Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS PERBANDINGAN METODE HANDHELD, RTK DAN TOTAL STATION DALAM

PENGHITUNGAN HAULING DISTANCE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN


(STUDI KASUS : PT ARUTMIN INDONESIA-TAMBANG KINTAP, KALIMANTAN SELATAN)


Laporan Kerja Praktik
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah wajib Kerja Praktik GD 4091


Oleh:
MEI KARIMA
15110095









PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
i

LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Kerja Praktik
ANALISIS PERBANDINGAN METODE HANDHELD, RTK DAN TOTAL STATION DALAM
PENGHITUNGAN HAULING DISTANCE PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
Adalah benar dibuat saya sendiri dan belum pernah dibuat dan diserahkan sebelumnya,
baik oleh saya ataupun orang lain, baik di ITB maupun di institusi pendidikan lainnya.

Kintap, Juli 2013







Diperiksa dan disetujui oleh









Disahkan oleh:
Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung



Dr.Ir. Kosasih Prijatna, M.Sc.
NIP 19600702 198810 1 001
Pembimbing I

Dr. Heri Andreas, S.T., M.T.
NIP 19760515 200812 1 002



Pembimbing II

Fandi Oktiawan S.T.
Geodetic Departement
PT ARUTMIN INDONESIA



Mei Karima
NIM 15110095



ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT Arutmin Indonesia
Tambang Kintap. Selain untuk mencari pengalaman kerja dan mengaplikasikan ilmu-
ilmu yang didapat selama masa perkuliahan yang telah berlangsung, kerja praktek
ini merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam Program Studi Teknik Geodesi
dan Geomatika Institut Teknologi Bandung.
Tema kerja praktek yang penulis lakukan adalah Analisis Perbandingan Metode
Pengukuran Handheld, RTK dan Total Station dalam Penghitungan Hauling Distance
pada Perusahaan Pertambangan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada berbagai
pihak dan kalangan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kerja praktik
dan penyusunan laporan kerja praktik pada PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap
ini.
1. Orangtua penulis. Dengan doa dan dukungan mereka, penulis dapat
melaksanakan kerja praktik pada PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap;
2. Bapak Kosasih Prijatna (Pak Piping), selaku Kaprodi Teknik Geodesi dan
Geomatika ITB;
3. Bapak Heri Andreas selaku dosen pembimbing kerja praktik serta dosen wali
penulis di Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB;
4. Bpk Joko Wintolo, selaku Kepala Teknik Tambang ( KTT ) PT Arutmin Indonesia
Tambang Kintap yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan kerja
praktik;
5. Bpk Dedi Heriyanto, selaku SUPT PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap yang
telah mengizinkan saya untuk melaksanakan kerja praktek;
6. Mas Fandi Oktiawan, selaku Supervisor Geodetic PT Arutmin Indonesia
Tambang Kintap dan senior yang selalu membantu dan membimbing saya
dalam melaksanakan kerja praktik;
iii

7. Kak Zenezky Sanriszandy ( Icas ), selaku pembimbing dan senior penulis di PT
Arutmin Indonesia Tambang Kintap yang selalu membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan serta presentasi dengan memberikan masukan-
masukannya;
8. Teman-teman surveyor PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap (Pak Jayadi,
Mas Noviar, Mas Yani, Mas Dedi, Mas Samingan, Mas Yahmi, Mas Slamet, Mas
Yadi, Mas Aan, Bang Ozi, Bang Nur, dan Pak Utuh) dimana mereka lah yang
membantu penulis dalam pengambilan dan pengolahan data selama kerja
praktik;
9. Pujangga Putra Kartono, yang selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi
dari Jakarta kepada penulis selama kerja praktik berlangsung;
10. Seluruh karyawan di PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap khususnya
Departemen Engineering yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Teman-teman penulis, terutama teman-teman Ikatan Mahasiswa Geodesi
(IMG) 2010 yang selalu memberikan dukungan kepada penulis;
12. Rahman Adhitiaputra ( IMG 2009 ) yang telah banyak memberikan masukan
dalam proses pengerjaan laporan kerja praktik;
13. Mohammad Iqbal Septian Romaz, selaku teman dari Teknik Mesin ITB 2010
yang juga melaksanakan kerja praktik di PT Arutmin Indonesia-Tambang
Kintap bersama penulis;
14. Dan kepada pihak-pihak lain yang saya tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan dan menyusun laporan
kerja praktik ini.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat bermanfaat baik kepada penulis, PT
Arutmin Indonesia Tambang Kintap, serta pihak-pihak yang membacanya. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Kintap, Juli 2013


