Anda di halaman 1dari 31

Makalah

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


PANAS BUMI

Disusun Oleh :

RANGGA MAISANDA
2201132006
D3 Teknik Listrik

POLITEKNIK NEGERI PADANG


KAMPUS PELALAWAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selama proses
penyusunan makalah, penulis mengalami berbagai kendala dan hambatan,
namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangannya,
maka dari itu segala kritik dan saran yang membangun akan selalu di terima
dengan senang hati.Semoga laporan yang sederhana ini bermanfaat bagi
Almamater, Civitas Politeknik Negeri Semarang, maupun para pembaca pada
umumnya.

PELALAWAN, November 2023

Penulis

(. )

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Pembatasan Makalah 4
1.3 Metode Pengumpulan Data 4
1.4 Sistematika Penulisan Makalah 5
BAB II ISI 6
2.1 Energi Panas Bumi di Bumi 6
2.2 Energi Panas Bumi di Indonesia 6
2.3 Sistem Hidrothermal 11
2.4 Jenis Panas Bumi di Indonesia 14
1. Energi Panas Bumi Uap Panas 15
2. Energi panas Bumi Air Panas 16
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas 17
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 17
2.6 Prinsip Kerja PLTP 18
2.7 Peralatan pada PLTP 21
BAB III PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber
daya alam yang melimpah, salah satunya minyak bumi yang diolah untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Namun dengan berkembangnya dunia
industri, bahan bakar minyak menjadi dilema, karena kandungan minyak
bumi di dunia semakin menipis seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu perlu adanya bahan bakar
alternatif, yaitu panas bumi.

1.2Pembatasan Makalah
Dalam penyusunan makalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
ini di berikan batasan masalah yang dibahas agar tidak terjadi
pembahasan masalah diluar konteks judul atau tidak berhubungan sama
sekali. Hal ini dilaksanakan agar penyusunan makalah dapat secara
sistematis, lebih terarah dan mudah di mengerti dengan baik. Penulis
membatasi masalah pada ruang lingkup sebagai berikut :
1. Energi Panas Bumi di bumi dan Indonesia
2. Sistem Hidrothermal
3. Jenis Energi Panas Bumi
4. Pengertian, Prinsip Kerja serta Peralatan pada Pembangkit Listrik
Tenaga panas Bumi

1.3Metode Pengumpulan Data


Untuk mengambil data yang digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan ini, penulis menggunakan metode :

4
1. Metode Browshing
Ada beberapa hal yang kami ambil melalui metode ini yaitu
berupa data yang berkaitan dengan Energi Panas Bumi. Pembangkit
Listrik Panas Bumi, dan lain sebagainya. Data tersebut kami download
dari beberapa situs yang ada di dunia maya.
2. Metode Studi Pustaka
Metode ini adalah cara mencari informasi sumber kepustakaan,
seperti buku referensi, diklat,dan lain sebagainya, yang sesuai dengan
pembahasan dari masalah yang ada. Kami memperoleh data-data
dari buku-buku yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menyelesaikan masalah.

1.4Sistematika Penulisan Makalah

Sistematika penulisan makalah ini tersusun dari 3 bab, adapun


sistematika penyusunannya sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I berisi mengenai Latar Belakang, Pembatasan Makalah,
Metode Pegumpulan Data dan Sistematika Penulisan Makalah.
2. BAB II ISI
Pada bab II berisi mengenai, Energi Panas Bumi di Bumi, Energi Panas
Bumi di Indonesia, Sistem Hidrothermal, jenis Energi Panas Bumi,
Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi, Prinsip Kerja Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi, Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi.
3. BAB III PENUTUP
Pada bab III berisi mengenai, Kesimpulan.

5
BAB II
ISI

2.1. Energi Panas Bumi di Bumi


Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam
batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya.
Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy
sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan
energi panas bumi untuk sektor non‐listrik (direct use) telah berlangsung
di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta
meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah
memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk
mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara
memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia.
Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor
non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan ruangan,
pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk
pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dll.

2.2. Energi Panas Bumi di Indonesia


Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panas bumi pertama
kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1917. Pada tahun
1926 hingga tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat
ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih
memproduksikan uap panas kering atau dry steam . Pecahnya perang
dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin merupakan salah satu

6
alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.

Gambar 2.1 Kawah Kamojang

Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara


luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan
bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan survey
pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan
bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panas bumi, yaitu di sepanjang
jalur vulkanik mulai dari bagian barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali,
Nusa Tenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku
dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil
menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya
meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76
prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusa Tenggara, 3
prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan.
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).

