JUDUL :
TEKNIK LABORATORIUM
Disusun Oleh :
Kelompok :5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASDIPONEGORO
2020
TEKNIK LABORATORIUM
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mahasiswa dapat mengenal dan memahami fungsi dari Material Safety Data
Sheets (MSDS).
1.2 Mahasiswa dapat mengenal beberapa alat laboratorium dasar dan cara
penggunaannya dengan tepat.
1.3 Mahasiswa dapat memahami konsep dan teknik dasar beberapa perlakuan di
laboratorium.
Pada reaksi redoks, hilangnya elektron dari suatu zat tersebut disebut
oksidasi, sedangkan penambahan elektron suatu zat lain disebut reduksi. Karena
transfer elektron memerlukan penyumbang dan penerima elektron, oksidasi dan
reduksi selalu terjadi secara bersama-sama (Campbell, 2008).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O),
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amonia, kloroform,
benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya
tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya.
Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap
campuran gas adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat
dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Apabila
sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan
adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan
pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
M1 V1 = M2 V2
Keterangan :
2.4 Pengendapan
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan,berfase
padat, terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu zat akan mengendap jika hasil
kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adalah
salah satu teknik untuk memisahkan analit dari zat lain, dan endapan ditentukan
dengan cara ditimbang dan dilakukan perhitungan stoikiometri.
2.5 Titrasi
Titrasi asam basa atau biasa disebut dengan asidi alkalimetri adalah
reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion H+ dari asam dengan OH- dari basa
yang akan membentuk air. titrasi asam dan basa antara sampel dengan larutan
standar disebut analisis asidi – alkalimetri. Apabila larutan yang bersifat asam
maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika
digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai
analisis alkalimetri (Keenan, 1991).
(Perry, 2008)
(MSDS, 2018)
2.6.3 Fehling A
(MSDS, 2017)
2.6.4 Fehling B
Berwujud cair PH 14
(MSDS, 2020)
2.6.5 Glukosa
Sifat Fisika Sifat Kimia
(MSDS, 2012)
2.6.6 Sukrosa
(MSDS, 2005)
2.6.7 Asam Sitrat
(MSDS, 2020)
2.6.8 Asam Sulfat
Zat murni tidak berwarna, zat Larut secara eksotermis dalam air
dimurnikan berwarna kuning – coklat
(MSDS, 2018)
2.6.9 Natrium Klorida
(MSDS, 2018)
2.6.10 Aquades
Berwujud cair PH 7
Massa jenis 1
(MSDS, 2020)
2.6.11 Asam Klorida
(MSDS, 2012)
3.2 Bahan
a. Kristal HN4Cl
b. Larutan NaOH
c. Kertas lakmus
d. Fehling A
e. Fehling B
g. Glukosa
h. Sukrosa
i. Asam sitrat
j. Air suling/aquades
k. Larutan H2SO4
l. Larutan NaCl
m. Kristal NaOH
n. Larutan NaI
p. Larutan HCl
q. Indikator phenolphthalein
r. Tisu
4.5 Titrasi
Pertama-tama, ditambahkan 25 mL HCl ke dalam erlenmeyer. Lalu,
ditambahkan indikator phenolphthalein. Setelah itu, digoyang-goyang
erlenmeyer agar HCl dan indikator tercampur. Selanjutnya, NaOH dimasukkan
ke dalam buret di tanda 0. Kemudian, dibuka buret sehingga NaOH mengalir ke
dalam labu erlenmeyer. Larutan HCl akan berubah menjadi pink tetapi
kemudian menghilang saat erlenmeyer digoyangkan. Diteruskan dengan
dimasukkan NaOH setetes demi setetes. Setelah itu, tutup buret setelah warna
pink tidak menghilang saat digoyangkan. Terakhir, dicatat volume NaOH yang
digunakan.
