Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena
energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas
polusi. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di
mancanegara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia,
Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Amerika saat ini bahkan
sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal dengan nama
Enhanced Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department
of Energy (DOE) dan bekerja sama dengan beberapa universitas seperti MIT,
Southern Methodist University, dan University of Utah. Proyek ini merupakan
program jangka panjang dimana pada 2050 geothermal merupakan sumber
utama tenaga listrik Amerika Serikat. Program EGS bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya geothermal, menciptakan teknologi terbaik dan
ekonomis, memperpanjang life time sumur-sumur produksi, ekspansi sumber
daya, menekan harga listrik geothermal menjadi seekonomis mungkin, dan
keunggulan lingkungan hidup. Program EGS telah mulai aktif sejak Desember
2005 yang lalu.
Panas yang ada di dalam bumi ini berperan besar pada dinamika bumi
atau proses yang terjadi di planet bumi ini. Panas dapat berpindah secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi
disebabkan interaksi atomik atau molekul penyusun bahan tersebut dalam
mantel. Perpindahan panas secara konveksi diikuti dengan perpindahan
massa. Kedua proses inilah yang sangat dominan di dalam bumi.
Pada kedalaman 100-300 km di bawah permukaan bumi, suhu pada
mantel bumi dapat melelehkan batuan dan membentuk magma yang cair atau
cair sebagian. Magma yang terkumpul dalam dapur magma dapat naik
sebagian melalui zona lemah. Penyebaran gunung api di dunia 95% terletak di
batas lempeng.

1
Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi
panas bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit
tenaga listrik. Sekitar 54% potensi panas bumi di dunia berada di wilayah
indonesia. Dengan potensi yang sangat besar ini (lebih dari 50%), wilayah
Indonesia sangat cocok untuk menggunakan sumber pembangkit listrik tenaga
panas bumi.
Berdasarkan statistical world review yang dirilis oleh British Petroleum
pada bulan Juni 2012, cadangan terbukti minyak di dalam perut bumi Indonesia
hanya tersisa sekitar 4 miliar barel per akhir tahun 2011. Dengan asumsi
produksi minyak mentah dalam negeri adalah 942 ribu barel per hari maka
secara matematis minyak-minyak tersebut akan habis dalam waktu tidak lebih
dari 12 tahun. Masih dari data yang sama, Indonesia juga mengalami defisit
minyak mentah sebanyak 488 ribu barel karena kebutuhan yang mencapai 1,43
juta barel per harinya. Artinya bahwa pada tahun 2025 Indonesia sudah sangat
kekurangan energi yang berasal dari energi fosil, atau bahkan kehabisan
sehingga perlu adanya Energi Baru Terbarukan (EBT) yang harus
dikembangkan oleh Indonesia.
Energi panas bumi merupakan salah satu diantara beberapa energi
terbarukan yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Di Indonesia
sendiri sampai tahun 2004 diidentifikasi terdapat 252 area yang berpotensi
panas bumi sudah termasuk dalam inventarisasi dan eksplorasi. Sebagian
besar berada pada lingkungan vulkanik sisanya berada dilingkungan batuan
sedimen dan metamorf. Dari jumlah lokasi tersebut mempunyai total potensi
tersebut hanya 3% yang dimanfaatkan untuk energi listrik atau sekitar 807 MWe
dan 2% pemakaian energi listrik nasional.
Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, sampai dengan November
2009 total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 28.112 MWe
yang tersebar di 256 titik. Terdapat penambahan 8 lokasi baru dengan potensi
400 MWe yang berasal dari penemuan lapangan pada tahun 2009. Pada tahun
2025 diproyeksikan geothermal Indonesia dapat menghasilkan panas bumi
sebesar 9500 MW atau setara dengan 400 ribu Barel Oil Equivalen (BOE) per
harinya. Sebuah potensi energi yang sangat besar.

