PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan cadangan minyak dan gas
bumi (migas). Namun bukan berarti cadangan tersebut tidak akan habis karena
minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Faktanya dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi saat ini, Indonesia telah
mengimpor sumber energi migas dari negara lain. Hal ini juga terjadi di berbagai
negara dengan pertumbuhan konsumsi energi yang pesat. Apabila pada mulanya
permintaan sumber energi tersebut dapat dipenuhi oleh negara tetapi kemudian
ternyata kewalahan karena tingkat konsumsi melampaui batas kemampuan untuk
menyediakannya, hal inilah yang nantinya dapat mengakibatkan terjadinya ‘Krisis
Energi Dunia’. Untuk mengantisipasi terjadinya hal diatas, ada beberapa solusi
yang dapat dilakukan, diantaranya : mengurangi konsumsi migas (BBM) dan yang
sangat penting adalah dilakukannya usaha diversifikasi energi.
Indonesia sekarang ini memiliki jumlah cadangan total sebanyak 60
cadangan dan sebanyak 38 cadangan telah dilakukan uji pemboran eksplorasi
sedangkan 22 cadangan lagi belum dilakukan uji pemboran. Dari hasil uji
pemboran eksplorasi dari 38 cadangan diperoleh 23 cadangan yang dinyatakan
prospek migas sedangkan 15 cadangan lainnya tidak prospek dan sebanyak 15
cadangan telah berproduksi secara optimal namun 8 cadangan tidak berproduksi.
Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmadja mengatakan terhitung pada 5
April 2016, rata-rata produksi minyak mencapai 836 ribu barel per hari dan gas
8,214 MMSCFD. Maka berdasarkan data tersebut mungkin banyak orang yang
pesimis melihat masa depan industri migas di Indonesia, ditambah lagi dengan
meningkatnya konsumsi BBM sebagai energi primer dalam negeri. Namun
kiranya tidak perlu terlalu khawatir dengan penurunan laju produksi tersebut
karena Indonesia masih mempunyai 22 cadangan lagi yang belum dilakukan uji
pemboran eksplorasi, serta ditambah lagi masih banyak sumur yang belum
dilakukan metode Enhanced Oil Recovery (EOR).
1
Indonesia yang merupakan salah satu negara dikawasan yang mendapat
julukan ‘Ring of Fire’, yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan vulkanik paling
aktif didunia. Kegiatan ini dapat merupakan suatu bencana, akan tetapi sekaligus
merupakan hal seharusnya patut disyukuri, khususnya untuk pemanfaatannya
sebagai sumber energi alternatif yang disebut Energi Panasbumi, yaitu suatu
sumberdaya energi yang tidak dapat diekspor, tetapi dapat diperbaharui dan ramah
terhadap lingkungan karena emisi yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan
disekitarnya. Jika diperhatikan, Indonesia memiliki 40% cadangan panasbumi
dunia dan sampai saat ini terdapat 217 lokasi prospek panasbumi yang telah
diinventarisasikan, secara keseluruhan diperkirakan negara Indonesia mempunyai
daya setara dengan 16.035 MWe dari total lapangan produksi panasbumi yang
berjumlah 7 (tujuh) lapangan, antara lain : Kamojang, Dieng, Lahendong, Gunung
Salak, Darajat, Wayang Windu dan Sibayak. Saat ini kapasitas tenaga panas bumi
di Indonesia sebesar 1513,5 MWe dan pada tahun 2017 akan naik menjadi 1908,5
MWe.
Dari berbagai macam kondisi dan potensi-potensi yang ada, memberikan
gambaran prospek kedepannya dari bisnis energi ini. Namun tidak cukup bagi
para engineer hanya sebatas mengetahui ilmu secara teoritis tanpa tahu kondisi
dilapangan yang sesungguhnya, dimana untuk bisa mengelola bisnis yang besar
resiko dan keuntungan ini.