7
Gambar 2.2 Survey Energi Panas Bumi Di Indonesia

Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta


karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada
tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik,
lempeng India‐Australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi
antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang
sangat penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.

Gambar 2.3 Lempeng Tektonik Di Indonesia

8
Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan
lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusa
Tenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah
Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah
Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa
atau Nusa Tenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang
dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma
yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan
gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung
api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan
vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan
vulkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam
batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

Gambar 2.4 Plate Tectonic Processes

9
Sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan
kegiatan gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber
magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau
Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan
kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐basaltis dengan sumber magma yang
lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara
Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau
Jawa.
Akibat dari sistem penunjaman yang berbeda, tekanan atau
kompresi yang dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique ) antara lempeng
India‐Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang
memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi
kemunculan sumber-sumber panas bumi yang berkaitan dengan
gunung‐gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistem
panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistem
patahan regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan
di Jawa sampai Sulawesi, sistem panas buminya lebih dikontrol oleh
sistem pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistem depresi kaldera
yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada
saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas
bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah
mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran
setidak‐tidaknya sejak Tersier sampai Resen . Hal ini menyebabkan
terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan
sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas
reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan
permeabilitas reservoir pada lapangan‐lapangan panas bumi di Pulau
Jawa ataupun di Sulawesi.

10
2.3. Sistem Hidrothermal
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperature sedang (150‐225oC).
Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai
hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy ). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak ke bawah, akan tetapi apabila air tersebut
kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan
panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih
ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas
dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.

Gambar 2.5 Arus Konveksi Air

11
Adanya suatu sistem hidrothermal di bawah permukaan
sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di
permukaan (geothermal surface manifestation ), seperti mata air
panas, kubangan lumpur panas (mud pools ), geyser dan
manifestasi panas bumi lainnya, dimana beberapa diantaranya,
yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena
adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena
adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi
(uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Gambar 2.6 Manifestasi Panas Bumi Di Permukaan


Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan
fluida utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu
sistem satu fasa atau sistem dua fasa. Sistem dua fasa dapat
merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistem
dominasi uap merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai
dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap
yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan
umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan
air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di
bawah reservoir dominasi uapnya. Sistem dominasi air merupakan

12
sistem panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana
reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan
walaupun “boiling ” sering terjadi pada bagian atas reservoir
membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur
dan tekanan tinggi.
Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak,
temperatur reservoir panas bumi relatif sangat tinggi, bisa
mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya temperatur,
Hochstein (1990) membedakan sistem panas bumi menjadi tiga,
yaitu:

1. Sistem panas bumi bertemperatur rendah, yaitu suatu


sistem yang reservoirnya mengandung fluida dengan
temperatur lebih kecil dari 1250C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem
yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara
1250C dan 2250C.
3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem
yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur di atas
2250C.

Sistem panas bumi sering kali juga diklasifikasikan


berdasarkan entalpi fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang dan
tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada
kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalpi, akan tetapi
berdasarkan pada temperatur mengingat entalpi adalah fungsi dari
temperatur. Pada tabel di bawah ini ditunjukkan klasifikasi sistem
panas bumi yang biasa digunakan.

13
Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem Panas Bumi
Haenel,
Muffer & Benderiter &
Rybach & Hochestein
Cataldi Cormy
Stegna (1990)
(1978) (1990)
(1988)

Sistem
panas bumi
<90oC <100oC <150oC <125oC
entalpi
rendah

Sistem
panas bumi
90‐150oC 100‐200oC - 125‐225oC
entalpi
sedang

Sistem
panas bumi
>150oC >200oC >150oC >225oC
entalpi
tinggi

2.4. Jenis Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi


yang diberikan oleh alam seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan
tenaga air. Energi primer ini di Indonesia tersedia dalam jumlah sedikit
(terbatas) dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia.
Sedangkan cadangan energi panas bumi di Indonesia relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan cadangan energi primer lainnya, hanya saja
belum dimanfaatkan secara optimal. Selain dari pada itu panas bumi
adalah termasuk juga energi yang terbarukan, yaitu energi non fosil yang
bila dikelola dengan baik maka sumberdayanya relatif tidak akan habis,

14
jadi amat sangat menguntungkan.

Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat
dikelompokkan menjadi:

1. Energi panas bumi "uap basah"

Gambar 2.7 Dry System Poer Plant

Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas
bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah
menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk
dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk
memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air
diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan
airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tanah.

15
2. Energi panas bumi "air panas"

Gambar 2.8 Flash System Power Plant


Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin
panas yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena
banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat
digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa
-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan
energy panas bumi jenis ini, digunakan nergy biner (dua buah energy
utama) yaitu wadah air panas sebagai energy primemya dan energy
sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas bumi “air
panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih
besar dibandingkan dengan energy panas bumi jenis lainnya.

16
3. Energi panas bumi “batuan panas”

Gambar 2.9 Binary Cycle Power Plant


Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam
perut bumi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma).
Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan
air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas,
kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas
untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya
terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya
perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi.

2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama


seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap
dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap
berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa
fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan
kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak
yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

17
Gambar 2.10 Prinsip Kerja PLTU

Gambar 2.11 Prinsip Kerja PLTP

2.6. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

a. Uap di-supply dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap


yang kemudian masuk ke dalamSteam Receiving
Header sebagai media pengumpul uap. Steam Receiving
Header dilengkapi denganRupture Disc yang berfungsi sebagai

18
pengaman terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over
pressure ) di dalam Steam Receiving maka uap akan dibuang
melaluiVent Structure V
. ent Structure berfungsi untukwarming-
up dipipe line ketika akan start unit dan sebagai katup
pengaman yang akan membuang tekanan bilasudden
trip terjadi.
b. DariSteam Receiving Header uap kemudian dialirkan
keSeparator (Cyclone Type ) yang berfungsi untuk memisahkan
uap (pure steam ) dari benda-benda asing seperti partikel berat
(Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll).
c. Kemudian uap masuk keDemister yang berfungsi untuk
memisahkan moisture yang terkandung dalam uap, sehingga
diharapkan uap bersih yang akan masuk ke dalam Turbin.
d. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi
dari Energi Kalor yang terkandung dalam uap menjadi Energi
Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin yang
dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut
berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari
Energi Kinetik menjadi Energi Mekanik.
e. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity )
f. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di
dalam Condensor dengan sistemJet Spray (Direct Contact
Condensor ).
g. NCG (Non Condensable Gas ) yang masuk kedalam Condensor
dihisap olehFirst Ejector kemudian masuk
keIntercondensor sebagai media pendingin dan penangkap
NCG. Setelah dariIntercondensor , NCG dihisap lagi
olehSecond Ejector masuk ke dalamAftercondensor sebagai
media pendingin dan kemudian dibuang ke atmosfir
melaluiCooling Tower .
h. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan olehMain Cooling
Water Pump masuk keCooling Tower . Selanjutnya air hasil

19
pendinginan dariCooling Tower uap kering disirkulasikan
kembali ke dalam Condensor sebagai media pendingin.
i. Primary Cooling System disamping sebagai
pendinginSecondary Cooling System juga mengisi air
pendingin keIntercondensor danAftercondensor .
j. Overflow dariCold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentinganReinjection Pump .
k. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan
mengisiBasin Cooling Tower.

Gambar 2. 13 Siklus Prinsip Kerja PLTP

20
Gambar 2.14 Diagram Prinsip Kerja PLTP

2.7 Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

a. Kepala Sumur dan Valve

Seperti halnya sumur-sumur minyak dan gas, di sumur panas


bumi juga dipasang beberapa Valve (katup) untuk mengatur aliran
fluida. Valve-valve tsb ada yang dipasang di atas atau di dalam
sebuah lubang yang dibeton (Concrete cellar).

Disamping itu biasanya dilengkapi juga olehBleed Valve , yaitu


valve untuk menyemburkan ke udara dengan laju aliran sangat
kecil (bleeding ), saat sumur tidak diproduktifkan. Fluida perlu
dikeluarkan dengan laju alir sangat kecil agar sumur tetap panas
dan gas tidak terjebak di dalam sumur, dan juga untuk menghindari
terjadinyathermal shock atau perubahan panas secara tiba-tiba
yang disebabkan karena pemanasan atau pendinginan mendadak
dapat dihindarkan.

21
Disamping itu ada juga yang dilengkapi denganBall Floatt
Valve yang merupakan Valve pengaman dari kemungkinan
terbawanya air ke dalam aliran pipa uap. Bila ada air yang terbawa,
bola akan naik dan menghentikanaliran. Kenaikkan tekanan akan
menyebabkan Bursting Disc pecah dan mengalihkan aliran ke
Silincer.

