Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya dan rekan-rekan saya
telah menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek dan dapat menyusun laporan Hasil
Kerja Praktek ini sebagaimana mestinya.
Semoga pembaca dapat memahami dan mengerti isi laporan ini dan
memohon maaf apabila ada salah penulisan kata dan maksud dalam penulisan.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPLAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam laporan ini akan membahas mengenai panas bumi secara umum dan
pemanfaatnya.
1.2 Tujuan
Tujuan laporan :
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk dapat memahami panas
bumi secara umum dan pemanfaatannya (hulu dan hilir).
1.3 Manfaat
Manfaat laporan :
Jalannya PT. PGE Area Lahendong di mulai pada tahun 2001 dengan
pengoperasian PLTP Unit-1 berkapasitas sebesar 20 MW. Di mulai dengan
menanda tangani suatu MOU antara Pertamina dan PLN untuk pengembangan
PLTP Lahendong pada tanggal 17 November 1995. Pengembangan diteruskan
dengan membangun Unit-2 yang beroperasi pada 2007 dengan kapasitas 20
MW, PLTP Unit-3 berkapasitas 20 MW pada tahun 2009, PLTP Unit-4
berkapasitas 20 MW pada tahun 2011, dan PLTP Unit-5&6 yang beroperasi
tahun 2016 berkapasitas 2x20 MW. Dengan begitu PT. PGE Area Lahendong
memiliki total kapasitas sebesar 120 MW sebagai pembangkit listrik di
Sulawesi Utara. Higga sekarang PT. PGE Area Lahendong telah memiliki 53
sumur yang terbagi di 6 unit yang beroperasi.
BAB III
DASAR TEORI
Energi panas bumi atau geothermal energy adalah energi panas (thermal)
yang di hasilkan dan tersimpan di dalam bumi. Kata “Geo” berarti bumi
sedangkan “thermal” berarti kalor atau panas. Energi yang dihasilkan oleh
aktivitas tektonik yang terjadi di dalam bumi, dan dapat juga berasal dari
panas matahari yang di serap bumi dari permukaan bumi.
Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dan memiliki magma
yang temperaturnya mencapai 5.430 °C, maka lapisan bumi bagian atas
mengalami peningkatan temperature. Air yang bersentuhan/mengalir pada
lapisan ini akan terjadi uap panas yang bertekanan tinggi. Inilah energi
potensial yang kemudian dikenal sebagai energi panas bumi atau geothermal.
Gambar. 1 Penyebaran prospek panas bumi di Indonesia (sumber : buku Teknik Panas Bumi)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pemboran panas bumi umumnya di gunakan dua jenis bit (mata bor)
yaitu Roller-cone Bit dan Drag Bit. Dan sistem yang digunakan dalam
pemboran panas bumi sama seperti pada pemboran migas, dimana terdapat :
Pemboran panas bumi yang mencari rekahan (loss zone) yang mengarah
atau terhubung pada sumber panas, maka akan di gunakan air drilling sebagai
pengangkat cutting. Berbeda dengan pemboran migas yang mencegas
terjadinya rekahan pada reservoir.
Pada hulu lapangan panas bumi PT. PGE Area Lahendog terbagi dalam 6
Unit yang mana Unit-1 sampai Unit-4 adalah unit pemasok atau penyuplai uap
untuk PLTP milik PLN, bisa dikatakan bahwa Unit-1 sampai 4 menjual uap,
sedangkan Unit-5&6 berbeda dimana unit ini sudah menghasilkan listrik yang
langsung di salurkan ke pada PLN. Setiap unit berkapasitas 20 MW dengan
begitu total kapasitas yaitu sebesar 120 MW. Sumur yang telah berhasil di bor
tercatat berjumlah 53 sumur, yang terbagi atas 19 sumur produksi, 7 sumur
injeksi, dan 27 sumur yang telah di tutup (abandon).