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Pembuatan dan Pengenalan Gas
Dilakukan penimbangan kristal NH4Cl sebanyak 0,5 gram
menggunakan timbangan. Kemudian diambil larutan NaOH 2M sebanyak 3 mL
menggunakan pipet tetes kedalam labu ukur. Setelah itu, direaksikan kristal
NaOH dan larutan NaOH 2M dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan
menggunakan pembakar spiritus.
Untuk mengenali gas NH3, dikibaskan tangan dari mulut tabung ke arah
hidung pada jarak yang relatif jauh. Gas NH3 ini berbau menyengat dan tajam.
Kemudian diuji gas yang dhiasilkan menggunakan kertas lakmus yang
ditempatkan di mulut tabung reaksi. Pada uji lakmus ini, terjadi perubahan
warna pada kertas lakmus merah (menjadi biru), dan tidak terjadi warna
perubahan warna pada kertas lakmus biru.
2
Sukrosa+air suling+dipanaskan 2
sampai 3 menit+ditunggu
suhu Larutan biru
turun+Fehling A dan Fehling B
(perbandingan 1:1)+dipanaskan
5.5 Titrasi
5.5.1 Persiapan Titrasi
Buret yang akan digunakan dicuci dengan larutan pencuci sampai
bersih, kemudian dibilas dengan akuades. Posisikan buret secara vertikal
sedemikian rupa sehingga ada cukup ruang memposisikan labu enlemeyer.
Pastikan penutup buret dalam posisi tertutup saat memasukkan cairan titran.
Buka penutup kemudian tutup lagi. Bilas ujung buret dengan akuades.
Diposisikan volume titran pada titik nol.
VI. PEMBAHASAN
Praktikum Teknik Laboratorium dilaksanakan secara daring pada hari Jumat, 9
Oktober 2020 pukul 13.00-15.00. Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan mahasiswa
dapat mengenal dan memahami fungsi dari Material Safety Data Sheets (MSDS),
mahasiswa dapat mengenal beberapa alat laboratorium dasar dan cara penggunaannya
dengan tepat, serta mahasiswa dapat memahami konsep dan teknik dasar beberapa
perlakuan di laboratorium.
6.1 Pembuatan Gas NH₃
Prinsip dilakukannya percobaan pembuatan gas NH₃ adalah membuat
dan mengidentifikasi gas amoniak (NH3) dengan mereaksikan padatan NH4Cl
yang ditambahkan dengan larutan NaOH. Gas NH3 diidentifikasi dengan kertas
lakmus atau dengan indra penciuman. Tujuan dari percobaan ini adalah
mensintesis gas amonia dari NH₄Cl padat dengan NaOH dan mengidentifikasi
gas amonia yang dihasilkan. Menurut Cotton dan Wilkinson (1989), amonia
adalah gas tajam yang tidak berwarna (titik didih -33,5˚C). Cairan mempunyai
panas penguapan yang besar (1,37 kJ g -1 pada titik titinya) dan dapat ditangani
dengan peralatan laboratorium yang biasa. Cairan NH3 mirip air dalam perilaku
fisiknya bergabung dengan sangat kuat melalui ikatan hidrogen. Tetapan
dielektriknya (-22 pada -34 ˚C; kira-kira 81 untuk H2O pada suhu 25 ˚C) cukup
tinggi untuk membuatnya sebagai pelarut pengion yang baik. Pengionan dirinya
cukup tinggi.
Alat yang diperlukan untuk Uji Fehling adalah tabung reaksi, gelas
beaker, rak tabung reaksi, dan silinder ukur. Sedangkan bahan-bahan yang
dibutuhkan adalah Fehling A yang terdiri dari 7 gram Tembaga Sulfat dan 100
ml air suling, Fehling B yang yang terdiri dari 35 gram Kalium Natrium Tartrat,
10 gram Natrium Hidroksida, dan 100 ml air suling.
