Anda di halaman 1dari 23

Energi panas bumi

Projek energi panas bumi di Kalifornia

Energi panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak
bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya kedalaman. Suhu di
pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 C. Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap
air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini
diciptakan. Panas ini juga berasal daripanas matahari yang diserap oleh permukaan bumi.
Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga berasal dari beberapa fenomena:

Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.

Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam pusat bumi.

Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi.

Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak
peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar 10
Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruhdunia pada tahun
2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat
area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July 1904 di area
panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia, disebut The
Geyser, berada di Islandia, kutub utara. Pada tahun 2004, lima negara (El
Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk
menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik di mana
temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan. Pengembangan dan
penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah memperluas jangkauan
pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng tektonik terdekat. Efisiensi
termal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung rendah karena fluida panas bumi
berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan uap atau air mendidih.
Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya temperatur membatasi efisiensi dari mesin kalor
dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik. Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa
dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem
tidak memengaruhi biaya operasional seperti pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
https://id.wikipedia.org/wiki/Energi_panas_bumi

Pembangkit listrik tenaga panas bumi


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas
bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari tenaga panas bumi saat ini digunakan di 24
negara[1], sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi digunakan di 70 negara.
[2]
Perkiraan potensi listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi berkisar antara 35 s.d.
2.000 GW.[2] Kapasitas di seluruh dunia saat ini adalah 10.715 megawatt (MW), dengan
kapasitas terbesar di Amerika Serikat sebesar 3.086 MW,[3] diikuti oleh Filipina dan Indonesia.
India sudah mengumumkan rencana untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas
bumi pertamanya di Chhattisgarh.[4]
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi panasnya
jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi karbondioksida pembangkit
listrik tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO2 per megawatt-jam (MWh) listrik, kirakira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik tenaga batubara.[5]
Indonesia dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung
berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya pulau Kalimantan saja yang tidak
mempunyai potensi panas Bumi.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah
yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan
untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang
tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung
memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong minim. Untuk
menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area
seluas antara 0,4 - 3 hektare. Sedangkan pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan
area sekitar 7,7 hektare.[6] Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak
lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang memiliki
potensi panas bumi.

Sejarah dan pengembangan

Kapasitas listrik panas bumi global. Garis merah atas adalah kapasitas terpasang; [7] garis hijau bawah
adalah produksi terwujudkan.

Pada abad ke-20, permintaan akan listrik membuat tenaga panas bumi dipertimbangkan sebagai
sumber penghasil listrik. Pangeran Piero Ginori Conti menguji coba pembangkit listrik tenaga
panas bumi yang pertama pada tanggal 4 Juli 1904 di Larderello, Italia. Pembangkit tersebut
berhasil menyalakan empat buah bola lampu.[8] Kemudian pada tahun 1911 pembangkit listrik
tenaga panas bumi komersial pertama dibangun pula di situ. Pembangkit-pembangkit uji coba
dibangun di Beppu, Jepang dan di Kalifornia, Amerika Serikat pada tahun 1920, namun hingga
tahun 1958 hanya Italia satu-satunya pemilik industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Pada tahun 1958, Selandia Baru menjadi penghasil listrik tenaga panas bumi terbesar kedua
setelah Pembangkit Wairakei dioperasikan. Wairakei merupakan pembangkit pertama yang
menggunakan teknologi flash steam.
Pada tahun 1960, Pacific Gas and Electric mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga
panas bumi pertama di Amerika Serikat di The Geysers, Kalifornia. Turbin aslinya bertahan
hingga 30 tahun dan menghasilkan daya bersih 11 megawatt.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan sistem siklus biner pertama kali diuji coba di Rusia
dan kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat pada tahun 1981, akibat krisis energi tahun
1970-an dan perubahan-perubahan penting dalam kebijakan regulasi. Teknologi ini
memungkinkan penggunaan sumber panas yang bersuhu lebih rendah dari sebelumnya. Pada
tahun 2006, sebuah pembangkit dengan sistem siklus biner di mata air panas Chena, Alaska,
Amerika Serikat mulai beroperasi, menghasilkan listrik dari sumber dengan rekor suhu terendah
57 C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi sampai dengan baru-baru ini hanya dapat dibangun pada
sumber panas bumi dengan suhu yang tinggi dan berada dekat dengan permukaan tanah.
Pengembangan pembangkit dengan sistem siklus biner dan peningkatan dalam teknologi
pengeboran dan penggalian memungkinkan dibuatnya Sistem Panas Bumi yang
Ditingkatkan (Enhanced Geothermal Systems) dalam rentang geografis yang lebih besar. Proyek
demostrasi sudah beroperasi di Landau-Pfalz, Jerman, and Soultz-sous-Forts, Perancis,
sementara percobaan awal di Basel, Swiss dibatalkan setelah mengakibatkan gempa bumi.
Proyek-proyek demonstrasi lainnya sedang dibangun di Australia, Inggris, dan Amerika
Serikat. Efisiensi termal pembangkit listrik tenaga panas bumi pada umumnya rendah, berkisar
10-23%, karena fluida panas bumi bersuhu lebih rendah dibandingkan dengan uap dari ketel
uap. Berdasarkan hukum termodinamika suhu yang rendah ini membatasi efisiensi mesin
kalor dalam memanfaatkan energi saat menghasilkan listrik. Panas sisa menjadi terbuang,
kecuali jika dapat dipergunakan langsung secara lokal, misalnya untuk rumah kaca, kilang
gergaji, atau sistem pemanasan distrik. Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya operasional
sebagaimana pada pembangkit batubara atau pembangkit bahan bakar fosil lainnya, namun
tetap berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pembangkit. Untuk dapat menghasilkan energi
lebih dari yang dipakai oleh pompa pembangkit, dibutuhkan ladang panas bumi bersuhu tinggi
dan siklus termodinakmika khusus. Karena pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak
bergantung pada sumber energi yang berubah-ubah, seperti misalnya tenaga angin atau
surya, faktor kapasitasnya (capacity factor) bisa cukup besar, pernah ditunjukkan dapat
mencapai hingga 96%.[16] Namun, rata-rata global faktor kapasitas pembangkit listrik tenaga
panas bumi adalah 74,5% pada tahun 2008 menurut IPCC.

Sumber daya[sunting | sunting sumber]

System panas bumi yang ditingkatkan1:Waduk 2:Rumah pompa 3:Penukar panas 4:Ruangan turbin
5:Sumur produksi 6:Sumur innjeksi 7:Air panas menuju sistem pemanasan distrik 8:Sedimen berpori
9:Sumur pengamatan 10:Batuan dasar kristal

Muatan panas bumi adalah sekitar 1031 Joule.[2] Panas ini secara alami akan mengalir ke
permukaan lewat konduksi dengan laju 44.2terawatt (TW) dan diisi kembali oleh peluruhan
radioaktif dengan laju 30 TW.[19] Laju tenaga ini lebih dari dua kali konsumsi energi manusia saat
ini yang berasal dari sumber utama, tapi sebagian besarnya terlalu tersebar (perkiraan rata-rata
0.1 W/m2) untuk dapat dipulihkan. Kerak bumi secara efektif bertindak sebagai selimut isolasi
tebal yang harus ditembus dengan saluran fluida (mis. magma, air atau lainnya) untuk
melepaskan panas di bawahnya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan sumber panas bersuhu tinggi yang hanya
dapat berasal dari jauh di bawah tanah. Panas tersebut harus dibawa ke permukaan lewat
sirkulasi fluida, baik melalui saluran magma, mata air panas, sirkulasi hidrotermal,sumur minyak,
sumur bor, atau gabungan dari contoh-contoh tersebut. Sirkulasi ini terkadang muncul secara
alami pada tempat dimana kerak bumi tipis. Saluran magma membawa panas dekat ke
permukaan, dan mata air panas membawanya ke permukaan. Jika tidak tersedia mata air panas
maka sumur harus dibor untuk menjadi akuifer air panas. Jika jauh dari batas lempeng
tektonik, gradien panas bumi di sebagian besar tempat adalah 25-30 C per kilometer
kedalaman, sehingga membuat sumur menjadi harus beberapa kilometer dalamnya untuk dapat
membangkitkan listrik.[2] Jumlah dan mutu sumber daya panas yang dapat dipulihkan meningkat
sebanding dengan kedalaman pengeboran dan kedekatan dengan batas lempeng tektonik.
Pada tanah yang panas dan kering, atau dimana tekanan air tidak memadai, fluida dapat
disuntikkan untuk merangsang produksi. Pengembang akan menggali dua lubang di calon
lokasi, dan memecah batu di antara keduanya dengan bahan peledak atau air bertekanan tinggi.
Kemudian memompakan air atau karbon dioksida cair ke salah satu lubang galian, sehingga
keluar di lubang galian lainnya dalam bentuk gas.[13] Pendekatan ini disebut hot dry rock
geothermal energy di Eropa atau enhanced geothermal systems di Amerika Utara. Pendekatan

ini dapat menghasilkan potensi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jika dihubungkan
secara konvensional ke akuifer alami.
Perkiraan potensi pembangkit listrik dari tenaga panas bumi bervariasi dari 35-2000 GW
tergantung pada skala penanaman modal. Ini tidak termasuk panas non-listrik yang dipulihkan
oleh pembangkit co-generation, pompa kalor panas bumi atau penggunaan langsung lainnya.
Sebuah laporan tahun 2006 oleh Institut Teknologi Massachusetts (MIT), yang mengikutsertakan
potensi dari sistem panas bumi yang ditingkatkan (enhanced geothermal systems),
memperkirakan bahwa investasi sebesar 1 miliar dolar AS untuk penelitian dan pengembangan
selama 15 tahun lebih akan memungkinkan tercapainya kapasitas pembangkitan listrik sebesar
100 GW pada tahun 2050 di Amerika Serikat saja.[13] Laporan MIT memperkirakan bahwa lebih
dari 200zettajoule (ZJ) akan dapat dihasilkan, dengan potensi untuk ditingkatkan hingga lebih
dari 2.000 ZJ dengan perbaikan teknologi - cukup untuk memenuhi kebutuhan energi seluruh
dunia saat ini selama beberapa milenium.[13]
Saat ini sumur panas bumi jarang lebih dari 3 km dalamnya.[2] Taksiran tertinggi atas potensi
sumber daya panas bumi memperkirakan kedalaman sumur 10 km. Penggalian hingga
mendekati kedalaman ini sekarang sudah dapat dilakukan dalam industri perminyakan,
walaupun biayanya sangat mahal. Sumur penelitian terdalam di dunia, Kola superdeep borehole,
dalamnya 12,3 km.[20] Rekor tersebut baru-baru ini sudah dapat ditiru oleh sumur minyak
komersial seperti sumur Z-12 milik Exxon di ladang Chayvo,Sakhalin.[21] Sumur dengan
kedalaman lebih dari 4 km umumnya menanggung biaya pengeboran hingga puluhan juta
dolar. Tantangan teknologinya adalah untuk menggali lubang yang lebar dengan biaya rendah
dan untuk memecahkan volume batu yang lebih banyak.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi panasnya
jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Namun pemanfaatannya harus tetap
diawasi untuk menghindari kekosongan lokal.[19] Meski situs panas bumi mampu menyediakan
panas selama puluhan tahun, tiap-tiap sumur dapat mendingin atau kehabisan air. Ketiga situs
tertua yakni Larderello, Wairakei, dan The Geysers, semuanya sudah mengalami penurunan
produksi. Tidak jelas apakah pembangkit-pembangkit ini memakai tenaga panas bumi lebih
cepat daripada diisi kembali dari kedalaman yang lebih jauh, atau apakah akuifer yang
menyediakannya mulai kehabisan. Jika produksi dikurangi dan air disuntikkan kembali, sumursumur ini secara teori dapat kembali memenuhi potensinya. Strategi penanganan yang demikian
sudah diterapkan pada beberapa situs. Keberlanjutan jangka panjang energi panas bumi telah
dibuktikan di ladang Lardarello di Italia sejak 1913, di ladang Wairakei di Selandia Baru sejak
1958,[23] dan di ladang The Geysers di Kalifornia sejak 1960.[24]

Jenis pembangkit[sunting | sunting sumber]

Pembangkit uap kering.

Pembangkit flash steam.

Pembangkit siklus biner.


Keterangan: 1 Permukaan sumur 2 Permukaan tanah 3 Generator 4 Turbin 5Kondensor 6 Penukar
panas 7 Pompa

Air panas
Air dingin
Uap isobutana
Cairan isobutana

Pembangkit listrik tenaga panas bumi sama prinsipnya dengan pembangkit listrik
termal berturbin uap lainnya - panas dari bahan bakar (dalam hal ini adalah inti bumi) digunakan
untuk memanaskan air atau fluida lainnya yang sesuai. Fluida yang sudah berjalan lalu
digunakan untuk memutar turbin generator sehingga menghasilkan listrik. Fluida tersebut lalu
didinginkan dan dikembalikan ke sumber panas.

Pembangkit uap kering[sunting | sunting sumber]


Pembangkit dengan sistem uap kering merupakan rancangan paling tua dan sederhana. Dalam
sistem ini uap panas bumi bersuhu 150 C atau lebih langsung digunakan untuk memutar turbin.
[2]

Pembangkit flash steam


Pembangkit dengan sistem flash steam mengambil air panas bertekanan tinggi dari kedalaman
bumi masuk ke tangki bertekanan rendah lalu menggunakan uap yang dihasilkan untuk memutar
turbin. Sistem ini membutuhkan fluida bersuhu sekurang-kurangnya 180 C;biasanya lebih. Ini
adalah jenis yang paling umum dioperasikan saat ini.[25]

Pembangkit siklus biner


Pembangkit dengan sistem siklus biner adalah pengembangan terbaru dan memungkinkan suhu
terendah fluida hingga 57 C.[12] Air panas bumi yang tidak terlalu panas tersebut dialirkan
melewati fluida sekunder yang memiliki titik didih jauh di bawah titik didih air. Hal ini
menyebabkan fluida sekunder menguap yang lalu digunakan untuk memutar turbin. Ini adalah
jenis yang paling umum dibangun saat ini.[26] Siklus Rankine Organik maupun siklus
Kalina keduanya digunakan. Efisiensi termal pembangkit jenis ini biasanya sekitar 10-13%.

Produksi sedunia[sunting | sunting sumber]

Stasiun panas bumi Larderello, di Italia

Asosiasi Panas Bumi Internasional (IGA) melaporkan pada tahun 2010 bahwa
10.715 megawatt (MW) daya pembangkit listrik tenaga panas bumi terpasang di 24 negara dan
diharapkan dapat membangkitkan 67.246 GWh energi listrik.[1] Angka ini menunjukkan
peningkatan sebesar 20% dari tahun 2005. IGA memproyeksikan pertumbuhan hingga 18.500
MW pada tahun 2015, dikarenakan banyaknya proyek yang saat ini sedang dalam pertimbangan
dan sering kali di daerah yang sebelumnya dikira hanya dapat sedikit dieksploitasi sumber
dayanya.[1]
Pada tahun 2010, Amerika Serikat memimpin produksi listrik panas bumi dunia dengan
kapasitas 3.086 MW dari 77 pembangkit;[3]gugusan pembangkit listrik tenaga panas bumi
terbesar di dunia terletak di The Geysers, ladang panas bumi di Kalifornia.[27] Filipina mengikuti
AS sebagai produsen kedua tertinggi listrik tenaga panas bumi di dunia. Dengan kapasitas 1.904
MW, tenaga panas bumi menghasilkan hingga sekitar 27% listrik yang dibangkitkan Filipina. [3]
Januari 2011: Al Gore mengatakan dalam KTT Asia Pasifik untuk Proyek Iklim bahwa Indonesia
bisa menjadi negara adidaya energi panas bumi dunia.[28]
Kanada adalah satu-satunya negara besar di Cincin Api Pasifik yang belum mengembangkan
tenaga panas bumi. Wilayah dengan potensi terbesar adalah Cordillera Kanada, yang
membentang dari British Columbia hingga ke Yukon, dengan taksiran output berkisar antara
1.550 MW hingga 5.000 MW.[29]

Pembangkit kelas utilitas

Sebuah pembangkit listrik tenaga panas bumi di Negros Oriental, Filipina.

Gugusan pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di dunia terletak di The Geysers, ladang
panas bumi di Kalifornia, Amerika Serikat.[30] Pada tahun 2004, lima negara (El
Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kosta Rika) menghasilkan lebih dari 15% listrik mereka
dari tenaga panas bumi.[2]
Listrik panas bumi dihasilkan di 24 negara, yang tercantum dalam tabel di bawah. Sepanjang
tahun 2005 Amerika Serikat membuat beberapa kontrak untuk 500 MW kapasitas tambahan,
sementara di 11 negara lainnya, ada beberapa pembangkit yang sedang dibangun . [13] Sistem
panas bumi yang ditingkatan dengan kedalaman beberapa kilometer sudah beroperasi di
Perancis dan Jerman, dan sedang dikembangkan atau setidaknya dievaluasi di empat negara
lainnya.

Kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi

Negara

Amerika
Serikat

Kapasitas
(MW)
2007[7]

Kapasitas
(MW)

Kapasitas
(MW)
2010[31]

2012

Persentase(%)
Terhadap
Produksi
Nasional

2.687

3.086

0,30

1.969,7

1.904

27,00

Indonesia

992

1.197

3,70

Meksiko

953

958

3,00

Italia

810,5

843

1,50

Selandia
Baru

471,6

628

10,00

Islandia

421,2

575

30,00

Jepang

535,2

536

0,10

Filipina

Kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi

Negara

Kapasitas
(MW)
2007[7]

Persentase(%)
Terhadap
Produksi

Kapasitas
(MW)

Kapasitas
(MW)
2010[31]

2012

Nasional

El Salvador

204,4

204

25,00[32][33]

Kenya

128,8

167

11,20

Kosta Rika

162,5

166

14,00

38

94

87,4

88

Rusia

79

82

Papua Nugini

56

56

Guatemala

53

52

Portugal

23

29

Cina

27,8

24

Perancis

14,7

16

Etiopia

7,3

7,3

Jerman

8,4

6,6

Austria

1,1

1,4

Australia

0,2

1,1

Thailand

0,3

0,3

Turki
Nikaragua

TOTAL

9.731,9

162

0,30
10,00

10.709,7

Dampak terhadap lingkungan

Stasiun Panas Bumi Krafla di timur laut Islandia

Fluida yang ditarik dari dalam bumi membawa campuran beberapa gas, diantaranya karbon
dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S),metana (CH4), dan amonia (NH3). Pencemar-pencemar ini
jika lepas ikut memiliki andil pada pemanasan global, hujan asam, dan bau yang tidak sedap

serta beracun. Pembangkit listrik tenaga panas bumi yang ada saat ini mengeluarkan rata-rata
40 kg CO2per megawatt-jam (MWh), hanya sebagian kecil dari emisi pembangkit berbahan
bakar fosil konvensional.[5] Pembangkit yang berada pada lokasi dengan tingkat asam tinggi dan
memiliki bahan kimia yang mudah menguap, biasanya dilengkapi dengan sistem kontrol emisi
untuk mengurangi gas buangannya. Pembangkit listrik tenaga panas bumi secara teoritis dapat
menyuntikkan kembali gas-gas ini ke dalam bumi sebagai bentuk penangkapan dan
penyimpanan karbon.
Selain gas-gas terlarut, air panas dari sumber panas bumi mungkin juga mengandung sejumlah
kecil bahan kimia beracun, sepertimerkuri, arsenik, boron, antimon, dan garam-garam kimia.
[34]

Bahan-bahan kimia ini keluar dari larutan saat air mendingin dan dapat menyebabkan

kerusakan lingkungan jika dilepaskan. Praktik modern menyuntikkan kembali fluida panas bumi
ke dalam bumi untuk merangsang produksi, memiliki manfaat sampingan mengurangi bahaya
lingkungan ini.
Pembangunan pembangkit dapat juga merusak stabilitas tanah. Tanah amblas pernah terjadi
di ladang Wairakei di Selandia Baru.[35] Sistem panas bumi yang ditingkatkan juga dapat
memicu gempa akibat rekah hidrolik. Proyek di Basel, Swiss dihentikan karena lebih dari 10.000
gempa berkekuatan hingga 3,4 Skala Richter terjadi selama 6 hari pertama penyuntikan air.
[36]

Bahaya pengeboran panas bumi yang dapat mengakibatkan pengangkatan tektonik pernah

dialami di Staufen im Breisgau, Jerman.


Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan luas lahan dan jumlah air tawar minimal.
Pembangkit ini hanya memerlukan lahan seluas 404 meter persegi per GWh dibandingkan
dengan 3.632 dan 1.335 meter persegi untuk fasilitas batubara dan ladang angin. [35] Pembangkit
ini juga hanya menggunakan 20 liter air tawar per MWh dibandingkan dengan lebih dari
1000 liter per MWh untuk pembangkit listrik tenaga nuklir, batubara, atau minyak.[35]

Ekonomi[sunting | sunting sumber]


Pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak memerlukan bahan bakar, karena itu tidak
terpengaruh gejolak harga bahan bakar. Namun biaya modal cenderung tinggi. Pengeboran
menyumbang lebih dari setengah biaya keseluruhan, dan eksplorasi terhadap sumber panas
bumi yang dalam akan menambah risiko yang cukup besar. Sepasang sumur pembangkit biasa
di Nevada yang dapat mebangkitkan 4.5 MW listrik memerlukan biaya sekitar 10 juta dolar untuk
pengeboran, dengan tingkat kegagalan 20%.[22]Secara keseluruhan, biaya pembangunan
pembangkit listrik tenaga panas bumi dan pengeboran sumur berkisar antara 2-5 juta euro
per MW kapasitas, sedangkan biaya energi rata-rata-nya berkisar antara 0,04-0,10 euro
per kWh.[7] Sistem panas bumi yang ditingkatkan cenderung berada di sisi tertinggi dari kisaran
tersebut, dengan biaya modal di atas 4 juta dolar per MW dan biaya energi rata-rata diatas
0,054 dolar per kWh pada tahun 2007.[37]

Listrik panas bumi sangat skalabel: pembangkit kecil dapat menyediakan listrik untuk sebuah
pedesaan, meski dapat membutuhkan modal tinggi.[38]
Chevron Corporation merupakan swasta penghasil listrik panas bumi terbesar di dunia.
[39]

Ladang panas bumi yang paling berkembang adalah The Geyser di California. Pada tahun

2008 ladang ini menampung 15 unit pembangkit, yang semuanya dimiliki oleh Calpine, dengan
kapasitas total 725 MW.[30]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Energi panas bumi

Pemanasan memanfaatkan panas bumi

Sistem panas bumi yang ditingkatkan

Rujukan[sunting | sunting sumber]


1.

^ a b c Geothermal Energy Association. Geothermal Energy: International Market


Update May 2010, p. 4-6.

2.

^ a b c d e f g h i Fridleifsson,, Ingvar B.; Bertani, Ruggero; Huenges, Ernst; Lund, John W.;
Ragnarsson, Arni; Rybach, Ladislaus (2008-02-11), O. Hohmeyer and T. Trittin, ed., The possible
role and contribution of geothermal energy to the mitigation of climate change (pdf), Luebeck,
Germany, pp. 5980, diakses tanggal 2009-04-06

3.

^ a b c Geothermal Energy Association. Geothermal Energy: International Market


Update May 2010, p. 7.

4.

^ http://articles.economictimes.indiatimes.com/2013-0217/news/37144613_1_geothermal-energy-geothermal-power-plant-national-thermal-powercorporation

5.

^ a b Bertani, Ruggero; Thain, Ian (July 2002), "Geothermal Power Generating Plant
CO2Emission Survey" (PDF), IGA News (International Geothermal Association) (49): 13, diakses
tanggal 2009-05-13

6.

^ Eksplorasi Panas Bumi Berisiko Minim. KOMPAS. Rabu, 24 Juli 2013.

7.

^ a b c Bertani, Ruggero (September 2007), "World Geothermal Generation in


2007"(PDF), Geo-Heat Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon Institute of
Technology) 28 (3): 819, ISSN 0276-1084, diakses tanggal 2009-04-12

8.

^ Tiwari, G. N.; Ghosal, M. K. Renewable Energy Resources: Basic Principles and


Applications. Alpha Science Int'l Ltd., 2005 ISBN 1-84265-125-0

9.
10.

^ http://www.ipenz.org.nz/heritage/itemdetail.cfm?itemid=84
^ a b Lund, J. (September 2004), "100 Years of Geothermal Power Production" (PDF),GeoHeat Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon Institute of Technology) 25 (3): 11
19, ISSN 0276-1084, diakses tanggal 2009-04-13

11.

^ McLarty, Lynn; Reed, Marshall J. (October 1992), "The U.S. Geothermal Industry: Three
Decades of Growth" (PDF), Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental
Effects (London: Taylor & Francis) 14 (4): 443455,doi:10.1080/00908319208908739, ISSN 15567230

12.

^ a b Erkan, K.; Holdmann, G.; Benoit, W.; Blackwell, D. (2008), "Understanding the Chena
Hot Springs, Alaska, geothermal system using temperature and pressure
data",Geothermics 37 (6): 565585, doi:10.1016/j.geothermics.2008.09.001, ISSN 0375-6505,
diakses tanggal 2009-04-11

13.

^ a b c d e f Tester, Jefferson W. (Massachusetts Institute of Technology) et al., The Future


of Geothermal Energy (14MB PDF), Impact, of Enhanced Geothermal Systems (Egs) on the United
States in the 21st Century: An Assessment, Idaho Falls: Idaho National Laboratory, ISBN 0-61513438-6, diakses tanggal 2007-02-07

14.

^ Bertani, Ruggero (2009), "Geothermal Energy: An Overview on Resources and


Potential" (PDF), Proceedings of the International Conference on National Development of
Geothermal Energy Use, Slowakia

15.
16.

17.

^ http://gafoen.com/site/index.php?page=geothermalenergy[nonaktif]
^ Lund, John W. (2003), "The USA Geothermal Country Update", Geothermics, European
Geothermal Conference 2003 (Elsevier Science Ltd.) 32 (4-6): 409418,doi:10.1016/S03756505(03)00053-1, ISSN 0375-6505
^ http://srren.ipcc-wg3.de/report/IPCC_SRREN_Ch04.pdf see page 404

18.

^ Pollack, H.N.; S. J. Hurter, and J. R. Johnson (1993), "Heat Flow from the Earth's
Interior: Analysis of the Global Data Set", Rev. Geophys. 30 (3): 267280

19.

^ a b Rybach, Ladislaus (September 2007), "Geothermal Sustainability" (PDF), Geo-Heat


Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon Institute of Technology) 28 (3): 2
7, ISSN 0276-1084, diakses tanggal 2009-05-09

20.

^ "Kola Superdeep Borehole (KSDB) - IGCP 408: "Rocks and Minerals at Great Depths
and on the Surface"". Kola Superdeep Borehole (KSDB) - IGCP 408: Rocks and Minerals at
Great Depths and on the Surface. Diakses tanggal 2009-04-09.

21.

^ Watkins, Eric (February 11, 2008), "ExxonMobil drills record extended-reach well at
Sakhalin-1", Oil & Gas Journal, diakses tanggal 2009-10-31

22.

^ a b Geothermal Economics 101, Economics of a 35 MW Binary Cycle Geothermal


Plant (PDF), New York: Glacier Partners, October 2009, diakses tanggal 2009-10-17

23.

^ Thain, Ian A. (September 1998), "A Brief History of the Wairakei Geothermal Power
Project" (PDF), Geo-Heat Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon Institute of
Technology) 19 (3): 14, ISSN 0276-1084, diakses tanggal 2009-06-02

24.

^ Axelsson, Gudni; Stefnsson, Valgardur; Bjrnsson, Grmur; Liu, Jiurong (April


2005),"Sustainable Management of Geothermal Resources and Utilization for 100 300
Years" (PDF), Proceedings World Geothermal Congress 2005 (International Geothermal
Association), diakses tanggal 2009-06-02

25.
26.

^ US DOE EERE Hydrothermal Power Systems


^ "Geothermal Basics Overview". Office of Energy Efficiency and Renewable Energy.
Diakses tanggal 2008-10-01.

27.

^ Khan, M. Ali (2007), The Geysers Geothermal Field, an Injection Success Story (pdf),
Annual Forum of the Groundwater Protection Council, diakses tanggal 2010-01-25

28.

^ http://www.antaranews.com/en/news/1294577958/indonesia-can-be-super-power-ongeothermal-energy-al-gore

29.

^ Morphet, Suzanne (March/April 2012). "Exploring BC's Geothermal


Potential".Innovation Magazine (Journal of the Association of Professional Engineers and
Geoscientists of BC): 22.

30.

^ a b Reuters. Calpine Corporation (CPN) (NYSE Arca) Profile. Siaran pers. Diakses pada
2009-10-14.

31.

^ Holm, Alison (May 2010), Geothermal Energy:International Market Update (PDF),


Geothermal Energy Association, p. 7, diakses tanggal 2010-05-24

32.

^ "Generacion Electricidad El Salvador", IGA, diakses tanggal 2011-08-30

33.

^ "CENTROAMRICA: MERCADOS MAYORISTAS DE ELECTRICIDAD Y


TRANSACCIONES EN EL MERCADO ELCTRICO REGIONAL, 2010" (PDF), CEPAL, diakses
tanggal 2011-08-30

34.

^ Bargagli1, R.; Catenil, D.; Nellil, L.; Olmastronil, S.; Zagarese, B. (August 1997),
"Environmental Impact of Trace Element Emissions from Geothermal Power
Plants",Environmental Contamination Toxicology (New York: Springer) 33 (2): 172
181,doi:10.1007/s002449900239, ISSN 0090-4341

35.

^ a b c Lund, John W. (June 2007), "Characteristics, Development and utilization of


geothermal resources" (PDF), Geo-Heat Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon
Institute of Technology) 28 (2): 19, ISSN 0276-1084, diakses tanggal2009-04-16

36.

^ Deichmann, N. et al. (2007), Seismicity Induced by Water Injection for Geothermal


Reservoir Stimulation 5 km Below the City of Basel, Switzerland, American Geophysical
Union, Bibcode:2007AGUFM.V53F..08D

37.

^ Sanyal, Subir K.; Morrow, James W.; Butler, Steven J.; Robertson-Tait, Ann (January
2224, 2007), "Cost of Electricity from Enhanced Geothermal Systems" (PDF), Proc. ThirtySecond Workshop on Geothermal Reservoir Engineering, Stanford, California

38.

^ Lund, John W.; Boyd, Tonya (June 1999), "Small Geothermal Power Project
Examples" (PDF), Geo-Heat Centre Quarterly Bulletin (Klamath Falls, Oregon: Oregon Institute of
Technology) 20 (2): 926, ISSN 0276-1084, diakses tanggal 2009-06-02

39.

^ Davies, Ed; Lema, Karen (June 29, 2008), "Pricey oil makes geothermal projects more
attractive for Indonesia and the Philippines", The New York Times, diakses tanggal2009-10-31

Pranala Luar[sunting | sunting sumber]

(Inggris) Artikel-artikel tentang tenaga panas bumi oleh Global Energy Network Institute

Energi Panas Bumi

zoom
Energi panas bumi di dekat tanaman Reykjavik. Iceland memilik jumlah energi panas bumi yang cukup banyak.

Energi Geo (Bumi) thermal (panas) berarti memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita
sangat panas- estimasi saat ini adalah 5,500 celcius (9,932 F)- jadi tidak mengherankan jika tiga
meter teratas permukaan bumi tetap konstan mendekati 10-16 Celcius (50-60 F) setiap tahun.
Berkat berbagai macam proses geologi, pada beberapa tempat temperatur yang lebih tinggi dapat
ditemukan di beberapa tempat.
Menempatkan panas untuk bekerja
Dimana ada sumber air panas geothermal dekat permukaan, air panas itu dapat langsung
dipipakan ke tempat yang membutuhkan panas. Ini adalah salah satu cara geothermal digunakan
untuk menenuhi kebutuhan air panas, menghangatkan rumah, untuk menghangatkan rumah kaca
dan bahkan mencairkan salju di jalan.
Bahkan di tempat dimana penyimpanan panas bumi tidak mudah diakses, pompa pemanas tanah
dapat membahwa kehangatan ke permukaan dan kedalam gedung. Cara ini bekerja dimana saja
karena temparatur di bawah tanah tetap konstan selama tahunan. Sistem yang sama dapat
digunakan untuk menghangatkan gedung di musim dingin dan mendinginkan gedung di musim
panas.
Pembangkit listrik
Pembangkit Listrik tenaga geothermal menggunakan sumur dengan kedalaman sampai 1.5 KM
atau lebih untuk mencapai cadangan panas bumi yang sangat panas. Beberapa pembangkit listrik
ini menggunakan panas dari cadangan untuk secara langsung dialirkan guna menggerakan turbin.
Yang lainnya memompa air panas bertekanan tinggi ke dalam tangki bertekanan rendah. Hal ini
menyebabkan "kilatan panas" yang digunakan untuk menjalankan generator turbin. Pembangkit
listrik paling baru menggunakan air panas dari tanah untuk memanaskan cairan lain, seperti
isobutene, yang dipanaskan pada temperatur rendah yang lebih rendah dari air. Ketika cairan ini
menguap dan mengembang, maka cairan ini akan menggerakan turbin generator.
Keuntungan Tenaga Panas Bumi
Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah
kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal
menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar
fosil.

Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah seperti Indonesia
yang memilikoo 40 % cadangan panas bumi dunia, sumber energi terbarukan yang telah terbukti
bersih ini tidak dimanfaatkan secara besar-besaran.
http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/EnergiBersih/geothermal/
Anonim. tt. Energi Panas Bumi. http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahaniklim-global/Energi-Bersih/geothermal/ [diakses tanggal 14 September 2016]

Energi Geothermal: Potensi dan Hambatan Pengelolaannya


agnas setiawan

Geothermal atau energi panas bumi merupakan salah satu jenis energi
alternatif yang sejatinya merupakan potensi yang sangat besar di Indonesia. Energi
panas bumi merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan dan fluida di bawah
permukaan bumi. Energi geothermal pertama kali dimanfaatkan di Italia tahun 1913
sebagai pembangkit listrik. Saat ini energi geothermal telah digunakan sebagai sumber
daya energi alternatif di 24 negara termasuk Indonesia. Selain itu fluida panas bumi
juga telah digunakan di 72 negara untuk berbagai kebutuhan seperti pemanas ruangan,
pemanas air, pengering produk pertanian, pengering tanah dan lainnya.
Di Indonesia sendiri, eksplorasi panas bumi mulai dilakukan tahun 1918 di daerah
Kamojang Garut. Setelah itu kegiatan eksplorasi sempat terhenti karena terjadinya
Perang Dunia II dan Perang Kemerdekaan.
Indonesia kaya akan potensi sumber daya panas bumi karena lokasinya yang berada di
zona subduksi lempeng Eurasia, Indo Australia dan Pasifik. Hingga saat ini terdapat 256
prospek sumur panas bumi di seluruh Indonesia. Sistim panas bumi di Indonesia
umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225
derajat C), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150225
derajat C).
Adanya sistem hidrothermal di permukaan bumi sering dapat dilihat dari manifestasi
yang muncul ke permukaan bumi seperti mata air panas, kubangan lumpur, kolam air
panas dan lainnya.Potensi energi geothermal di Indonesia diperkirakan mencapai 30
40% dari total potensi dunia. Pembangkit Listrik Panas Bumi Kamojang merupakan
pembangkit panas bumi tertua dan hingga saat ini masih berproduksi di Indonesia.
Energi panas bumi merupakan energi yang efisien dan paling ramah lingkungan karena
pada prosesnya, fluida panas bumi setelah diubah menjadi energi listrik maka akan
dikembalikan ke dalam bumi melalui sumur injeksi.
Dalam pengembangannya di Indonesia, upaya pengelolaan energi panas bumi banyak
mengalami hambatan diantaranya:
1. Biaya instalasi mahal
Pembangunan instalasi pembangkit listrik panas bumi memakan biaya yang tidak
murah. Biaya pembuatan satu sumur panas bumi saja dapat mencapai 5 juta Dollar AS
belum termasuk turbin pembangkit dan infrastruktur penunjang lain.
2. Lokasinya jauh di hutan pegunungan
Sumbersumber panas bumi umumnya berada di daerah pegunungan dan aksesibilitas
sangat jauh. Hal ini menjadi kendala dalam pengembangan PLTP. Selain itu hal paling
sensitif lainnya adalah soal lingkungan. Karena daerahnya yang berada di pegunungan
maka pembangunan fasilitas panas bumi akan merusak tutupan lahan di atasnya.
Menurut Kementrian Kehutanan sebagian besar lokasi sumur panas bumi di Indonesia
berlokasi di wilayah hukum hutan lindung. Maka dari itu menghilangkan vegetasi di
hutan lindung merupakan tindakan melanggar hukum. Hal tersebut merupakan kendala
bagi pengembangan pembangkit panas bumi.

3. Kurangnya minat investor


Proyek pembangunan pembangkit panas bumi memerlukan waktu lama dan resiko yang
sangat besar. Modal akan kembali dalam jangka waktu lama sehingga investor kurang
tertarik menjajaki usaha ini. Menurut data berbagai sumber, perusahaan listrik tenaga
panas bumi di Indonesia saat ini baru ada 3 yaitu Chevron sekitar 525 MW (Mega Watt),
Star Energi sebesar 350 MW, dan Pertamina Gheotermal sebesar 225 MW.

PLTP Kamojang Garut

Mekanisme PLTP Panas Bumi

Setiawan, Agnas. t.t. Energi Geothermal: Potensi dan Hambatan Pengelolaannya


https://geograph88.blogspot.co.id/2015/01/energi-geothermal-potensi-dan-hambatan.html
[diakses tanggal 17 September 2016]

Hambatan Pengembangan Panas Bumi Harus Dihilangkan


JAKARTA. Hari ini, Selasa (18/5) Pemerintah dan institusi terkait akan melakukan Rapat Dengar Pendapat
dengan Komisi VII DPR RI untuk melakukan singkronisasi hulu hilir pengembangan panas bumi. Rapat tersebut
dimaksudkan untuk mensingkronkan kebijakan antar instansi terkait sehingga pengembangan panas bumi di
Indonesia dapat di optimalkan.
Pemanfaatan panas bumi untuk energi listrik pada saat ini baru mencapai 1189 MW atau hanya sekitar 4% dari
potensi yang tersedia di negeri ini dan baru terkonsentrasi di Jawa Barat, sementara pemanfaatan di daerah
yang
seharusnya
hanya
mengandalkan
energi
panas
bumi
masih
sangat
terbatas.
Potensi panas bumi Indonesia saat ini mencapai sekitar 28 GW, hampir separuh potensi panas bumi Indonesia
berada di kawasan hutan hal tersebut menjadi kendala tersendiri. Potensi panas bumi yang berada dalam
kawasan hutan konservasi sebanyak 29 lokasi dengan potensi sebesar 3.428 MW (10,9%) sedangkan yang
berada dalam kawasan hutan lindung sebanyak 52 lokasi dengan potensi sebesar 8.41 MW (19,6%).
Sebagai Kementerian terkait, KESDM segera melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki iklim investasi
yang ada sehingga investor lebih tertarik. Diutarakan Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, Hadiyanto, kebijakan
pengembangan sumber daya panas bumi harus selaras dengan kebijakan pengembangan energi nasional,
dalam hal ini road mappengembangan panas bumi. Untuk itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus
menyediakan
data
dalam
rangka
penyiapan
wilayah
kerja.
Menurut Beliau selama ini pengembangan panas bumi juga terkendala minimnya data terkait sehingga
Pemerintah perlu melakukan penelitian potensi panas bumi dengan melakukan survei pendahuluan awal
(inventarisasi) untuk menemukan daerah-daerah panas bumi baru dan survei pendahuluan hingga tahap
eksplorasi untuk daerah panas bumi yang kurang menarik dan atau berada di daerah remote.
Diharapkan dalam rapat yang direncanakan juga menghadirkan Direktur Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan tersebut akan dapat menghasilkan keputusan yang konstruktif bagi pengembangan potensi panas
bumi Indonesia sehingga pengembangannya dapat lebih optimal. (SF)
No name. t.t. Hambatan Pengembangan Panas Bumi. http://www.esdm.go.id/berita/45-panasbumi/3405hambatan-pengembangan-panas-bumi-harus-dihilangkan.html [diakses tanggal 17 September 2016]

