LAPORAN
PRAKTIKUM ASPAL
Dibuat :
Kelompok : 7
Lembar Pengesahan
Laporan Praktikum Aspal
Dibuat Oleh,
Kelompok : 7
Ketua
Jurusan,
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2008
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan Praktikum Beton ini ialah sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat Strata I ( S1 ). Pada
Fakultas Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.
Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua rekan rekan
seangkatan yang telah membantu hingga menyelesaikan tugas laporan
ini.
Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang sangat banyak membantu sehingga terlaksananya penyusunan
tugas Praktikum Beton ini
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
KATA PENGANTAR v
BAB. I
Pendahuluan 5
BAB. II
Pemeriksaan Aspal 7
1. Rancangan Campuran Aspal Panas
A. Maksud
B. Peralatan
C. Prosedur
BAB. III
Rancangan Campuran Aspal AC 14
3.1. Pengertian
Lembar Asistensi
Praktikum : Aspal
Kelompok :7
Samarinda, 2008
Instruktur
Laboratorium
Lembar Asistensi
Praktikum : Aspal
Kelompok :7
Samarinda, 2008
Dosen Pembimbing
Laboratorium,
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat dari rangkanya jalan terdiri dari 3 bagian yaitu tanah dasar
(sub grade) sebagai tempat kedudukan, lapis pondasi dan lapis penutup
ketiganya ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, namun tetap saling
mendukung satu dengan yang lain. Tanah dasar (sub grade) yang
kurang baik akan menjadi konstruksi jalan kurang kuat, sehingga
untukmencapai kekuatan yang diinginkan harus diimbangi dengan
lapisan pondasi yang lebih baik dan lebih kuat, demikian pula halnya
dengan lapisan pondasi yang sudah baik dan kuat kalau tidak rata
mudah tergenang air, air yang terus menerus menggenang akan
mempercepat rusaknya suatu konstruksi jalan. Agar awet konstruksi
jalan harus diberi lapisan penutup.
BAB II
PEMERIKSAAN ASPAL
A. MAKSUD :
Membuat campuran antara aspal dan agregat pada suhu
pencampuran tertentu sehingga dapat dicapai perlekatan aspal
yang merata terhadap semua gradasi agregat, pemadatan yang
baik dan kemudian dianalisa stabilitasnya.
B. PERALATAN :
Kompor pemanas 2 (dua) buah.
Penggorengan (kuali).
Pengaduk.
Spatulla.
Sendok.
Timbangan.
C. PROSEDUR :
1. Timbang agregat sesuai dengan berat masing-masing gradasinya
(lihat tabel), sehingga total 1.200 gram.
2. Panaskan agregat dan aspal secara bersamaan sampai suhu 160C.
3. Timbang alat penggorengan aspal.
B. PERALATAN :
Collar.
Beban pemadat.
Alat Compactor Test.
Ekstruder (alat pengeluar contoh).
Mold.
C. PROSEDUR :
1. Tempatkan alat compactor test pada tempat yang kokoh.
2. Pasanglah mold beserta collar diatas landasan, lapisi bagian atas dan
bawah mold dengan kertas saring.
3. Pasanglah beban pemadat dan kokohkan dengan penjepit.
4. Aturlah caonter sehingga menunjukkan angka 50, yang berarti
berhenti pada tumbukan 50 kali.
5. Putar tombol sehingga alat compactor jalan dan alat tersebut
berhenti pada jumlah tumbukan 50 kali.
6. Buka kembali alat pemadat dan kalikan moldnya.
7. Atur kembali counter sehingga menunjukkan angka 50.
8. Lakukan pemadatan seperti diatas.
9. Rendam mold yang berisi benda uji sehingga dingin dan keluarkan
dengan.
10. Setiap briket beri tanda sesuai dengan urutan persen aspal.
3. Marshall Test.
A. MAKSUD :
Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari campuran.
B. PERALATAN :
Mesin tekan marshall.
Kepala penekan.
Dial indikator (skala flow).
Manometer hydrolic (skala stabilitas).
Water bath.