Pada Uji Fehling ini, diperoleh hasil sampel ketiga yaitu campuran
sukrosa dan citric acid terbentuk endapan merah bata yang menandakan bahwa
pada larutan tersebut mengandung gugus aldehid dan termasuk dalam
monosakarida (reaksi positif). Hal ini sesuai dengan pernyataan Fessenden dan
Fessenden (1997) , reaksi positif menghasilkan endapan merah bata. Endapan
merah bata itu terbentuk setelah sampel diberi pereaksi fehling dan dipanaskan
selama beberapa menit.
6.3 Pengenceran
Asam sulfat, H2SO4 merupakan asam mineral yang sangat korosif. Sifat
korosif ini disebabkan oleh pembawa sifat asamnya, yaitu ion H+. Sifat korosif
asam adalah sifat asam yang dapat merusak benda apa saja yang mengenainya,
baik logam maupun non logam.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol semprot, botol
timbang, labu ukur 50 ml, batang pengaduk, spatula, neraca analitik, dan pipet
tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah NaOH padat dan aquades.
Alat yang digunakan dalam proses titrasi adalah buret, erlenmeyer, pipet
volume, kertas putih, statif, klem buret, corong kecil, botol pembilas, dan gelas
beker. Erlenmeyer menjadi tempat bagi titrat dan buret menjadi tempat bagi
titran. Statif dan klem menjadi alat yang menahan buret agar tetap tegak. Corong
menjadi alat agar cairan yang dituangkan ke buret tidak tumpah dan botol
pembilas digunakan untuk membilas buret sebelum digunakan. Bahan yang
digunakan adalah indikator fenolftaelin, larutan HCl, dan larutan NaOH
(natrium hidroksida). NaOH menjadi larutan yang dimasukkan ke dalam buret,
HCl menjadi larutan yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dan fenolftaelin
sebagai indikator bahwa larutan telah mencapai titik ekuivalen dan dicampurkan
di dalam HCl.
Menurut Hartutik (2012), titik akhir titrasi terjadi saat indikator berubah
warna yang menggambarkan titik ekuivalensi reaksi antara larutan standar
dengan larutan yang ingin diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat
juga disebut sebagai hasil akhir titrasi. Hasil akhir titrasi adalah larutan
berwarna pink muda karena merupakan hasil penambahan indikator
fenolftalein. Menurut Day dan Underwood (1999), indikator fenolftalein
merupakan indikator titrasi asam-basa memiliki jangkauan pH 8,0 - 9,6.
Warnanya akan berubah mulai dari merah muda sampai tidak berwarna. Pada
hasil pengamatan, telah dilakukan dua percobaan yang berbeda dalam proses
titrasi. Percobaan pertama menghasilkan titrat yang berwarna merah muda dan
percobaan kedua menghasilkan titrat yang berwarna ungu. Pada percobaan yang
menghasilkan titrat yang berwarna merah muda sudah benar karena sesuai
dengan warna indikator fenolftalein, yaitu merah muda saat memiliki pH = 8.
Sedangkan pada hasil percobaan kedua yang menunjukkan titrat berwarna ungu
tidak sesuai dengan teori mengenai indikator fenolftalein. Apabila larutan
berwarna ungu, larutan tersebut telah melewati titik ekuivalen sehingga hasilnya
sudah tidak akurat.
VII. KESIMPULAN
7.1 Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi
sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan
khusus yang dilakukan saat dalam bahaya, pembuangan dan informasi lain
yang diperlukan. Fungsi dari MSDS sendiri terdiri dari 4 hal yaitu :
a. Identifikasi terhadap produk dan pembuat
b. Bahaya terkait dengan bahaya fisik ( kebakaran dan reaktivitas ) dan
kesehatan
c. Pencegahan terkait dengan hal-hal yang harus dilakukan untuk bekerja
dengan aman, mengurangi atau mencegah pajanan atau hal yang dilakukan
dalam sebuah keadaan darurat.
d. Respons yang sesuai untuk dilakukan dalam berbagai situasi ( misalnya
kecelakaan, kebakaran dan situasi yang memerlukan pertolonga pertama ).
