengan blanko, hasil
percobaan tentang kapasitas absorbsi coco peat 500 m ditunjukkan pada gambar
11 gambar 15
Gambar 11. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi air tawar oleh coco peat 500
m teraktivasi HNO3 dengan blanko
38
12
10
7.9855
6.6468
6.1038
8
6.0496
5.3590
5
Coco Peat 500
(Blanko)
4
6
3
2 5.8310
4
5.4376 5.7730
1
4.5136
2
2.9990
0
15
30
45
60
Waktu (menit)
Gambar 11 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi antara coco
peat 500 m teraktivasi dengan blanko terhadap air tawar. Berdasarkan gambar
dapat diketahui bahwa coco peat 500 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi
yang lebih kecil dibandingkan dengan blanko pada menit ke-15, namun pada
menit berikutnya terjadi peningkatan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m
teraktivasi hingga didapatkan penyerapan maksimum air tawar untuk coco peat
500 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 7,1966 gram. Sedangkan
untuk blanko pada menit ke-15 terjadi penyerapan terhadap air tawar yang tinggi
yaitu sebesar 11,1774 gram dan ini merupakan daya absorbsi maksimum air tawar
oleh blanko.
Gambar 12. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap air laut.
Gambar 12 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat
500 m teraktivasi denga blanko terhadap air laut, dimana dapat diketahui bahwa
39
75
pada penyerapan air laut coco peat 500 m teraktivasi memiliki daya serap yang
lebih kecil dari blanko, hal ini ditunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi
maksimum dari coco peat 500 m teraktivasi lebih kecil dari kapasitas absorbsi
blanko yaitu sebesar 5,8310 gram sedangkan untuk blanko sebesar 7,9855 gram.
Jadi dapat dikatakan bahwa perlakuan aktivasi terhadap coco peat 500 m belum
mampu memberikan peningkatan daya absorbsi dari coco peat 500 m itu sendiri.
12
10
8
4.1420
6
41
2
0
1.5339
15
4.1430
6.5932
4.9748
4.8216
Coco Peat 500 (Blanko)
4.3126
4.6102
30
45
6.0740
3.4667
60
Waktu (menit)
Gambar 13. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat 500 m dengan
blanko terhadap minyak.
Gambar 13 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi dari coco peat
500 m dengan blanko terhadap minyak. Dapat dilihat bahwa untuk penyerapan
minyak coco peat 500 m teraktivasi memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan blanko ditunjukkan dengan rata-rata penyerapan coco peat 500 m
teraktivasi lebih besar dari blanko. Kapasitas absorbsi maksimum dari coco peat
40
75
500 m terhadap minyak terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 6,5932 gram
sedangkan untuk blanko juga terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 6,0740.
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan daya serap
oleh coco peat 500 m akibat dari proses aktivasi yang dilakukan
Grafik Absorbsi Minyak
6
5
4.29
3.62
3
21
4.06
2.5572
1.9348
1
1.3470
Coco
Peat 500 (Aktivasi)
4.82
3.13
2.6488
2.7113
60
75
15
30
45
Waktu (menit)
41
0.5276
0.51
5
30
1.2540
0.85
4
2
2
2
2
2
2
0.7402
1.11
3
3
3
3
3
3
30
45
60
75
25
20
kapasitas
(gram) 15
Coco Peatadsorpsi
500 (Aktivasi)
Coco Peat 500 (Blanko)
0.3779
0.63
10
0.7088
0.84
11
5 111
1
0
15
waktu (menit)
Gambar 14. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
coco peat 500 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.
42
5
6
4
5
3 3.56
4
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
3.3701 3.3628
3.23
21
2.44
2.44
2.1073
1
1.4971
1.19
1.0808
Coco Peat 500 (Blanko) 0 Coco Peat 500 (Aktivasi)
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
43
1.6627
1.2082
Coco Peat 500 (Aktivasi)
0.02
0.17
60
75
waktu (menit)
Gambar 15. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut dari coco
peat 500 m dengan blanko pada campuran minyak-laut.
Gambar 15 menunjukkan perbadingan besarnya kapasita absorbsi minyak
dan air laut oleh coco peat 500 m dengan blanko, dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa besarnya kapasitas absorbsi coco peat 500 m yang diaktivasi
hampir sama dengan yang tidak diaktivasi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
kapasitas absorbsi maksimum blanko yang hampir mendekati kapasitas absorbsi
maksimum coco peat 500 m yg diaktivasi yaitu sebesar 3,3701 gram pada menit
ke-45 sedangkan untuk coco peat 500 m yg diaktivasi sebesar 3,5647 gram pada
menit ke-60, namun hal sebaliknya terjadi pada penyerapan air laut dimana
kapasitas absorbsi coco peat 500 m teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan
blanko. Penyerapan air laut secara maksimum untuk coco peat 500 m teraktivasi
terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 1,6627 gram sedangkan untuk blanko
terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 0,8783 gram.
44
6.3762
5.9796
5.4132
3.7814
4
3.88
Kapasitas Absorpsi (gram)
2.54
Serbuk
250 (Aktivasi)
2.32Kayu
2.12
1.6228
2.28
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 16. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Gambar 16 menunjukkan bahwa penyerapan air tawar tertinggi untuk
serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 6,3762
gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke- 15 yaitu sebesar 3,8768
gram. Untuk penyerapan terendah oleh serbuk kayu 250 m terjadi pada menit ke60 yaitu sebesar 1,6228 gram, sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-45
45
yaitu sebesar 2,1248 gram, walaupun demikian bila dilihat secara keseluruhan
serbuk kayu 250 m teraktivasi tetap memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan dengan blanko untuk penyerapan air tawar
8
7
6.0464
5.2094
5
4.3824
3
2
2
1
2.5889
3.8110
5.6834
3.7243
3.4425
2.5361
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 17. Kurva perbandingan daya absorbsi air laut dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko
46
4
21
6.3008
5.0674
5.2514
3.9906
2.8619
2.0684 2.1308 2.1274
Serbuk Kayu 250 (Blanko) 0
Serbuk Kayu 250 (Aktivasi)
15
30
45
60
3.0486
75
Waktu (menit)
Gambar 18. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari serbuk kayu 250 m
teraktivasi dengan blanko
Gambar 18 menunjukkan perbandingan daya absorbsi dari serbuk kayu
250 m teraktivasi dengan blanko dimana serbuk kayu 250 m teraktivasi
memiliki daya absorbsi yang lebih besar daripada blanko. Penyerapan maksimum
dari serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 6,3008
gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 3,0486.
47
3.5442
4
3.1758
3.0388
3.0161
2.7413
3
2
2.2192
1.7851
1.7886
1
1.5203
1.4255
0
Serbuk Kayu 250 (Blanko)
15
30
60
75
Serbuk
Kayu 45
250 (Aktivasi)
Waktu (menit)
48
0.3128
0.39
5
30
2
2
2
2
2
0.5440
0.69
3
3
3
3
3
3
0.2436
1.32
4
4
4
4
4
4
30
45
60
75
25
20
kapasitas
adsorpsi
(gram) 15 Serbuk Kayu 250
Serbuk Kayu
250 (Aktivasi)
(Blanko)
0.4031
0.85
2
10
0.4539
0.74
11
5 111
1
0
15
waktu (menit)
Gambar 19. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air tawar.
Gambar 19 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada larutan campuran minyak dan air
tawar. Sama seperti sebelumnya, untuk absorbsi campuran minyak dan air tawar
ini juga terjadi 2 penyerapan secara bersamaan yaitu minyak dan air tawar. Pada
penyerapan minyak serbuk kayu 250 m teraktivasi masih memiliki daya serap
yang lebih besar dari blanko yang ditunjukkan dengan grafik serbuk kayu 250 m
49
5
5
5
5
teraktivasi berada di atas grafik blanko. Penyerapan maksimum yang terjadi untuk
serbuk kayu 250 m teraktivasi terjadi pada menit ke-15 yaitu sebesar 3,5442
gram sedangkan blanko terjadi pada menit ke-75 yaitu sebesar 2,2192 gram.
Grafik Absorbsi Minyak
6
5
4
1.3783
21
2.9268
3.1348
2.0905
2.1587
1.5280
Serbuk Kayu 250 (Aktivasi)
1.7947
2.3476
2.1032
15
0.2945
30
45
60
Waktu (menit)
50
75
1.7162
1.5
1
1
1
kapasitas adsorpsi (gram) 0.5757
0.5870
0.5
0.56
Serbuk Kayu 250 (Blanko)
250 (Aktivasi)
0.39
0.3710
0 Serbuk Kayu
15
30
45
0.9635
0.02
60
0.18
75
waktu (menit)
Gambar 20. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari serbuk
kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak-air laut
Gambar 20 menunjukkan perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air
laut dari absorben serbuk kayu 250 m teraktivasi dengan blanko pada campuran
minyak-air laut. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui terjadi penyerapan
minyak serta air laut secara bersamaan oleh absorben dimana untuk penyerapan
minyak oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi pada menit ke-15 terjadi penyerapan
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan blanko, namun pada menit selanjutnya
terjadi peningkatan aktivitas penyerapan oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi
hingga didapatkan penyerapan maksimum untuk serbuk kayu 250 m teraktivasi
51
terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 3,1348 gram dan menit selanjutnya kembali
mengalami penurunan penyerapan oleh serbuk kayu 250 m teraktivasi.
Sedangkan untuk blanko penyerapan minyak secara maksimum terjadi pada menit
ke-30 yaitu sebesar 2,1587 gram. Selain penyerapan minyak, terjadi pula proses
penyerapan air laut oleh absorben serbuk kayu 250 m teraktivasi dan blanko,
dimana penyerapan air laut secara maksimum untuk serbuk kayu 250 m
teraktivasi terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,7162 gram sedangkan untuk
blanko terjadi pada menit ke-45 yaitu sebesar 1,0027 gram.
4.2.5 Kapasitas Absorbsi Serbuk Kayu 355 m
8
7.5166
6.5568 6.1506
6.5350 6.56
5.62
7
6
5
4
3
3.1
1.73
2.6502
2.36
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
52
12
10
8
5.8920
5.1206
5.3240
5
4.2170
3.3358
3.0060
21
Serbuk Kayu 355 (Blanko) 2.4315
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)
3.1634
4.7502
2.3672
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
53
Gambar 22. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m
teraktivasi dengan blanko terhadap air laut.