2
Melihat besarnya potensi tersebut maka perlu adanya perhatian yang
lebih dalam upaya pengembangannya. Sehingga dengan demikian, pemakaian
energi dalam kehidupan dapat dapat dimaksimalkan

3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut :
1. Jenis-jenis sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
2. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
3. Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
4. Keuntungan dan kekurangan energi panas bumi (geothermal)
5. Perkiraan biaya investasi dan harga listrik
6. Analisa dampak lingkungan dan resiko eksplorasi.
7. Hubungan dengan pemanasan global (carbon credit dan carbon tax)

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah Pembagkit Listrik Tenaga Panas Bumi
ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem Pembangkit Listerik Tenaga Panas
Bumi.
2. Untuk mengetahui peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi.
3. Untuk mengetahui bagaimana keuntungan dan kekurangan dari Energi
Panas Bumi (geothermal).

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan rangkuman makalah ini adalah
dapat menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca dibidang
pembangkitan tenaga listrik, khususnya PLTP.

1.5 Sistematika Penulisan


Rangkuman ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN

4
Memuat tentang pembahasan masalah yang telah ditentukan.
BAB III : PENUTUP
Merupakan penutup dari laporan yang meliputi kesimpulan dan
saran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terjadinya Sistem Panas Bumi


Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1),
yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi
adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi
umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang
terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi
umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang
mempunyai density sekitar 2.7 - 3 gr/cm3.

Gambar 2. 1 Susunan Lapisan Bumi

Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut


selubung bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900
km. Bagian teratas dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai
ketebalan sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan
tekanan yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat
panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm 3.
Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 6000 0F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan
litosfir (80 - 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah

6
litosfir merupakan batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian
dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di
bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari
material-material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7
gr/cm3.

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan


merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng
tipis dan kaku (Gambar 2.2).

Gambar 2. 2 Lempengan-lempengan Tektonik

Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 –


145 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak
secara perlahan-lahan dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng
bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng
saling mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah
lempeng lainnya (lihat Gambar 2.3). Karena panas di dalam astenosfere dan
panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan
mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi).

7
Gambar 2. 3 Gambaran Pergerakan Lempengan-lempengan Tektonik (Wahl,
1977)

Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer


di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber
panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya
perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien
temperatur rata-rata sebesar 300C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di
daerah penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga
rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradien temperatur di daerah
tersebut menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat
mencapai 70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary Island)
besarnya gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi
dinyatakan dalam 0C/km tetapi dalam 0C/cm.
Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil
perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi
secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi
terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan
panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air

8
karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak
kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber
panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi
lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang
lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke
bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Gambar 2. 4 Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan

Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya


dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik
tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya
sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-
Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara
mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di
bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks
et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses
magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di
bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis
magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis
magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan
kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi
9
gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan
vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas
bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik,
sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen
dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

2.2 Jenis – Jenis Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi
mengandung energi panas yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Hal ini dimungkinkan oleh suatu sistem konversi energi fluida
panas bumi (geothermal power cycle) yang mengubah energi panas dari
fluida menjadi energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap
dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap
berasal dari reservoir panas bumi. Apbila fluida di kepala sumur berupa fasa
uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian
turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan
memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi
keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa
cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini
dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa
uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari
separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah
diterapkan di lapangan, diantaranya:
1. Direct Dry Steam
2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Multi Flash Steam
6. Brine/Freon Binary Cycle
10
7. Combined Cycle
8. Well Head Generating Unit

2.3.1 Siklus Uap Kering (Direct Dry Steam Cycle)

Fluida panas bumi dapat berupa fasa cair, fasa uap atau campuran dari
keduanya, tergantung dari tekanan dan temperaturnya. Apabila fluida di kepala
sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin
(Gambar 2.5). Turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi
gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

Gambar 2. 5 Skema Instalasi Pembangkit Listrik Uap Kering.

