Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA PERAKTEK

PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA


LAHENDONG

PEMBUATAN LAPORAN INI SEBAGAI BUKTI HASIL KERJA PRAKTEK


YANG TELAH TERLAKSANA PER TANGGAL 08 JANUARI 2020 – 07
FEBRUARI 2020.

Laporan disusun oleh :

Glend D. Dariwu (STT MIGAS Balikpapan)

Maria A. Paendong (Universitas Samratulangi)

Meycilia A. Assa (Universitas Samratulangi)

Jessy R. Dajoh (Universitas Samratulangi)


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini saya dan rekan-rekan saya
telah menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek dan dapat menyusun laporan Hasil
Kerja Praktek ini sebagaimana mestinya.
Semoga pembaca dapat memahami dan mengerti isi laporan ini dan
memohon maaf apabila ada salah penulisan kata dan maksud dalam penulisan.

Tomohon, 03 Februari 2020


Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II TEORI UMUM

2.1 Profil Singkat Perusahaan

BAB III DASAR TEORI

3.1 Panas Bumi


3.2 Mengetahui Potensi Sumber Energi Panas Bumi
3.3 Potensi dan Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pemboran Panas Bumi


4.2 Hulu PT. PGE Area Lahendong
4.3 Hilir PT. PGE Area Lahendong
4.4 PTS Test (Pressure, Temperature, Spinner)
4.5 Biary Plan Geothermal
4.6 Vortex
4.7 Flowmeter Ultrasonic
4.8 Sampling Fluida

BAB VI KESIMPLAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan energi untuk


beraktifitas, bentuk energi ada bermacam-macam misalnya energi panas atau
thermal. Panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di
dalam kerak bumi, dan pemanfaatan energi panas bumi ini telah ada sejak
peradaban Romawi, sekarang pemanfaatannya lebih untuk menghasilkan
listrik.

Dewasa ini listrik sangatlah di perlukan untuk membantu kegiatan sehari-


hari, entah itu dalam rumah tangga, kantor, ataupun dunia medis. Berdasarkan
data Kementerian ESDM tahun 2017 konsumsi listrik Indonesia mecapai
1.012 kWh per kapita, dan ini akan bertambah dari tahun ke tahun. Maka ada
upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik Negara yang terus bergerak naik,
yaitu dengan membangun Pembangkit Listrik, tetapi perlu diingat bahwa kita
juga harus menjaga lingkungan, dan hal itu juga yang di harapkan diterapkan
dalam upaya penenuhan kebutuhan listrik dengan membangun Pembangkit
Listrik yang haruslah ramah lingkungan.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah salah satu


pembangkit yang ramah lingkungan, dengan memanfaatkan energi panas
bumi sebagai energi pembangkit, maka zat-zat emisi yang dihasilkan lebih
rendah dari penggunaan batubara dan minyak bumi. Bersifat terbarukan dan
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, panas bumi sangatlah cocok sebagai
pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia yang termasuk dalam
kawasan cincin api (ring of fire).

Dalam laporan ini akan membahas mengenai panas bumi secara umum dan
pemanfaatnya.
1.2 Tujuan

Tujuan laporan :

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk dapat memahami panas
bumi secara umum dan pemanfaatannya (hulu dan hilir).

1.3 Manfaat

Manfaat laporan :

Manfaat dari pembuatan laporan ini adalah di harapakan para pembaca


dapat memahami dan mengerti mengenai energi panas bumi serta
pemanfaatannya.
BAB II
TEORI UMUM

2.1 Profil Singkat Perusahaan

Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan dari PT.


Pertamina (Persero). Perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan energi
panas bumi ini, berdasarkan Akta Nomor 10 tanggal 12 Desember 2006 telah
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia tertanggal 3 Januari 2007 dengan surat keputusan No. W7-
00089 HT.01.01-TH.2007. Pada tahun 1974 merupakan tahun pertama kali
dimulainya pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dengan adanya
aktivitas eksplorasi dan eksploitasi oleh Pertamina yang mengidentifikasi 70
wilayah panas bumi di nusantara, yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik.

PT. Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong yang berbasis di Kota


Tomohon Provinsi Sulawesi Utara yang berlokasi di Jl. Raya Lansot No.09,
Kolongan Satu, Tomohon Tengah, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. PT.
PGE Area Lahendong merupakan lapangan panas bumi pertama di timur
Indonesia. Berada di ketinggian ± 750 m di atas permukaan laut, lapangan ini
termasuk kawasan vulkanik yang memiliki kaldera serta manifestasi lain yang
terihat bahkan telah dijadikan objek wisata bagi masyarakat sekitar.

