Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan PLTP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan penduduk yang semakin meningkat membuat permintaan akan kebutuhan
listrik juga bertambah tinggi. Namun, meningkatnya permintaan masyarakat akan kebutuhan
listrik ternyata tidak sejalan dengan produksi listrik yang dihasilkan PLN. Meningkatnya
kebutuhan listrik dari tahun ke tahun tidak tidak sebanding dengan pembangkit listrik yang
beroperasi, sehingga PLN tidak dapat memenuhi lonjakan beban puncak permintaan energi
listrik. Peramalan kebutuhan energi listrik dimasa yang akan datang menjadi sangat penting
sebab rencana pengembangan sistem kelistrikan sangat bergantung dari hasil perkiraan
kebutuhan energi listrik. Dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik, sarana pembangkitan
listrik harus ditambah agar tidak terjadi krisis listrik.
Di saat persediaan bahan bakar fosil semakin menipis diperlukan alternatif pemenuhan
energi listrik pengganti bahan bakar fosil, pengembangan energi alternatif menjadi lebih
mendesak untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Berdasarkan data dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar
di dunia sebesar 40% dari cadangan dunia yaitu 25.875 MW. Baru sekitar 4% yang telah
dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Energi panas bumi adalah
energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi yang dapat digunakan untuk menghasilkan
listrik. PLTP tidak mengeluarkan emisi yang mengotori lingkungan. Jenis gas buang (96%)
terdiri dari gas CO2, dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan bagi proses pembuatan
minuman kaleng seperti soft drink dan sebagainya.
Daerah panas bumi Danau Ranau mempunyai luas daratan sekitar 127 km dan termasuk
ke dalam dua provinsi, yaitu 70% luas daerah di Kecamatan Sukau, Lampung Barat, Provinsi
Lampung dan 30% luas daerah di Kecamatan Banding Agung, OKU Selatan, Provinsi Sumatera
Selatan. Prospek panas diperkirakan berada di sekitar Talang Gedung dan Talang Waiwangi yang
termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan. Potensi
energi terduga pada reservoir panas bumi daerah Danau Ranau adalah sebesar 37 MW.

Kondisi lahan pada umumnya merupakan daerah dengan pepohonan yang lebat. Kebutuhan
listrik di daerah ini masih dipenuhi dengan listrik tenaga diesel yang hanya cukup untuk
memenuhi kelistrikan di sekitar perkotaan. Kelistrikan belum mencapai sampai pelosok-pelosok
desa, rumah-rumah penduduk masih menggunakan mesin generator dengan bahan bakar diesel
untuk penerangan.
1.2

Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini meliputi tentang latar belakang pengembangan

PLTP, energi panas bumi, analisis ketersediaan panas bumi di sekitar danau ranau, biaya dalam
perencanaan pembangunan dan pembangkitan, peramalan beban, penilaian kelayakan dan analisa
dampak lingkungan.
1.3

Tujuan
Perencanaan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi ini bertujuan untuk :

1.

- Mengetahui potensi panas bumi

2.

- Mengetahui prinsip kerja dan komponen komponen pada PLTP.

3.

- Memberikan gambaran peluang investasi pengembangan energi dan kelistrikan.

4.

- Memberikan manfaat dan informasi mengenai potensi pemanfaatan pembangkit energi panas
bumi untuk pemenuhan kebutuhan listrik

.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Perhitungan Potensi Panas Bumi


Panas bumi adalah sumber energi sebagai panas yang terdapat dan terbentuk di dalam
kerak bumi yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas
bumi. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (> 225 C), hanya beberapa di antaranya yang mempunyai
temperatur sedang (150-225 C). Pengalaman dari lapangan panas bumi yang telah
dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan bahwa sistem panas bumi
bertemperatur tinggi dan sedang sangat potensial bila diusahakan untuk pembangkit listrik.