Gambar 22 menunjukkan besarnya kapasitas absorbsi yang terjadi oleh
serbuk kayu 355 m yang diaktivasi dengan blanko. Berdasarkan gambar tersebut
dapat diketahui bahwa kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m teraktivasi
lebih besar bila dibandingkan dengan yang tanpa aktivasi, hal ini dapat dilihat dari
kapasitas absorbsi pada setiap menit dari serbuk kayu 355 m teraktivasi lebih
besar dari penyerapan maksimum oleh blanko dimana penyerapan maksimum
yang terjadi oleh blanko berada pada menit ke-60 yaitu sebesar 4,2170 gram
sedangkan untuk serbuk kayu 355 m teraktivasi penyerapan maksimum terjadi
pada menit ke-30 yaitu sebesar 5,8920 gram. Data tersebut menunjukkan bahwa
proses aktivasi yang dilakukan memeberikan pengaruh terhadap daya serap dari
absorben serbuk kayu 355 m menjadi lebih besar.
54
6.5012
7
6
6.4718
5.5815
5
5.9390
4.5387
5.6628
5.6479
3
2.9067
2.1209
Serbuk Kayu 355 (Blanko)1.6353
Serbuk
Kayu
355
(Aktivasi)
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 23. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap minyak.
Gambar 23 menunjukkan perbandingan besarnya kapasitas absorbsi
minyak oleh serbuk kayu 355 m yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi.
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kapasitas
absorbsi dari serbuk kayu 355 m lebih besar dibandingkan dengan blanko,
namun besarnya kapasitas absorbsi maksimum yang terjadi oleh serbuk kayu 355
m teraktivasi ternyata masih lebih kecil dari blanko yaitu hanya 6,4718 gram
pada menit ke-75 sedangkan blanko 6,5012 gram pada menit ke-60. Jadi dapat
dikatakan bahwa proses aktivasi yang dilakukan sudah cukup efektif untuk
55
meningkatkan daya serap dari absorben serbuk kayu 355 m namun penyerapan
maksimum yang dicapai masih lebih rendah dari blank
5
4
3.2893
3
2
3.6138
4
3
3.3118
3.5107
2.6456
1.7413 1.6568
1.6934
1
1.5335
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)
1.0418
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
56
35
30
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
25
0.34
0.83
3
20
3
0.57
0.75
2
3
15
2
3
2
100.66
0.44
2
3
111
2
3
2
5 111
0
15
30
45
1.18
0.86
4
4
4
4
4
4
0.44
1.1
5
5
5
5
5
5
60
75
waktu (menit)
Gambar 24. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air tawar oleh
serbuk kayu 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
tawar.
Gambar 24 menunjukkan besar kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355
m yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi pada campuran minyak-air tawar.
Pada gambar dapat diketahui bahwa penyerapan yang dilakukan oleh adsorben
tidak hanya terhadap minyak namun juga ada air tawar yang ikut terserap pada
saat proses absorbsi dilakukan, hal ini dikarenakan pada saat proses absorbsi ada
bagian dari absorben yang menyerap minyak dan ada pula yang menyerap air
tawar akibat dari pencampuran minyak dan air tawar tersebut. Berdasarkan
gambar tersebut dapat diketahui bahwa baik pada penyerapan minyak maupun
57
penyerapan air tawar absorben serbuk kayu 355 m yang diaktivasi memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang tidak
diaktivasi. Penyerapan minyak secara maksimum oleh serbuk kayu 355 m
teraktivasi terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar 3,6138 gram sedangkan untuk
blanko terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,7413 gram. Untuk penyerapan air
tawar penyerapan maksimum oleh serbuk kayu 355 m teraktivasi terjadi pada
menit ke-60 yaitu sebesar 1,1846 gram sedangkan blanko terjadi pada menit ke-75
yaitu sebesar 1,1042 gram.
2.63
3
1.86
2.64082.37
2.88
2.0963 2.2981
1.9914
1
Serbuk Kayu 355 (Blanko)
Serbuk Kayu 355 (Aktivasi)
1.0231
2.08
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
58
1.43
1
0.59
kapasitas adsorpsi (gram)
0.5
0.61
Serbuk Kayu 355 (Blanko) 0
0.41
0.79
0.55
0.04
0.03
45
60
0.31
Serbuk
Kayu 355 (Aktivasi)
15
30
0.14
75
waktu (menit)
Gambar 25. Kurva perbandingan kapasitas absorbsi minyak dan air laut oleh
serbuk kayu 355 m teraktivasi HNO3 dengan blanko pada campuran minyak-air
laut.
Gambar 25 menunjukkan besarnya kapasitas absorbsi serbuk kayu 355 m
yang diaktivasi dengan yang tidak diaktivasi pada campuran minyak-air laut.
Sama seperti minyak dan air tawar pada campuran minyak dan air laut juga terjadi
penyerapan minyak dan air laut secara bersamaan oleh absorben, hal ini
dikarenakan ada sebagian dari absorben yang menyerap air laut dan bagian
lainnya menyerap minyak pada saat dilakukan pencampuran minyak dengan air
laut. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa besarnya kapasitas
absorbsi serbuk kayu 355 m terakitvasi terhadap minyak tidak jauh berbeda
dengan blanko atau dapat dikatakan tidak ada peningkatan yang signifikan
59
terhadap daya serap dari serbuk kayu 355 m akibat dari proses aktivasi dalam
menyerap minyak pada campuran minyak-air laut.Besar kapasitas absorbsi
maksimum dari serbuk kayu 355 m teraktivasi terhadap minyak terjadi pada
menit ke-45 yaitu sebesar 2,8802 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit
ke-60 yaitu sebesar 2,6408 gram, namun dalam penyerapan air laut terjadi
peningkatan penyerapan yang terjadi dari absorben serbuk kayu 355 m
teraktivasi, dimana kapasitas absorbsi dari serbuk kayu 355 m teraktivasi jauh
lebih besar dari blanko. Penyerapan maksimum oleh serbuk kayu 355 m
teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 1,4624 gram
sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum oleh blanko terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,6123 gram. Kecilnya penyerapan minyak oleh serbuk kayu
355 m teraktivasi juga dikarenakan air laut lebih dominan diserap oleh absorben
dibandingkan dengan minyak.