Jalannya PT. PGE Area Lahendong di mulai pada tahun 2001 dengan
pengoperasian PLTP Unit-1 berkapasitas sebesar 20 MW. Di mulai dengan
menanda tangani suatu MOU antara Pertamina dan PLN untuk pengembangan
PLTP Lahendong pada tanggal 17 November 1995. Pengembangan diteruskan
dengan membangun Unit-2 yang beroperasi pada 2007 dengan kapasitas 20
MW, PLTP Unit-3 berkapasitas 20 MW pada tahun 2009, PLTP Unit-4
berkapasitas 20 MW pada tahun 2011, dan PLTP Unit-5&6 yang beroperasi
tahun 2016 berkapasitas 2x20 MW. Dengan begitu PT. PGE Area Lahendong
memiliki total kapasitas sebesar 120 MW sebagai pembangkit listrik di
Sulawesi Utara. Higga sekarang PT. PGE Area Lahendong telah memiliki 53
sumur yang terbagi di 6 unit yang beroperasi.
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Panas Bumi

Energi panas bumi atau geothermal energy adalah energi panas (thermal)
yang di hasilkan dan tersimpan di dalam bumi. Kata “Geo” berarti bumi
sedangkan “thermal” berarti kalor atau panas. Energi yang dihasilkan oleh
aktivitas tektonik yang terjadi di dalam bumi, dan dapat juga berasal dari
panas matahari yang di serap bumi dari permukaan bumi.

Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang panas bumi menjelaskan


bahwa panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untukpemanfaatannya diperlukan proses penambangan.

Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dan memiliki magma
yang temperaturnya mencapai 5.430 °C, maka lapisan bumi bagian atas
mengalami peningkatan temperature. Air yang bersentuhan/mengalir pada
lapisan ini akan terjadi uap panas yang bertekanan tinggi. Inilah energi
potensial yang kemudian dikenal sebagai energi panas bumi atau geothermal.

3.2 Mengetahui Potensi Sumber Energi Panas Bumi

Mengetahui potensi sumber energi panas bumi di perlukan data-data hasil


survei lapangan daerah yang di duga memiliki sumber energi panas bumi dan
yang ingin dikembangkan, data-data tersebut berupa data geologi, geografi,
geokimia dan geofisika. Bila telah di lakukan studi berdasarkan data tersebut
maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur ekplorasi, dengan
tujuan membuktikan adanya sumberdaya panas bumi pada daerah yang
diselidiki dan menguji model sistem panas bumi yang dibuat berdasarkan data
hasil survei. Lalu di lakukan studi kelayakan untuk menilai apakah sumber
panas bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis baik
untuk diproduksikan. Dan mengetahui potensi sumber panas bisa dilihat dari
manifestasi – manifestasi di permukaan, manifestasi panas bumi adalah
penampakan di permukaan sebagai akibat dari keberadaan panas bumi
(Saptadji, 2001). Manifestasi tersebut berupa tanah hangat, permukaan tanah
beruap, mata air panas/hangat, kolam/telaga air panas, geyser, fumarole,
kubangan lumpur panas, dan silika sinter.

3.3 Potensi dan Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi di Indonesia

Indonesia memiliki potensi energi panas bumi (geothermal) yang besar, di


karenakan Indonesia termasuk wilayah cincin api (ring of fire). Menurut data
PT. Pertamina Geothermal Energy (2015) Indonesia diperkirakan menyimpan
hingga 28,9 ribu MW dari seluruh potensi panas bumi dunia atau setara
dengan 40% dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Sumber-sumber yang
tersebar di 276 lokasi, meliputi 86 lokasi potensi panas bumi di Sumatera, 71
lokasi di Jawa, 8 lokasi di Kalimantan, 55 lokasi di Sulawesi, 27 lokasi di
Bali dan Nusa Tenggara, 26 lokasi di Maluku, dan 3 lokasi di Papua (Agus
Nurrohim, 2015). Berdasarkan data Kementrian ESDM tahun 2018 Indonesia
memiliki cadangan sebesar 17.506 MW dan sumber daya energi panas bumi
(geothermal) sebesar 11.073 MW dengan pemanfaatannya masih sekitar
11.03%.

Mengutip dari laman resmi Pertamina Geothermal Energy, lapangan panas


bumi pertama yang beroperasi secara komersial yaitu Lapangan Kamojang
Unit-1 (30 MW) pada tahun 1983. Disusul perkembangan lapangan-lapangan
panas bumi lainnya yang tersebar di Indonesia yaitu Dieng Jawa Tengah (60
MW), Lahendong Sulawesi Utara (120 MW), Salak Jawa Barat (375 MW),
Sibayak Sumatera Utara, Sarulla Sumatera Utara (330 MW), Ulubelu
Lampung (110 MW), Wayang Windu Jawa Barat (227 MW), Patuha Jawa
Barat (55 MW), Darajat Jawa Barat (270 MW), Karaha Jawa Barat (30 MW),
Matalako NTT (2,5 MW), dan Ulumbu NTT (10 MW).

Gambar. 1 Penyebaran prospek panas bumi di Indonesia (sumber : buku Teknik Panas Bumi)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemboran Panas Bumi

Pemboran sumur panas bumi (geothermal) pada dasarnya serupa dengan


pemboran pada sumur migas (minyak dan gas) dari proses, alat dan ahli
pemboran. Hanya ada sedikit penyesuaian mengingat adanya perbedaan
karakter tipe batuan, batuan penyusun didaerah panas bumi berupa batuan
vulkanik yang lebih keras di banding dengan batuan sedimen yang menjadi
batuan penyusun pada daerah migas.