Jurusan Teknik Perminyakan sebagai penyedia sumber daya manusia (SDM)
yang bergerak pada industri hulu migas juga panasbumi harus optimis melihat
prospek bisnis kegiatan perminyakan dan panasbumi dimasa depan. Hal ini akan
menjawab tantangan industri hulu migas juga panasbumi dalam bidang
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga terlatih yang profesional untuk
menghadapi kegiatan usaha yang semakin kompleks. Berdasarkan hasil survey
Price Water House Coopers terhadap para pimpinan tertinggi atau Chief Executice
Officer (CEO) Kontraktor PSC mengidentifikasikan, bahwa tenaga terlatih
Indonesia secara umum belum menarik. Hal ini terlihat dari penilaian 3,4 dari
skala 1 sampai 5 yang diberikan CEO Kontraktor PSC kepada tenaga terlatih
Indonesia, dimana angka 1 menunjukkan paling menarik dan angka 5
menunjukkan paling tidak menarik. Disamping itu juga ada indikasi bertambah
banyaknya tenaga asing pada KPS sendiri maupun pada perusahaan-perusahaan
subkontraktor KPS yang menunjang kegiatan hulu migas juga panasbumi.
Disinilah dibutuhkan peran aktif dari akademisi perguruan tinggi terutama Jurusan
Teknik Perminyakan yang dituntut untuk dapat berkontribusi lebih besar lagi
untuk menghasilkan tenaga terampil dan berkualitas baik secara skill,
profesionalitas juga keahlian penunjang lainnya yang dapat diserap kegiatan
industri hulu migas dan panasbumi di Indonesia.
Kuliah Lapangan Migas dan Panasbumi 2010 seperti yang telah dilakukan
merupakan sebagian kecil usaha Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta dalam rangka
meningkatkan keterampilan dan profesionalitas mahasiswa didikannya dengan
cara menyelaraskan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan kondisi di
lapangan.
Kegiatan Kuliah Lapangan Migas dan Panasbumi Dieng – Cepu – Tuban
2017 antara lain:
Kunjungan di PT. Geo Dipa Energi daerah Dieng, meliputi:
o Meninjau manifestasi panas bumi di Kawah Sikidang.
o Meninjau sumur produksi HCE-29 dan sumur injeksi HCE-29A.
o Meninjau production facilities yang terdapat pada Power Plant
Dieng Unit 1.
Kunjungan di Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, meliputi:
o Meninjau sumur TBR A dan fasilitas produksi Lapangan Tiung
Biru 1.
o Meninjau sumur KW-55 dan PHZ-1 dengan artificial lift
menggunakan sucker rod pump pada KSO Pertamina EP & Geo
Cepu Indonesia.
o Meninjau sumur minyak tradisional yang dikelola oleh warga
daerah Wonocolo.
Kunjungan di JOB Pertamina – Petrochina East Java Blok Tuban
o Meninjau Central Procession Area Mudi Field Pad-A
o Meninjau Lapangan Sukowati Pad-A dengan system sumur cluster.
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN
LokasiPenelitian
Gambar Flowline
b. Isolasi pada Flow Line
Untuk mengurangi kehilangan panas (temperature loss) pada saat fluida
dialirkan dari well head menuju turbin, isolasi ini berupa alumunium sheet
dan kalsium silikat.
c. Gas Scrubber
Untuk memisahkan gas yang ikut terproduksikan bersama fluida produksi.
d. Turbin
Dihubungkan dengan generator untuk menghasilkan tenaga listrik.
e. Condensor
Fungsi dari condensor adalah untuk menciptakan tekanan vakum
(tekanandibawah tekanan atmosfer). Proses terjadinya kondisi vakum ini
adalah secarathermodinamis dan bukan secara mekanis. Hal ini
dimungkinkan karena setelahfluida keluar dari turbin yang sebagian besar
masih berupa uap akan bercampurdengan air dingin, pada condensor akan
mencapai kesetimbangan massa dan energi.