Sistem konversi untuk fluida uap kering merupakan sistem konversi


yang paling sederhana dan paling murah. Uap dari turbin dapat dibuang ke
atmosfir (atmospheric exhaust turbine) atau di alirkan ke kondensor untuk
dikondensasikan (condensing turbine). Dari kondensor, kondensat kemudian
dialirkan ke menara pendingin atau cooling tower dan selanjutnya diinjeksikan
kembali ke bawah permukaan. Sebagian dari air kondensat ini dialirkan ke
kondensor. Pembangkit listrik yang menggunakan atmospheric exhaust turbine
mengkonsumsi sekitar dua kali (dalam tekanan inlet yang sama) lebih banyak
untuk setiap kilowatt keluaran sehingga banyak energi dan biaya yang terbuang.
Pembangkitan listrik di PLTP Kamojang pada prinsipnya sama seperti
pada (Gambar 2.5), karena sumur-sumur di lapangan Kamojang
menghasilkan uap kering (temperatur di dalam reservoir 240 0C). Unit I
dengan kapasitas 30 MW beroperasi pada tanggal 7 Februari 1983. Unit II
11
dan III masing-masing sebesar 55 MW dioperasikan berturut-turut pada
tanggal 29 Juli 1987 dan 13 September 1987, sehingga jumlah daya
terpasang PLTP Kamojang seluruhnya menjadi 140 MW. Lapangan
Kamojang terus dikembangkan. Untuk memenuhi kebutuhan uap PLTP
Kamojang telah dimanfaatkan produksi uap dari 26 sumur. Pola
pengusahaan panasbumi Kamojang unit 1 s.d unit 3, adalah sebagai berikut:

2.3.2 Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cycle)

Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran
fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses
pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida
ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya.
Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
Oleh karena uap yang digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem konversi
energi ini dinamakan Siklus uap hasil pemisahan. Gambar 2.6 memperlihatkan
proses pembangkitan listrik dari lapangan panas bumi yang menghasilkan
fluida dua fasa, yaitu campuran uap dan air. Fluida dari sumur dipisahkan
menjadi fasa uap dan air di dalam separator dimana uapnya kemudian
dialirkan ke turbin dan airya diinjeksikan kembali kebawah permukaan.

Gambar 2. 6 Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Fluida Dominasi Air


12
Sedangkan untuk unit 4 s.d 6 adalah sbb:

2.3.3 Siklus Uap Hasil Penguapan (Single Flash Steam)

Sistem ini digunakan bilamana fluida dikepala sumur dalam kondisi air
jenuh (saturated liquid). Fluida dialirkan ke sebuah flasher agar menguap.
Banyaknya uap yang dihasilkan tergantung dari tekanan flasher. Fraksi uap
yang dihasilkan kemudian dialirkan ke turbin.

Gambar 2. 7 Skema Diagram Pembangkit Listrik dengan Siklus “Single


Flash Steam”

2.3.4 Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash Steam)

Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan
flasher dan digunakan komposisi 2 turbin, yaitu HP-turbine dan LP-turbine
yang disusun tandem (ganda), seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8 Contoh
lapangan yang menggunakan sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru
(Jepang), dan Krafla (Iceland).
13
Gambar 2. 8 Skema Diagram Pembangkit Listrik dengan Siklus Double Flash
Steam

2.3.5 Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua


Turbin Terpisah (Flashing Multi Flash Steam)

Sistem siklus konversi energi ini mirip dengan sistem double flash,
bedanya adalah kedua turbin yang berbeda tekanan disusun secara terpisah
(Gambar 2.9), Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi yang mengandung
air dipisahkan di separator agar diperoleh uap kering yang digunakan untuk
menggerakkan high pressure turbin. Turbin akan mengubah energi panas
bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan
energi listrik. Air hasil pemisahan dari separator temperatur dan tekanannya
akan lebih rendah dari kondisi fluida di kepala sumur. Air ini dialirkan ke flasher
agar menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan dialirkan ke low pressure turbin
sementara air sisanya dibawa ke condensor.

Gambar 2. 9 Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistem Multi Flash


Steam

14
2.3.6 Binary Cycle

Umumnya fluida panas bumi yang digunakan untuk pembangkit listrik


adalah fluida yang mempunyai temperatur 200 0C, tetapi secara tidak langsung
fluida panas bumi temperatur sedang (100-2000C) juga dapat digunakan
untuk pembangkit listrik yaitu dengan cara menggunakannya untuk
memanasi fluida organik yang mempunyai titik didih rendah (Gambar 2.10),
uap dari fluida organik ini kemudian digunakan untuk menggerakan sudu-sudu
turbin sehingga menghasilkan listrik.
Fluida organik dipanasi oleh fluida panas bumi melalui mesin
penukar kalor atau heat exchanger. Jadi fluida panas bumi tidak dimanfaatkan
langsung melainkan hanya panasnya saja yang diekstraksi, sementara
fluidanya sendiri diinjeksikan kembali kedalam reservoir. Dua lapangan yang
menggunakan siklus konversi energi seperti ini adalah Parantuka,
Kamchatka Peninsula (USSR) dan Otake (Jepang). Di lapangan Lahendong
juga terdapat sebuah pembangkit listrik panasbumi siklus binari (binary
geothermal power plant) berkapasitas 2,5 MW.

