Disusun Oleh :
RANGGA MAISANDA
2201132006
D3 Teknik Listrik
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selama proses
penyusunan makalah, penulis mengalami berbagai kendala dan hambatan,
namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangannya,
maka dari itu segala kritik dan saran yang membangun akan selalu di terima
dengan senang hati.Semoga laporan yang sederhana ini bermanfaat bagi
Almamater, Civitas Politeknik Negeri Semarang, maupun para pembaca pada
umumnya.
Penulis
(. )
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Pembatasan Makalah 4
1.3 Metode Pengumpulan Data 4
1.4 Sistematika Penulisan Makalah 5
BAB II ISI 6
2.1 Energi Panas Bumi di Bumi 6
2.2 Energi Panas Bumi di Indonesia 6
2.3 Sistem Hidrothermal 11
2.4 Jenis Panas Bumi di Indonesia 14
1. Energi Panas Bumi Uap Panas 15
2. Energi panas Bumi Air Panas 16
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas 17
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 17
2.6 Prinsip Kerja PLTP 18
2.7 Peralatan pada PLTP 21
BAB III PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber
daya alam yang melimpah, salah satunya minyak bumi yang diolah untuk
digunakan sebagai bahan bakar. Namun dengan berkembangnya dunia
industri, bahan bakar minyak menjadi dilema, karena kandungan minyak
bumi di dunia semakin menipis seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu perlu adanya bahan bakar
alternatif, yaitu panas bumi.
1.2Pembatasan Makalah
Dalam penyusunan makalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
ini di berikan batasan masalah yang dibahas agar tidak terjadi
pembahasan masalah diluar konteks judul atau tidak berhubungan sama
sekali. Hal ini dilaksanakan agar penyusunan makalah dapat secara
sistematis, lebih terarah dan mudah di mengerti dengan baik. Penulis
membatasi masalah pada ruang lingkup sebagai berikut :
1. Energi Panas Bumi di bumi dan Indonesia
2. Sistem Hidrothermal
3. Jenis Energi Panas Bumi
4. Pengertian, Prinsip Kerja serta Peralatan pada Pembangkit Listrik
Tenaga panas Bumi
4
1. Metode Browshing
Ada beberapa hal yang kami ambil melalui metode ini yaitu
berupa data yang berkaitan dengan Energi Panas Bumi. Pembangkit
Listrik Panas Bumi, dan lain sebagainya. Data tersebut kami download
dari beberapa situs yang ada di dunia maya.
2. Metode Studi Pustaka
Metode ini adalah cara mencari informasi sumber kepustakaan,
seperti buku referensi, diklat,dan lain sebagainya, yang sesuai dengan
pembahasan dari masalah yang ada. Kami memperoleh data-data
dari buku-buku yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menyelesaikan masalah.
5
BAB II
ISI
6
alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di daerah tersebut.
7
Gambar 2.2 Survey Energi Panas Bumi Di Indonesia
8
Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan
lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusa
Tenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah
Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah
Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa
atau Nusa Tenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang
dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma
yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan
gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung
api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan
vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan
vulkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam
batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
9
Sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan
kegiatan gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber
magma yang bersifat lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau
Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi umumnya berasosiasi dengan
kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐basaltis dengan sumber magma yang
lebih cair. Karakteristik geologi untuk daerah panas bumi di ujung utara
Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan karakteristik dengan di Pulau
Jawa.
Akibat dari sistem penunjaman yang berbeda, tekanan atau
kompresi yang dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique ) antara lempeng
India‐Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang
memanjang sepanjang Pulau Sumatera yang merupakan sarana bagi
kemunculan sumber-sumber panas bumi yang berkaitan dengan
gunung‐gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistem
panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh sistem
patahan regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan
di Jawa sampai Sulawesi, sistem panas buminya lebih dikontrol oleh
sistem pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistem depresi kaldera
yang terbentuk karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada
saat letusan gunung api yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas
bumi di Sumatera umumnya menempati batuan sedimen yang telah
mengalami beberapa kali deformasi tektonik atau pensesaran
setidak‐tidaknya sejak Tersier sampai Resen . Hal ini menyebabkan
terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan
sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas
reservoir panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan
permeabilitas reservoir pada lapangan‐lapangan panas bumi di Pulau
Jawa ataupun di Sulawesi.
10
2.3. Sistem Hidrothermal
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperature sedang (150‐225oC).
Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai
hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy ). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak ke bawah, akan tetapi apabila air tersebut
kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan
panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih
ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas
dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.
11
Adanya suatu sistem hidrothermal di bawah permukaan
sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di
permukaan (geothermal surface manifestation ), seperti mata air
panas, kubangan lumpur panas (mud pools ), geyser dan
manifestasi panas bumi lainnya, dimana beberapa diantaranya,
yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena
adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena
adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi
(uap dan air panas) mengalir ke permukaan.
12
sistem panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana
reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan
walaupun “boiling ” sering terjadi pada bagian atas reservoir
membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur
dan tekanan tinggi.
Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak,
temperatur reservoir panas bumi relatif sangat tinggi, bisa
mencapai 3500C. Berdasarkan pada besarnya temperatur,
Hochstein (1990) membedakan sistem panas bumi menjadi tiga,
yaitu:
13
Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem Panas Bumi
Haenel,
Muffer & Benderiter &
Rybach & Hochestein
Cataldi Cormy
Stegna (1990)
(1978) (1990)
(1988)
Sistem
panas bumi
<90oC <100oC <150oC <125oC
entalpi
rendah
Sistem
panas bumi
90‐150oC 100‐200oC - 125‐225oC
entalpi
sedang
Sistem
panas bumi
>150oC >200oC >150oC >225oC
entalpi
tinggi
14
jadi amat sangat menguntungkan.
Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat
dikelompokkan menjadi:
Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas
bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah
menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk
dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk
memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air
diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan
airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tanah.
15
2. Energi panas bumi "air panas"
16
3. Energi panas bumi “batuan panas”
17
Gambar 2.10 Prinsip Kerja PLTU
18
pengaman terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over
pressure ) di dalam Steam Receiving maka uap akan dibuang
melaluiVent Structure V
. ent Structure berfungsi untukwarming-
up dipipe line ketika akan start unit dan sebagai katup
pengaman yang akan membuang tekanan bilasudden
trip terjadi.
b. DariSteam Receiving Header uap kemudian dialirkan
keSeparator (Cyclone Type ) yang berfungsi untuk memisahkan
uap (pure steam ) dari benda-benda asing seperti partikel berat
(Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll).
c. Kemudian uap masuk keDemister yang berfungsi untuk
memisahkan moisture yang terkandung dalam uap, sehingga
diharapkan uap bersih yang akan masuk ke dalam Turbin.
d. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi
dari Energi Kalor yang terkandung dalam uap menjadi Energi
Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin yang
dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut
berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari
Energi Kinetik menjadi Energi Mekanik.
e. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity )
f. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di
dalam Condensor dengan sistemJet Spray (Direct Contact
Condensor ).
g. NCG (Non Condensable Gas ) yang masuk kedalam Condensor
dihisap olehFirst Ejector kemudian masuk
keIntercondensor sebagai media pendingin dan penangkap
NCG. Setelah dariIntercondensor , NCG dihisap lagi
olehSecond Ejector masuk ke dalamAftercondensor sebagai
media pendingin dan kemudian dibuang ke atmosfir
melaluiCooling Tower .
h. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan olehMain Cooling
Water Pump masuk keCooling Tower . Selanjutnya air hasil
19
pendinginan dariCooling Tower uap kering disirkulasikan
kembali ke dalam Condensor sebagai media pendingin.
i. Primary Cooling System disamping sebagai
pendinginSecondary Cooling System juga mengisi air
pendingin keIntercondensor danAftercondensor .
j. Overflow dariCold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentinganReinjection Pump .
k. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan
mengisiBasin Cooling Tower.
20
Gambar 2.14 Diagram Prinsip Kerja PLTP
21
Disamping itu ada juga yang dilengkapi denganBall Floatt
Valve yang merupakan Valve pengaman dari kemungkinan
terbawanya air ke dalam aliran pipa uap. Bila ada air yang terbawa,
bola akan naik dan menghentikanaliran. Kenaikkan tekanan akan
menyebabkan Bursting Disc pecah dan mengalihkan aliran ke
Silincer.
c. Separator
22
effisiensi yang tinggi adalah jenis Cyclone, dimana aliran uap yang
masuk dari arah samping dan berputar menimbulkan gaya
sentrifugal. Air akan terlempar ke dinding, sedangkan uap akan
mengisi bagian tengah pipa, dan mengalir keatas. Uap yang keluar
dari separator jenis ini mempuyai tingkat kekeringan (dryness )
yang sangat tinggi, lebih dari 99%. Effisiensi dari jenis ini akan
berkurang bila kecepatan masuk lebih dari 50 m/detik.
d. Demister
23
e. Silincer
f. Turbin Uap
24
menggerakkan generator yang akan menghasilkan listrik. Pada
dasarnya dikenal 2 jenis turbin :
Turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara
luar(Atmospheric Exhaust / Back Pressure Turbine) atau
disebut juga turbin tanpacondenser . Pada jenis ini uap keluar
dari turbin langsung dibuang ke udara.
Turbin dengancondenser (Condensing unit Turbine). Pada jenis
ini uap keluar dari turbin dikondensasikan lagi menjadi air
dicondenser.
g. Kondensor
25
massa ratusan kali lipat dibandingkan dengan uap. Sehingga jika
uap dalam massa tertentu mengisi seluruh ruangan dalam
kondensor, kemudian disemprotkan air maka uap akan menyusut
volumenya, karena sebagian atau seluruhnya berubah menjadi air
(tergantung jumlah air yang disemprotkan) yang memiliki volume
jauh lebih kecil. Akibat penyusutan volume uap dalam kondensor
inilah akan mengakibatkan kondisi ruangan dalam kondensro
menjadi vakum.
26
Cooling Tower adalah menara pendingin yang bekerja dengan
prnsip hamper sama dengan Mechanical Draft Cooling Tower ,
hanya saja aliran udara pendingin pada Natural Draught Cooling
Tower tidak berasal dari fan , aliran udara pendingin pada menara
pendingin jenis ini terjadi sebagai akibat dari bentuk fisik menara
yang berbentuk corong tinggi terbuka ke atas. Saat ini Mechanical
Draft Cooling Tower lebih umum digunakan dibandingkan Natural
Draught Cooling Tower.
j. Reinjection Pump
k. Gas Extraction
27
BAB III
PENUTUP
5.1Kesimpulan
a. Bersih
28
bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Kita
mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.
c. Dapat diandalkan
d. Fleksibel
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan
tambahan dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat.
e. Mengurangi pengeluaran
f. Pembangunan
PLTP dilokasi terpencil bisa miningkatkan standar kualitas
hidup dengan cara membawa listrik ke orang yang
bertempat tinggal jauh dari sentra populasi listrik.
29
g. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen
negara maju terkait global warming untuk insentif atau
carbon credit terhadap pembangunan ( clean development
mechanism ) berdasarkan seberapa besar pengurangan
CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.
30
d. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber
mata air tanah maupun danau-danau di sekitar area
pembangunan yang akan menyebabkan gangguan pada
kehidupan biota perairan dan menurunkan kemampuan
tanah untuk menahan air.
31