Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

MATA KULIAH ENERGI BARU TERBARUKAN

Oleh :
Muhammad Yusuf Iqbal 35041220160
Natanael Riansa Bakkara 35041220161
Tiara Agiska
Yesaya Swabra

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK BANDAR UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN MEDAN
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam
kerak bumi. Temperatur di bawah permukaan bumi bertambah seiring bertambahnya
kedalaman dengan temperatur gradien panas bumi rata-rata 25 °C/km. Suhu di pusat
bumi belum dapat ditentukan dengan pasti, namun diperkirakan memiliki suhu antara
4.400 - 6.000 °C.

Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi
panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi
karbondioksida pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg
CO2 per megawatt-jam (MW·h) listrik, kira-kira seperdelapan dari emisi pembangkit
listrik tenaga batubara.

Pembangkit listrik adalah sekumpulan peralatan dan mesin yang digunakan


untuk membangkitkan energi listrik melalui proses transformasi energi dari berbagai
sumber energi. Sebagian besar jenis pembangkit listrik menghasilkan tegangan listrik
arus bolak-balik 3-fasa. Selain itu, sebagian besar pembangkitan listrik menggunakan
generator sinkron yang didukung oleh penggerak mula yang memperoleh energi dari
bahan bakar atau sumber daya alam. Komponen utama di dalam pembangkit listrik
meliputi instalasi energi primer, instalasi penggerak mula, instalasi pendingin dan
instalasi listrik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi?
2. Apa saja jenis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi?
3. Bagaimana potensi energi panas bumi di Indonesia?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari energi panas bumi?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan penulis dan
pemenuhan tugas harian Mata Kuliah Energi Baru Terbarukan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang


menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari tenaga panas bumi
saat ini digunakan di 24 negara, sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi
digunakan di 70 negara. Perkiraan potensi listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga
panas bumi berkisar antara 35 s.d. 2.000 GW.

Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan mengebor


tanah di daerah yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat lubang gas panas
yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa
menggerakkan turbin uap yang tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang
mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap
yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.

Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong
minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi
hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 - 3 hektare. Sedangkan pembangkit listrik
tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar 7,7 hektare.

Pada abad ke-20, permintaan akan listrik membuat tenaga panas bumi
dipertimbangkan sebagai sumber penghasil listrik. Pangeran Piero Ginori Conti
menguji coba pembangkit listrik tenaga panas bumi yang pertama pada tanggal 4 Juli
1904 di Larderello, Italia. Pembangkit tersebut berhasil menyalakan empat buah bola
lampu. Kemudian pada tahun 1911 pembangkit listrik tenaga panas bumi komersial
pertama dibangun pula di situ. Pembangkit-pembangkit uji coba dibangun di Beppu,
Jepang dan di Kalifornia, Amerika Serikat pada tahun 1920, namun hingga tahun
1958 hanya Italia satu-satunya pemilik industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
2.2 Jenis-jenis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

2.2.1 PLTP JenisDry Steam


PLTP jenisDry Steam Poweradalah jenis yang pertama kali dibangun. Pada
teknologi ini,steam langsung diarahkan ke turbin generator set sebagaienergi penggerak
turbin. Degan demikianturbin generator set bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang
datang dari sumur produksi (production well) dialirkan kembali ke dalam reservoir
melalui sumur injeksi (injection well). Pembangkit jenis ini pertama kali digunakan di
Lardarello, Italia, pada tahun 1904 dan samapi saat ini masih berfungsi dengan baik.
Demikian pula di Amerika Serikat seperti yang ada di Geysers, California Utara.

2.2.2 PLTP Jenis Flash Steam


PLTP jenis Flash Steam sebagai energi pembangkitnya adalah fluida cair panas
dari panas bumi, yaitu air panas alam (hot spring) dengan temperatur di atas 1750ºC.
Fluida ini dialirkan kedalam tangki flashdan tekanannya dibuat lebih rendah agar
terbentuk uap panas secara cepat. Uap panas yang terbentuk ini disebut dengan flash, uap
inilah yang digunakan sebagai energi penggerak turbin generator setdan menghasilkan
listrik. Sisa uap panas diinjeksikan kembali ke reservoir (perut bumi) melalui sumur
injeksi. PLTP dengan jenisflash steamterdapat di Coso Geothermal field, California,
USA.