f. Cooling Tower
Condensor membutuhkan air yang cukup banyak.Air dapat berasal dari
airsungai namun, sungai-sungai yang terdapat tidak jauh dari lapangan
panasbumiumumnya tidak cukup besar untuk dapat menyerap
panas.Cara yang digunakan di Lapangan Dieng adalah dengan menggunakan
Natural Draught Cooling Tower. Natural draught cooling tower bekerja
dengan prinsip yang sama dengan mechanical draft cooling tower, kecuali
pada jenis ini aliran udarapendingin tidak berasal dari kipas angin, tapi
dikarenakan bentuk dan tingginya cooling tower itu sendiri. Cooling tower
jenis ini relatif mahal dan tidak fleksibel seperti halnya mechanical draft
cooling tower tetapi salahsatu keuntungannya adalah biaya perawatan yang
relatif rendah.
Gambar Cooling Tower
g. X-mast Tree
X-mast Tree merupakan susunan kerangka (valve) yang dicirikan oleh jumlah
lengan, dimana disana terdapat choke. X-mast Tree berfungsi untuk
pengaman dan pengatur aliran produksi di permukaan.
2.1.5. Aspek Penunjang
Pemanfaatan hasil produksi panasbumi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu:
a. Pemanfaatan secara langsung (geothermal direct use)
Biasanya fluida yang dimanfaatkan GDU memiliki enthalpi rendah dan
sedang. Contoh nyata pemanfaatan langsung di daerah Dieng, antara lain :
wisata kawah yang ada di dieng, pemandian air hangat, .
Gambar. Kawah Sikidang
Gambar 2.16 Peta WKP Pertamina Block Jawa JBB & JBT
Hasil analisa logging dari 135 sumur ini serta studi dari penampang
geologi dan kelakuan produksi sumur, telah dilakukan pemetaan dari lapisan
reservoir per blok. 48 reservoir telah dipetakan, yang meliputi 6 lapisan (L1
sampai L6) pada 8 blok (I, II, IIIA, IIIB, IIIC, IV,VA dan VB).
Lapangan Kawengan
Data yang dihasilkan meliputi peta struktur, peta isopach dan peta net
minyak. Sebagai dasar untuk menentukan sifat batuan reservoir dari anggota
Ngrayong adalah hasil analisa inti batuan yang diambil dari 22 sumur,
meliputi 7 blok pada struktur kawengan (blok I sampai blok VA) dan 6 lapisan
(L1 sampai dengan L6) hasil analisa tersebut menunjukkan besaran-besaran
porositas, permeabilitas, faktor formasi dan saturasi minyak. Harga faktor
sementasi rata-rata berkisar antara 1,2 sampai dengan 1,8. Porositas batuan
bervariasi antara 12% sampai dengan 29,7 %. Saturasi air mula-mula
bervariasi antara 13% sampai dengan 29,5 %. Permeabilitas batuan bervariasi
antara 6 mD hingga 1656 mD.
Lapangan Tiung Biru-Jambaran
Berdasarkan evaluasi wireline, Logging While Drilling (LWD) logs
dansidewall cores, menunjukkan bahwa Formasi Kujung memiliki porositas
rendah. Di bagian atas Formasi Kujung terdapat karbonat yang diselingi silty
claystone. Berdasarkan evaluasi formasi menujukkan bahwa limestone pada
formasi ini sangat tight dengan porositas matrix 3- 6% sedangkan porositas
pada sedimen klastik tertentu berkisar 8-10%.
Bagian bawah Formasi Kujung berdasarkan LWD gamma ray, resistivity,
dan density- neutron serta cross dipole sonic dan XRMI wireline logs, terdapat
massive carbonate setebal 250 m dan semakin ke bawah perlahan menjadi
semakin serpih. Pada bagian ini porositas matriks karbonat berkisar 4- 6%.
2.3. Tinjauan Lapangan Tuban, JOB P-PEJ (Lapangan Mudi & Sukowati)
2.3.1. Aspek Geologi
Pengelola migas di lapangan Tuban Block mengalami beberapa
perubahan. Pada tanggal 29 Februari 1988 Trend International Ltd
menandatangani kontrak bagi hasil dengan Pertamina, sehingga terbentuk
JOB Pertamina – Trend Tuban. 31 Agustus 1993, perusahaan ini mengalami
peralihan dari JOB Pertamina – Trend Tuban menjadi JOB Pertamina – Santa
Fe Tuban. 02 Juli 2001, Perusahaan ini menjadi JOB Pertamina – Devon
Tuban. Pada tanggal 1 Juli 2002, perusahaan ini berubah menjadi JOB
Pertamina Petrochina East Java (untuk selanjutnya disebut JOB-PPEJ) hingga
sekarang.
Petrochina International Companies in Indonesia adalah Production
Sharing Contractor yang bekerja sama dengan Pertamina. Petrochina
International Companies in Indonesia beroperasi antara lain di Tuban (Jawa
Timur), Sorong (Papua) dan Jabung (Jambi), dengan kantor pusat di China.
Perusahaan ini mempunyai jenis kontrak PSC-JOB dengan masa
kontrak selama 30 tahun. Participant dari Pertamina sebesar 75%, sedangkan
Petrochina International Java Ltd hanya 25%. Wilayah operasi ini meliputi 6
kabupaten yaitu Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Sidoarjo dan
Mojokerto. Berikut adalah peta kerja JOB-PPEJ wilayah Tuban (Gambar 2.1).
Gambar 2.18 Wilayah Kerja JOB-PPEJ Tuban Block
Eksplorasi di lapangan Mudi dilakukan pada bulan April 1994 dengan
pemboran sumur eksplorasi Mudi A#1. Lapangan Mudi JOB-PPEJ terletak di
Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur. Lokasinya
berjarak sekitar 34 km dari Kota Tuban atau 17 km dari Kota Bojonegoro.
Saat ini jumlah sumur di lapangan Mudi mencapai dua puluh lima
sumur. Mudi #7 diproduksikan dengan Natural Flow, sebelas sumur
diantaranya diproduksikan menggunakan metoda Electric Submersible Pump
(ESP), dua sumur yaitu Mudi #6 dan Mudi #14 sebagai sumur injeksi air
(water disposal), satu sumur dengan lubang kering (dry hole), dan sepuluh
sumur ditutup sementara (temporary suspended).
2.3.2. Aspek Reservoir
Lapangan JOB PPEJ Tuban terletak di wilayah cekungan Jawa Timur
(Back Arc Basin Jawa Timur). Lapangan tersebut tertutup oleh endapan
alluvial sungai Bengawan Solo. Dibawah endapan alluvial secara berturut
ditembus lapisan formasi Lidah, Kawengan (anggota Ledok dan Mundu),
Wonocolo, Ngrayong, Tuban, Kujung dan Ngimbang. Batuan induk terdapat
pada formasi ngimbang yang berumur eosen tengah - oligosen bawah.
35
Gambar 2.19 Stratigrafi Regional Jawa Timur
Reservoir minyak terdapat pada formasi kujung (oligosen atas) sampai
formasi tuban yang berumur miosen bawah. Pada formasi ini berkembang
sebagai batuan klastik selang - seling antara batuan lempung, gamping dan
pasir gampingan. Dibagian bawahnya terdapat batuan karbonat masif yang
merupakan batu gamping terumbu. Sebagai penutup (cap rock) adalah
formasi Tuban dan formasi Ngrayong yang berumur miosen tengah. Batuan
karbonat Tuban umumnya terdiri mudstone, wackstone, packstone, grainstone
dan boundstone dengan fosil koral, alga, dan foraminifera. Porositas batuan
reservoir tergolong cukup sampai baik dengan permeabilitas antara 129 md
sampai 699 md.
Pemboran sumur pada Blok Tuban mayoritas menggunakan pemboran
directional dengan kedalaman 6000-7000 ft mengambil reservoir dari formasi
kujung.