Dua Hambatan Terbesar Pengembangan Panasbumi


SELASA, 26 AGUSTUS 2014 17:11 WIB

JAKARTA Setelah disahkan sebagai Rancangan Undang-Undang (RUU) Panasbumi sebagai undang-undang,
diharapkan pemanfaatan panasbumi lebih berkembangkan dan meningkat sehingga dapat menjadi sumber
energi pengganti energi fosil. Dengan potensi 29 GW atau sekitar 40% dari potensi panasbumi dunia,
merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia. Namun dengan berbagai kendala
pemanfaatan potensi panas bumi Indonesia saat ini masih kecil, yaitu sebesar 1.341 MW, atau kurang dari 5%.
Hambatan yang paling besar mengapa panasbumi tidak berkembang selama ini adalah dua hal penting,
pertama undang-undangnya, dalam undang-undang yang lama tentang panas bumi, panasbumi disebut sebagai
pertambangan dan pertambangan itu dilarang didalam hutan, sedangkan panasbumi itu semuanya didaerah
hutan karena itulah panas bumi terhambat, ujar Menteri ESDM, Jero Wacik. Selasa (26/8/2014).
Undang-undang ini sekarang mengamanahkan bahwa panasbumi bukan pertambangan, panasbumi adalah
panasbumi,
tambah
Menteri.
Kedua adalah masalah harga, selama ini harga panas bumi itu terlalu murah padahal menurut Menteri untuk
melakukan pengeboran beresiko sehingga tidak masuk hitungan. Sekarang saya sudah mengeluarkan
Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik Dari PLTP Dan Uap Panas
Bumi. Wilayah satu disekitar USD 11-15 sen per Kwh. Untuk diwilayah dua itu USD 17-23 sen per Kwh, ini harga
bagus, tinggi sudah, kemudian di wilayah tiga USD 25-29 sen per Kwh, ujar Menteri.
Lokasi Indonesia yang berada di ring of fire dunia dengan banyaknya gunung api disamping memberikan
dampak yang berbahaya juga memberikan anugerah akan tersedianya energi yang ramah lingkungan yaitu
panas bumi. " Kita mempunyai gunung berapi 127 buah, terbanyak gunung berapi diseluruh dunia, negara yang
paling banyak punya gunung api itu Indonesia, dulu kita berpikirnya kalau kalau gunung berapi itu bencana alam,
artinya poin saya kita punya gunung berapi banyak sekali, logikanya dibawah tanah Indonesia ada magma,
logika berikutnya apa, disebelah magma itu ada panasbumi, logika berikutnya panasbumi itu bisa menjadi listrik,
teknologinya
sudah
ada,
mudah,
tambah
Wacik.
Berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian ESDM, potensi panasbumi yang ada di Indonesia mencapai
hampir 30.000 MW atau setara 40% cadangan dunia. Dan jika dimanfaatkan secara maksimal akan dapat
menjadi sumber energi alternatif untuk kebutuhan listik 30 tahun kedepan. (SF)
No name. t.t. Dua Hambatan Terbesar Pengembangan Panas Bumi. http://esdm.go.id/news-archives/323energi-baru-dan-terbarukan/6904-dua-hambatan-terbesar-pengembangan-panasbumi.html. [diakses tanggal 17
September 2016]

3 Kendala Hambatan
Pengembangan Energi
Geothermal

Yuni Astutik

JAKARTA - Energi geothermal atau energi panas bumi mampu


menjadi alternatif untuk membantu memecahkan masalah listrik di
Indonesia. Namun ternyata, ada tiga kendala yang menjadi
hambatan pengembangan listrik dari panas bumi.
"Kendala pertama adalah besarnya investasi awal. Sebagai contoh,
untuk pengembangan energi panas bumi yang dapat menghasilkan
listrik 45 MW diperlukan investasi sekira USD105 juta," ungkap
Executive Director CIDES, Rohmad Hadiwijoyo, saat ditemui
seusai breakfast forum CIDES, di Hotel Ambhara, Jakarta, Kamis
(20/1/2011).
Sebagai gambaran, untuk mencapai hasil 45 MW diperlukan sumur
produksi tujuh sampai sembilan sumur. Biaya satu sumur sekira
USD5 juta, ditambah turbin pembangkit dan pembangunan
infrastruktur.
Kendala kedua, belum adanya koordinasi di level eksekusi. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan persepsi tentang proyek panas bumi
antara pengembang dan pemerintah daerah. Diketahui, sebagian
besar lokasi panas bumi terletak di wilayah hutan lindung, di mana
menurut Kementerian Kehutanan salah satu bentuk penebangan liar.

"Kendala ketiga, datang dari PLN yang kurang agresif menjemput


bola dan membeli listrik dari pengembang panas bumi. Padahal
Bank Dunia tertarik untuk memberikan dana sebesar USD1 Miliar
dengan skema pinjaman lunak untuk hal ini," tandasnya.
Selain itu, kurangnya minat bank lokal dalam memberikan
pembiayaan proyek-proek panas bumi di Indonesia. Karena menurut
perbankan, proyek panas bumi memiliki risiko usaha tinggi dan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh modal
kembali.
Sebagai informasi, potensi panas bumi di indonesia diperkirakan
mencapai 27 ribu MW yang terbentang dari sumatera sampai Nusa
Tenggara Timur. Namun, dari potensi yang besar itu baru
dimanfaatkan sekira 1.100 MW, atau kurang dari 10 persen.
Hal ini jauh dibanding Amerika yang pemakaan energi panas bumi
sekira 4.000 MW dan Filipina sekira 2.500 MW. Saat ini saja, di
Indonesia baru ada tiga perusahaan yang menghasilkan listrik dari
panas bumi, yaitu Chevron sekira 525 MW, Star Energi sebesar 350
MW, dan Pertamina Gheotermal sebesar 225 MW.
Astutik,
Yuti.
2011.3
Kendala
Hambatan
Pengembangan
Energi
Geothermal.
http://economy.okezone.com/read/2011/01/20/320/416024/3-kendala-hambatan-pengembangan-energigeothermal. [daikses tanggal 17 September 2016]

Anda mungkin juga menyukai