Pada pemboran migas reservoir menjadi tempat dimana terakumulasinya


hidrokarbon (minyak dan gas), sedangkan pada reservoir panas bumi pada
umumnya terdiri dari air dan uap tergantung dari pressure dan temperature
yang mempengaruhinya. Jenis sumur geothermal berdasarkan fungsinya ada
dua, yaitu :
1. Sumur Produksi
Sumur produksi mempunyai fungsi memproduksikan air (brine)
dan atau uap (steam).
2. Sumur Injeksi
Sumur injeksi mempunyai fungsi menginjeksi air, air yang telah di
ekstrak energi panasnya di injeksi kembali ke reservoir melewati
sumur injeksi geothermal.

Pada pemboran panas bumi umumnya di gunakan dua jenis bit (mata bor)
yaitu Roller-cone Bit dan Drag Bit. Dan sistem yang digunakan dalam
pemboran panas bumi sama seperti pada pemboran migas, dimana terdapat :

1. Sistem angkat (hoisting system)


Berfungsi membantu perkerja untuk mengangkat serta menurunkan
rangkaian peralatan pemboran.
2. Sistem putar (rotary system)
Berfungsi memberikan putaran dan memberikan beban pada
rangkaian pipa bor.
3. Sistem sirkulasi (circulating system)
Berfungsi mengsirkulasikan cutting pada lubang bor dan melumasi
serta mendinginkan bit.
4. Sistem tenaga (power system)
Berfungsi sebagai penyedia listrik bagi peralatan pemboran (power
suplly system).
5. Sistem BOP (blow out preventer system)
Berfungsi sebagai system pengaman pencegas semburan liar.

Pemboran panas bumi yang mencari rekahan (loss zone) yang mengarah
atau terhubung pada sumber panas, maka akan di gunakan air drilling sebagai
pengangkat cutting. Berbeda dengan pemboran migas yang mencegas
terjadinya rekahan pada reservoir.

4.2 Hulu PT. PGE Area Lahendong

Pada hulu lapangan panas bumi PT. PGE Area Lahendog terbagi dalam 6
Unit yang mana Unit-1 sampai Unit-4 adalah unit pemasok atau penyuplai uap
untuk PLTP milik PLN, bisa dikatakan bahwa Unit-1 sampai 4 menjual uap,
sedangkan Unit-5&6 berbeda dimana unit ini sudah menghasilkan listrik yang
langsung di salurkan ke pada PLN. Setiap unit berkapasitas 20 MW dengan
begitu total kapasitas yaitu sebesar 120 MW. Sumur yang telah berhasil di bor
tercatat berjumlah 53 sumur, yang terbagi atas 19 sumur produksi, 7 sumur
injeksi, dan 27 sumur yang telah di tutup (abandon).
Adapun peralatan utama produksi pada hulu geothermal yaitu :

1. Kepala sumur (well head) dan valve


2. Pipa alir (pipe line)
3. Separator
4. Scrubber
5. silencer/AFT (Atmostferic Flash Tank)

1. Kepala sumur (well head) dan valve


Sama seperti sumur migas, pada sumur panas bumi memiliki rangkaian
kepala sumur yang berfungsi sebagai pengatur aliran fluida, menurut
Ir. Nenny dalam bukunya Teknik Panas Bumi (2019) rangkaian kepala
terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1. Master valve atau shut off valve


Berfungi menutup sumur atau mengisolasi sumur untuk keperluan
perawatan.
2. Service valve
Berfungsi mengatur aliran fluida yang akan di gunakan.
3. By pass valve
Berfungsi mengatur aliran fluida ke silencer atau ketempat
penampung (pembuangan).
4. Bleed valve
Berfungsi untuk menyemburkan fluida ke udara dengan laju alir
sangat kecil (bleeding). Pada saat sumur tidak berproduksi maka
fluida harus tetap di keluarkan guna menjaga sumur tetap panas
dan gas tidak terjebak didalam sumur.
Gambar. 2 Rangkaian kepala sumur (sumber : buku Teknik Panas Bumi)

2. Pipa alir (pipe line)


Pipa alir pada lapangan panas bumi terbagi tiga yaitu; pipa alir uap,
pipa alir air (brine), pipa alir uap dan air (dua fasa), Ir. Nenny (2019).
Dari sumur ke separator adalah pipa alir uap dan air, dari separator ke
scrubber dan lalu ke turbin adalah pipa alir uap, sedangkan dari
separaot ke silencer/AFT adalah pipa alir air.

1. Pipa alir dua fasa


Pipa ini yang menyalurkan fluida dari sumur langsung ke separator,
panjang pipa ini tergantung dari letak separator, bila semakin dekat
separator maka semakin pendek pipa ini. Ukuran dari pipa ini
tergantung pada beberapa faktor, antara lain besarnya laju alir,
kehilangan tekanan, dan kehilangan suhu. Perancanaan pipa alir
perlu di perhatikan dengan baik demi menghindari terjadinya slug
flow khususnya di tempat-tempat dengan sudut elevasi yang cukup
besar.
2. Pipa alir uap
Pipa alir uap umumnya cukup panjang dengan menghubungkan
separator dan scrubber dengan diameter yang lebih besar dari ppa
alir dua fasa. Hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih rute
pipa ialah jalan masuk ke lokasi pemboran, daerah panas dan tidak
stabil, perubahan elevasi, penggunaan lahan, dan saluran
pembuangan.
3. Pipa alir air
Pipa alir air adalah pipa yang mengalirkan air (brine) menuju
silencer atau kolam pendingin (balong) atau juga langsung ke
sumur injeksi. Pada Unit-5&6 lapangan Lahendong, sistem
reinjeksi adalah hot brine dimana separator langsung di injeksikan
tanpa melewati kolam pendingin.