Lapangan Mudi
Dari hasil analisis dan interpretasi penelitian diperoleh bahwa reservoir
batuan karbonat ekuivalen Formasi Tuban di Lapangan Mudi jenis 2 (dua)
kelompok fasies yang terdiri dari kelompok, fasies pertama di interval
kedalaman atas ialah Large foram packstone, dengan red algae dan coral,
fasies kedua large foram packstone/wackstone/mudstone, dengan bioklastik
red algae dan coral.
Adanya proses sesar/patahan yang cukup intensif, membentuk fracture
sehingga juga membuat permeabilitas menjadi lebih besar yang menjadikan
produksi hidrokarbon dari reservoir batuan karbonat Mudi awalnya cukup
tinggi dan kemudian turun. Hal tersebut menunjukkan bahwa permeabilitas
lebih berperan dibanding porositas.
Lapangan Sukowati
Secara umum reservoir Sukowati memiliki dua perlapisan limestone
yang dapat dikarakteristikan berdasarkan hasil seismik. Middle Build-ups
dapat dilihat pada sismik seksen sebagai refleksi bebas dan kemudian batas
Build-ups memiliki laminasi yang menggambarkan pembentukan Build-ups
sebagai rim carbonat platform.
2.3.3. Aspek Pemboran
Lapangan Mudi
Lapangan Mudi dibagi menjadi 3 cluster yaitu Pad A, Pad B, dan Pad C.
Pada Pad A terdapat fasilitas Central Processing Area (CPA) yang berfungsi
sebagai tempat proses sweetening oil dan sweetening gas.Pada lapangan ini
terdapat 36 well dimana terbagi menjadi Sukowati Pad A dan Sukowati Pad
B. Sukowati Pad A memiliki 16 well dan Sukowati Pad B memiliki 20 well.
Di lapangan Mudi semua sumurnya menggunakan metode pemboran
horizontal atau directional. Sumur di lapangan mudi terdapat cluster yang
mana jarak antar sumur hanya sekitar 5 meter. Sumur di Lapangan Mudi
sudah melewati fase puncak dan sekarang produksinya tinggal sekitar
1.800 barel per hari. Produksi Mudi pernah mencapai 20.000 barel per
hari selama beberapa tahun
Lapangan Sukowati
Pemboran di lapangan Sukowati menggunakan sistem cluster dimana
setiap cluster terdiri dari beberapa sumur dengan jarak kurang lebih 5 m.
Pemboran pada Lapangan Sukowati yaitu Pemboran berarah dengan kedalam
dan arah yangberbeda-beda. Alasan dilakukan pemboran berarah karena
reservoir berada dibawah Kota Bojonegoro, lahan warga dan untuk
menghemat biaya pembebasan lahan.
2.3.4. Aspek Produksi
Lapangan Mudi
Setelah pemboran mencapai target akhir berupa formasi produktif, maka
sumur disiapkan untuk produksi. Operasi produksi dilakukan apabila sumur
telah selesai dikomplesi dan fluida produksi telah mengalir keatas permukaan,
kemudian melalui flowline dialirkan menuju separator untuk dilakukan proses
pemisahan air, minyak dan gas sampai akhirnya minyak tersebut dikirim
menuju pengilangan atau terminal untuk dikapalkan.
Pada lapangan migas Mudi, metode komplesi yang dilakukan pada
sumur-sumurnya adalah metode cased hole completion dimana casing
dipasang sampai zona produktif. Metode komplesi ini biasa diterapkan pada
formasi kurang kompak dan tidak memiliki problem kepasiran. Sedangkan
zona produktif yang dikomplesi hanya satu (Single Zone Completion) dengan
menggunakan tubing 7 inch.
Lapangan Sukowati
1. Sub Surface Safety Valve (SSSV)
Sebagai perlengkapan safety, pada sumur Sukowati#3 dipasang SSSV.
Tipe yang dipasang pada sumur Sukowati#3 yaitu Haliburton TRSV
Wellstars. Safety valve ini memiliki Inside diameter (ID) yang sama
dengan tubing yaitu 3½― dan dipasang pada kedalaman 240 ft.
2. Hi-Lo Pilot
Shut down atau mematikan sumur biasanya dilakukan jika terjadi masalah
dipermukaan. Shut down bisa dilakukan dengan dua cara yaitu otomatis
dan manual.