C. PROSEDUR :
1. Masukkan benda uji kedalam water bath yang telah ditahan
panasnya 60C, selama 30 menit.
2. Pasanglah benda uji (briket) pada kepala penekan.
3. Pasanglah dial indikator pada flow meter.
4. Dapatkan piston penetrasi dengan jalan menghidupkan mesin tekan
Marshall (posisi saklar up).
5. Aturlah dial indikator dan manometer hydrolic ke posisi Nol.
6. Putarlah saklar ke posisi up sehingga proses penekanan
berlangsung. Perhatikan dengan seksama manometer hydrolic bila
perlawanan benda uji hilang, maka akan berbalik arah dan sebutlah
angkanya sebelum jarum turun, begitu juga dengan dial indikator.
7. Matikan alat dan putarkan keposisi down.
8. Keluarkan kepala penekan dan bersihkan untuk pengujian
selanjutnya.
B. PERALATAN :
Kaleng untuk contoh.
Spatula.
Bor tangan (spiral).
Kompor gas.
Pisau.
Sendok semen.
Sarung tangan.
C. PROSEDUR :
1. Buka tutup drum kemudian masukkan bor tangan kira - kira 2 cm.
2. Penahan pisau dan spatula.
3. Ambil pisau dan spatula yang sudah dipanaskan lalu tusukkan ke
dalam aspal sambil ditekan dan diputar mengelilingi bor tangan yang
diborkan pada aspal.
4. Buang permukaan aspal kira - kira 7 cm dari permukaan aspal.
5. Ambil bahan uji dengan memutar bor tangan supaya aspal / bahan
uji nempel di bor tangan.
6. Masukkan bahan uji ke dalam kaleng yang sudah disiapkan.
B. PERALATAN :
Alat penetrasi.
Pemegang jarum.
Pemberat.
Jarum penetrasi.
Tin Box.
Bak perendam (water bath).
Tempat air dengan volume 350 m3.
Termometer.
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :
2. Tuangkan contoh kedalam Tin Box dan tutup agar contoh tidak
terkontaminasi, diamkan selama 1 - 1,5 jam pada tempat air dalam
water bath pada suhu 15 - 30 C.
B. PERALATAN :
- Picnometer. - Bejana.
- Thermometer. - Air.
- Water bath. - Kapas
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN :
1. Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk.
2. Bersihkan dan keringkan picnometer timbang dengan ketelitian
1 mg = A gram.
Contoh uji yang sudah siap dituangkan dalam picnometer sampai
terisi .. dinginkan sampai suhu ruang 25C / rendam dalam
bejana setelah dingin timbang = 3 gram.
3. Isi picnometer dengan air sampai batas tutup picnometer dan
timbang dengan ketelitian 1 mg = 3 gram.
(t-A)
B =
(B-A)-(B-t)
KESIMPULAN
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik didalam pengujian harus
dilaksanakan dengan teliti dan menggunakan contoh yang lebih dari
satu.
BAB III
RANCANGAN CAMPURAN
ASPAL HRS
3.1. PENGERTIAN
Jika agregat dicampur dengan aspal maka :
Partikel - partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh
aspal.
1. Rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara.
2. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.
3. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar
aspal yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel
agregat.
Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi empat syarat
yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas, dan tahanan geser, tetapi
jika memakai gradasi rapat (densegraded) akan menghasilkan
kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik,
tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan
kelenturan (fleksibilitas) yang kurang baik dan akibat tambahan
pemadatan dari beban lintas berulang serta aspalyang mencair
akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang
kecil.
Sebaliknya jika menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh
kelenturan yang baik tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan lapisan pengikat antar butir
Teknik sipil Untag Samarinda
PRAKTIKUM ASPAL
SPESIFIKASI CAMPURAN
Dari bab-bab sebelum ini terlihat bahwa sifat campuran sangat
ditentukan dari gradasi aggregat,kapal aspal total dan kadar aspal
efektif,VIM,VMA,dan sifat bahan mentah sendiri variasi dari hal
tersebut diatas akan menghasilkan kualitas dan keseragaman
campuran yang berbeda -beda .Untuk itu agagr dapat memenuhi
kualitas dan keseragaman jenis lapisan yang telah dipilih dalam
perencanaan perlu dibuatkan spesipikasi campuran yang menjadi dasar
pelaksanaan dilapangan .Dengan spesipikasi itu diharapkan dapat
diperoleh sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan keawetan
yang diharapkan.