Adapun peralatan utama produksi pada hulu geothermal yaitu :
Gambar. 3 Pipa alir dua fasa dari beberapa sumur yang disatukan di manifold
(sumber : kamera sendiri)
4. Separator
Pada lapangan Lahendong separator yang di gunakan berjenis cyclone,
dimana aliran fluida dua fasa masuk dari arah samping dan akan
menimbulkan gaya sentrifugal. Perbedaan densitas akan memisahkan
uap dan air, dimana air yang berdensitas lebih berat akan kebagian
bawah separator dan uap akan mengisi bagian atas dari separator.
Gambar. 4 Separator pada Cluster 13B lapagan Lahendong (sumber : kamera sendiri)
5. Scrubber
Scrubber merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
partikel solid yang berukuran kecil dari uap agar uap yang masuk ke
turbin telah bersih dari kotoran partikel (uap bersih). Pada Unit-5&6
lapangan Lahendong, jenis scrubber yang digunakan Vine Type
Scrubber.
7. Rock Muffler
Sama seperti AFT hanaya saja tempatnya berada di setelah scrubber,
berfungsi sebagai tempat buangan uap yang tak di alirkan ke PLTP,
dan juga tempat buangan uap bila PLTP terjadi trip (PLTP melakukan
maintenance).
1. Turbin
2. Condenser
3. Cooling tower
4. Gas removal system
5. HWP (hot well pump)
6. Generator - switchyard
1. Turbin
Turbin merupakan suatu alat penggerak yang di gerakan oleh uap, turbin
akan memutar roda turbin yang terhubung dengan generator. Terdapat dua
jenis trubin, yaitu :
1. Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine
Uap yang telah dipakai, diproses lagi dan digunakan untuk
menggerakkan turbin.
2. Condensing Unit Turbine
Uap yang keluar akan melewati proses kondensasi menjadi air.
2. Kondenser
Kondenser berfungsi mengkondensasi uap menjadi air, dengan menciptakan
takanan vakum (tekanan di bawah atmosfer). Proses vakum terjadi secara
thermodinamika dan bukan secara mekanik. Uap yang keluar dari turbin
akan bercampur dengan air dingin di condenser akan mencapai
kesetimbangan masa dan energi, air yang di semprotkan akan menyusutkan
uap dan akan terjadi kondisi vakum pada condenser.
3. Cooling tower
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan kondensat dan air dari system
pelumas. Air hasil pendinginan cooling tower akan di sirkulasikan kembali
sebagai air pendingin. Pada Unit-5&6 lapangan Lahendong cooling tower
yang digunakan berjenis Mechanical Draft dengan arah aliran counterflow,
dimana pada proses pendinginan menggunakan kipas (fan) dan air akan
melewati bahan pengisi (fill material) berupa lapisan - lapisan kayu/plastik,
dan saat melewati bahan pengisi akan terjadi perpindahan panas dari air ke
udara.
4. Gas removal system
Gas removal system adalah sistem yang berfungsi sebagai pembuang Non
Condensable Gas (NCG) di kondensor. NCG adalah gas yang tidak dapat di
kondensasikan. Adanya NCG pada kondensor menyebabka tekanan pada
kondensor naik dan akan mempengaruhi output dari turbin, maka NCG
perlu di keluarkan dari condenser dengan menggunakan gas removal system.
Bagian – bagian dari gas removal system sebagai berikut :
1. Steam ejector
Steam ejector bekerja dengan memanfaatkan panas buangan dari
sistem pembangkit daya. Terdiri dari empat bagian yaitu divergen
nosel (primary nozzle), ruang hisap (suction chamber), constan area
(mixing tube), dan diffuser. Cara kerja dari steam ejector adalah
dimulai dengan uap bertekanan dan bertemperatur tinggi dari boiler
(motive fluid) masuk dengan kecepatan supersonic ke primary nozzle
dan menarik NCG dari suction chamber dan akan ke diffuser.
2. Inter condenser
Inter condenser berfungsi untuk mengkondensasi kembali NCG
setelah melewati steam ejector. Dan air hasil kondensasi akan di
pompakan ke cooling tower, bila masih ada NCG maka di buang
melewati vacum pump.
3. Vacum pump
Vacum pump berfungsi sebagai alat bantu untuk mengeluarkan NCG
dari inter condenser. Dengan gaya sentrifugal maka NCG di alirkan
dan di buang ke cooling tower.