Berdasarkan kondisi geologinya, sumber panas bumi yang ada di Indonesia dibedakan menjadi
tiga golongan yaitu:

energi panas bumi uap panas

energi panas bumi air panas

energi panas bumi batuan panas


Perkiraan atau penilaian potensi panas bumi pada prinsipnnya mempergunakan data data
geologi, geofisika, dan geokimia. Analisa analisa kimia memberikan parameter parameter
yang dapat digunakan untuk perkiraan potensi panas bumi di suatu daerah. Untuk menghitung
perkiraan potensi daerah ini dapat dihitung dari nilai suhu bawah permukaan dan luas daerah
aktif yang didapat dari anomali Hg, CO2, serta tahanan jenis rendah. Potensi energi terduga
panas bumi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Lump Parameter.
Q = 0.2317 x A x (Tr-Tc)
dimana Q = Potensi energi panas bumi terduga (MW)
A = Luas daerah prospek (km2)
Tr = Temperatur reservoir (oC)
Tc = Temperatur cut off (oC)
Energi panas bumi di daerah ini mempunyai beberapa peluang untuk dikembangkan, diantaranya
adalah :

Penghematan pengeluaran dana untuk pembelian bahan bakar minyak bumi atau batubara.

Kebutuhan energi cukup besar terutama untuk tenaga listrik pelosok pedesaan yang belum
tercapai oleh jaringan PLTD dari kedua daerah tersebut.

Lokasi panas bumi dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, dapat dikembangkan secara
terpadu dengan potensi wisata danau maupun gunung api dan tersedia cukup sarana air untuk
kegiatan ekplorasi maupun eksploitasi, serta cukup tersedia tenaga kerja.
Beberapa faktor yang bisa menjadi kendala dalam pengembangan panas bumi di daerah ini
antara lain : medan atau bentuk topografi yang bergelombang dengan beberapa tebing-tebing
terjal dapat menghambat pemilihan lokasi eksplorasi/eksploitasi.

Medan terjal ini juga berpeluang terjadi bencana tanah longsor


Lokasi prospek terdapat di perbatasan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan, hal ini bisa
berpeluang timbulnya sengketa (rawan sengketa)

Birokrasi yang bertele-tele di daerah bias membuat para pengembang tidak tertarik untuk
menanam modal.

2.2 Teknologi dan Prinsip Kerja PLTP


Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas
bumi sebagai energi penggeraknya. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut : fluida
panas yang berasal dari steam sumur uap akan disalurkan ke steam receiving header,
kemudian oleh separator air dan uap dipisahkan. Uap akan digunakan untuk menggerakkan
turbin, sehingga dihasilkan listrik.
Secara garis besar, teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dibagi menjadi 3
macam didasarkan pada suhu dan tekanan reservoir, yaitu :

Uap kering (dry steam)


Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (>235 C, dan air yang tersedia
di reservoir sangat sedikit jumlahnya. Cara kerjanya adalah uap dari sumber panas bumi
langsung masuk ke turbin melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Teknologi ini merupakan teknologi tertua yang digunakan oleh Lardarello,
Italia pada tahun 1904. Jenis ini adalah cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan
gas yang tinggi. Contoh jenis ini adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 2000
kW.
Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, maka dapat dipergunakan PLTP jenis
condensing dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapannya seperti menara pendingin dan
pompa. Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar. Contohnya PLTP Kamojang 1 x 30
MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Drajad 1x 55 MW.

Flash steam
Teknologi ini bekerja pada suhu > 182 C pada reservoir. Cara kerjanya adalah bilamana
lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu separator yang memisahkan air
dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam tangki yang bertekanan lebih rendah sehingga
cairan tersebut menguap dengan cepat menjadi uap yang memutar turbin dan generator sehingga
menghasilkan listrik. Air panas yang tidak menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui
injection wells. Contohnya PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.

Binary cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107 182 C. Cara kerjanya
adalah uap panas dialirkan ke salah satu pipa di heat exchanger untuk menguapkan cairan di pipa
lainnya yang disebut pipa kerja. Pipa kerja adalah pipa yang langsung terhubung ke turbin. Uap
ini akan menggerakan turbin yang telah dihubungkan ke generator. dan menghasilkan energi
listrik. Cairan di pipa kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti Isobutana atau Iso-pentana.
Keuntungan teknologi binary cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi bersuhu
rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. Sehingga diperkirakan akan banyak
dipakai di masa depan. Sedangkan teknologi dry dan flash steam menghasilkan emisi
karbondioksida, nitritoksida dan sulfur, namun 50x lebih rendah dibanding emisi yang dihasilkan
pembangkit minyak.
2.3

a.