Gambar 2.15 Valve pada Kepala Sumur PLTP

b. Steam Receiving Header

Steam Receiving Header adalah stasiun pengumpul uap dari


beberapa sumur produksi sebelum uap tersebut dialirkan menuju
turbin.

c. Separator

Separator berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang


bercampur dalam aliran dua fasa. Separator yang mempunyai

22
effisiensi yang tinggi adalah jenis Cyclone, dimana aliran uap yang
masuk dari arah samping dan berputar menimbulkan gaya
sentrifugal. Air akan terlempar ke dinding, sedangkan uap akan
mengisi bagian tengah pipa, dan mengalir keatas. Uap yang keluar
dari separator jenis ini mempuyai tingkat kekeringan (dryness )
yang sangat tinggi, lebih dari 99%. Effisiensi dari jenis ini akan
berkurang bila kecepatan masuk lebih dari 50 m/detik.

Gambar 2.16 Cyclone Separator pada PLTP

d. Demister

Demister adalah peralatan yang berfungsi untuk menangkap


butiran butiran air yang masih terkandung di dalam uap sesaat
sebelum uap tersebut memasuki turbin. Sehingga demister
dipasang tidak jauh dari turbin uap.

23
e. Silincer

Silincer merupakan silinder yang didalamnya diberi suatu


pelapis untuk mengendapkan suara dan bagian atasnya terbuka.
Fluida dari sumur yang akan disemburkan untuk dibuang, akan
menimbulkan kebisingan yang luar biasa hingga dapat
memekakkan telinga dan bahkan bila tanpa perlindungan telinga,
dapat menyebabkan rusaknya pendengaran. Maka diperlukan
Silencer untuk mengurangi kebisingan dan biasanya juga
mengontrol aliran fluida yang akan dibuang. Apabila fluida dari
sumur berupa uap kering, silincer yang digunakan biasanya berupa
lubang yang diisi dengan batuan yang mempunyai ukuran dan
bentuk beragam.

Gambar 2.17 Silincer

f. Turbin Uap

Turbin uap adalah suatu mesin penggerak, yang


menggunakan energi darifluida kerja (uap) untuk menggerakkan /
memutar sudu-sudu turbin. Sudu – sudu turbin ini memutar poros,
poros karena dikopling dengan generator, maka akan

24
menggerakkan generator yang akan menghasilkan listrik. Pada
dasarnya dikenal 2 jenis turbin :
 Turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara
luar(Atmospheric Exhaust / Back Pressure Turbine) atau
disebut juga turbin tanpacondenser . Pada jenis ini uap keluar
dari turbin langsung dibuang ke udara.
 Turbin dengancondenser (Condensing unit Turbine). Pada jenis
ini uap keluar dari turbin dikondensasikan lagi menjadi air
dicondenser.

Gambar 2.18 Turbin Uap

g. Kondensor

Fungsi kondensor adalah untuk mengkondensasikan uap


menjadi air dengan cara membuat kondisi vakum di dalam bejana
(kondensor). Proses terjadinya vakum dengan cara
thermodinamika bukan cara mekanik. Fluida yang keluar dari
turbin masuk ke condenser sebagian besar adalah uap bercampur
dengan air dingin, di kondensor akan mencapai kesetimbangan
massa dan energi. Pada volume yang sama, air akan mempunyai

25
massa ratusan kali lipat dibandingkan dengan uap. Sehingga jika
uap dalam massa tertentu mengisi seluruh ruangan dalam
kondensor, kemudian disemprotkan air maka uap akan menyusut
volumenya, karena sebagian atau seluruhnya berubah menjadi air
(tergantung jumlah air yang disemprotkan) yang memiliki volume
jauh lebih kecil. Akibat penyusutan volume uap dalam kondensor
inilah akan mengakibatkan kondisi ruangan dalam kondensro
menjadi vakum.

h. Main cooling waterpump

Main cooling waterpump adalah pompa yang bertugas untuk


memompakan air kondensat dari kondensor menuju ke menara
pendingin.

i. Main Cooling Tower

Fungsi dari menara pendingin adalah menurunkan


temperaturair kondensat yang keluar dari kondensor. Air
kondensat yang telah diturunkan temperaturnya ini sebagian akan
dikembalikan ke kondensor untuk emngkondensasikan fluida
berikutnya dan sebagian lagi akan dialirkan ke sumur injeksi untuk
dikembalikan ke dalam perut bumi.