Gambar 2. 10 Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistem Binary Cycle

2.3.7 Combined Cycle

Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi panas bumi di


beberapa industri mulai digunakan sistim pembangkit listrik dengan siklus
kombinasi (combined cycle), seperti diperlihatkan pada Gambar 2.10. Fluida

15
panas bumi dari sumur dipisahkan fasa-fasanya dalam separator. Uap dari
separator dialirkan ke PLTP (Turbin ke I), dan setelah itu sebelum fluida
diinjeksikan kembali ke dalam reservoir, fluida digunakan untuk memanaskan
fluida organik yang mempunyai titik didih rendah. Uap dari fluida organik tersebut
kemudian digunakan untuk menggerakan turbin (Turbin ke II).

2.3.8 Well Head Generating Unit

Beberapa tahun terakhir ini unit pembangkit kepala sumur yang


dikenal dengan nama "Well Head Generating Units" mulai banyak digunakan di
lapangan. Sesuai dengan namanya unit ini ditempatkan di dekat kepala sumur
(well head). Ada dua jenis "Well Head Generating Units" yaitu:
1. Back pressure turbine atau turbin tanpa kondensor (atmospheric
exhaust). Turbin ini tidak dilengkapi dengan kondensor. Uap dari sumur
atau uap dari separator dialirkan langsung ke turbin dan setelah
digunakan untuk membangkitkan listrik langsung dilepas ke atmosfir.
Unit pembangkit jenis ini sering disebur "monoblock".
2. Turbin yang dilengkapi dengan kondensor (condensing unit).
Turbin ini dilengkapi dengan kondensor. Uap keluaran dari turbin
diubah menjadi kondensat di dalam kondensor.
Well Head Generating Units atau unit pembangkit kepala sumur banyak
digunakan karena alasan-alasan berikut:
1. Unit pembangkit kepala sumur dapat lebih cepat dioperasikan, yaitu
dalam waktu kurang dari 1-2 bulan. Sedangkan "central plant”
biasanya baru bisa dioperasikan 6-7 tahun setelah pemboran sumur
pertama.
2. Dengan digunakannya unit-unit pembangkit kepala sumur
berkapasitas kecil maka perusahaan swasta nasional dapat dilibatkan
dalam perusahaan panas bumi.
3. Penggunaan unit-unit pembangkit listrik berkapasitas kecil
memungkinkan para penanam modal untuk memperoleh kembali
modalnya dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini karena alasan pertama di
atas, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan unit pembangkit
16
berkapasitas kecil lebih singkat daripada untuk berkapasitas besar,
sehingga dapat lebih cepat dioperasikan.
4. Well head generating units dapat digunakan di daerah-daerah dimana
topografi cukup rumit, karena dengan digunakannya unit tersebut maka
pipa alir uap jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan pipa alir di
central power plant.
5. Apabila tekanan reservoir turun lebih cepat dari yang diharapkan, maka
turbin masih dapat di operasikan pada tekanan yang lebih rendah dan
memproduksikan listrik dalam jumlah yang sama meskipun efisiensinya
lebih rendah.
6. Unit pembangkit kepala sumur (Well head generating units) dapat
dipindahkan ke lokasi sumur lain hanya dalam waktu 1 - 2 bulan.