2.2.3 PLTP Jenis Binary Cycle


PLTP dengan siklus biner atau Binary Cycle Power Plant (BCPP) teknologi yang
diguna-kan berbeda dengan teknologi padadry steam dan flash steam. Pada BCPP air
panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi tidak sebagai penggerak turbin
langsung. Tetapi, air panas bumi digunakan untuk memanaskan fluida kerja (working
fluid) di dalamheat exchanger. Fluida kerja kemudian menjadi panas dan menghasilkan
uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchangerdigunakan untuk memutar turbin
generator setsehingga menghasilkan tenaga listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat
exchangerinilah yang disebut sebagai fluida sekunder atau biner (secondary/binary
fluid).PLTP jenis ini pada hakekatnya merupakan sistem tertutup. Jadi uap panas dari
sumur produksi tidak dilepas ke atmosfer. Dengan demikian, BCPP dapat dioperasikan
pada suhu rendah yaitu 90ºC-1750ºC, dan teknologi ini merupakan keunggulannya
dibandingkan dengan dry maupun flash steam. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini
ada di Mammoth Pacific di Casa Di-ablo geothermal field, USA. Diperkirakan PLTP
jenis ini akan semakin banyak digunakan dimasa datang.
2.3 Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Indonesia menempati urutan pertama negara dengan potensi panas bumi terbesar
di dunia, dimana potensi energi ini tersebar di 285 lokasi sepanjang area vulkanik.
Potensi energi panas bumi yang cukup banyak di Indonesia sangat memungkinkan untuk
dikembangkan dan dimanfaatkan, misalnya sebagai pembangkit listrik dan industri
pertanian, karena sebagian besar memiliki entalpi yang cukup tinggi dari total potensi
sekitar 29 GWe. Ditambah lagi total potensi cadangan dan sumber daya energi panas
bumi mencapai kurang lebih 28.579 Mwe. Energi ini paling banyak dimanfaatkan
sebagai pembangkit tenaga listrik, tetapi pemanfaatannya pun belum optimal. Energi ini
hanya dimanfaatkan sekitar 1,2 GWe sebagai energi listrik yang sebagian besar terfokus
di Pulau Jawa.
Berikut data total potensi panas bumi di pulau-pulau di Indonesia (el Fandari et
al., 2014):
1. Sumatera, total potensi mencapai 13.516 MW yang tersebar di 86 titik
potensi.
2. Jawa, total potensi mencapai 10.092 MW yang tersebar di 71 titik potensi
3. Bali, total potensi mencapai 296 MW yang tersebar di 5 titik potensi.
4. Nusa Tenggara, total potensi mencapai 1.471 MW yang tersebar di 22 titik
potensi.
5. Kalimantan, total potensi mencapai 115 MW yang tersebar di 8 titik
potensi.
6. Sulawesi, total potensi mencapai 2.519 MW yang tersebar di 55 titik
potensi.
7. Maluku, total potensi mencapai 954 MW yang tersebar di 26 titik potensi.
8. Papua, total potensi mencapai 75 MW yang tersebar di 3 titik potensi.

Beberapa lokasi di Pulau Jawa memiliki potensi panas bumi yang cukup besar
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Salah satunya yaitu di Kawasan
lapangan panas bumi ZW, kabupaten Garut, Jawa Barat. Kawasan panas bumi ini berada
di dataran tinggi vulkanik dari sebelah Barat, yaitu Gunung Rakutak hingga ke sebelah
Timur, yaitu Gunung Guntur. Berdasarkan data hasil penelitian terdahulu menggunakan
metode perhitungan heat loss konveksi, potensi panas bumi di kawasan tersebut sekitar
48,2 MWe, sedangkan saat menggunakan metode perhitungan volumetrik, potensi
sumber daya hipotetik sebesar 469,4 MWe (Zulwidyatama, 2014).
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Energi Panas Bumi

Pemanfaatan energi panas bumi memiliki potensi yang baik dan diminati tidak
lain karena keuntungan dalam penggunaannya, diantaranya adalah :
2.4.1 Potensi energi geothermal sangat besar
Negara Indonesia dilewati sekitar 20% panjang sabuk api (ring of fire). Jalur
ini merupakan jalur dimana gunung api banyak dijumpai. Dari gunung-gunung api
inilah sumber panas diperoleh.Menurut perkiraan yang tercatathingga saat ini ada
sekitar 20 ribu MW setara 40% potensi panas bumi dunia. Akan tetapi, baru
sekitar 3-4% saja yang dimanfaatkan. Jelas, ini sebuah peluang yang sangat besar dan
perlu dimanfaatkan.

