KIMIA FISIKA
“(KOEFISIEN DISTRIBUSI)”
Disusun oleh :
Nama Mahasiswa : Rahmat Aldi Irawan
NIM : 201420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : II (Dua)
2.1. Distribusi
Distribusi adalah metode yang digunakan untuk menentukanaktivitas zat
pelarut dalam suatu pelarut jika aktivitas dalam zatpelarut lain diketahui, asalkan
kedua pelarut tidak tercampur satu sama lain (SK Dogra dan S Dogra, 1990).
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi cair-cair atau Liquid-Liquid Extraction (LLE), adalah merupakan
sistem pemisahan secara kimia-fisika dimana zat yang akandiekstraksi akan larut
dalam fasa air, dipisahkan dari fasa airnya denganmenggunakan pelarut organik, yang
tidak larut dalam fasa air, secarakontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu
(Putranto, 2012).
2.4. Pengembangan metode
Pengembangan metode pemisahan dan analisis unsur tanah jarang (UTJ)
telah menarik perhatian banyak peneliti karena unsur-unsur ini merupakan bahan
yang menunjang perkembangan ilmu dan teknologi. Penggunaan UTJ ini antara
lain untuk superkonduktor, laser, magnet permanen, alat-alat elektronik dan
keramik (Christie et al., 1998).
Sejauh ini mineral-mineral yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan
tambang belum diproses untuk menghasilkan fraksi tanah jarangnya, melainkan
langsung diekspor dalam bentuk mineralnya. Hal tersebut disebabkan karena kita
belum mempunyai teknologi untuk menghasilkan UTJ yang lebih murni. Oleh karena
itu, kita perlu berinovasi mengembangkan metode-metode isolasi, pemisahan dan
pemurnian untuk memproduksi UTJ dari mineralnya, atau memodifikasi metode-
metode yang telah ada untuk memproduksi unsur-unsur tersebut dalam skala yang
lebih besar. UTJ dapat ditemukan dalam beberapa jenis mineral seperti basnasit,
monasit, dan senotim (Morais & Ciminelli, 2007).
2.6. Air
Air adalah pelarut yang baik untuk garam, gula dan senyawa sejenis, sedang
minyak mineral dan benzene biasanya merupakan pelarut untuk zat yang biasanya
hanya sedikit larut dalam air. Penemuan empiris ini disimpulkan dalam pernyataan
like dissolve like. Kelarutan bergantung pada pengaruh kimia, listrik, struktur yang
menyebabkan interaksi timbal balik zat pelarut dan zat terlarut (Martin, 1993).
Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling
bercampur. Jika ada kelebihan cairan atau suatu zat padat ditambahkan ke dalam
campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusikan diri di antara
dua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam
pelarut tidak bercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan,
maka zat tersebut akan didistribusikan di antara kedua lapisan dengan konsentrasi
tertentu (Mirawati, 2014).
2.7. Kelarutan
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada siat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH, larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1993).
3.1.2. Bahan
1. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
2. Asam benzoate (C6H5COOH)
3. Benzena (C6H6)
4. Larutan NaOH 0,2 N
5. Indikator Phenol Phtalein (PP)
Kocok dengan hati – hati masing – masing 15 menit dengan sesekali membuang uap
dengan membalikkan corong pemisah dan membuka kran yang di atas (tanya kepada
instruktur)
Buka tutup masing – masing dan pisahkan lapisan bawah dari ketiga corong
pemisah tampung masing – masing menggunakan 3 buah erlenmeyer (jangan
dibuang)
Lapisan atas dari masing – masing corong pemisah juga ditampung dalam 3 buah
erlenmeyer yang lain.
Dari ke tiga lapisan atas dan lapisan bawah tersebut, masing-masing diambil
sebanyak 5 ml kemudian masing – masing ditambahkan 3 tetes indikator PP.
Catat masing – masing berapa mL banyaknya NaOH 0,2 N yang diperlukan. Ulangi
titrasi sebanyak dua kali.
3.2.2. Langkah Kedua
Tambahkan ke dalam
Kembalikan ke masing – masing
Ulangi pekerjaan
tiga lapisan atas corong pemisah 50 mL
dari langkah e
pada corong akuade (Jangan
sampai k.
pemisah ditambah asam asetat
lagi).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bawah 1 1 1 0,04
2
Atas 12,5 15 13,75 0,55 13,7500
5.1. Simpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi asam benzoate maka semakin tinggi juga koefisien
distribusinya.
2. Kelebihan larutan titran pada titrasi menyebabkan %eror < 0.
5.2. Saran
1. Hati-hati dalam melakukan titrasi agar larutan titran tidak kurang atau melebihi
titik equivalen.
2. Saat melakukan titrasi usahakan cahaya ruangan memadai.
3. Hati-hati saat melakukan pengocokan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra, SK dan Dogra S.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.
Milama, Burhanudin. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika II. Jakarta: FITKPress.
Mega, Kasmiyatun. 2010. http://eprints.undip.ac.id/27990/1/C-08.pdf. (diakses pada 17 Mei
2022, pukul 22.00 WIB)
Putranto. 2012. http://fmipa.unlam.ac.id/Flux/wp-content/uploads/2012/12/7.
Agus M. H. Putranto.pdf. (diakses pada 17 Mei 2014, pukul 22.00 WIB)
Bahti, H.H., Mulyasih, Y. & Anggraeni, A. 2011. Extraction and chromatographic studies
on rare earth elements (REEs) from their minerals, Proceedings of the 2nd
International Seminar on Chemistry. 421-430.
Christie, T., Braithwaite, B. & Tulloch, A. 1998. Rare Earth and Related Elements. Mineral
Commodity Report, 17.
Gupta, C.K. & Krishnamurthy, N. 2005. Extractive metallurgyof rare-earths, CRC
Press.London.
Hou, X. & Jones, B. T. 2000. Inductively Coupled Plasma/Optical Emission Spectrometry.
Encyclopedia of Analytical Chemistry, pp.9468-9485.
Morais, C.A. & Ciminelli, V.S.T. 2007. Selection of solvent extraction reagent for the
separation of europium (III) and gadolinium (III), Minerals Engineering, 20: 747-
752.
Ozturk, T., Ertas, E., & Mert, O. 2010. A Berzelius Reagent, Phosphorus Decasulfide
(P4S10), in Organic Syntheses, Chemical Reviews, 110(6): 3419–3478
Ansel, H. C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi. edisi keempat. Jakarta. UI PRESS
Ernest, Mutscler. 1999. Dinamika Obat .Edisi V .Cetakan ketiga. Bandung. Penerbit ITB.
Ansel. H. C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi 4. UI press. Jakarta.
LAMPIRAN