Gambar. 3 Pipa alir dua fasa dari beberapa sumur yang disatukan di manifold
(sumber : kamera sendiri)

4. Separator
Pada lapangan Lahendong separator yang di gunakan berjenis cyclone,
dimana aliran fluida dua fasa masuk dari arah samping dan akan
menimbulkan gaya sentrifugal. Perbedaan densitas akan memisahkan
uap dan air, dimana air yang berdensitas lebih berat akan kebagian
bawah separator dan uap akan mengisi bagian atas dari separator.
Gambar. 4 Separator pada Cluster 13B lapagan Lahendong (sumber : kamera sendiri)

5. Scrubber
Scrubber merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan
partikel solid yang berukuran kecil dari uap agar uap yang masuk ke
turbin telah bersih dari kotoran partikel (uap bersih). Pada Unit-5&6
lapangan Lahendong, jenis scrubber yang digunakan Vine Type
Scrubber.

Gambar. 5 Scrubber untuk unit 3 (sumber : kamera sendiri)


6. Silencer/AFT (Atmostferic Flash Tank)
AFT adalah alat yang meredam suara serta mengubah tekanan alir
fluida dalam pipa ke tekanan atmosfer.

Gambar. 6 AFT Cluste 5 (sumber : kamera sendiri)

7. Rock Muffler
Sama seperti AFT hanaya saja tempatnya berada di setelah scrubber,
berfungsi sebagai tempat buangan uap yang tak di alirkan ke PLTP,
dan juga tempat buangan uap bila PLTP terjadi trip (PLTP melakukan
maintenance).

Gambar. 7 Rock muffler unit 3&4 (sumber : kamera sendiri)


4.2 Hilir PT. PGE Area Lahendong

Produksi lapangan Lahendong menghasilkan uap dan listrik. Pada Unit-


5&6 PT. PGE Area Lahendong sudah menghasilkan listrik yang langsung di
salurkan kepada PLN, Unit ini bisa dikatakan memiliki semua komponen pada
lapangan panas bumi, dimana dari sumur hingga pada pembangkit listrik (hulu
dan hilir) berada pada satu lapangan.

Adapun peralatan pembangkit listrik pada Unit-5&6 :

1. Turbin
2. Condenser
3. Cooling tower
4. Gas removal system
5. HWP (hot well pump)
6. Generator - switchyard

1. Turbin
Turbin merupakan suatu alat penggerak yang di gerakan oleh uap, turbin
akan memutar roda turbin yang terhubung dengan generator. Terdapat dua
jenis trubin, yaitu :
1. Atmospheric Exhaust/Back Pressure Turbine
Uap yang telah dipakai, diproses lagi dan digunakan untuk
menggerakkan turbin.
2. Condensing Unit Turbine
Uap yang keluar akan melewati proses kondensasi menjadi air.

Pada Unit-5&6 lapangan Lahendong tipe turbin yang di gunakan adalah


condensing unit turbine.
Gambar. 8 Turbin (sumber : buku Teknik Panas Bumi)

2. Kondenser
Kondenser berfungsi mengkondensasi uap menjadi air, dengan menciptakan
takanan vakum (tekanan di bawah atmosfer). Proses vakum terjadi secara
thermodinamika dan bukan secara mekanik. Uap yang keluar dari turbin
akan bercampur dengan air dingin di condenser akan mencapai
kesetimbangan masa dan energi, air yang di semprotkan akan menyusutkan
uap dan akan terjadi kondisi vakum pada condenser.

3. Cooling tower
Cooling tower berfungsi untuk mendinginkan kondensat dan air dari system
pelumas. Air hasil pendinginan cooling tower akan di sirkulasikan kembali
sebagai air pendingin. Pada Unit-5&6 lapangan Lahendong cooling tower
yang digunakan berjenis Mechanical Draft dengan arah aliran counterflow,
dimana pada proses pendinginan menggunakan kipas (fan) dan air akan
melewati bahan pengisi (fill material) berupa lapisan - lapisan kayu/plastik,
dan saat melewati bahan pengisi akan terjadi perpindahan panas dari air ke
udara.
4. Gas removal system
Gas removal system adalah sistem yang berfungsi sebagai pembuang Non
Condensable Gas (NCG) di kondensor. NCG adalah gas yang tidak dapat di
kondensasikan. Adanya NCG pada kondensor menyebabka tekanan pada
kondensor naik dan akan mempengaruhi output dari turbin, maka NCG
perlu di keluarkan dari condenser dengan menggunakan gas removal system.
Bagian – bagian dari gas removal system sebagai berikut :
1. Steam ejector
Steam ejector bekerja dengan memanfaatkan panas buangan dari
sistem pembangkit daya. Terdiri dari empat bagian yaitu divergen
nosel (primary nozzle), ruang hisap (suction chamber), constan area
(mixing tube), dan diffuser. Cara kerja dari steam ejector adalah
dimulai dengan uap bertekanan dan bertemperatur tinggi dari boiler
(motive fluid) masuk dengan kecepatan supersonic ke primary nozzle
dan menarik NCG dari suction chamber dan akan ke diffuser.
2. Inter condenser
Inter condenser berfungsi untuk mengkondensasi kembali NCG
setelah melewati steam ejector. Dan air hasil kondensasi akan di
pompakan ke cooling tower, bila masih ada NCG maka di buang
melewati vacum pump.
3. Vacum pump
Vacum pump berfungsi sebagai alat bantu untuk mengeluarkan NCG
dari inter condenser. Dengan gaya sentrifugal maka NCG di alirkan
dan di buang ke cooling tower.

5. HWP (hot well pump)


HWP adalah pompa pendingin yang berfungsi memompakan air kondensat
dari condenser ke cooling tower. Pada Unit-5&6 lapangan Lahendong jenis
HWP yang digunakan adalah Vertical Barriel Centrifugal Pump.
6. Generator
Generator adalah alat pengubah energi mekanis menjadi energi listrik.
Setelah mendapat gaya putar dari turbin yang terhubung dengan poros
utama, akan memutar kumparan dan akan menghasilkan energi listrik.
Listrik yang di hasilkan akan menuju ke travo/transformer untuk di tingkat
tegangannya. Unit-5&6 lapangan Lahendog menghasilkan 11 kV dan di step
up dengan travo menjadi 150 kV lalu di salrkan ke PLN dengan meleati
kabel bertegangan tinggi dan switchyard.

4.3 PTS Test (Pressure, Temperature, Spinner)


Pressure, Temperature, Spinner (PTS) merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk pengukuran di bawah permukaan pada sumur panas bumi
yang berfungsi untuk mengetahui tekanan, temperatu, dan laju alir fluida
produksi (Steingrimsson, 2013). Pada PTS ada tiga alat utama yang terdapat
pada alat ini adalah pressure recorder, temperature recorder, dan spinner
(Stevens, 200)

Gambar. 9 Rangkaian alat PTS (sumber : buku Teknik Panas Bumi)


Spinner terletak pada bagian paling bawah dari rangkaian sedangkan
pressure recorder dan temperature recorder berada dalam selubung/heat
shield pada tengah rangkaian, heat shield berfungsi melindungi kedua
recorder dari tingginya tekanan dan temperatur dalam sumur.
Cara pengukuran dari alat PTS adalah pertama alat di siapkan dengan
mengganti O Ring, C Ring, pelindung baut recorder, mengisi oli pada alat
PTS, dan mengencangkan baut yang ada pada alat PTS dan dilakukan
penyingkronan (waktu, kedalaman, dll) dengan sistem computer melalui SRO
Box. Lalu alat diturunkan kedalam sumur menggunakan wireline dan dapat di
lakukan beberapa kali pass (naik turun) dengan kecepatan yang berbeda –
beda, tapi hal ini tergantung dari permintaan data dari reservoir engineering,
seperti pada pengukuran P&T di sumur LHD-16 lapangan Lahendong (9/1/20)
pengukuran hanya satu kali pass. Pembacaan telah di mulai ketika alat PTS di
well head, kecepatan wireline tetap di jaga saat pass agar pembacaan konstan
hingga kedalaman sumur yang di ingikan. Ketika telah mencapai kedalaman
sumur yang di inginkan, alat PTS di diamkan ± 2 menit agar pembacaan stabil
dan menhindari difleksi pembacaan. Kemudian PTS di tarik naik dan di
download/upload data dari alat recorder ke dalam system computer dengan
bantuan alat SRO Box sebagai media bantu transfer.

Gambar. 10 Proses singkron antara alat dan sistem komputer melalui SRO Box (sumber
: kamera sendiri)
Peralatan pengukuran :

1. Lubricator
Pipa yang digunakan sebagai alat bantu untuk memasukan alat ukur
kedalam sumur, lubricator di koneksikan dengan kepala sumur.

Gambar. 11 Lubricator dan kepala sumu (sumber : kamera sendiri)

2. Wireline
Kawat yang berfungsi untuk menurunkan alat ukur PTS, kawat ini tahan
tekanan serta suhu tinggi.

Gambar. 12 Wireline dan drum tempat melilitnya wireline (sumber : kamera sendiri)
3. Stuffing box
Stuffing box berada pada bagian dari lubricator, berfungsi sebagai
pencegah semburan yang bekerja dengan adanya hydraulic pump dan
hydraulic packing nut assembly.

Gambar. 13 Jenis stuffing box (sumber : kamera sendiri)

4. Scafollding
Scafolling berfungsi sebagai tempat pijakan operator saat bekerja di atas
dari kepala sumur.

5. Bull nose dan rope socket


Bull nose berbentuk kerucut setengah bulat ini berada pada bagian ujung
dari alat ukur, berfungsi agar saat running alat di dalam sumur, agar alat
ukur tidak tersangkut. Sedangkan rope socket berfungsi sebagai pengikat
wireline dengan rangkaian PTS, berada pada bagian atas dari rangkain.