Komponen Utama PLTP

Steam Receiving Header


Merupakan suatu tabung yamg berdiameter 1800 mm dan panjang 19.500 mm yang berfungsi
sebagai pengumpul uap sementara dari beberapa sumur produksi sebelum didistribusikan ke
turbin. Steam receiving header dilengkapi dengan sistem pengendalian kestabilan tekanan
(katup) dan rufture disc yang berfungsi sebagai pengaman dari tekanan lebih dalam sistem aliran
uap. Dengan adanya steam receiving header ini pasokan uap tidak akan mengalami gangguan
meskipun terdapat perubahan pasokan uap dari sumur produksi.

b. Vent Structure
Merupakan bangunan pelepas uap dengan peredam suara. Vent structure terbuat dari beton
bertulang berbentuk bak persegi panjang, bagian bawahnya disekat dan bagian atasnya diberi
tumpukan batu agar pada saat pelepasan uap ke udara tidak mencemari lingkungan. Dengan
menggunakan nozzle diffuser maka getaran dan kebisingan dapat diredam. Vent structure
dilengkapi dengan katup katup pengatur yang sistem kerjanya pneumatic. Udara bertekanan
yang digunakan untuk membuka untuk membuka dan menutup katup diperoleh dari dua buah
kompresor yang terdapat di dalam rumah vent structure. Pengoperasian vent structure dapat

dioperasikan dengan cara manual ataupun otomatis (system remote) yang dapat dilakukan dari
panel ruangan kontrol (control room).
Adapun fungsi dari vent structure adalah sebagai berikut:

sebagai pengatur tekanan (agar tekanan uap masuk turbin selalu konstan)

sebagai pengaman yang akan membuang uap bila terjadi tekanan lebih di steam receiving
header

c.

membuang kelebihan uap jika terjadi penurunan beban atau unit stop.
Separator
Separator adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemisah zat zat padat, silica, bintik bintik
air, dan zat lain yang bercampur dengan uap yang masuk ke dalam separator. Kemudian kotoran
dan zat lain yang terkandung dalam uap yang masuk ke dalam separator akan terpisah. Separator
yang dipakai adalah jenis cyclone berupa silinder tegak dimana pipa tempat masuknya steam
dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk arah aliran sentrifugal.
Uap yang masuk separator akan berputar akibat adanya perbedaan berat jenis, maka kondensat
dan partikel partikel padat yang ada dalam aliran uap akan terpisah dan jatuh ke bawah dan
ditampung dalam dust collector sampai mencapai maksimum atau sampai waktu yang telah
ditentukan. Sedangkan uap yang lebih bersih akan keluar melalui pipa bagian atas dari separator.
Kotoran yang ada dalam dust collector di drain secara berkala baik otomatis ataupun manual.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korosi, erosi dan pembentukan kerak pada
turbin.

d.

Demister
Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5 m didalamnya
terdapat kisi kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir butir air yang terbawa oleh
uap dari sumur sumur panas bumi. Di bagian bawahnya terdapat kerucut yang berfungsi untuk
menangkap air dan partikel partikel padat lainnya yang lolos dari separator, sehingga uap yang
akan dikirim ke turbin merupakan uap yang benar benar uap yang kering dan bersih. Karena
jika uap yang masuk ke turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi,
erosi dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister langsung menabrak
kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis maka butiran air kondensat dan partikel

partikel padat yang terkandung dalam di dalam uap akan jatuh. Uap bersih akan masuk ke
saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan terlebih dahulu dan untuk selanjutnya
diteruskan ke turbin.
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final separator) yang
ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan terletak di luar gedung
pembangkit.
e.

Turbin
Hampir di semua pusat pembangkit tenaga listrik memiliki turbin sebagai penghasil gerakan
mekanik yang akan diubah menjadi energi listrik melalui generator. Turbin yang digunakan
disesuaikan dengan keadaan dimana turbin tersebut digunakan. Turbin dirancang dengan
memperhatikan efisiensi dan performanya yang disesuaikan dengan kondisi dan kualitas uap
panas bumi.

f.

Generator
Generator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk merubah energi mekanik putaran poros turbin
menjadi energi listrik. Perputaran pada generator tersebut akan menghasilkan perpotongan gaya
gerak magnet yang menghasilkan energi listrik. Generator akan menghasilkan energi listrik bolak
balik sebesar 11,8 kV ketika turbin yang berputar dengan putaran 3000 rpm mengkopel terhadap
generator.

g. Trafo Utama (Main Transformer)


h.

Switch Yard
Switch yard adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus dan penghubung aliran listrik
yang berada di wilayah PLTP.

i.

Kondensor
Kondensor adalah suatu alat untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi
tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami
kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini

juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat
hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa
pendingin utama (main cooling water pump) ke menara pendingin (cooling tower) untuk
didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Pada saat sedang operasi
normal, tekanan dalam kondensor adalah 0,133 bar, dan kebutuhan air pendingin adalah 11.800
m/jam. Pemakaian kondensor ini sangat cocok karena pembangkit listrik tenaga panas bumi
memiliki siklus terbuka sehingga tidak diperlukan sistem pengambilan kembali kondensat seperti
yang dilakukan oleh PLTU konvesional.
j.

Main Cooling Water Pump (MCWP)


Main cooling water pump (MCWP) adalah pompa pendingin utama yang berfungsi untuk
memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk kemudian didinginkan.

k.

Cooling Tower
Air yang dipompakan dari kondensor didistribusikan ke dalam bak (hot water basin) yang
terdapat di bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang berfungsi
untuk memancarkan air sehingga menjadi butiran butiran halus dan didinginkan dengan cara
kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah terjadi proses pendinginan, air akan turun
karena gaya gravitasi untuk seterusnya menuju bak penampung air (cool water basin) yang
terdapat di bagian bawah cooling tower dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya
melewati 4 buah screen untk menyaring kotoran kotoran yang terdapat dalam air.
Aliran udara yang melewati tiap ruang pendingin dihisap ke atas dengan kipas hisap paksa tipe
aksial. Setiap kipas digerakkan oleh motor listrik induksi dengan perantaraan gigi reduksi
(reduction gear). Cooling tower dilengkapi dengan sistem pembasah (wetting pump system) yang
gunanya untuk memompakan air dari cool water basin dan disemprotkan ke semua bagian dari
cooling tower agar kondisi kayu tetap basah.

2.4

Kelebihan dan Kekurangan PLTP


Adapun kelebihan dan kekurangan PLTP adalah sebagai berikut :
Kelebihan :

bebas emisi (binary cycle)

dapat bekerja setiap hari baik siang maupun malam

sumber tidak fluktuatif dibanding dengan energi terbarukan lainnya (angin, solar cell, dan
sebagainya)

tidak memerlukan bahan bakar

tidak boros lahan

pembangunan di lokasi terpencil


Kekurangan :

menyebabkan kandungan H2S meningkat yang bersifat korosit sehingga dapat menyebabkan
peralatan mesin maupun listrik berkarat

ancaman hujan asam


efisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar, sehingga efisiensi bukan
merupakan faktor yang sangat penting

untuk teknologi dry dan flash steam masih menghasilkan emisi walaupun sangat kecil

penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan amblesan

menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata air tanah

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1

Kegiatan Usaha Panas Bumi


Kegiatan usaha panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya panas
bumi sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Tahapan
kegiatan usaha panas bumi meliputi:
a)

Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian data
yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia untuk
memperkirakan letak dan adanya sumber daya panas bumi serta wilayah kerja.
b)

Eksplorasi

Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia,
pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh dan
menambah informasi kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan
perkiraan potensi panas bumi.
Dengan beberapa asumsi antara lain tebal reservoir = 2 km, recovery factor = 50%, faktor
konversi = 10%, dan lifetime = 30 tahun, maka potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan Lump Parameter. Dari persamaan tersebut dan data luas daerah
prospek 2 km2, temperatur reservoir diperkirakan sekitar 199 oC dan temperatur cut off 120 oC,
maka potensi energi di daerah panas bumi Danau Ranau dapat menghasilkan energi sebanyak
37 MW.
c)

Studi Kelayakan

Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan panas bumi untuk memperoleh
informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha
pertambangan panas bumi, termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat
dieksploitasi.
d)

Eksploitasi

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang meliputi
pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan
operasi produksi sumber daya panas bumi.
e)

Pemanfaatan

Pemanfaatan tidak langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi
panas bumi untuk pembangkit tenaa listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk
kepentingan sendiri

Pemanfaatan langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi dan atau fluida panas bumi
untuk keperluan non listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri.
Kegiatan pengusahaan sumber daya panas bumi dilaksanakan pada suatu wilayah kerja.
Beberapa hal yang penting dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan panas bumi antara lain :

batas dan luas wilayah kerja ditetapkan oleh pemerintah

wilayah kerja yang akan ditawarkan kepada badan usaha diumumkan secara terbuka

menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing


melakukan penawaran wilayah kerja dengan cara lelang

pengusahaan sumber daya panas bumi dilakukan oleh badan usaha setelah mendapat IUP
(Izin Usaha Pertambangan) dari menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing

IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan panas bumi di suatu wilayah
kerja pertambangan (WKP) panas bumi

pemegang IUP wajib menyampaikan rencana jangka panjang eksplorasi dan eksploitasi
kepada menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing yang
mencakup rencana kegiatan dan rencana anggaran serta menyampaikan besarnya cadangan

3.2

Pengadaan Turbin
Salah satu pekerjaan dalam pembangunan pembangkit listrik adalah pengadaan turbin
pembangkit. Turbin dengan tipe back pressure merupakan pilihan tepat dibandingkan dengan
turbin dengan kondensor (condensing turbine). Alasan ini mengingat biaya konstruksi termasuk
peralatan lebih murah karena tidak memerlukan fasilitas kondensasi yang rumit seperti
kondensor, cooling tower, pengekstraksi gas, pemipaan air pendingin, dan lain - lain. Pada turbin
back pressure, perangkat utama adalah turbin itu sendiri dan fasilitas listrik seperti generator dan
transformator, sehingga tidak memerlukan area luas untuk penempatan rumah pembangkitnya.
Selain itu jenis turbin ini sangat mudah dipindah-pindahkan. Kelemahan dari jenis turbin ini
adalah memerlukan jumlah uap yang lebih besar dari condesing turbine untuk menghasilkan
daya yang sama di generator. Selain itu karena uap setelah memutar turbin langsung dibuang ke
udara maka masalah yang mungkin timbul adalah kebisingan, asap putih dan konsentrasi gas-gas
tak terkondensasi atau non condesable gas (NCG seperti CO2, H2S) di udara.

3.3

Lokasi Turbin atau Rumah Pembangkit


Seperti telah dijelaskan bahwa ruang untuk turbin back pressure tidak memerlukan lahan
yang terlalu luas. Faktor penting dalam pemilihan lokasi rumah pembangkit antara lain faktor
bahaya geologi seperti longsor, dan letusan hidrotermal dengan memperhatikan kemiringan

topografi, letak manifestasi panas bumi sekarang dan daerah lemah yang memungkinkan
munculnya manifestasi baru paska produksi. Faktor lain yang penting adalah jarak dengan sumur
- sumur yang diharapkan mensuplai uap tidak terlalu jauh sehingga tidak menimbulkan
penurunan panas yang berarti dalam pipa. Kemudahan pembebasan lahan, dan terbebas lokasi
dari pemukiman penduduk merupakan faktor sosial ekonomi yang paling penting.
3.4

Rencana Pemipaan Sumur Pengembangan


Dengan pemilihan lokasi rumah pembangkit yang tepat akan menjadi pertimbangan dalam
efisiensi rencana pemipaan yang merupakan jalur uap dari sumur ke pembangkit. Rencana
pemipaan dan termasuk rumah pembangkit diperkirakan memerlukan lahan. Program pemipaan
meliputi persiapan lahan dan pemasangan pipa.

3.5

Peramalan Beban
Peramalan beban diperlukan dalam proses perencanaan pembangunan pembangkit karena
dengan mengetahui perkiraan kebutuhan ke depan bisa dibangun sebuah pembangkit yang bisa
memenuhi kebutuhan beban selama masa produksi dari pembangkit.

3.6

Biaya Pengembangan Lapangan Uap


Biaya pengembangan lapangan uap terdiri atas :
a.

Biaya survei eksplorasi

Terdiri atas biaya survei pendahuluan dan biaya survey rinci (fase prakelayakan). Biaya survei
pendahuluan adalah biaya yang dikeluarkan untuk survei geoscientific awal yang terdiri dari
survei geologi dan geokimia pada daerah-daerah panas bumi yang paling potensial atau di sekitar
manifestasi panas permukaan. Berdasarkan hasil survei ini dapat ditentukan apakah pada daerah
prospek yang diteliti tersebut cukup layak untuk dilakukan survei lebih lanjut.
Biaya survey rinci adalah biaya yang dikeluarkan untuk survei geologi, geokimia dan geofisika
dan pemboran dangkal yang dilakukan untuk untuk mencari gambaran daerah prospek panas
bumi yang mencakup luas daerah potensial, kedalaman reservoir, perkiraan karakteristik fluida
dan potensi cadangan panas buminya serta untuk mencari lokasi dan target pemboran
eksplorasinya.

b.

Biaya pemboran sumur (sumur eskplorasi, pengembangan, injeksi, make up)

Biaya pemboran sumur terdiri atas biaya untuk sewa rig, ongkos pengangkutan alat pemboran ke
lokasi serta pemasangannya, biaya casing, bit, lumpur, semen bahan kimia, fasilitas kepala
sumur, pengangkutan casing dari pabrik ke tempat penyediaan dan biaya analisa core. Faktorfaktor yang mempengaruhi biaya pemboran antara lain adalah jenis sumur (tegak atau miring),
lokasi sumur, kedalaman sumur, teknologi pemboran yang digunakan, diameter pipa selubung,
Sumur eksplorasi pada umumnya lebih mahal dari sumur pengembangan disebabkan oleh :

pemboran sumur eksplorasi memerlukan data yang paling lengkap dan seteliti mungkin
dikarenakan ketidakpastian yang tinggi

kebutuhan untuk meneliti kondisi reservoir semaksimal mungkin dengan pemboran sedalam
mungkin

di dalam pemboran sumur eksplorasi, pengukuran, logging dan coring dilakukan lebih sering
dibandingkan dengan pemboran pengembangan
hal-hal lain yang sering menyebabkan keterlambatan penyelesaian pemboran menyangkut hilang
sirkulasi pada kedalaman dangkal, terjepitnya rangkaian pemboran karena runtuhnya formasi
c.

Biaya lahan, jalan, persiapan lahan dan lain-lain

Yang termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya pembelian dan pembebasan lahan,
penyiapan jalan masuk ke lokasi (road), dan perataan lahan (excavation).
d.

Biaya fasilitas produksi

Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan uap panas bumi terdiri dari
separator, pemipaan, silencer, scrubber, valve, instrumentasi dan gauge. Separator hanya
diperlukan untuk lapangan dengan sistem dominasi air. Pemakaian separator dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan menempatkan separator pada setiap sumur dan dengan pemusatan
separator yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi pembangkit listriknya. Cara pertama
mempunyai keuntungan berupa pengurangan resiko dalam mentransportasikan fluida dua fasa
terutama pada topografi kasar serta mengurangi biaya penggunaan lahan dan pipa air. Biaya yang
diperlukan sangat bervariasi, tergantung pada panjang, jenis dan diameter pipa serta jumlah
separator yang diperlukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya kapasitas pembangkit.
e.

Biaya operasi dan pemeliharaan

Biaya operasi dan pemeliharaan proyek panas bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya
operasi dan pemeliharaan lapangan uap dan pembangkit listrik. Biaya operasi dan pemeliharaan

lapangan uap mencakup biaya untuk monitoring, pemeliharaan, operasi lapangan, gaji
manajemen dan pekerja, transportasi dan lain-lain. Biaya ini dikeluarkan untuk mempertahankan
efektifitas dan
efisiensi management dan operasi lapangan.
f.

Biaya sarana penunjang

Biaya lain yang termasuk dalam biaya pengembangan lapangan uap adalah biaya untuk
pembangunan fasilitas penunjang terdiri dari biaya pembangunan perkantoran, laboratorium,
perumahan manajemen dan karyawan, fasilitas umum, gudang, kafetaria, sarana ibadah, fasilitas
pemadam kebakaran, fasilitas air bersih, bengkel, fasilitas kesehatan dan lain-lain. Besarnya
biaya fasilitas penunjang sangat tergantung dari besar kecilnya kapasitas listrik proyek yang
dibangun atau secara langsung terkait dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
3.7

Biaya Pembangkit Listrik


Yang termasuk dalam biaya power plant adalah biaya penyiapan jalan masuk ke lokasi
PLTP (road), pembebasan dan perataan lahan (land cost and excavation), perencanaan rinci
(detailed engineering), fasilitas pembangkit listrik (plant facilities), perakitan dan pemasangan
peralatan PLTP (construction and installation) dan pekerjaan pembangunan gedung PLTP,
perkantoran, laboratorium, fasilitas umum dan lain-lain (civil work). Biaya operasi dan
pemeliharaan untuk pembangkit listrik pada dasarnya adalah biaya untuk mempertahankan
pembangkit listrik berjalan dengan efisiensi tetap maksimal. Pada umumnya, sekali dalam
setahun turbin panas bumi harus mengalami overhaul agar berjalan optimum.
Untuk menghitung biaya pembangkit total tanpa biaya eksternal diperoleh dari
penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, serta biaya operasional dan pemeliharaan.
biaya pembangkitan = CC + FC + GS
dimana :
CC

capital cost (biaya modal)

FC

fuel cost (biaya bahan bakar)

OMC : operation and maintenance cost (biaya operasi dan pemeliharaan)


3.8

Penilaian Kelayakan Pengembangan Lapangan Panas Bumi

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelayakan pengembangan
lapangan panas bumi adalah sebagai berikut :
1.

Pengkajian sistem panas bumi (geothermal resource assesment) merupakan kegiatan yang sangat
penting dilakukan dalam menilai kelayakan pengembangan suatu lapangan. Jenis-jenis data yang
dikaji tergantung dari kegiatan yang telah dilaksanakan di daerah panas bumi tersebut. Tujuan
utama dari pengkajian data adalah untuk memperkirakan jenis reservoir beserta kedalaman,
ketebalan dan luasnya, serta perkiraan tentang tekanan dan temperatur, jenis dan sifat batuan,
jenis fluida reservoir. Berdasarkan data yang telah diperoleh kemudian dibuat model konseptual
dari sistem panas bumi yang sedang dikaji. Gambaran mengenai sistim panas bumi di suatu
daerah biasanya dibuat dengan memperlihatkan sedikitnya lima komponen, yaitu sumber panas,
reservoir dan temperaturnya, sumber air, serta manifestasi panas bumi permukaan yang terdapat
di daerah tersebut. Komponen lain yang sering diperlihatkan dalam model adalah penyebaran
batuan, jenis dan arah aliran air di bawah permukaan. Model sistem panas bumi dibuat
berdasarkan hasil evaluasi data geologi, hidrologi, geofisika, geokimia dan data sumur.

2.
3.

Menghitung besarnya sumber daya, cadangan dan potensi listrik


Mengkaji apakah suatu sumber daya panas bumi dimaksud tepat untuk dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik. Apabila energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik maka
langkah selanjutnya adalah menentukan rencana pengembangan PLTP. Rencana pengembangan
meliputi penentuan kapasitas PLTP yang akan dibangun, jumlah turbin serta kapasitas masingmasing turbin serta menentukan alternatif pengembangan lapangan.

4.

Menentukan rencana pengembangan lapangan uap meliputi penentuan jumlah sumur produksi,
injeksi dan sumur cadangan (make up well). Probabilitas keberhasilan pemboran pengembangan
dapat diperkirakan berdasarkan data jumlah sumur yang berhasil dan jumlah sumur yang gagal di
prospek yang telah dilakukan pemboran eksplorasi sumur dalam (probabilitas keberhasilan
pemboran eksplorasi).

5.

Melakukan simulasi reservoir untuk memperkirakan kinerja reservoir. Simulasi atau pemodelan
reservoir merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam penilaian kelayakan pengembangan
suatu lapangan karena hasil pemodelan biasanya digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
mengambil keputusan dalam menetapkan strategi pengembangan lapangan. Dari model reservoir
yang dibuat dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi di bawah permukaan yang meliputi
distribusi sebaran permeabilitas, tekanan, temperatur, konduktivitas. Hasil simulasi juga dapat

memberikan perkiraan tentang energi panas yang terkandung di dalamnya sebelum reservoir
diproduksikan. Pemodelan tahap lanjutan dilakukan untuk meniru kinerja reservoir untuk
berbagai skenario pengembangan lapangan.
6.

Menentukan biaya pengusahaan panas bumi, meliputi biaya sumur eksplorasi, biaya sumur
pengembangan, biaya fasilitas produksi, biaya PLTP, biaya operasi dan perawatan.

5.

Menentukan jadwal pelaksanan pekerjaan.

6.

Menentukan penyebaran investasi.

7.

Menentukan parameter-parameter ekonomi

8.

Untuk masing-masing kasus (alternatif) dibuat analisa yang sama dan kemudian
diperbandingkan satu sama lain.

3.9
a.

Analisa Dampak Lingkungan


Dampak negatif

berkurangnya lahan produktif karena harus ada pembebasan lahan untuk pembangunan PLTP

penurunan kualitas udara oleh debu akibat arus mobilisasi material - material pembangunan
dan para pekerja proyek.

timbulnya polusi suara (kebisingan) dan getaran pada saat pengoperasian pembangkit

penurunan kualitas dan kuantitas air tanah selama masa pengoperasian pembangkit

gangguan ekosistem karena pengaruh belerang dan air panas dari sumur panas bumi

b.

Dampak Positif

meningkatnya pendapatan pemerintah

timbulnya lapangan kerja baru

belerang yang diolah dan dimanfaatkan dapat dijual

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

1.

Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) adalah pembangkit listrik yang menggunakan
panas bumi sebagai energi penggeraknya. Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dibagi
menjadi 3 macam, yaitu : dry steam, flash steam, dan binary cycle.

2. Panas bumi adalah sumber energi sebagai panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi
yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.
Berdasarkan kondisi geologinya, sumber panas bumi di Indonesia dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu energi panas bumi uap panas, energi panas bumi air panas, dan energi panas bumi
batuan panas.
3. Komponen utama PLTP antara lain steam receiving header, vent structure, separator, demister,
turbin, generator, trafo utama (main transformer), switch yard, kondensor, main cooling water
pump (MCWP), dan cooling tower.
4. Tahapan kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi meliputi survey pendahuluan,
eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, dan pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5. Pengadaan turbin pembangkit dengan tipe back pressure merupakan pilihan tepat mengingat biaya
konstruksi termasuk peralatan lebih murah karena tidak memerlukan fasilitas kondensasi yang
rumit seperti condensor, cooling tower, pengekstraksi gas, pemipaan air pendingin, dan lain lain. Faktor penting dalam pemilihan lokasi turbin atau rumah pembangkit antara lain faktor
bahaya geologi seperti longsor dan letusan hidrotermal dengan memperhatikan kemiringan
topografi, letak manifestasi panas bumi sekarang, daerah lemah yang memungkinkan munculnya
manifestasi baru paska produksi, dan jarak dengan sumur - sumur yang diharapkan mensuplai
uap tidak terlalu jauh.

Anda mungkin juga menyukai