4.2.6 Kapasitas Absorbsi Absorben Sebuk Kayu 500
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben serbuk kayu 500 m m terhadap 5
jenis larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang
kapasitas absorbsi serbuk kayu 500 m m ditunjukkan pada gambar 26 gambar
30
60
7.38
7.21
7
6
6.05
4.72
6.13
4.13
3.28
3.29
3.3
2.22
2
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 26. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari serbuk kayu 500 m
m terkativasi HNO3 dengan blanko
Gambar 26 menunjukkan bahwa serbuk kayu 500 m m yang telah
teraktivasi memiliki daya absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan
serbuk kayu 500 m m tanpa perlakuan (blanko) . Penyerapan maksimum untuk
serbuk kayu 500 m m teraktivasi terjadi pada menit ke-60 dengan besar
kapasitas absorbsinya 7,3806 gram. Sedangkan untuk blanko penyerapan
maksimum terjadi di menit ke 10 dengan besar kapasitas absorbsi 4,7224 gram.
61
Waktu (menit)
Gambar 27. Kurva perbandingan daya absorbsi dari serbuk kayu 500 m m air
laut teraktivasi HNO3 dengan blanko
Gambar 27 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara serbuk kayu
500 m m terkativasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva
tersebut dapat dilihat bahwa serbuk kayu 500 m m terkativasi juga memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi
air laut. Penyerapan maksimum serbuk kayu 500 m m teraktivasi terhadap air
laut terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar
7,2040 gram, sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada menit
ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar 4,2436 gram
62
8
7
5.97
6
4.66
43.64
3
3.48
5.73
4.95
22.53
1.07
1.86
15
1.26
30
45 500 60
75
Serbuk
Kayu
(Aktivasi)
Waktu (menit)
Gambar 28. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari serbuk kayu 500 m
m teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Gambar 28 menunjukkan besarnya daya absorbsi serbuk kayu 500 m m
yang terkativasi dengan blanko terhadap minyak. Berdasarkan gambar 28 dapat
dilihat bahwa untuk penyerapan minyak serbuk kayu 500 m m dengan
perlakuan aktivasi tetap memiliki daya serap yang lebih besar bila dbandingkan
dengan blanko. Penyerapan maksimum yang terjadi untuk serbuk kayu 500 m
m teraktivasi terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi sebesar 3,9074
gram, sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-60
dengan kapasitas absorbsi sebesar 4,9451 gram.
63
Serbuk Kayu
500(Akivasi)
Waktu (menit)
Serbuk Kayu
500(Akivasi)
Waktu (menit)
64
Gambar 29. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari serbuk
kayu 500 m m teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air tawar.
Gambar 29 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara serbuk kayu
500 m m teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar.
Berdasarkan gambar 29 diketahui bahwa penyerapan minyak dari serbuk kayu 500
m m teraktivasi tetap lebih besar dari blanko, dimana penyerapan minyak
maksimum oleh serbuk kayu 500 m m teraktivasi terjadi pada menit ke-15
sebesar 4,6843 gram sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi pada
menit ke-45 sebesar 2,4002 gram. Pada campuran minyak dan air tawar selain
terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi penyerapan air, untuk serbuk
kayu 500 m m teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada menit ke-60
yaitu sebesar 1,2205 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-45 yaitu
sebesar 0,4081 gram.
65
Waktu (menit)
66
1.44
30
0.04
0.03
45
60
75
waktu (menit)
Gambar 30. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari serbuk
kayu 500 m m teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air laut.
Gambar 30 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi antara
serbuk kayu 500 m m teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air
laut. Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa serbuk kayu 500 m
mteraktivasi memiliki daya absorbsi minyak yang lebih kecil dari blanko, ini
dikarenakan serbuk kayu 500 m m teraktivasi lebih banyak menyerap air laut
daripada minyak. Hal tersebut di tunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi
serbuk kayu 500 m m teraktivasi terhadap minyak secara maksimum berada
pada menit ke-60 yaitu sebesar 2,5693 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada
67
menit ke-75 yaitu sebesar 2,8120 gram. Keadaan sebaliknya terjadi pada grafik
penyerapan air laut, dimana untuk serbuk kayu 500 m m teraktivasi memiliki
kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.
Kapasitas Absorbsi Jerami
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben jerami terhadap 5 jenis larutan
dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang kapasitas
absorbsi jerami ditunjukkan pada gambar 31 gambar 35.