6. Jar
Jar merupakan pemberat dari alat PTS yang berbentuk bulat panjang yang
di sambungkan antara rope socket dan laat PTS.
Gambar. 14 Jar dan rope socket (sumber : kamera sendir)

7. Mobil logging
Mobil logging membantu proses dari pengukuran, pada mobil logging
memiliki bagian – bagian antara lain :
1. DSTU (Deep Speed Tension Unit)
Rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman dan
beban yang terletak pada operator room.

2. Wirelogging unit mobile


Mesin yang berfungsi menggulung wireline logging ke drum
gulungan dengan metode hydraulic.

3. Operator room
Tempat operator mengoperasikan dan mengontrol wirelogging yang
sedang running.
Gambar. 15 Ruang operator (sumber : kamera sendiri)

4. SRO Box
Sebagai alat bantu transfer data atau alat pembaca serta alat singkron
antara alat PTS dan system pada komputer.

Gambar. 16 SRO Box (sumber : kamera sendiri)

5. Komputer
Komputer digunakan untuk menjalankan system aplikasi untuk
menyingkronkan alat PTS serta digunakan untuk mengolah data.
Gambar. 17 Komputer dan alat DSTU (sumber : kamera sendiri)

6. Weight indicator
Untuk mengetahui beban rangkaian alat ukur.

Pengukuran Go Devil dan Scale Cather pada dasarnya mempunyai prinsip


kerja yang sama dengan pengukuran PTS, hanya saja alat yang digunakan
berbeda di antara ketiga alat ini. go devil digunakan untuk mencari tau tubing
yang mengalami penyempitan (collaps). Dan scale cather di gunakan untuk
mengukur dan mengambil sampel dari scale (scalling) di dalam sumur.

Pengukuran scale cather memiliki proses yang sama seperti PTS, setelah
dilakukannya persiapan maka alat di running pada kedalaman tertentu yang
terdeteksi masalah scale, setelah alat keluar dari sumur maka scale di ambil
dari dalam alat tersebut.

Pengukuran Go Devil juga memiliki persiapan yang sama dengan kedua


pengukuran diatas, setelah siap maka alat dengan ukuran tertentu dimasukan
ke dalam sumur hingga pada kedalaman yang diperkirakan mengalami
masalah berupa penyempitan (collaps) atau kerusakan akibat asam.
Gambar. 18 Alat pengukur Go Devil dan Scale Cather (sumber : kamera sendiri)

Pengkuran pada sumur panas bumi selain pengukuran PTS, Go Devil,


Scale Cather, ada juga Flow Performance Test (FPT) yang bertujuan untuk
mengetahui informasi produksi dengan cara meghitung aliran produksi sumur.

4.4 Binary Plant Goethermal


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama dengan pemerintah Ffederal
Jerman melalui Geo Forschungs Zentrum (GFZ) German Riesearch Centre
for Geosciences yang didukung oleh PGE melakukan uji coba pengembangan
pambangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan metode binary plant di
area kerja Lahendong tepatnya di unit 3 & 4, cluster 5. Kolaborasi ini dimulai
pada tahun 2009 yang akhirnya ditanda tangani perjanjian studi antara PGE-
GFZ-BPPT pada tanggal 17 Januari 2012. PLTP Binary Lahendong adalah
PLTP Binary yang pertama kali beroperasi di Indonesia dan berkapaasitas 500
kW .
PLTP Binary dapat secara signifikan memperbesar dan meningkatkan
pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia. Pembangkit listrik binary dapat
meningkatkan kapasitas pembangkit dari lapangan panas bumi entalpi (suhu)
rendah sampai sedang karena teknologi ini menggunakan air panas (brine) dari
hasil pemisahan fluida panas bumi dua fasa di separator. Di sisi lain,
penggunaan PLTP Binary dapat menargetkan reservoir panas bumi bersuhu
rendah dan menengah untuk menghasilkan listrik melalui PLTP Binary skala
kecil mulai dari 50 kW sampai 5 MW (megawatt) (EBTKE, 2016).
Brine yang dihasilkan pada cluster 5 sebesar 800 T/h yang digunakan oleh
PLTP unit 3 Lahendong hanya sebesar 175 T/h sisanya dengan jumlah yang
cukup besar 625 T/h diinjeksikan lagi kedalam tanah. Brine yang diinjeksikan
kembali kedalam tanah masih mempunyai potensi energi yang sangat besar
guna penambahan produksi listrik dengan cara menambahkan sistem
pembangkit siklus biner sebagai pembangkit tenaga listrik (Maluegha, B, L,
2010).
Binary ini memanfaatkan limbah buangan geothermal, brine yang dari
separator digunakan untuk memanaskan air menggunakan heat extengers
selanjutnya air panas ini mengalir (hot water cycle) ke evaporator yang telah
dipanaskan. Brine ini kemudian digunakan untuk memanaskan dan
menguapkan fluida pentan (fluida kerja organic) yang disirkulasikan dalam
unit Binary Plant. Uap fluida pentan tersebut yang akhirnya akan memutari
turbin dan generator sehingga dapat menghasilkan listrik. Setelah uap fluida
pentan memutar turbin, selanjutnya akan didinginkan/ dikondensasikan di
cooling tower, dipakai juga fresh water sebagai pendingin.
4.5 Vortex
Vortex flowmeter merupakan suatu instrumen ukur yang digunakan untuk
mengukur laju aliran suatu fluida media pipa industri. Vortex flowmeter ini
bekerja berdasarkan prinsip vortex shedding, di mana pusaran yang berisolasi
yang terjadi saat aliran terhalang atau melewati suatu gertakan (berlawanan
dengan arus). Flowmeter jenis vortex ini biasa di aplikasikan hampir pada
semua jenis liquid dan gas bahkan steam. Pada beberapa flowmeter sudah di
tanamkan sensor temperature PT-100 sehingga untuk steam hasil bacanya
sudah bisa berupa konversi ke satuan massa seperti yang terdapat pada
PT.PGE Area Lahendong Unit 3&4. Dan untuk compressed gas di tambah
pressure transmitter yang diintegrasikan pada metering system.

Gambar. 19 Vortex (suber : Widinarto 206)

Bagian-bagian vortex :

1. Kondensasi tabung fleksibel


2. Katup jarum
3. Vortex transduser
4. Pemancar tekanan
5. Melakukan soket tekanan
6. Pt100 (pemancar suhu)
7. Soket dari Pt100
8. saluran bentuk L

Pengukuran aliran transduser aliran vortex sesuai dengan prinsip Karman


Vortices. Ketika sebuah bluff body ditempatkan secara vertikal di dalam pipa,
ketika fluida mengalir di sekitar bluff body, kolom vortisitas reguler akan
dihasilkan secara bergantian di setiap sisi bluff body. Pusaran ini dikenal
sebagai "Karman Vortices". Bagian resistensi yang menumpahkan vortisitas
dinamai "bluff body" (silverautomation, 2014).

Gambar. 20 Terciptanya gelombang vortisitas (sumber : Widinarto 2006)

4.6 Flowmeter Ultrasonic


Flow meter merupakan alat yang di pakai (instrument) untuk mengukur
aliran dari suatu fluida baik liquid (liquid flowmeter), sludge (sludge flow
meter) maupun gas (flow meter gas), baik bertemperatur rendah hingga
temperatur tinggi. Pada flowmeter ada tipe flowmeter ultrasonik, flowmeter
ultrasonic ini adalah meter jenis inferensial (mengukur secara tidak langsung)
yang menentukan kecepatan alir cairan (liquid flow rate) dengan mengukur
waktu transit pulsa suara frekuensi tinggi (high-frequency sound pulses) yang
melintasi pipa aliran.Waktu transit adalah waktu yang perlukan pulsa suara
yang melintasi pipa dalam dua arah yaitu searah dan berlawanan arah dengan
pipa aliran. Perbedaan waktu antara keduanya sebanding dengan rata rata
kecepatan aliran. Jadi metode yang di gunakan pada ultrasonic flowmeter itu
disebut transit time ultrasonic flowmeter karena pengukuran berdasarkan
waktu transit (Widinarto, 2006).

4.6.1 Prinsip kerja ultrasonic flowmeter


Transit time ultrasonic flowmeter mengunakan transduser akustik yang
dapat mengirim dan menerima sinyal akustik. Sepasang transduser di pasang
di luar pipa sehingga sinyal akustik melintasi pipa dalam arah yang di
tentukan.

Gambar. 21Flowmeter ultrasonic (sumber : sick 2006)

Metode transit time ultrasonic flowmeter didasarkan pada pengukuran


selisih waktu transmisi pulsa akustik yang melintas pipa pada dua arah yang
berlawanan. Sistem pengukurannya didasarkan pada kejadian dimana pulsa
akustik yang melintasi pipa secara diagonal pada aliran searah membutuhkan
waktu lebih cepat dibandingkan dengan pulsa akustik yang bergerak pada arah
yang berlawanan dengan aliran (sick, 2006).
4.6 Sampling Fluida
Sampling fluida (uap dan air) produksi pada panas bumi diperlukan agar
dapat mengetahui karakteristik dan kondisi (kandungan mineral) fluida,
dengan melakukan sampling kita dapat mengetahui tingkat dryness, TDS, dan
total NCG (non-condensable gas). Dengan mengetahui karakteristik serta
kondisi fluida maka kita dapat memperkecil ganguan pada kerja turbin dan
condenser. Pada lapangan Lahendong uap yang di produksikan untuk
pembangkitan haruslah 99,5% kekeringannya (dryness) dan NCG tidak
melewati 1% dari total uap yang di produksi, maka diperlukan sampling
teratur agar diketahui karakteristik dan kondisi fluida.

Pada lapangan Lahendong sampling dilakukan 2 kali untuk scrubber dan 1


kali untuk separator dalam sebulan. Khusus pada scrubber unit 3 dan separator
37 dilakukan sampling 4 kali dalam sebulan, dikarenakan tingkat keasaman
serta mineral yang tinggi.

Adapun metode – metode yang digunakan pada sampling lapangan


Lahendong:

1. Metode Wet Test Meter


Metode wet test meter digunakan untuk mengetahui total NCG (non
condensable gas) pada uap. Kerja dari alat wet test mater ketika di isi
dengan cairan maka bagian – bagian pada alat akan bekerja dan wet test
mater mulai berotasi (1 L per rotasi), pada akhir dari alat wet test meter
terdapat bejana penampung condensate yang nantinya setelah sekali rotasi
akan di dapat volume condensate (mL), dan dilakukan pula pengukuran
temperature pada alat wet test.

