Anda di halaman 1dari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi Cair cair


Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agent. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran (Wibawa, 2012)
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu
ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit
berbentuk cair dengan pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur
sehingga terjadi distribusi sampel diantara kedua pelat tersebut. Pendistribusian sampel dalam
kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD (Zulmanwardi, 2015).
Ekstmiesi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction) adalah proses pemisahan solut dari
cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven bersifat
heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase
rafinat berisi diluen dan sisa solut sedangkan fase ekstrak berisi solut dan solven (Mirwan,
2013).
Proses ekstraksi cair-cair terdiri dari dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin dengan
menggunakan corong pisah. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran. Solut akan berpindah ke solven yang memiliki
kemampuan lebih besar dalam mengikatnya (solut) (Timothy, C Frank and friends, 2008).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak
dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.
Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain yang tidak
larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion dapat diambil
dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah
kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih besar. Makin besar
tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah
maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001).

2.2 Prinsip Proses Ekstraksi Cair-Cair


Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan
koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling
bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur,
berlaku hukum mengenai konsep zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa
ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi adalah pemisahan komponen suatu campuran cair
dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi
pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan
(Yazid, 2005).
Prinsip-prinsip proses ekstraksi, antara lain:
1. Kontak antara pelarut dengan zat terlarut (solute) dan diluen sehingga terjadi perpindahan
massa zat terlarut (solute) ke pelarut.
2. Pemisahan kedua fase tersebut (fase cair dan fase organik).Hasil ekstraksi yang kaya akan
pelarut disebut ekstrak, sedangkan yang pelarutnya sedikit disebut rafinat.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen dalam penerapan
tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelarut saja.

2.3 Pelarut
Menurut Basset, ef al (1994), dalam proses ekstraksi diperlukan pelarut yang sesuai
untuk melarutkan suatu zat. Salah satu ciri penting dari suatu pelarut adalah tetapan
dielektriknya (E). Tetapan Dielektrik merupakan gaya yang bekerja diantara kedua muatan yang
terjadi dalam ruang hampa dengan gaya yang bekerja pada muatan yang ada di dalam kedua
pelarut (Rivai, 1995).
Beberapa kriteria pelarut yang baik digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pelarut harus bersifat inert terhadap kondisi suatu reaksi yang terjadi.
2. Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.
3. Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.
4. Pelarut harus mudah dihilangkan/ diuapkan ketika reaksi sudah berakhir.
Selain hal-hal di atas, pemilihan pelarut dapat dilihat dari tingkat kepolarannya
dengan menggunakan prinsip like dissolve like. Senyawa yang polar akan larut dalam
pelarut polar, sedangkan senyawa yang bersifat nonpolar akan larut pada pelarut nonpolar
(Mantiq, 2016)

2.4 Faktor Faktor yang mempengaruhi Reaksi


Berdasarkan Hukum Termodinamika pada keadaan kesetimbangan, rasio aktivitas
species terlarut dalam kedua fase itu merupakan suatu konstanta (K) atau yang dikenal dengan
Hukum
Distribusi Nerst. Pada hukum ini, nilai K akan dipengaruhi oleh suhu dan bukan
merupakan fungsi konstanta absolut zat atau volume kedua fase itu (Cammarata, 1995).Berikut
ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi zat dalam larutan:
1.Kekuatan ion dipengaruhi oleh konsentrasi, semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka laju
distribusi makin kecil.
2.Konstanta dielektrik mempengaruhi konstanta laju reaksi ionik yang
diekstrapolasikan sampai pengenceran tak terbatas dengan pengaruh kekuatan ionnya 0. Untuk
reaktan ion yang kekuatannya bermuatan berlawanan maka laju distribusi reaktan tersebut
adalah positif dan untuk reaktan yangmuatannya sama maka laju distribusinya negatif.
3.Temperatur bertambah dalam reaksi kira-kira 2 atau 3 tiap kenaikan setiap
suhu10oC.
4.Katalis asam-basa memengaruhi laju spesifik distribusi.
5.Proses dengan menggunakan katalis dapat menurunkan laju - laju distribusi (katalis negatif)
dan energi aktivitas dengan mengubah mekanisme suatu reaksi sehingga bertambah
kecepatan (laju reaksi)
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. R. C. Denny, G. H., Dan Jeffrey, J. M. (1994), Buku Ajar Vogel Kimia Analisa
Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Eeg. Ha, 135-147.

Cammarata, S. 1995. Farmasi Fisika, UI-Press, Jakarta.

Mantiq, Ahmad. 2016. https://bisakimia.com/2016/09/03/bagaimana-menentukan- pelarut-yang-


tepat/.

Rivai, H. 1995. Azas Pemeriksaan Kimia. Ul-Press, Jakarta

Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-cair (http//indrawibawads. Wordpress.com). Diakses


pada tanggal 23 Maret.

Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi

Zulmanwardi. (2015). Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2 Jurusan Teknik Kimia. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Anda mungkin juga menyukai