12
10.11
9.85
10
8
5.53
5.09
Jerami (A ktivasi)
3.32
3.28
8.98
8.31
3.86
4.11
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 31. Kurva perbandingan daya absorbsi air tawar dari jerami terkativasi
HNO3 dengan blanko
Gambar 31 menunjukkan bahwa jerami yang telah teraktivasi memiliki
daya absorbsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan jerami tanpa perlakuan
(blanko) . Penyerapan maksimum untuk jerami teraktivasi terjadi pada menit ke45 dengan besar kapasitas absorbsinya 10,105 gram. Sedangkan untuk blanko
68
12
10
8
5.1212
6
5.8264
4.6244
5.7244 6.0640
4.9347 4.5632
4.0355 4.5436
1
3.6420
2
Jerami (Blanko)
Jerami (Aktivasi)
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 32. Kurva perbandingan daya absorbsi dari jerami air laut teraktivasi
HNO3 dengan blanko
Gambar32 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara jerami
terkativasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva tersebut dapat
dilihat bahwa jerami terkativasi juga memiliki kapasitas absorbsi yang lebih besar
dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi air laut. Penyerapan maksimum
jerami teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-75 dengan kapasitas
absorbsi yang terjadi sebesar 6,0640 gram, sedangkan untuk blanko penyerapan
69
maksimum terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi yang terjadi
sebesar 4,9347 gram.
8
6
3.3762
21
2.5830
Jerami (Aktivasi)
4.1442
2
2.5813
0
15
30
4.2534
4.6324
4.0881
3.9077
60
75
3.5104
Jerami
(Blanko)
1.7863
45
Waktu (menit)
Gambar 33. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari jerami teraktivasi
HNO3 dengan blanko.
70
Jerami (Blanko)
3.4630
4
3.3396
3.2240
2.7297
2.0500
2
2.5182
Jerami (Akivasi)
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
71
0.5905
0.69
2
2
2
2
2
2
0.7873
0.6
3
3
3
3
3
3
1.2727
0.32
4
4
4
4
4
4
0.3917
0.56
5
5
5
5
5
5
30
45
60
75
waktu (menit)
Gambar 34. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari jerami
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan air tawar.
Gambar 34 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara jerami
teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar. Berdasarkan
gambar 34 diketahui bahwa penyerapan minyak dari jerami teraktivasi tetap lebih
besar dari blanko, dimana penyerapan minyak maksimum oleh jerami teraktivasi
terjadi pada menit ke-75 sebesar 3,3396 gram sedangkan untuk blanko penyerapan
maksimum terjadi pada menit ke-15 sebesar 2,5182 gram. Pada campuran minyak
dan air tawar selain terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi
penyerapan air, untuk jerami teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada
72
menit ke-60 yaitu sebesar 1,2727 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,7903 gram.
2.3416 2.5193
3
2.7947
Jerami (Aktivasi)
Jerami (Blanko)
3.6393
3.3102
2.3825
1
0.8669 1.8361
2.5329 2.3644
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
73
3
2.5
kapasitas adsorpsi (gram)
4.1768
Jerami (Blanko)
2.0806
Jerami (Aktivasi)
1.5 1
10.65
1.0408
0.50.2673
0.33
0.4265
0.02
0.03
0.15
30
45
60
75
15
waktu (menit)
Gambar 35. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari jerami
teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan air laut.
Gambar 35 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi
antara jerami teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air laut.
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa jerami teraktivasi memiliki daya
74
absorbsi minyak yang lebih kecil dari blanko, ini dikarenakan jerami teraktivasi
lebih banyak menyerap air laut daripada minyak. Hal tersebut di tunjukkan dengan
besarnya kapasitas absorbsi jerami teraktivasi terhadap minyak secara maksimum
berada pada menit ke-15 yaitu sebesar 2,7947 gram sedangkan untuk blanko
terjadi pada menit ke-60 yaitu sebesar 3,6393 gram. Keadaan sebaliknya terjadi
pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk jerami teraktivasi memiliki
kapasitas absrobsi yang lebih besar dari blanko.
Kapasitas Absorbsi Adsorben TongkolJagung
Penentuan kapasitas absorbsi ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya daya absorbsi absorben tongkol jagung terhadap 5 jenis
larutan dengan waktu kontak antara 15-75 menit, hasil percobaan tentang
kapasitas absorbsi jerami ditunjukkan pada gambar 36 gambar 40
12
10.61
10
9.2
7.67
7.62
7.08
6.44
jagung (aktivasi)
2.79
2.34
2.15
2.69
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
75
Gambar 36. Kurva perbandingan daya absorbsi dari tongkol jagung teraktivasi
HNO3 dengan blanko terhadap air tawar
Gambar 36 menunjukan adsorben dari tongkol jagung yang teraktivasi memiliki
kapasitas absorbsi yang lebih besar dibandingkan adsorben tongkol tanpa
perlakuan (blanko).Dari gambar dapat dilihat penyerapan air dari menit ke-15
hingga menit ke- 45 tidak mengalami kenaikan yang signifikan.Penyerapan
maksimum dari tongkol jagung baru terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas
absorpsi sebesar 10,6132 gram. Sedangkan pada tongkol jagung tanpa perlakuan
(blanko) telah terjadi penyerapan maksimum pada menitke-15 dengan kapasitas
absorpsi sebesar 7,0882 gram.
