Anda di halaman 1dari 22

EKSPLORASI DAN

EKSPLOITASI PEMBANGKIT
LISTRIK GEOTERMAL
DIINDONESIA

Ahmad Mukholik
Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada
tahun 1973 sampai sekarang, telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat,
untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi
panas bumi.Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24
Negara, termasuk Indonesia.
Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72 negara,
antara lain untuk pemanasan ruangan,pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan
hasil produk pertanian, pemanasan tanah,pengeringan kayu, kertas dll.
Indonesia sangat beruntung dikaruniai sumber
panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya
gunung berapi di Indonesia.
Ada tiga lempengan yang berinteraksi di
Indonesia, yaitu
lempeng Pasifik,
lempeng India‐Australia
lempeng Eurasia.
Tumbukan yang terjadi memberikan peranan
yang sangat penting bagi terbentuknya sumber
energy panas bumi di Indonesia.
EBTKE (Energi Baru Terbarukan dan konservasi energi) -- Indonesia memiliki
potensi sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT) yang besar. Lebih dari 400
Giga Watt (GW) potensi EBT tersedia namun baru dimanfaatkan sekitar 8,8 GW
atau 2 persen. Khusus untuk energi panas bumi, Indonesia saat ini memiliki potensi
panas bumi sekitar 29,5 GW, dengan cadangan sekitar 16,5 GW. Sementara,
kapasitas terpasang pada 2016 baru sebesar 1.643,5 MW atau 5,6 persen dari total
potensi panas bumi.

http://ebtke.esdm.go.id/post/2017/02/15/1558/sistem.satu.data.tekan.biaya.eksplorasi.panas.bumi
Potensi sumber daya panas bumi Indonesia
sangat besar, yaitu sekitar 27500 MW , sekitar
40% potensi panas bumi dunia.

Survey yang dilakukan telah berhasil


menemukan beberapa daerah prospek baru
sehingga jumlahnya meningkat menjadi > 256

84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51


prospek di Sulawesi, 21 prospek di
Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di
Maluku dan 5 prospek di Kalimantan.
hal-hal yang digunakan untuk acuan pembangkitan dari tahap eksplorasi:

1. Temperatur; Fluida panasbumi bertemperatur tinggi > 225 oC dan Temperatur sedang 150 – 225 oC

2. Cadangan sumberdaya hingga 25 – 30 tahun

3. Kualitas Uap; Diharapkan yang mempunyai pH hampir netral, karena bila pH sangat rendah laju korosi terhadap
material akan lebih cepat.

4. Kedalaman Sumur dan Kandungan Kimia Biasanya tidak terlalu dalam (tidak lebih dari 3 km). Lokasi relatif mudah
dicapai.

5. Kemungkinan terjadinya erupsi hydrothermal relatif rendah.

6. Sumber Panas : Magma yang mempunyai temperature ~ >700 C

7. Bed Rock : Lapisan Batuan Dasar yang merupakan batuan keras lapisan bagian bawah

8. Aquifer (Lapisan Permeable Zone) : merupakan lapisan yang mampu dialiri oleh air. Lapisan ini sebagai Reservoir Cap
Rock : Lapisan batuan
KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya Panas Bumi sampai dengan pemanfaatannya
baik secara langsung maupun tidak langsung meliputi kegiatan eksplorasi sampai pemanfaatkan.

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survei.

b. Eksplorasi lanjut atau rinci (Pre-feasibility study).

c. Pemboran Eksplorasi Studi kelayakan (Feasibility study).

d. Perencanaan Pengembangan dan pembangunan.

e. Produksi Perluasan Meteode eksplorasi panas bumi.


1. EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)

Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah prospek
panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumber daya panas bumi dilihat
dari kenampakan dipermukaan.

Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :

1. Studi Literatur

2. Survei Lapangan

3. Analisa Data

4. Menentukan Daerah Prospek

5. Spekulasi Besar Potensi Listrik

6. Spekulasi Besar Sumber daya Panas bumi

7. Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya.


Luas daerah yang disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu
sekitar 5000-20000 km2, tetapi hanya seluas 5-20 km2 untuk prospeknya.
2. EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY STUDY)

Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.

Tujuan dari survei tersebut adalah : Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi
permukaan dan bawah permukaan Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumberdaya panas
bumi.

Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran batuan, struktur geologi,
daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas bumi, hidrologi, system panasbumi, temperatur
reservoir, potensi sumberdaya serta potensi listriknya. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya
dilakukan di tempat-tempat yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan.
3. PEMBORAN EKSPLORASI

Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya sumberdaya panas bumi
di daerah yang diselidiki dan menguji model system panas bumi yang dibuat berdasarkan data-data
hasil survei rinci.

Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga mengandung energi
panas bumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 – 5 sumur eksplorasi.

Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data hasil survei
rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur eksplorasi umumnya dibor hingga
kedalaman 1000 – 3000 meter.
tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur panas bumi lebih tinggi daripada pemboran
minyak. Success ratio dari pemboran sumur panas bumi umumnya 50 – 70%.
4. STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas
bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk
diproduksikan.
5. PERENCANAAN

Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut menarik untuk
dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka tahap selanjutnya adalah membuat
perencanaan secara detail.

Jenis teknologi pembangkit panas bumi :


6. PRODUKSI UAP, PRODUKSI LISTRIK DAN PERAWATAN

Pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama adalah menjaga kelangsungan:

1. Produksi uap dari sumur-sumur produksi.

2. Produksi listrik dari PLTP.

3. Distribusi listrik ke konsumen.


RESIKO EKSPORASI, EKSPLOITASI, DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI

Proyek panas bumi memiliki resiko yang tinggi dan memerlukan dana yang besar, oleh karena itu
sebelum suatu lapangan panas bumi dikembangkan perlu dilakukan pengkajian yang hati‐hati
untuk menilai apakah sumberdaya panas bumi yang terdapat di daerah tersebut menarik untuk
diproduksikan.

Penilaian kelayakan meliputi beberapa aspek, yang utama adalah:


aspek teknis,
pasar dan pemasaran,
finansial,
legalitas
serta sosial ekonomi
Menurut Sanyal dan Koenig (1995), ada beberapa resiko dalam pengusahaan panas bumi, yaitu:

1. Resiko yang berkaitan dengan sumber daya (resource risk),


2. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi atau penurunan temperatur
lebih cepat dari yang diperkirakan semula (resource degradation).
.
3. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga (market access dan price
risk).
4. Resiko pembangunan (construction risk).
5. Resiko yang berkaitan dengan perubahan manajemen (Management risk).

6. Resiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan perubahan kebijaksanaan
pemerintah (legal & regulatory risk)
7. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan laju inflasi (Interest &
inflation risk).
8. Force Majeure.
Upaya yang umum dilakukan untuk mengurangi resiko yang berkaitan dengan sumberdaya adalah:

1. Melakukan kegiatan eksplorasi rinci sebelum rencana pengembangan lapangan dibuat.

2. Menentukan kriteria keuntungan yang jelas.

3. Memilih proyek dengan lebih hati‐hati, dengan cara melihat pengalaman pengembang sebelumnya, baik secara teknis
maupun secara manajerial.

4. Mengkaji rencana pengembangan secara hati‐hati sebelum menandatangani perjanjian pendanaan.

5. Memeriksa rencana pengembangan dan menguji rencana operasi berdasarkan skenario yang terjelek.

6. Mentaati peraturan yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan.

7. Merancang dan menerapkan program sesuai dengan tujuan dan berdasarkan jadwal waktu pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan.

8. Melaksanakan simulasi (pemodelan) untuk meramalkan kinerja reservoir dan sumur untuk berbagai skenario
pengembangan lapangan.
9. Mengadakan pertemuan secara teratur untuk mengevaluasi pelaksanaan program untuk mengetahui apakah kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.
Kesimpulan
Sebagai sumber energi yang langsung berasal dari alam dan sifatnya terbarukan,
penggunaanya tidak memberi dampak buruk kepada lingkungan dan manusia. Potensi
sumber daya panas bumi Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 27500 MW , sekitar 40%
potensi panas bumi dunia.

Namun tak bisa dipungkiri Proyek panas bumi memiliki resiko yang tinggi dan
memerlukan dana yang besar, oleh karena itu sebelum suatu lapangan panas bumi
dikembangkan perlu dilakukan pengkajian yang hati‐hati untuk menilai apakah
sumberdaya panas bumi yang terdapat di daerah tersebut menarik untuk diproduksikan.

Anda mungkin juga menyukai