Menara pendingin terdapat dua jenis yaitu Mechanical Draft


Cooling Tower dan Natural Draught Cooling Tower. Pada
Mechanical Draft Cooling Tower , air panas dari kondensor
disemprotkan pada strukutur kayu berlapis yang disebuttfill . Udara
yang dilewatkan pada bagian bawah fill dan air jatuh dari bagian
atas fill . Ketika air mengalir melawati rangkaian fill tersebut, maka
perpindahan panas akan terjadi dari air ke udara. Ciri khas dari
menara pendingin jenis ini adalah terdapatnya kipas angina (fan ) di
bagian atas menara yang kecepatannya dapat diatur sesuai
dengan kondisi udara diluar dan beban dari turbin. Fungsi dari fan
ini adalah mengatur aliran udara pendingin. Natural Draught

26
Cooling Tower adalah menara pendingin yang bekerja dengan
prnsip hamper sama dengan Mechanical Draft Cooling Tower ,
hanya saja aliran udara pendingin pada Natural Draught Cooling
Tower tidak berasal dari fan , aliran udara pendingin pada menara
pendingin jenis ini terjadi sebagai akibat dari bentuk fisik menara
yang berbentuk corong tinggi terbuka ke atas. Saat ini Mechanical
Draft Cooling Tower lebih umum digunakan dibandingkan Natural
Draught Cooling Tower.

j. Reinjection Pump

Reinjection pump adalah pompa yang digunakan untuk


mngalirkan air hasil pemisahan dan air kondensat kembali ke
dalam perut bumi.

k. Gas Extraction

Untuk menjaga agar kondisi di dalam kondensor tetap vacuum,


maka Non Condensable Gas (NCG) harus dikeluarkan dari
kondensor, dengan cara dihisap oleh Ejector .

27
BAB III
PENUTUP

5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil studi mengenai


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah sebagai berikut :
1. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperature sedang
(150‐225oC). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal
terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui
batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi
karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.
Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy ).
2. Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi adalah suatu
pembangkitan listrik yang menggunakan panas bumi sebagai
tenaga pembangkitannya.

3. Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

a. Bersih

PLTP tidak membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap


panas guna memutar turbin serta menghemat pemanfaatan

28
bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Kita
mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.

b. Tidak boros lahan

Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP


ukurannya per MW lebih kecil dibandingkan hampir semua
jenis pembangkit lain.

c. Dapat diandalkan

PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang


tahun. Suatu pembangkit listrik geothermal terletak diatas
sumber bahan bakarnya. Hal ini membuat resisten terhadap
hambatan penghasilan listrik yang diakibatkan oleh cuaca
dan bencara alam yang bias mengganggu transportasi
bahan bakar.

d. Fleksibel
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan
tambahan dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat.

e. Mengurangi pengeluaran

Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar


untuk PLTP, selalu terdapat dimana pembangkit itu berada.

f. Pembangunan
PLTP dilokasi terpencil bisa miningkatkan standar kualitas
hidup dengan cara membawa listrik ke orang yang
bertempat tinggal jauh dari sentra populasi listrik.

29
g. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen
negara maju terkait global warming untuk insentif atau
carbon credit terhadap pembangunan ( clean development
mechanism ) berdasarkan seberapa besar pengurangan
CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.

Grafik Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit

Dari grafik diatas pembangkit dengan bahan bakar panas bumi


memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100 kg/kWh.

4. Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

a. PLTP dibangun didaerah lapang panas bumi dimana


terdapat banyak sumber air panas atau uap yang
mengeluarkan gas H2S. Kandungan ini bersifat korosit yang
menyebabkan peralatan mesin maupun listrik berkarat.

b. Ancaman akan adanya hujan asam.

c. Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada


bahaya erosi dan akan mempengaruhi pada kegiatan
operasional.

30
d. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber
mata air tanah maupun danau-danau di sekitar area
pembangunan yang akan menyebabkan gangguan pada
kehidupan biota perairan dan menurunkan kemampuan
tanah untuk menahan air.

e. Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman


kebakaran hutan dimana diperlukan waktu antara 30-50
tahun untuk mengembalikan fungsi hutan lindung semeperti
semula.

f. Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota


air karena diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO2,
CO2, CO, NO2 dan H2S.

31

Anda mungkin juga menyukai