2.3 Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Suatu PLTP memiliki peralatan-peralatan yang tidak banyak berbeda
dengan suatu PLTU bahkan lebih sederhana karena tidak ada bagian
pembangkitan uap. Peralatan suatu PLTP pada dasarnya dapat dibagi menjadi
2 bagian yang besar yaitu :
2.3.1 Bagian Produksi uap dalam

Disini untuk peralatan dibagian produksi uap alam terletak dilapangan


panas bumi itu sendiri. Adapun peralatan pada bagian produksi uap alam
adalah ;
1. Peralatan lubang produksi (well head equpment) adalah peralatan
yang terdapat tepat diatas lubang produksi.
a. Service Valve
Digunakan untuk pengaturan aliran serta tekanan fluida yang keluar
selama pengujian.
b. Shunt off valve
Dipergunakan untuk menutup lubang sumur, apabila diadakan
perbaikan atau pemeliharaan.
c. Bleed Valve

17
Dipergunakan untuk mengeluarkan gas yang tidak dapat
terkondensasi.
d. Bypass Valve
Dipergunakan untuk membuang uap yang tidak diperlukan.

Sevice valve Bypass valve

Expension compensator
compeconvensator

Shut-off valve
Concreate cellar Bleed valve

Surface Anchor
casing casing
Production casing
Gambar 2. 11 Peralatan Lubang Produksi S.L. Uppal, Electrical Power,

Khanna Publisher, 1976. New Delhi.

2. Peralatan transmisi cairan ( Uap dan air panas )


a. Pipa – pipa transmisi
Yaitu peralatan yang digunakan untuk mentransmisikan cairan
( uap dan air panas ) dari lubang produksi ke PLTP.
b. Drum ( Steam Receives ).
Tempat yang digunakan untuk mengumpulkan uap alam dari
lubang – lubang produksi sebelum uap dialirkan ke turbin PLTP
( uap dari sumur produksi dikumpulkan menjadi satu ).
c. Pemisah Uap ( Steam Sparators )
Alat ini berfungsi sebagai pemisah antara kotoran dan air yang
terkandung dalam uap sebelum uap tersebut digunakan untuk
menggerakkan turbin.
d. Silensers
18
Alat ini difungsikan untuk menahan kebisingan akibat pengaliran sat
– sat dengan kecepatan yang tinggi ( uap, gas dan sebagainya ).
2.3.9 Bagian Perubahan Tenaga Uap Alam Menjadi Tenaga Listrik

1. Turbin Uap
Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam
hal ini adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin.
Bagian turbin yang berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin ini terletak
didalam rumah turbin. Roda turbin memutar poros yang menggerakan atau
memutar bebannya, yang dalam hal ini adalah generator listrik. Peralatan ini
juga yang berfungsi untuk merubah tenaga uap menjadi tenaga mekanis.
Ditinjau dari sistem kerjanya turbin uap dibagi menjadi dua bagian yaitu ;
 Condensing Turbin, turbin yang menggunakan condensor.
 Non Condensing Turbin, Turbin yang tidak menggunakan condensor

2. Generator
Dalam hal ini generator berfungsi untuk merubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik, seperti generator pada pembangkit listrik pada
umumnya.

3. Condensor
Merubah uap menjadi air kembali ( kondensasi ) dan juga untuk
menyingkirkan gas yang tidak terkondensasi seperti Baromatric jet
condenser. Dalam studi kelayakan, telah dipertimbangkan dua jenis
condenser yang dapat dipakai pada PLTP yaitu ;
a. Barometric Condenser
Condenser jenis ini umumnya terletak di luar power house dan pada
elevasi yang lebih tinggi dari pada turbin.
 Kerugian : condenser jenis ini karena uap yang keluar dari turbin
harus melalui pipa penghantar yang panjang untuk ke condenser
di samping itu memerlukan fondasi tersendiri.