Gambar 1.1 Hi-Lo Pilot
Shut Down Otomatis
Shut down otomatis terjadi apabila perlengkapan safety yang yang
terpasang pada sumur bekerja. Pada sumur Sukowati#3 ada dua
perlengkapan safety yang terpasang yaitu, SSSV dan SDV. Dua
perlengkapan safety ini bekerja pada kondisi yang berbeda. SDV bekerja
jika tekanan pada flowline lebih atau kurang dari tekanan yang disetting di
HI-LO Pillot. Pada sumur Sukowati#3 HI-LO Pilot disetting tekanan
minimum pada 75 psi dan setting maksimal pada 1035 psi. Pilot ini akan
mengontrol t0ekanan pada flowline. Jika tekanan pada flowline lebih
tinggi atau lebih rendah dari settingnya, maka HI-LO Pilot akan otomatis
menutup SDV.
SSSV bekerja jika pada lapangan terjadi kebakaran. Dimana panas dari
kebakaran akan membuat fusible plug pada well head bocor sehingga
tekanan pada SSSV kurang dan SSSV akan menutup dengan sendirinya.
Gambar Shut Down Valve
Gambar EHTF
BAB III
PEMBAHASAN
50
Tree menggunakan Doublewings valve dengan 1 valve standby dan 1 valve
produksi dengan tujuan untuk mengganti choke tanpa harus mematikan sumur,
sedngkan untuk jenis bean/choke yang digunakan adalah Adjustable Choke.
Setelah itu fluida mengalir ke separator. Namun sebelum di alirkan menuju
separator, fluida di injeksikan PPA (Pour Point Dispersant) terlebih dahulu, hal
ini dilakukan untuk menurunkan titik tuang. Separator yang digunakan adalah
separator horizontal 3 fasa yang digunakan untuk memisahkan fasa gas, fasa
minyak dan fasa air. Fasa gas yang terpisahkan mengalir ke gas scrubber,
kemudian fasa gas akan mengalir ke water seal dan fasa minyak akan mengalir ke
strpiper, fluida yang mengalir ke stripper di injeksikan H2S Scavenger agar
menghilangkan H2S yang terikut pada fluida tersebut. Water seal di Tiungbiru
berfungsi sebagai safety facility, di dalam water seal terdapat air sehingga apabila
terjadi back flow dari flare, maka api yang merambat akan padam. Kemudian gas
akan dibuang melalui gas flare.
Pada Lapangan Kawengan total ada 172 sumur dimana 40 sumur yang
berproduksi. Dari 40 sumur produksi tersebut 3 sumur menggunakan ESP dan 37
menggunakan pumping unit. Pada lapangan Kawengan-55 terdapat 2 jenis Sucker
Rod Pump yaitu sucker rod vertical dan sucker rod horizontal. Sucker rod vertical
menghasilkan 20 bopd sedangkan sucker rod horizontal menghasilkan 46 bopd.
Problem pada lapangan ini adalah paraffin dan kepasiran. Penanggulangan
paraffin adalah dengan menginjeksikan Pour Point Dispersant (PPD) dan
penanggulangan kepasiran dengan flushing.
Formasi Wonocolo diendapkan pada kondisi laut terbuka dengan
kedalaman antara 100 – 500 meter. Tebal dari formasi ini antara 89 meter sampai
339 meter. Formasi Wonocolo diperkirakan berumur Miosen Akhir bagian bawah
sampai Miosen Akhir bagian tengah. Pada daerah Wonocolo, penambangan
minyaknya menggunakan metode tumbuk, metode yang sangat lama atau biasa
disebut metode conventional. Metode ini dilakukan dengan mengangkat dan
menurunkan alat bor secara berulang-ulang kedalam lubang bor. Dalam sehari,
total pertambangan ini dapat menghasilkan 30 drum per hari atau 6.200 liter per
hari.
3.3 Lapangan Tuban
BAB IV
KESIMPULAN
54