76
8
7
6.4792
6
5
4.79
3.5446
jagung (aktivasi)
3.23
2.22
2.16
1.14
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 37. Kurva perbandingan daya absorbsi dari tongkol jagung teraktivasi
HNO3 dengan blanko terhadap air laut
Gambar 37 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara tongkol jagung
teraktivasi dengan blanko terhadap air laut. Berdasarkan kurva tersebut dapat
dilihat bahwa adsorben tongkol terkativasi juga memiliki kapasitas absorbsi yang
lebih besar dibandingkan dengan blanko untuk absorbsi air laut. Penyerapan
maksimum jerami teraktivasi terhadap air laut terjadi pada menit ke-75 dengan
kapasitas absorbsi yang terjadi sebesar 7,2934 gram, sedangkan untuk blanko
penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-45 dengan kapasitas absorbsi yang
terjadi sebesar 4,7949 gram.
77
6
5
4.7372 4.8010
5.2490 5.52345.5426
3
2
2.64
2.13
jagung (aktivasi)
1.64
1.78
1.85
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
Gambar 38. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dari adsorben tongkol
jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko.
Grafik Absorbsi Minyak
5
6
4.4376
4 4.1808
5
3.3866
3
3.0952
4
2.8697
2
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
21
1
1.96 1.67
1.63
Jagung (blanko)
Jagung(teraktivasi 1.32
01.35
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
78
memiliki daya serap yang lebih besar bila dbandingkan dengan blanko.
Penyerapan maksimum yang terjadi untuk jerami teraktivasi terjadi pada menit ke75 dengan kapasitas absorbsi sebesar 5,5426 gram, sedangkan untuk blanko
penyerapan maksimum terjadi pada menit ke-60 dengan kapasitas absorbsi
sebesar 2,6409 gram.
4
Kapasitas Absorpsi (gram)
3
21
Jagung(teraktivasi
Jagung (blanko)
0.7292
00.61
15
79
Gambar 39. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air tawar dari
adsorben tongkol jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran
minyak dan air tawar.
Gambar 39 menunjukkan perbandingan daya absorbsi antara adsorben
tongkol jagung teraktivasi dengan blanko dalam campuran minyak dan air tawar.
Berdasarkan gambar 39 diketahui bahwa penyerapan minyak dari adsorben
tongkol jagung teraktivasi
minyak maksimum oleh adsorben tongkol jagung teraktivasi terjadi pada menit
ke-60 sebesar 4,4376 gram sedangkan untuk blanko penyerapan maksimum terjadi
pada menit ke-30 sebesar 1,9629 gram. Pada campuran minyak dan air tawar
selain terjadi penyerapan minyak oleh absorben juga terjadi penyerapan air, untuk
adsorben tongkol jagung teraktivasi penyerapan air terbesar terjadi pada menit
ke-15 yaitu sebesar 0,7292 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-75
yaitu sebesar 1,2847 gram.
Grafik Absorbsi Minyak
6
4 3.7144
Jagung(blanko)
3.5556
4
3
2.9205
2.8401
2.64
2.53
3
Kapasitas Absorpsi (gram)
2 1.96
2
1.41
1 1.31
2.0183
Jagung(aktivasi)
1
0
15
30
45
60
75
Waktu (menit)
80
Jagung(blanko)
3
2.8249
21.29
Jagung(aktivasi)
2
1.8800
0.41
0
15
30
0.1
0.02
0.01
0.8318 0.6127
0.4896
45
60
75
Waktu (menit)
81
Gambar 40. Kurva perbandingan daya absorbsi minyak dan air laut dari adsorben
tongkol jagung teraktivasi HNO3 dengan blanko terhadap campuran minyak dan
air laut.
Gambar 40 menunjukkan perbandingan besarnya daya absorbsi antara
adsorben tongkol jagung teraktivasi dengan blanko pada campuran minyak dan air
laut. Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa adsorben tongkol jagung
teraktivasi memiliki daya absorbsi minyak yang lebih besar dari blanko. Hal
tersebut di tunjukkan dengan besarnya kapasitas absorbsi adsorben tongkol jagung
teraktivasi terhadap minyak secara maksimum berada pada menit ke-75 yaitu
sebesar 3,7144 gram sedangkan untuk blanko terjadi pada menit ke-60 yaitu
sebesar 2,6436 gram, sedangkan pada grafik penyerapan air laut, dimana untuk
adsorben tongkol jagung teraktivasi memiliki kapasitas absrobsi yang lebih besar
dari blanko dengan kapasitas adsorben maksimum sebesar 2,8249 yang terjadi
pada menit ke-15 sedangakn untuk blanko terjadi penyerapan maksimum pada
menit ke -15 dengan kapsitas absorpsi sebesar 1,2915 gram.
BAB IV
82
DAFTAR PUSTAKA
Afif, 2010, Resume dan Analisa Terjadinya Oil Spill.<http:// gatotkacablog.com>,
15 September 2013.
83
Dewi IR, 2005, Modifikasi Asam Kulit Singkong sebagai Bioremoval Pb dan
Cd [skripsi], Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Djatmiko B, Ketaren S, Setyahartini S, 1985, Pengolahan Arang dan
Kegunaannya, Bogor: Agro Industri Pr.
Fahrizal, 2008, Pemanfaatan Tongkol Jagung Sebagai Biosorben Zat Warna
Biru Metilena [skripsi], Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Galuh, 2011, Pencemaran Air Laut Karena Limbah Minyak
<http://galuhadhitiaputra.blogspot.com/2011/10/pencemaran-air-lautkarena-limbah.html>, 15 September 2013.
Hasibuan, Ismail Fahmi, dkk, 2012, Pemanfaatan Limbah Lateks Karet Alam
dengan Pengisi Bubuk Pelepah Pisang sebagai Adsorben
Minyak,Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 1, No. 2, Sumatra Utara.
Rahmayani, Fatimah, dkk, 2103, Pemanfaatan Limbah Batang Jagung sebagai
Adsorben Alternatif pada Pengurangan Kadar Klorin dalam Air
Olahan (Treated Water), Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 2,
Sumatra Utara.
Rasjiddin I, 2006, Pembuatan Arang Aktif Dari Tempurung Biji Jambu Mede
(Anacardium Cocidentale) Sebagai Adsorben Pada Pemurnian Minyak
Goreng Bekas [skripsi], Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Salamah, Siti, 2008, Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Buah Mahoni
dengan Perlakuan Perendaman dalam Larutan KOH, Prosiding
Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Kimia dan Tekstil,
Yogyakarta.
84
KADAR AIR
JENIS ADSORBEN
Coco peat 250
Coco peat 500
Coco peat 355
serbuk kayu 355
serbuk kayu 500
serbuk kayu 250
Jagung
Jerami
Waktu
Coco
Peat
250
Coco
Peat
500
Coco
Peat
355
Jerami
Jagung
15
3.300
4
1.5339
4.7161
2.5344
4.5387
2.0684
2.583
1.7806
30
3.412
4
4.3126
3.8588
1.0689
1.6353
2.1308
2.5813
1.6403
45
3.022
1
4.6102
4.5651
1.2604
2.1209
2.1274
1.7863
2.1255
60
3.522
7
3.4667
3.7772
4.9451
6.5012
2.8619
4.0881
2.6409
75
3.336
3
6.074
4.1216
1.8572
2.9067
3.0486
3.9077
1.848
85
AIR TAWAR
Waktu
Coco
Peat
250
Coco
Peat
500
Coco
Peat
355
Serbu
k
Kayu
500
15
6.534
5
11.1774
9.686
6
5.526
9
7.0822
3.71
6.2229
5.575
2
3.281
3
2.1503
45
3.769
5
6.011
6.089
6
3.319
2.3394
60
3.954
7
6.7488
5.949
7
3.299
3.861
9
2.7874
75
3.617
2
30
6.3708
5.630
8
2.2216
Serbu
k
Kayu
500
Serbu
k
Kayu
250
3.0955 2.5424
2.36
2.2765
Jerami Jagung
4.111
2.6851
AIR LAUT
15
30
45
60
75
Coco Peat
250
3.5014
4.4909
3.5543
5.2232
4.5532
Coco Peat
500
5.359
6.1038
6.0496
7.9855
6.6468
86
Coco Peat
355
5.5815
5.939
5.6628
5.6479
6.4718
Serbuk Kayu
500
3.4499
3.2655
2.9085
4.2436
3.5689
Serbuk Kayu
355
2.4315
3.006
3.3358
4.217
3.1634
Serbuk Kayu
250
1.8685
2.5889
2.5361
3.7243
3.4425
Jerami
3.642
4.0355
4.5436
4.9347
4.5632
Jagung
1.1429
2.2173
4.7949
3.2305
2.1581
30
45
60
75
Coco Peat
250
1.4621
1.9594
1.4448
2.6179
1.8643
Coco Peat
500
1.347
1.9348
2.5572
2.6488
2.7113
Coco Peat
355
2.3333
1.4823
2.4581
2.7261
1.4397
Serbuk Kayu
500
2.288
1.7533
2.4002
1.6265
1.0526
Serbuk Kayu
355
1.6934
1.5335
1.0418
1.7413
1.6568
Serbuk Kayu
250
1.5203
1.7851
1.4255
1.7886
2.2192
Jerami
2.5182
1.6464
1.4938
1.6408
1.6452
Jagung
1.3463
1.9629
1.6659
1.3221
1.6254
87
AIR TAWAR
15
30
45
60
75
Coco Peat
250
0.7423
0.2654
1.4297
0.7447
1.6597
Coco Peat
500
0.8392
0.6341
1.111
0.8489
0.5096
Coco Peat
355
0.6854
1.1332
0.7485
0.8789
1.1142
Serbuk Kayu
500
0.7816
0.6152
1.116
0.7701
0.9596
Serbuk Kayu
355
0.4414
0.7487
0.8283
0.8581
1.1042
Serbuk Kayu
250
0.739
0.8502
0.6917
0.39
1.3242
Jerami
0.7903
0.6906
0.6001
0.3225
0.5588
Jagung
0.6104
0.9257
0.6446
0.2518
1.2847
30
45
60
75
Coco Peat
250
0.4748
0.5142
0.0229
0.0498
0.1213
Coco Peat
500
0.8783
0.4429
0.0129
0.0203
0.1739
Coco Peat
355
0.8036
0.3812
0.0512
0.0507
0.2021
Serbuk Kayu
500
0.6273
0.4834
0.0353
0.0326
0.1774
Serbuk Kayu
0.6123
0.3125
0.0367
0.0308
0.1368
88
355
Serbuk Kayu
250
0.5639
0.3899
1.0027
0.0209
0.1813
Jerami
0.6495
0.3322
0.0208
0.0318
0.1511
Jagung
1.2915
0.4079
0.0055
0.021
0.1024
MINYAK
15
30
45
60
75
Coco Peat
250
2.5784
0.7957
1.9468
2.2493
2.3264
Coco Peat
500
1.4971
1.0808
3.3701
3.3628
2.1073
Coco Peat
355
0.7868
1.3285
2.2037
4.4691
1.8569
Serbuk Kayu
500
1.024
2.4031
2.3336
2.5963
2.812
Serbuk Kayu
355
1.0231
2.0963
2.2981
2.6408
1.9914
Serbuk Kayu
250
1.3783
2.1587
1.528
1.7947
2.1032
Jerami
0.8669
2.3416
2.5193
3.6393
3.3102
Jagung
1.4132
1.313
1.9591
2.6436
2.5286
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,0732
3,4036
3,9602
7,866
89
75
b
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,9032
5,2568
5,6858
7,1966
5,7868
4,1382
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
6,4652
8,3088
8,9842
10,105
9,8468
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,6502
90
30
45
60
75
e
15
30
45
60
75
7,5166
6,5568
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,1274
6,052
6,1338
7,3806
7,2142
6,535
6,1506
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,7814
5,4132
6,3762
5,9796
3,7814
Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
7,62
7,6664
10,6132
9,2004
7,62
91
Jerami
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
8,3088
8,9842
10,105
9,8468
8,3088
2,3314
3,7362
4,0348
4,8800
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
1,6088
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,9990
4,5136
5,4376
5,7730
5,8310
92
WAKTU (MENIT)
15
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,9928
4,4414
30
4,9008
45
5,1006
60
5,1954
75
d
4,7502
5,1206
5,3240
5,8920
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
2,3672
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,5940
4,0760
5,4212
5,8168
7,2040