Spesifikasi campuran berbeda-beda, dipengaruhi oleh :
Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh metode apa
yang dipergunakan.
Ekspresi gradasi aggregat, yang dinyatakan dalam nomor
saringan. Nomor-nomor saringan mana saja yang dipergunakan
dalam spesifikasi.
Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap berat
campuran seluruhnya.
Komposisi dari campuran, meliputi aggregat dengan gradasi yang
bagaimana yang akan dipergunakan.
Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai
stabilitas, flow, VIM, VMA, tebal film aspal.
Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara
AASHTO T164. Setelah konsentrasi bahan aspal yang terekstraksi
mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus
dipindahkan kedalam suatu sentrifugal.
1. PEMAKAIAN ASPALT 6 %
6 % x 1200 = 72
Agregat = 1200 - 72 = 1128 gram
Coarse agregat = 31 % x 1128 = 349,7 gram
Medium Agregat = 14 % x 1128 = 157,92 gram
Fine Agregat = 18 % x 1128 = 203,04 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1128 = 417,36 gram
3. PEMAKAIAN ASPALT 7 %
7 % X 1200 = 84
Agregat = 1200 84 = 1116 gram
Coarse agregat = 31 % x 1116 = 345,96 gram
Medium Agregat = 14 % x 1116 = 156,24 gram
Fine Agregat = 18 % x 1116 = 200,88 gram
Pasir / Filler = 37 % x 1116 = 412,92 gram
5. PEMAKAIAN ASPALT 8 %
8 % x 1200 = 96
Agregat = 1200 96 = 1104 gram
3.3.2. PERALATAN
Mesin Los Angeles
Timbangan dengan ketelitian satu gram
Bola-bola baja
Oven yang dilengkapi pengatur suhu
Ayakan nomor 12 dan ayakan lainnya seperti pada tabel
Talam, dll.
3.3.3. BAHAN
Aggregat yang tertahan pada ayakan seperti pada tabel
Benda uji dicuci dan dikeringkan dalam oven
Tentukan berat benda uji sesuau tabel, kemidian campurkan.
A
Dimana : A = berat benda uji semula
B = berat benda uji saringan no. 12
Gradiasi 4
Saringan I
(a) (b)
Lewat Tertahan Berat Berat
Sebelu Ses
m uda
h
3.4.1. TUJUAN
3.4.2. PERALATAN
Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
Satu set saringan dengan ukuran 76,2 mm (3), 63,55 mm (2,5), 50,8
mm (2), 37,5 mm (1,5), 2,5 mm (1), 19,1 mm (3/4), 12,5 mm (1/2),
9,5 mm (3/8), no. 4 ; no. 8; no; 16, no ; 30, no ; 50, no ; 100, no ; 200
(standart ASTM).
Oven yang dilengkapi pengukur suhu untu memanasi sampai (100 5
%).
Alat pemisah contoh (sampler spliter).
Mesin penggetar saringan.
Talam-talam
Kwas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
3.4.3. BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat sebanyak
Agregat halus
1. Ukuran maximum no. 4 ; berat minimum 500 gram.
2. Ukuran maximum no. 8 ; berat minimum 100 gram.
Agregat kasar
1. Ukuran maximum no. 3,5 ; berat minimum 35 kg
2. Ukuran maximum no. 3,0 ; berat minimum 30 kg
3. Ukuran maximum no. 2,3 ; berat minimum 23 kg
4. Ukuran maximum no. 1,5 ; berat minimum 15 kg
5. Ukuran maximum no. 1,0 ; berat minimum 10 kg
6. Ukuran maximum no. 3/4 ; berat minimum 5 kg
7. Ukuran maximum no. 1/2 ; berat minimum 2,5 kg
8. Ukuran maximum no. 3/8 ; berat minimum 1 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan
3.4.5. PERHITUNGAN
Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing
- masing saringan terhadap berat total benda uji.