Gambar. 10 Proses singkron antara alat dan sistem komputer melalui SRO Box (sumber
: kamera sendiri)
Peralatan pengukuran :
1. Lubricator
Pipa yang digunakan sebagai alat bantu untuk memasukan alat ukur
kedalam sumur, lubricator di koneksikan dengan kepala sumur.
2. Wireline
Kawat yang berfungsi untuk menurunkan alat ukur PTS, kawat ini tahan
tekanan serta suhu tinggi.
Gambar. 12 Wireline dan drum tempat melilitnya wireline (sumber : kamera sendiri)
3. Stuffing box
Stuffing box berada pada bagian dari lubricator, berfungsi sebagai
pencegah semburan yang bekerja dengan adanya hydraulic pump dan
hydraulic packing nut assembly.
4. Scafollding
Scafolling berfungsi sebagai tempat pijakan operator saat bekerja di atas
dari kepala sumur.
6. Jar
Jar merupakan pemberat dari alat PTS yang berbentuk bulat panjang yang
di sambungkan antara rope socket dan laat PTS.
Gambar. 14 Jar dan rope socket (sumber : kamera sendir)
7. Mobil logging
Mobil logging membantu proses dari pengukuran, pada mobil logging
memiliki bagian – bagian antara lain :
1. DSTU (Deep Speed Tension Unit)
Rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman dan
beban yang terletak pada operator room.
3. Operator room
Tempat operator mengoperasikan dan mengontrol wirelogging yang
sedang running.
Gambar. 15 Ruang operator (sumber : kamera sendiri)
4. SRO Box
Sebagai alat bantu transfer data atau alat pembaca serta alat singkron
antara alat PTS dan system pada komputer.
5. Komputer
Komputer digunakan untuk menjalankan system aplikasi untuk
menyingkronkan alat PTS serta digunakan untuk mengolah data.
Gambar. 17 Komputer dan alat DSTU (sumber : kamera sendiri)
6. Weight indicator
Untuk mengetahui beban rangkaian alat ukur.
Pengukuran scale cather memiliki proses yang sama seperti PTS, setelah
dilakukannya persiapan maka alat di running pada kedalaman tertentu yang
terdeteksi masalah scale, setelah alat keluar dari sumur maka scale di ambil
dari dalam alat tersebut.
Bagian-bagian vortex :
3. Metode Isokinetic
Metode isokinetic digunakan untuk sampling uap yang nantinya uap
tersebut adakan di analisa lebih lanjut untuk mengetahui kandungan
mineral serta gas yang terkandung dalam uap. Ada dua pengambilan
sample, pertama brine/condensate dan kedua gas, untuk pengambilan
condensate, sample yang terkondensasikan lewat condenser akan langsung
di masukan ke botol sampling plastik, dan untuk pengambilan gas akan
dimasukan ke dalam botol gas berbahan kaca yang telah di isi larutan
𝐻𝑁𝑂3. Larutan 𝐻𝑁𝑂3 sabagai pengikat gas dalam uap agar
terkondensasikan dan mengalami pengendapan.
Total sumur yang telah di bor oleh PT. PGE Area Lahendong higga saat ini
berjumlah 53 sumur, dibagi menjadi 19 sumur produksi, 9 sumur injeksi, 15
sumur abandon (tutup). Dan sumur – sumur tersebut tersebar pada ke enam Unit
lapangan Lahendong.
PT. PGE Area Lahendong juga melakukan pengukuran serta pengujian demi
memonitoring kondisi sumur, karakteristik sumur, serta karakteristik fluida
produksi. Adapun pengukuran dan pengujian yang dilakukan sebagai berikut :
1. Pengukuran PTS
2. Pengukuran Go Devil
3. Pengukuran Scale Cather
4. Pengukuran Flow Performance Test
5. Pengujian Dryness fluida
6. Pengujian total NCG
7. Pengujian mineral dalam uap
DAFTAR PUSTAKA
Sapto Ciptadi, Salvius Patangke.2001. Evaluasi Potensi Silika Scaling Pada Pipa
Produksi Lapangan Panas Bumi Lahendong – Sulawsi Utara.
PERTAMINA Area Panas Bumi Lahendong