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,8110
4,3824
5,2094
5,6834
93
75
g
Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
6,0464
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,5446
6,4792
7,0834
7,1866
7,2934
Jerami
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,6244
5,1212
5,7244
5,8264
6,0640
C TERHADAP MINYAK
a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
b
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
0,1386
2,5572
4,2228
4,5168
5,1110
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
94
15
30
45
60
75
c
15
30
45
60
75
4,8216
4,9748
6,5932
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
5,0304
5,3084
6,9234
7,4704
8,3872
4,1430
4,1420
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,7074
4,5846
4,7364
4,9418
5,5610
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,4794
3,6426
4,6564
5,7296
95
5,9704
75
f
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,9906
5,0674
30
5,2514
45
5,7444
60
6,3008
75
g
Jagung
WAKTU (MENIT)
15
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
4,7372
4,8010
30
5,2490
45
5,5234
60
5,5426
75
h
Jerami
WAKTU (MENIT)
15
KAPASITAS ADSORBEN(gram)
3,3762
3,5104
30
4,1442
45
4,2534
60
4,6324
75
D TERHADAP MINYAK DAN AIR TAWAR
a Coco peat 250
WAKTU (MENIT)
KAPASITAS ADSORBEN
KAPASITAS ADSORBEN
96
TERHADAP AIR(gram)
1,2250
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,3801
0,8053
1,8491
0,5964
2,4526
0,3901
2,6222
0,3182
2,5958
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2540
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
3,1285
0,7402
3,6167
0,7088
4,0598
0,5276
4,8165
0,3779
4,2876
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,6522
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8151
0,9508
3,0523
0,5898
4,2738
0,5767
4,9230
0,5180
4,8948
15
30
45
60
75
b
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
97
WAKTU (MENIT)
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,1846
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,6456
0,6587
3,2893
0,5690
3,3118
0,4393
3,6138
0,3395
3,5107
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2205
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8194
0,6249
3,0791
0,5445
3,5107
0,4393
4,6843
0,4081
3,8559
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
0,5440
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,7413
0,4539
3,0161
0,4031
3,0388
0,3128
3,5442
0,2436
3,1758
15
30
45
60
75
e
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
f
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
98
Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
h
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
0,7292
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,8697
0,4365
3,0952
0,4307
3,3866
0,3398
4,4376
0,0296
4,1808
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR(gram)
1,2727
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0500
0,7873
2,7297
0,5905
3,2240
0,5840
3,4630
0,3917
3,3396
Jerami
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
15
30
45
60
75
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
0,9178
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0845
0,8119
2,5157
0,6968
2,9228
0,5403
3,0791
0,5138
3,3373
99
WAKTU (MENIT)
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,6627
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,1862
1,2082
2,4367
0,5868
2,4439
0,5840
3,2271
0,3584
3,5647
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,5647
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,7568
1,3348
2,9336
0,7395
3,2008
0,6331
3,3421
0,4271
4,1548
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,4264
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,8575
0,7876
2,0798
0,5909
2,3728
0,5515
2,6253
0,4105
2,8802
15
30
45
60
75
c
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
d
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
100
WAKTU (MENIT)
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,4378
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0897
0,4932
2,2087
0,4921
2,2114
0,4737
2,3982
0,3922
2,7153
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
1,7162
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
0,2945
0,9635
2,0905
0,5870
2,3476
0,5757
2,9268
0,3710
3,1348
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
2,8249
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
2,0183
1,8800
2,8401
0,8318
2,9205
0,6127
3,5556
0,4896
3,7144
15
30
45
60
75
f
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
Jagung
WAKTU (MENIT)
15
30
45
60
75
101
Jerami
WAKTU (MENIT)
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP AIR ASIN(gram)
15
30
45
60
75
4,1768
KAPASITAS ADSORBEN
TERHADAP
MINYAK(gram)
1,8361
2,0806
2,3644
1,0408
2,3825
0,4265
2,5329
0,2673
2,7947
102
103
Penimbangan
104
105
106
107
108