Alat – alat yang digunakan :


1. Mini condenser
2. Air
3. Kunci pipa dan kunci inggris
4. Sambungan
5. Wet Test Meter
6. Digital Temperature Gauge dan thermocouple
7. Gelas ukur 1 L
8. Selang penghubung sambungan ke condenser

Gambar. 22 Sedang berlangsungnya sampling dengan metode Wet Test Meter


(sumber : kamera sendiri)

2. Metode Throttling Calorimeter


Metode throttling calorimeter digunakan untuk mengetahui kekeringan
(dryness)/kelembaban uap. Berdasakan buku tata kerja individu
pengukuran uap PT. PGE Area Lahendong, prinsip kerja dari alat
throttling meter dengan menggunakan prinsip ekspansi antalpi konstan
untuk mengukur kandungan kelembaban dalam uap.

Alat – alat yang digunakan :


1. Thorttling calorimeter
2. Digital pressure gauge
3. Digital temperature gauge
4. Kunci pipa dank unci inggris

Gambar. 23 Sedang berlangsungnya sampling metode Thorttling Calorimeter (sumber :


kamera sendiri)

3. Metode Isokinetic
Metode isokinetic digunakan untuk sampling uap yang nantinya uap
tersebut adakan di analisa lebih lanjut untuk mengetahui kandungan
mineral serta gas yang terkandung dalam uap. Ada dua pengambilan
sample, pertama brine/condensate dan kedua gas, untuk pengambilan
condensate, sample yang terkondensasikan lewat condenser akan langsung
di masukan ke botol sampling plastik, dan untuk pengambilan gas akan
dimasukan ke dalam botol gas berbahan kaca yang telah di isi larutan
𝐻𝑁𝑂3. Larutan 𝐻𝑁𝑂3 sabagai pengikat gas dalam uap agar
terkondensasikan dan mengalami pengendapan.

Alat – alat yang digunakan :


1. Condenser mini
2. Air
3. Kunci pipa dan kunci inggris
4. Sambungan
5. Botol plastik
6. Botol gas kaca
7. Larutan 𝐻𝑁𝑂3
8. Selang
BAB IV
KESIMPULAN

Geothermal merupakan energi terbarukan yang dewasa ini pemanfaatannya


sebagai sumber Pembangkit Listrik. PT. Pertamina Geothermal Energy Area
Lahendong merupakan perusahaan yang memanfaatkan energi geothermal, yang
mulai beroperasi pada tahun 2006 dengan di operasikannya Unit-1, seiring dengan
perkembangan hingga pada tahun 2020 ini PT. PGE Area Lahendong telah
mengembangkan lapangannya hingga mencapai 6 Unit. Pada Unit-1 sampai 4
adalah Unit yang menyuplai/menjual uap ke PLTP milik PLN, sedangkan Unit-
5&6 adalah Unit yang sudah menghasilkan listrik kemudian di salurkan ke PLN
yang akan di sebar ke konsumen.

Total sumur yang telah di bor oleh PT. PGE Area Lahendong higga saat ini
berjumlah 53 sumur, dibagi menjadi 19 sumur produksi, 9 sumur injeksi, 15
sumur abandon (tutup). Dan sumur – sumur tersebut tersebar pada ke enam Unit
lapangan Lahendong.

PT. PGE Area Lahendong juga melakukan pengukuran serta pengujian demi
memonitoring kondisi sumur, karakteristik sumur, serta karakteristik fluida
produksi. Adapun pengukuran dan pengujian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Pengukuran PTS
2. Pengukuran Go Devil
3. Pengukuran Scale Cather
4. Pengukuran Flow Performance Test
5. Pengujian Dryness fluida
6. Pengujian total NCG
7. Pengujian mineral dalam uap
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah Rachmarifqi dkk.2017. Indentifikasi Kondisi Dan Potensi Sumur


Berdasarkan Data PTS Sumur X. FTKE Universitas Trisakti

Agus Nurrohim.2015. Pengaruh TKDN Pada Biaya Pembangkit Listrik Panas


Bumi Skala Kecil. Pusat Teknologi Konversi Dan Konservasi Energi

EBTKE.2016. Lahendong Binary Plant. Kementerian ESDM. Jakarta Pusat

Hendra Uloli.2014. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Brine Hasil Buangan


Produksi Sumur Cluster 5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Lahendong Sulawesi Utara. Universitas Negeri Gorontalo

Nenny M. Saptadji.2019. Teknik Panas Bumi. Departemen Teknik Perminyakan.


ITB

Sapto Ciptadi, Salvius Patangke.2001. Evaluasi Potensi Silika Scaling Pada Pipa
Produksi Lapangan Panas Bumi Lahendong – Sulawsi Utara.
PERTAMINA Area Panas Bumi Lahendong

Sick dll.2006.AGA-9 Measurement Of Gas By Multipath Ultrasonic Metes.


Maihak,inc.Houston.Texas
Widinarto,2006.Instrumen Fisika.Jaya Mandiri.Malang

Anda mungkin juga menyukai