3.4.6. LAPORAN
Jumlah prosentasi melalui masing-masing saringan atau
jumlah prosentase diatas masing - masing saringan dalam
bilangan bulat.
Grafik akumulatf.
3.5.1. TUJUAN
Menentukan bulk dan apparent specific grafities dan
absorption dari agregat kasar menurut ASTM C 127 guna
menentukan volume agregat dalam beton.
3.5.2. PERALATAN
Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5 kg
Keranjang besi dengan diameter 8 dan tinggi 2,5
Alat penggantung keranjang
3.5.3. BAHAN
Benda uji direndam 24 jam
Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaannya
habis, tetapi harus masih tanpa lembab ( kondisi SSD )
Benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali dalam
air. Temperatur air 73,4 3F dan ditimbang. Setelah ditimbang
container diisi benda uji, digoyang-goyang dalam air untuk
melepaskan udara yang terperangkap.
Benda uji dikeringkan pada temperatur 212 - 130F, didinginkan
dan ditimbang.
3.5.4. PERHITUNGAN
A
Bulk Specific Gravity =
(B C)
B
Bulk Specific Gravity (SSD) =
BC
A
Apparent Specific Gravity =
AC
BA
Prosentase Absorpsi = x 100%
A
3.6.1. TUJUAN
Menentukan bulk dan apparent specific-Gravity dan
absorpsi dari aggregat halus menurut ASTM C 128 guna
menentukan volume aggregat halus dalam beton.
3.6.2. PERALATAN
Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram kapasitas minimum 1 kg
Picnometer kapasitas 500 gram
Cetakan kerucut pasir
Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir.
3.6.3. BAHAN
1000 gram aggregat halus yang didapat dari alat pemisah atau
cara perempat.
3.6.5. PERHITUNGAN
A
Apperant Specific Gravity =
A+DC
A
Bulk Specific Gravity (dry) =
B+DC
B
Bulk Specific Gravity (SSD) =
B+DC
BA
Absorpsi = x 100 %
A
Dimana :
A = berat benda uji kering ( gram )
B = berat dari benda uji dalam kondisi SSD ( gram )
C = berat picnometer + contoh SSD + air (gram )
D = berat picnometer + air ( gram )
3.6.6. LAPORAN
Apperant Specific, Bulk Specific Gravity (dry), Bulk Specific
Gravity (SSD), dan Persentase Absorp
3.7.2. PERALATAN
Kaleng untuk contoh
Spatula
Boor tangan
Kompor gas
Pisau
Sendok semen
Sarung tangan
3.8.1. MAKSUD
3.8.2. PERALATAN
> Alat penetrasi > Tin box
> Pemegang jarum > Bak Perendam
> Pemberat > Tempat air dengan volume 350 m3
> Jarum penetrasi > Termometer
3.9.1. MAKSUD
Untuk mengetahui temperatur / suhu pada saat dimana aspal
mulai menjadi lunak. Titik lembek aspal tidaklah sama pada
setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai
penetrasi yang sama.
3.9.2. PERALATAN
> Cincin kuningan > Pembakar bunsen > Statif Plat
> Alat pengarah bola baja > Dudukan benda uji
> Bola baja >Tabung gas
> Termometer >Asbes
3.10.1. MAKSUD
3.10.2. PERALATAN
Cawan cleveland
Termometer
Plat pemanas
Pemanas bunsen
Pematik api
Statif
3.11.2. PERALATAN
Oven yang dilengkapi dengan piring diameter 25 cm tergantung
melalui poros vertical yang dapat berputar dengan kecepatan 5-6
putaran/ menit.
Timbangan dengan ketelitian 0,2 gram.
Cawan.
3.11.4. PERHITUNGAN
Berat sebelum pemanasan
Prosentase kehilangan berat = x 100%
Berat setelah pemanasan
3.12.2 PERALATAN
> Picnometer > Bejana > Water Bath
> Termometer > Air > Kapas
3.12.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Panaskan contoh uji sampai cair dan aduk