19
 Keuntungan : lantai turbin dapat dibuat lebih rendah sehingga
rumah pembangkit ( power house ) juga tidak akan terlampau
tinggi.
b. Low Level Condenser
Condenser terletak langsung dibawah turbin sehingga hambatan
aliran praktis kecil sekali. Dalam hal ini perlu dipasang fleksibel guna
meredam getaran yang terjadi.
 Kerugian : lantai turbin menjadi lebih tinggi, bangunan menjadi
lebih berat sehingga fondasi power house harus lebih kuat.
 Keuntungan : pemanfaatan energi uap menjadi lebih baik sebab
hambatan aliran uap keluar dari turbin lebih kecil dan
kemungkinan kebocoran udara menjadi lebih kecil karena tidak
banyaknya terdapat sambungan pipa . Biaya condensor jenis ini
akan lebih murah.
Perlengkapan Condenser
Yang dimaksud perlengkapan condenser disini adalah fasilitas pembantu
pada condenser, agar supaya condenser tersebut berfungsi sebagai mana
mestinya. Perlengkapan condenser ini terdiri dari ;
a. Gas Extractor
Di dalam gas extractor ini udara dan non condensable gasses
dikeluarkan dengan jalan tarikan uap tekanan tinggi pada enjectornya.
Campuran gas yang harus dikeluarkan terdiri dari CO 2 kebanyakan dan
sebagian kecil gas seperti H2S, CH4, H2, O2, N2, Ag, NH3 dan H2O.
Adanya H2S, NH3, Sulfate dan Chlorida menyebabkan adanya larutan
korosi.
Pemilihan gas extractor untuk non condensable gesses tersebut
tergantung dari :
- Mass flow
- Kevakuman condenser
- Cooling water flow
- Temperatur
b. Hot Well Pump atau Condensate Pump.

20
Hot pump ini berfungsi memindahkan secara kontinyu dan cepat air,
yang jatuh pada hot well. Condensate tersebut dipompa ke dalam
storage tank untuk selanjutnya dipompa ke cooling tower, biasanya
condensate pump ini memakai pompa jenis contrifugal.
c. Circulation Water Pump
Circulating water pump ini dipakai untuk mensirkulasi air pendingin
dengan jumlah yang besar. Pada PLTP pompa ini dipakai untuk
menaikkan condensate ke cooling tower dan untuk mensirkulasikan air
pendingin kebagian – bagian yang memerlukan pendingin.
4.Pompa Vakum (Vacuum pumps)
Pompa vakum berfungsi untuk memperbaiki derajat kevakuman.
5.Menara Pendingin (Cooling Tower)
Pada PLTP, sistem pendinginannya memenfaatkan udara pegunungan
yang dingin dan bersih. Akan tetapi, karena udara bersifat sebagai gas,
maka dibutuhkan volume yang besar, dan permukaan pertukaran panas
yang luas, agar pendinginannya sempurna. Untuk itu dibutuhkan suatu
menara yang tinggi. Pada menara pendingin ini, udara dihisap kedalam dan
setelah mendinginkan kondensator, udara yang telah menjadi panas ini,
dihembuskan keluar melalui cerobong menara disebelah atas.

2.4 Keuntungan dan Kekurangan PLTP


Dalam halaman ini kita akan membahas tentang keuntungan dan
kekurangan dari energi panas bumi diatas :
A. Keuntungan PLTP
 Bersih.
PLTP, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari tidak
membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap panas guna
memutar turbin. Menghasilkan listrik dengan energi geotermal
membantu menghemat pemanfaatan bahan bakar fosil yang tidak
bisa diperbaharui, dan dengan pengurangan pemakaian jenis-jenis
bahan bakar ini, kita mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.
 Tidak boros lahan.
21
Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya per
MW lebih kecil dibandingkan hampir semua jenis pembangkit
lain.Instalasi geotermal tidak memerlukan pembendungan sungai
atau penebangan hutan,dan tidak ada terowongan tambang, lorong-
lorong,lubang-lubang terbuka,timbunan limbah atau tumpahan
minyak.
 Dapat diandalkan.
PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang
tahun.Suatu pembangkit listrik geotermal terletak diatas sumber
bahan bakarnya.Hal ini membuatnya resisten terhadap hambatan
penghasilan listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencana alam
yang bisa mengganggu transportasi bahan bakar.
 Fleksibel.
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan unit tambahan
dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan listrik yang meningkat.
 Mengurangi Pengeluaran.
Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar untuk
PLTP ’’ Bahan bakar “geotermal, selalu terdapat dimana pembangkit
itu berada.
 Pembangunan
PLTP di lokasi terpencil bisa meningkatkan standar dan kualitas
hidup dengan cara membawa tenaga listrik ke orang yang bertempat
tinggal jauh dari sentra populasi yang berlistrik.