7.2 Konsep dan Teknik dasar yaitu Pembuatan dan Pengenalan gas NH3 dengan
kristal NH4Cl dan larutan NaOH dimasukan kristal NH4 Cl dan larutan NaOH.
Reaksi kimia dengan melakukan Reagen Fehling. Pengenceran dan penentuan
konsentrasi dengan melakukan pereaksian natrium iodide dengan timbal nitrat,
pereaksian tembaga sulfat dengan natrium hidroksida, pereaksian barium nitrat
dengan natrium hidroksida, pereaksian barium nitrat dan natrium karbonat,
pereaksian asam sulfat dengan air, dan pembuatan Larutan NaOH.
Pembentukan Endapan dan Penyaringan dengan melakukan proses
penyaringan larutan.
Baroroh, Umi. 2004. Diktat Kimia dasar I. Banjar Baru : Universitas lambung
Mangkurat.
Brady, James E. 1994. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Brady, J.E dan Humiston. 1999. General Chemistry Principle and Structure,
4th Edition. New York: John Willey & Sons,Inc.
Brady, James E. 2008. Chemistry: The Study of Matter and its Changes.
Oakland: Wiley PLUS
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi Ketiga. Jilid
Pertama. Jakarta: Erlangga.
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Day, R. A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga.
Hasugian, M., (2012), Pengaruh Motivasi dan Jenis Bahan Ajar Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam di SMA. Skripsi, FMIPA,
UNIMED, Medan.
Keenan, Charles. W. 1980. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi Keenam. Jilid
Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Keenan, Charles. W. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas Cetakan II. Jakarta:
Erlangga.
Perry, Green. 2008. Perry’s Chemical Engineers’ handbook 8th edition. United
State: McGrowHill Companies, Inc.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga. Diterjemahkan oleh Suminar Achmadi
9.1 NaOH (Mr = 40) sebanyak 6 gram dilarutkan ke dalam air sehingga
volumenya menjadi 150 mL. Hitunglah kemolaran larutan tersebut!
Jawab :
Diketahui :
m NaOH = 6 gr
Mr NaOH = 40
V air = 150 mL
Ditanya :
M?
Dijawab :
M = massa (gr)/Mr x 1000/V (mL)
M = 6 gr/40 x 1000/150 mL
M=1M
9.2 Berapakah volume dari larutan H2SO4 2 M yang diperlukan untuk membuat
larutan 200 mL H2SO4 0,5 M ?
Jawab :
Diketahui :
M1 H2SO4 = 2 M
M2 H2SO4 = 0,5 M
V2 H2SO4 = 200 mL
Ditanya :
V1 H2SO4?
Dijawab :
M1 x V1 = M2 x V2
2 M x V1 = 0,5 M x 200 mL
2V1 = 100
V1 = 100/2
V1 = 50 mL
9.3 Hitunglah molaritas larutan yang dibuat dengan melarutkan 7,4 gram
Ca(OH)2 dalam 500 ml liter air. (Ar H = 1, O = 16, Ca = 40)
Jawab :
Diketahui :
m Ca(OH)2 = 7,4 gr
Mr Ca(OH)2 = 74
V Ca(OH)2 = 500 mL
Ditanya : M
Penyelesaian :
M = massa (gr)/Mr x 1000/V (mL)
M = 7,4gr/74gr/mol x 1000/500mL
M = 0,1 mol x 2 = 0,2 M
9.4 Berapa molaritas larutan asam sulfat 25% (massa) dengan massa jenis 1,178
g/mL dan Mr adalah 98 ?
Diketahui :
Massa H2SO4 = 25% = 25/100 x 100 gr = 25gr
Massa jenis = 1,178 gr/mL
Mr H2SO4 = 98 gr/mol
Ditanya : M
Penyelesaian :
M = (massa jenis x 10 x % massa) / Mr
M = (1,178gr/mL x 10 x 25) / 98gr/mol
M = 3,00 = 3 M
9.5 Sebanyak 20 mL asam sulfat (H2SO4) dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M.
Bila ternyata diperlukan 30 mL larutan NaOH, hitunglah kemolaran larutan
asam sulfat tersebut.
Diketahui:
V H2SO4 = 20 mL
V NaOH = 30 mL
M NaOH = 0,1 M
Ditanya: M H2SO4?
Dijawab:
M H2SO4 . V H2SO4 = M NaOH . V NaOH
M H2SO4 . 20 = 0,1 . 30
M H2SO4 . 20 = 3
M H2SO4 = 3/20
M H2SO4 = 0,075 M
9.6 Jika 7 liter HCl 0,3 M dicampurkan dengan 500 ml HCl 0,2 M. Berapa
molaritas HCl yang diperoleh?
Jawab:
Diketahui:
V1 HCl = 7 L
M1 HCl = 0,3 M
V2 HCl = 0,5 L
M2 HCl = 0,2 M
V3 HCl = V1 + V2
= 7 + 0,5
= 7,5 L
Ditanya: M3?
Dijawab:
M1.V1 + M2. V2 = M3.V3
0,3.7 + 0,2.0,5 = M3.7,5
2,1 + 0,1 = M3.7,5
2,2 = M3.7,5
M3= 2,2/7,5
M3 = 0,293 M
9.7 Diketahui konsentrasi larutan gula dalam air adalah 30%. Massa larutan gula
tersebut sebesar 500 gram. Berapakah :
a. massa gula dan massa air
b. massa air yang harus ditambah agar konsentrasinya 20%?
Jawab :
Diketahui :
C = 30%
massa larutan = 500 gr
Ditanya :
a. mp dan mc?
b. mc yang ditambah agar C = 20%
Dijawab :
a. C = (mp/ml) x 100%
30% = (mp/500) x 100%
mp = 30 x 5
mp = 150 gr
ml = mp + mc
500 = 150 + mc
mc = 350 gr
b. C = (mp/ml) x 100%
20% = (150/ml) x 100%
ml = (150/20%) x 100%
ml = 750 gr
Air yang ditambah :
mc = 750 gr - 500 gr
mc = 250 gr
9.8 Tentukan massa dari CO(NH2)2 yang terdapat pada 500 mL larutan
CO(NH2)2 0,2 M. (Mr CO(NH2)2 = 60).
Jawab:
Diketahui:
V = 500 mL= 0,5 L
M = 0,2 M
Mr = 60
Ditanya:
Massa?
Dijawab :
n = M/V
n = 0,2/ 0,5
n = 0,4 mol
n = massa/Mr
0,4 = massa/ 60
massa= 24 gram
9.9 Suatu larutan yang mengandung 45% glukosa mempunyai berat jenis 1,46
gram/mL. Berapa gram glukosa yang ada dalam larutan tersebut?
Diketahui:
% glukosa = 45%
Berat jenis = 1,46 gram/ml
Volume = bebas, saya pilih 100 ml
Ditanya:
Massa glukosa?
Dijawab :
Massa glukosa = % glukosa x berat jenis glukosa x volume glukosa
= 45/100 x 1,46 x 100
= 45 x 1,46
= 65,7 gram
9.10 Jika Anda memipet 2 mL larutan HCl 36% dengan massa jenis 1,2 g/mL
kemudian diencerkan sampai volume 250 mL, hitung konsentrasi larutan
yang diperoleh.
Diketahui :
HCl 36%
ρ = 1,2 g/mL
Mr = 36,5
V1 = 2 ml
V2 = 250ml
Ditanya :
M2 ?
Dijawab :
M HCl awal = M1
M1 = ρ x % x 10/Mr
M1 = 1,2 x 36,5 x 10/36,5
M1 = 12 M
Pengenceran:
M1×V1 = M2 × V2
12 ×2 = M2 × 250
M2 = 24/250
M2 = 0,096 M
M2 = 0,1 M