2.4.2 Kemudahan teknologi


Energi geothermal merupakan energi yang dihasilkan oleh panas bumi. Panas atau
suhu tinggi ini sangat mudah dimengerti sebagai sumber energi. Akan tetapi, perlu
adanya transformasi energi ke dalam bentuk energi lain sehingga siap pakai.Penerangan
di Indonesia hampir 100% mempergunakan listrik. Teknologi konnversi
energi panas (steam) menjadi energi listrik sudah terbukti dimana-mana
sehingga secara teknologi tidak ada masalah dengan pemanfaatan energi geothermal
ini. Juga kebutuhan untuk penerangan dan transportasi jelas ada di Indonesia. Kereta Api
listrik di Jakarta sudah sejak lama memanfaatkan listrik sebagai sumber penggeraknya.
Hal ini tentunya juga akan sangat mungkin untuk memanfaatkan
geothermal sehingga dipergunakan sebagai energi pembangkit energi listrik
juga untuk kebutuhan industri (lapangan kerja).

2.4.3 Menyelamatkan lingkungan

Pemanfaatan energi geothermal atau secara real dalam bentuk pembangkit


listrik bersifat ramah lingkungan. Hal ini disebabkan karena Pembangkit energi
geothermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik
sehingga level emisinya sangat rendah. Ia membebaskan 1 sampai 3%
karbondioksida dari yang dikeluarkan energi fosil.Pembangkit tenaga geothermal
membebaskan kurang dari 97% hujan asam-penyusun sulfur daripada bahan bakar
fosil. Setelah uap air dan air dari reservoir tenaga geothermal digunakan, air
kemabali diinjeksikan ke tanah. Selebihnya, karena level emisinya rendah, maka
pemanfaatannya pun mengurangi keberlanjutan global warming.

Namun tidak sepenuhnya pemanfaatan energi panas bumi ini menguntungkan,


terdapat juga kekurangan dari pemanfaatan energi panas bumi ini, diantaranya adalah
pembangunan pembangkit tenaga geothermal mempengaruhi kestabilan tanah di
beberapa daerah. Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di
sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga
membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida,nitrit oksida, sulfur meskipun
hanya sekitae 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil. Meskipun
demikian, pembangkit listrik tenaga geothermal dapat dibangun dengan sedikit emisi-
dengan membuat sistem control yang dapat menginjeksikan gas-gas ke dalam
tanah dengan mengurangi emisi karbon agar kurang dari 0.1% dari total emisi dengan
pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil. Meskipun lapisan geothermal dapat
menghasilkan panas dalam beberapa decade akan tetapi secara spesifik beberapa lokasi
akan mengalami pendinginan karena pembangunan sumber yang terlalu luas
sementara hanya sedikit energi yang tersedia.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal


sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmanto, L. J. D. (2015). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Kendala
Pembangunannya. Orbith: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa dan Sosial, 11(1).

2. Bertani, Ruggero; Thain, Ian (July 2002), "Geothermal Power Generating Plant
CO2 Emission Survey" (PDF), IGA News, International Geothermal Association (49): 1–
3

3. Eksplorasi Panas Bumi Berisiko Minim. KOMPAS. Rabu, 24 Juli 2013.

4. Fridleifsson,, Ingvar B.; Bertani, Ruggero; Huenges, Ernst; Lund, John W.; Ragnarsson,
Arni; Rybach, Ladislaus (2008-02-11), O. Hohmeyer and T. Trittin, ed., The possible role
and contribution of geothermal energy to the mitigation of climate change (pdf),
Luebeck, Germany, hlm. 59–80

5. Geothermal Energy Association. Geothermal Energy: International Market Update May


2010, p. 4-6.
6. Hakim, A. F., Krismadiana, K., Sholihah, F., Ismawati, R., & Dewantari, N. (2023).
Potensi dan Pemanfaatan Energi Panas Bumi di Indonesia. Indonesian Journal of
Conservation, 11(2), 71-77.

7. Marsudi, Djiteng (2005). Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga. ISBN 979-741-
993-2.

8. National Geographic Society (17 Agustus 2015). "Core". National Geographic.

9. Tiwari, G. N.; Ghosal, M. K. Renewable Energy Resources: Basic Principles and


Applications. Alpha Science Int'l Ltd., 2005 ISBN 1-84265-125-0

10. Towijaya, T., Musyahar, G., & Satria, N. (2019). Pemanfaatan Geothermal Dan
Dampaknya Terhadap Lingkungan. Cahaya Bagaskara: Jurnal Ilmiah Teknik
Elektronika, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai