DARI
3 x 2 MW
ANTARA
PT PLN (PERSERO)
DAN
PASAL 2 PROYEK
PASAL 14 Asuransi
PASAL 23 Perubahan-Perubahan
PASAL 28 Penutup
ANTARA
PT PLN (PERSERO)
DENGAN
UNTUK
3 x 2.0 MW
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (selanjutnya disebut PERJANJIAN) ini ditandatangani
pada hari Senin tanggal Tiga Puluh bulan Mei Tahun Dua Ribu Enam Belas (30-05-2016),
antara :
I. PT PLN (PERSERO)
Suatu perseroan yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Soetjipto, SH Nomor 169
tanggal 30 Juli 1994 sebagaimana terakhir diubah dengan Akta Notaris Lenny Janis
Ishak, S.H. Nomor 09 tanggal 20 Januari 2015, dalam hal ini diwakili oleh BUDI
PANGESTU selaku General Manager di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Selatan, Jambi, dan Bengkulu berdasarkan Surat Kuasa Direksi Nomor
0438.SKU/SDM.08.01/DIRUT/2015 tanggal 18 September 2015, bertindak untuk dan
atas nama PT PLN (Persero) berkedudukan di Jl. Kapten A. Rivai No. 37 Palembang
30129, yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Suparmin, S.H.,
M.Kn. Nomor 10 tanggal 21 Desember 2011 dan Akta Perubahan terakhir dibuat
dihadapan notaris Suparmin, S.H., M.Kn. No. 24 tanggal 31 Desember 2014, dalam
hal ini diwakili oleh DWI KRIDAYANI, selaku Direktur, berkedudukan di Jl. DI
Untuk selanjutnya dalam PERJANJIAN ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-
masing disebut sebagai PIHAK dan secara bersama-sama disebut sebagai PARA
PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal hal sebagai berikut:
1. Bahwa sesuai Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 19 Tahun 2015, PIHAK PERTAMA
ditugaskan untuk membeli tenaga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan
kapasitas sampai dengan 10 MW (sepuluh megawatt) dari Badan Usaha yang
berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik yang telah ditetapkan sebagai
Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik dan telah memiliki Ijin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL).
(i) Surat Penetapan Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik dari Dirjen
EBTKE Nomor : 85/20/DJE/2015 tanggal 27 November 2015 yang menetapkan
PIHAK KEDUA sebagai pengelola tenaga air untuk pembangkit listrik yang dihasilkan
oleh PLTM Padang Guci dengan kapasitas terpasang 6 MW (3 x 2.0 MW), yang
terletak di daerah/sistem Bintuhan
(ii) Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) Sementara dari Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral RI Nomor 3/1/IUPTL-S/PMDN/2016 27 Januari 2016.
4. Bahwa sesuai dengan surat Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Nomor
0497/REN.01.01/DITREN/2016 tanggal 11 April 2016 perihal Pembelian Tenaga
Listrik dari PLTA 10 MW.
b. Surat Ijin Lokasi dari Pemda Kabupaten Kaur kepada PT Sahung Brantas
Energi dengan Nomor 759 tanggal 06 Oktober 2012.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian
Jual Beli Tenaga Listrik PLTM Padang Guci dengan kapasitas daya terpasang 3 x 2 MW di
Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat
sebagaimana dirumuskan dalam PASAL-PASAL berikut :
PASAL 1
1. BULAN adalah periode dimulai dari jam 00.00 Waktu Indonesia Setempat pada hari
pertama suatu bulan kalender dan berakhir pada jam 24.00 pada hari terakhir bulan
kalender yang sama.
2. DEKLARASI PRODUKSI BULANAN (DPB) adalah proyeksi produksi ENERGI
LISTRIK bulanan untuk setiap TAHUN FISKAL yang merupakan bagian dari PROFIL
PEMBANGKITAN dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana yang
diatur pada Pasal 8 ayat (4).
3. DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN (DPT) adalah jumlah yang dinyatakan akan
diproduksi (dalam kWh) oleh PIHAK KEDUA dan akan disampaikan kepada PIHAK
PERTAMA pada bulan September tahun berjalan untuk produksi 1 (satu) TAHUN
FISKAL berikutnya dan dilakukan selama PERIODE PENGOPERASIAN.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN terdiri dari DEKLARASI PRODUKSI BULANAN
selama 1 tahun sebagaimana dinyatakan pada Pasal 8 ayat (4) dan ayat (5).
iii. Periode waktu dimulai dari tanggal pertama bulan terakhir PERJANJIAN sampai
dengan tanggal terakhir PERJANJIAN, atau, apabila PERJANJIAN ini diakhiri
lebih awal sesuai dengan syarat-syarat dari PERJANJIAN ini, berarti periode
waktu dimulai dari tanggal pertama bulan di mana PERJANJIAN ini diakhiri
sampai dengan tanggal yang disepakati untuk pengakhiran PERJANJIAN.
32. PERIODE PERJANJIAN adalah sebagaimana dijelaskan pada Pasal 3 ayat (1)
Perjanjian ini.
33. PIHAK LAIN adalah pihak selain PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang
memiliki hubungan dengan pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun
pengoperasian PEMBANGKIT.
34. POTENSI DISALURKAN (PD) adalah jumlah ENERGI LISTRIK (dalam kWh) per
jam yang diharapkan dapat disalurkan oleh PEMBANGKIT pada saat terjadinya
KELUAR DIPERHITUNGKAN, sebagaimana ditetapkan pada Pasal 9 Perjanjian ini.
35. PROTAP (Prosedur Tetap) adalah Prosedur Tetap Operasi, Pengukuran,
Transaksi dan Setelmen serta komunikasi yang dibuat dan disepakati PARA
PIHAK.
36. PROYEK adalah sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 Perjanjian ini.
37. RUPIAH (Rp) adalah Mata Uang resmi Republik Indonesia.
38. SERTIFIKAT LAIK OPERASI (SLO) adalah keterangan tertulis layak operasi yang
diterbitkan oleh Lembaga Inspeksi Teknik yang terakreditasi atau yang ditetapkan
oleh Menteri sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
39. SISTEM PENGUKURAN adalah semua meteran, alat pengukuran, dan peralatan
terkait yang digunakan untuk mengukur dan mencatat pengiriman dan penerimaan
atas ENERGI LISTRIK pada TITIK TRANSAKSI sebagaimana diuraikan pada
Lampiran A Perjanjian ini.
PASAL 2
PROYEK
PASAL 3
PERIODE PERJANJIAN
(1) Dengan tunduk pada Pasal 3 ayat (4) PERJANJIAN ini mulai berlaku efektif sejak
TANGGAL PENANDATANGANAN sampai dengan berakhirnya PERIODE
PENGOPERASIAN, kecuali diakhiri lebih awal berdasarkan syarat dan kondisi yang
dinyatakan dalam PERJANJIAN ini.
(2) PERIODE PENGOPERASIAN adalah 240 (dua ratus empat puluh) bulan dimulai
dari jam 00:00 waktu Indonesia setempat hari pertama bulan setelah tercapainya
TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT dan berakhir jam 24:00 waktu
Indonesia setempat hari terakhir bulan ke-240 (dua ratus empat puluh).
(3) Pada saat berakhirnya PERJANJIAN akibat berakhirnya PERIODE
PENGOPERASIAN sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, PARA PIHAK dapat
melakukan kesepakatan baru berdasarkan syarat dan kondisi serta sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Kewajiban-kewajiban tertentu yang berlaku sejak TANGGAL
PENANDATANGANAN dan syarat tangguh untuk TANGGAL PEMBIAYAAN :
PASAL 4
Di samping hak dan kewajiban yang diatur dalam PASAL-PASAL lain, kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing PIHAK adalah termasuk namun tidak terbatas pada:
e. PIHAK KEDUA wajib menjual dan menyalurkan semua ENERGI LISTRIK yang
dihasilkan PEMBANGKIT kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana diatur dalam
PERJANJIAN ini, kecuali ditentukan lain dikemudian hari dengan kesepakatan
PARA PIHAK.
PASAL 5
(1) PIHAK KEDUA harus mencapai TANGGAL PEMBIAYAAN dalam waktu selambat-
lambatnya 18 (delapan belas) bulan dari TANGGAL PENANDATANGANAN,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tercapainya TANGGAL PEMBIAYAAN ditandai dengan terpenuhinya syarat
tangguh dan kondisi sebagai berikut yang dituangkan dalam Berita Acara
TANGGAL PEMBIAYAAN dan ditandatangani oleh PARA PIHAK:
PASAL 6
PASAL 7
d. Uji kapasitas;
g. Pengujian lainnya sesuai dengan standar dan syarat teknis yang berlaku di
PT PLN (Persero) serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PASAL 8
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT
PASAL 9
i. Gangguan sistem yang melebihi 30 (tiga puluh) menit untuk setiap kali
gangguan;
ii. Apabila terjadi gangguan yang diakibatkan oleh antara lain dan tidak
terbatas pada terbakarnya atau terputusnya JARINGAN MILIK PIHAK
PERTAMA maka ketentuan perhitungan KELUAR DIPERHITUNGKAN akan
mulai diberlakukan apabila PIHAK PERTAMA tidak dapat memperbaiki atau
memulihkan gangguan sistem tersebut dalam jangka waktu 3x24 jam untuk
setiap kali gangguan.
PASAL 10
(1) PIHAK KEDUA akan menyampaikan TAGIHAN terinci untuk setiap PERIODE
TAGIHAN kepada PIHAK PERTAMA dengan perhitungan sesuai dengan
ketentuan Lampiran E Perjanjian ini selambat-lambatnya 7 (tujuh) HARI KERJA
terhitung sejak akhir PERIODE TAGIHAN dan PIHAK PERTAMA akan membayar
kepada PIHAK KEDUA sesuai TAGIHAN yang jatuh tempo melalui Rekening atas
nama PIHAK KEDUA pada :
Nama : PT. Sahung Brantas Energi
Nama Bank : Bank Negara Indonesia (BNI)
Nomor Rekening : 0432567897
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini akan dilakukan setiap
bulan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 15 (lima
belas) HARI KERJA terhitung sejak PIHAK PERTAMA menerima Surat Permintaan
Pembayaran yang lengkap, benar dan tidak cacat dari PIHAK KEDUA.
(3) Pembayaran atas ENERGI LISTRIK TERUKUR sesuai TAGIHAN dilakukan dalam
mata uang Rupiah menggunakan nilai tukar tengah Bank Indonesia atau kurs
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) tanggal H-1 dari tanggal
TAGIHAN.
(4) Pengajuan pembayaran kepada PIHAK PERTAMA akan dilakukan oleh PIHAK
KEDUA sesuai dengan Lampiran E Perjanjian ini.
(5) Dokumen Penagihan :
Surat Permintaan Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini
harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen antara lain :
(6) Apabila permintaan pembayaran dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
belum dilengkapi baik seluruhnya maupun sebagian dari dokumen-dokumen
PASAL 12
a. Apabila setelah JARINGAN MILIK PIHAK PERTAMA dinyatakan siap dan saat
dilakukan pengujian PEMBANGKIT berhasil memenuhi syarat Pengujian dan
KOMISIONING sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini, maka PARA PIHAK
sepakat bahwa:
b. Apabila setelah JARINGAN MILIK PIHAK PERTAMA dinyatakan siap dan saat
dilakukan pengujian PEMBANGKIT gagal atau tidak mampu memenuhi syarat
Pengujian dan KOMISIONING sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini maka
PARA PIHAK sepakat bahwa :
PASAL 13
b. Biaya peneraan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam huruf a menjadi beban
dan tanggung jawab PIHAK KEDUA
e. Apabila terjadi kelainan pada alat ukur antara lain segel pengaman rusak atau
alat ukur gagal mencatat dengan benar (tidak sesuai standar) ENERGI
LISTRIK yang disalurkan, maka perhitungan ENERGI LISTRIK yang disalurkan
ditetapkan berdasarkan perhitungan alat ukur pembanding milik PIHAK
PERTAMA (alat ukur / kWh meter dalam kondisi baik), atau cara lain yang
disepakati PARA PIHAK sebagaimana tertuang dalam PROTAP apabila tidak
terdapat alat ukur pembanding.
PASAL 14
ASURANSI
(1) PIHAK KEDUA atas biayanya sendiri harus mengasuransikan PROYEK termasuk
semua peralatan dan tenaga kerja selama masa konstruksi dan operasi
PEMBANGKIT terhadap semua kerugian dan kerusakan yang mungkin terjadi
termasuk business interuption risk.
(2) PIHAK KEDUA atas biayanya sendiri harus mengasuransikan FASILITAS KHUSUS
sampai dengan diserahkan ke PIHAK PERTAMA dalam hal terjadi pengalihan
sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3) huruf d.
(3) PIHAK KEDUA harus menyediakan Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance)
terhadap PIHAK LAIN baik berupa cidera badan (bodily injury) atau kerusakan harta
benda (property damage) sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan
pembangkit yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA
(4) Kegagalan PIHAK KEDUA untuk mengasuransikan tidak membebaskan PIHAK
KEDUA dari kewajibannya mempertahankan cakupan asuransi sebagaimana
dijelaskan.
(5) Perusahan asuransi yang akan menanggung asuransi sebagaimana tersebut pada
ayat 1 dan 2 PASAL ini adalah sesuai Daftar Perusahaan Asuransi yang diterbitkan
Direksi PIHAK PERTAMA.
PASAL 15
GANTI RUGI
PASAL 16
SEBAB KAHAR
(1) Untuk keperluan PERJANJIAN ini, yang dimaksud dengan SEBAB KAHAR adalah
peristiwa yang terjadi karena sesuatu hal di luar kekuasaan PARA PIHAK yang
tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh PARA PIHAK dan/atau berada di luar
batas kekuasaan PARA PIHAK yang langsung mengenai sasaran obyek
PERJANJIAN ini yang dapat mengakibatkan keterlambatan atau terhentinya
pekerjaan pembangunan, pelaksanaan PEMBANGKIT ataupun kegagalan
penyerahan/penerimaan ENERGI LISTRIK yang disebabkan oleh, antara lain dan
tidak terbatas pada :
a. Terjadi peperangan;
c. Bencana alam: gempa bumi, kekeringan, banjir atau bencana alam lainnya
atau penemuan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah di lokasi;
(2) Jika PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA gagal untuk melaksanakan seluruh
atau sebagian kewajibannya sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini sebagai
akibat dari suatu SEBAB KAHAR, sebagaimana tercantum dalam ayat (1) Pasal ini,
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini
PIHAK yang mengalami SEBAB KAHAR tidak memberitahukan kejadian SEBAB
KAHAR tersebut kepada PIHAK lainnya, kejadian tersebut dianggap bukan sebagai
akibat SEBAB KAHAR
(4) Kewajiban salah satu PIHAK yang harus diselesaikan sebelum terjadinya SEBAB
KAHAR yang menyebabkan tidak dilaksanakannya kewajiban tersebut tidak dapat
dibebaskan sebagai akibat terjadinya SEBAB KAHAR
(5) Dalam hal SEBAB KAHAR terjadi di luar wilayah Indonesia, maka pemberitahuan
tentang SEBAB KAHAR harus disertai dengan keterangan pejabat setempat yang
berwenang dan disahkan oleh Perwakilan Resmi Republik Indonesia setempat.
(6) PIHAK PERTAMA tidak wajib menerima atau membayar ENERGI LISTRIK pada
saat terjadinya SEBAB KAHAR.
Dengan memperhatikan ketentuan PASAL 12 ayat (1) Perjanjian ini, dalam hal
terhentinya pembangunan dan/atau pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana
dimaksud dalam PASAL 6 dan PASAL 8 PERJANJIAN ini, yang disebabkan adanya
SEBAB KAHAR sebagaimana dimaksud dalam PASAL 16, kepada PIHAK KEDUA
diberikan perpanjangan waktu yang disepakati PARA PIHAK secara tertulis dalam
bentuk Amandemen terhadap PERJANJIAN ini sebagai kompensasi dari keterlambatan
tersebut dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
PASAL 18
PENGALIHAN PERJANJIAN
PIHAK KEDUA tidak dibenarkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan
kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini kepada PIHAK LAIN selama PERIODE
PERJANJIAN.
PASAL 19
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
(1) Selain akibat kondisi sebagaimana dimaksud ayat 5 PASAL ini, setiap peristiwa di
bawah ini merupakan kegagalan, kelalaian dan ketidakmampuan PIHAK KEDUA
yang dapat berakibat pada PENGAKHIRAN PERJANJIAN ini :
(2) Pada saat terjadinya kegagalan PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada ayat
1 Pasal ini, prosedur berikut ini harus diikuti oleh PIHAK KEDUA:
(3) Selain akibat kondisi sebagaimana dimaksud ayat 5 Pasl ini, setiap peristiwa di
bawah ini merupakan kegagalan PIHAK PERTAMA yang dapat berakibat pada
PENGAKHIRAN PERJANJIAN ini:
a. Kegagalan dari PIHAK PERTAMA untuk melakukan pembayaran
berdasarkan PERJANJIAN ini dalam waktu 3 (tiga) BULAN berturut-turut .
b. Proses likuidasi, merger, konsolidasi, penggabungan, reorganisasi,
rekonstruksi atau privatisasi PIHAK PERTAMA, kecuali sepanjang hal itu
tidak mempengaruhi kemampuan dari perusahaan baru untuk
melaksanakan kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini.
(4) Pada saat terjadinya kegagalan PIHAK PERTAMA, sebagaimana dimaksud pada
ayat 3, prosedur berikut ini harus diikuti oleh PIHAK PERTAMA :
a. PIHAK KEDUA dapat memberikan Surat Peringatan kepada PIHAK
PERTAMA atas terjadinya Kegagalan PIHAK PERTAMA (Surat Peringatan
Perbaikan).
PASAL 20
PIHAK KEDUA wajib membayar pajak sesuai dengan undang-undang dan peraturan-
peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang
berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana
dimaksud dalam PERJANJIAN ini.
PASAL 21
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
(1) PIHAK KEDUA wajib memenuhi baku mutu lingkungan serta melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai ketentuan Lampiran F Perjanjian
ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) PIHAK KEDUA wajib melaporkan secara berkala, berkaitan kondisi lingkungan
sejak pembangunan PEMBANGKIT dimulai, saat KOMISIONING dan selama
pengoperasian PEMBANGKIT kepada Ditjen Ketenagalistrikan atau Pejabat
Pemerintah yang berwenang dan PIHAK PERTAMA.
Terkait dengan pelaksanaan pekerjaan dalam perjanjian ini Pihak Kedua wajib untuk
memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan Kerja sebagai berikut :
(1) PIHAK KEDUA wajib mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan PIHAK PERTAMA;
(2) PIHAK KEDUA wajib memiliki dan menerapkan standar operasional prosedur
(SOP) dan Instruksi Kerja (IK) pekerjaan ;
(3) Seluruh SOP/IK dan tempat/lokasi bekerja harus melalui proses indentifikasi
bahaya dan pengendalian resiko terlebih dahulu, Tabel Indentifikasi Bahaya dan
Pengendalian Resiko atau disingkat HIRAC (Hazard Indentification Risk
Assesment Control) dijadikan sebagai lampiran kontrak;
(4) Sesuai hasil HIRAC, apabila pekerjaan dan atau tempat kerja didapati berpotensi
bahaya tinggi, sangat tinggi, fatal dan seterusnya wajib mengisi Job Safety Analyst
(JSA) dan Working Permit (ijin kerja);
(5) Menyiapkan APD secara lengkap dan layak;
(6) Peralatan kerja maupun peralatan proteksi harus lengkap dan aman;
(7) Petugas tenaga teknik PIHAK KEDUA wajib memiliki sertifikat
pelatihan/kompetensi;
(8) Untuk pekerja dan area kerja beresiko tinggi wajib menggunakan menerapkan
buddy sistem (tidak boleh bekerja atau masuk area kerja seorang diri);
(9) Wajib menerapkan BPJS Ketenagakerjaan;
(10) Wajib menggunakan sistem lock out dan tag out pada pekerjaan beresiko tinggi;
(11) Apabila terjadi kecelakaan kerja (terbukti akibat gagalnya sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja) maka mitra kerja bertanggung jawab secara
penuh dan segala kerugian ditanggung oleh mitra kerja.
PASAL 23
(1) Bahasa yang digunakan dalam PERJANJIAN ini adalah Bahasa Indonesia, dalam
hal diperlukan untuk kepentingan pembiayaan/pendanaan PIHAK KEDUA dengan
(2) PERJANJIAN ini, penafsiran dan pelaksanaan serta segala akibat yang
ditimbulkannya diatur, tunduk dan berada di bawah Ketentuan Hukum Republik
Indonesia.
PASAL 24
PERUBAHAN-PERUBAHAN
(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam PERJANJIAN ini hanya
dapat dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini setelah disepakati,
dibuat dalam suatu Addendum / Amandemen atau bentuk tertulis lainnya yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari PERJANJIAN ini
PASAL 25
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila timbul perselisihan di antara PARA PIHAK yang berkaitan dengan
pelaksanaan PERJANJIAN ini, maka PIHAK yang mengakui adanya perselisihan
tersebut akan memberitahukan secara tertulis tentang adanya perselisihan tersebut
kepada PIHAK lainnya dan PARA PIHAK akan berusaha menyelesaikan
perselisihan tersebut secara musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) HARI
KALENDER sejak pemberitahuan tersebut.
(2) Apabila jangka waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
telah berakhir dan perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah
mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut melalui melalui Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI) berkedudukan di Jakarta yang putusannya adalah final
dan mengikat.
PASAL 26
KERAHASIAAN
PASAL 27
PIHAK PERTAMA
Email : plns2jb@pln.co.id
PIHAK KEDUA
Jabatan : Direktur
Telepon : 021-29613918
Facsimile : 021-29613809
Email : sahungbrantas@gmail.com
(2) Perubahan wakil dan alamat PARA PIHAK tersebut di atas dapat dilakukan dengan
pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada PIHAK lainnya.
PASAL 28
LAIN LAIN
PENUTUP