B. Kerugian – kerugian PLTP


 PLTP selalu dibangun di daerah lapang Panas Bumi dimana
terdapat banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan
gas H2S, hal ini akan menyebabkan kandungan H 2S akan
meningkat.Kandungan H2S yang bersifat korosit akan dapat
menyebabkan peralatan–peralatan mesin maupun listrik berkarat.
 Ancaman akan adanya hujan asam
22
 Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi
dan amblesan (subsidence). Amblesan juga didukung letak
geomorfologi tapak kegiatan yang berada pada kaldera vulkanik
dengan patahan sekelilingnya sesuai dengan munculnya kerucut
resent. Faktor lain yang berpengaruh adalah posisi Bali secara
regional merupakan daerah rawan gempa bumi. Untuk memantau
dampak amblesan, maka di tapak kegiatan harus dipasang mikro
seismograf. Apabila terjadi amblesan maka kegiatan operasional
PLTP harus dihentikan.
 Menyusut dan menurunnya debit maupun kwalitas sumber mata air
tanah maupun danau-danau di sekitar area pembangunan yang
akan menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan
menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air
 Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran
hutan di mana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk
mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula
 Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air
karena diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO 2, C02, CO, NO2
dan H2S

2.5 Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi terhadap


Lingkungan
Dalam pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik terdapat
berbagai dampak terhadap lingkungan akibat kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada tahap eksplorasi dan eksploitasi. Dampak-dampak tersebut di antaranya
adalah :
 Akuisisi lahan
 Gangguan permukaan (flora, fauna, tanah)
 Emisi udara
 Thermal effluents
 Chemical discharge

23
 Limbah padat
 Penggunaan air

Dampak-dampak yang dihasilkan dari pemanfaatan energi panas bumi


sebagai pembangkit listrik dapat diminimalisir dengan manajemen lingkungan
yang tepat. Salah satu contohnya adalah melakukan pemantauan dampak-
dampak yang ditimbulkan.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi cukup menjanjikan.
Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber
penyedia tenaga listrik adalah termasuk teknologi yang tidak menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan, suatu hal yang dewasa ini sangat
diperhatikan dalam setiap pembangunan dan pemanfaatan teknologi, agar alam
masih dapat memberikan daya dukungnya bagi kehidupan umat manusia. Bila
pemanfaatan energi panas bumi dapat berkembang dengan baik, maka kota-
kota di sekitar daerah sumber energi panas bumi yang pada umumnya terletak
di daerah pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi dari pusat
listrik tenaga panas bumi. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari
pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga ikut
mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga uap, baik
yang dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel yang keduanya
menimbulkan pencemaran udara. 

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui
tentang perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi
alternatif yang ramah terhadap lingkungan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Mengenal Teknologi Pebangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.


http://www.esdm.go.id (Diakses Tanggal 15 November 2020).

Anonim. 2014. Energi Panas Bumi. http://id.wikipedia.org/ (Diakses Tanggal 15


November 2020).

Anonim. 2014. Kelebihan dan Kekurangan Energi Geothermal.


http://alamendah.org. (Diakses Tanggal 15 November 2020).

I G. B. Wijaya Kusuma .Program Studi Teknik Mesin. Fakutas Teknik.


Universitas Udayana (Diakses Tanggal 15 November 2020).

Marwaningsih, Fitri. 2012. Energy Geothermal-Energi Panas Bumi.


http://fitrimarwaningsih.wordpress.com (Diakses Tanggal 15 November 2020).

Maryadi. 2012. Potensi Energi Baru-Terbarukan Indonesia.


http://www.esdm.go.id (Diakses Tanggal 15 November 2020).

Novitasari. 2011. Energi Panas Bumi. http://www.novitasari.blogspot.com


(Diakses Tanggal 15 November 2020).

Fauzi, Umar dan Prihadi. 1993. Fisika Untuk Geologi. Bandung: ITB. (Diakses
Tanggal 15 November 2020)

Fowler, C.M.R.1990. The Solid Earth : An Introduction to Global Geophysics.


Cambridge : University Press.( Diakses Tanggal 15 November 2020)

26

Anda mungkin juga menyukai