Penulis
iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Kedudukan Peserta ........................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Kerja Praktek ....................................................................................... 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................2
1.4.2 Untuk Perusahaan.........................3
1.5 Jadwal Kegiatan ............................................................................................... 3
1.6 Aspek Manfaat ................................................................................................. 3
1.7 Metodologi Penelitian ..................................................................................... .4

BAB 2
PT ARUTMIN INDONESIA
2.1 Profil Perusahaan ............................................................................................ .6
2.1.1 Profil PT Arutmin Indonesia...........................6
2.1.2 Lokasi Operasional.........................7
2.2 Profil PT Arutmin Indonesia-Tambang Kintap ............................................ .10

BAB 3
PEKERJAAN SURVEI
3.1 Gambaran Umum Operasi Pertambangan ..................................................... .13
3.2 Peran Survei di Pertambangan ....................................................................... 14
v

3.2.1 Aktifitas Survei.......13
BAB 4
PEMBAHASAN MATERI KERJA PRAKTIK
4.1 Pengenalan Materi Kerja Praktik ................................................................... 16
4.1.1 Metode GPS Handheld................17
4.1.2 Metode GPS RTK.......................19
4.1.3 Metode Terrestris Total Station23
4.2 Proses Pelaksanaan Kerja Praktik ............................................................. .29
4.2.1 Pengukuran dan Pengolahan Data ........................................................... ...32
4.3 Analisis...38
4.3.1 Metode GPS Handheld...42
4.3.2 Metode GPS Real Time Kinematik (RTK).........................46
4.3.3 Metode Terrestris Total Station.....48
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 51
5.2 Saran ............................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 54

LAMPIRAN

L-1....... ..................................................................................................................... Data ETS
L-2 .. .................................................................................................................... Data RTK
L-3 ............................................................... Hasil Pengolahan Data pada Minescape
L-4... .................................................................. Siklus Kegiatan Operasi Pertambangan
L-5... ............................................................................................................. Foto Kegiatan

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian ............................................................. 5
Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Arutmin Indonesia ..................................... 6
Gambar 2.2 Lokasi Tambang Kintap ......................................................................... 10
Gambar 2.3 Struktur Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia ................... 11
Gambar 4.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS..18
Gambar 4.2 Metode Absolute Positioning ................................................................ 18
Gambar 4.3 Prinsip Penentuan Posisi dengan GPS ................................................... 19
Gambar 4.4 Differential Positioning .......................................................................... 20
Gambar 4.5 Base PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap ........................................ 21
Gambar 4.6 Rover...21
Gambar 4.7 Penghubung antara base station dengan rover .................................... 22
Gambar 4.8 Trimble GNSS R7..23
Gambar 4.9 Ilustrasi Pengukuran dengan menggunakan Total Station.25
Gambar 4.10 Perhitungan Koordinat..26
Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran32
Gambar 4.12 Pemasangan Patok.....33
Gambar 4.13 Hasil Plotting titik untuk metode GPS Handheld Jarak Datar...35
Gambar 4.14 Hasil Koordinat pada RTK Trimble GNSS R7..................38
Gambar 4.15 Hasil Plotting dengan Metode GPS RTK38
Gambar 4.16 Sketsa Jalur Hauling Distance Metode Total Station..41
Gambar 4.17 Hasil Plotting untuk Metode Total Station....41
Gambar 5.1 Contoh Penginstalan Receiver GPS RTK pada kendaraan53





1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam mencapai tujuan pendidikan yang utuh di perguruan tinggi, mahasiswa
memerlukan adanya pengetahuan tentang aplikasi dari ilmu yang didapat selama
proses perkuliahan. Pengetahuan tentang aplikasi tersebut dapat melengkapi ilmu
yang didapat selama berada di bangku kuliah. Pengetahuan ini dapat menjadi suatu
bahan pembanding antara ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dengan
pengaplikasiannya di lapangan.
Sektor pertambangan membutuhkan investasi yang besar sehingga harus benar-
benar terorganisir dengan baik dari tahapan eksplorasi hingga sampai eksploitasi
harus berjalan lancar dan membutuhkan perhitungan yang efektif dan efisien. Salah
satu bagian kegiatan pada pertambangan batubara yaitu penentuan jarak angkut
tanah (overburden) yang diangkut ke area pembuangan tanah (disposal) dan jarak
angkut batubara ke area stockpile penimbunan batubara. Pada tambang Kintap,
kegiatan ini biasanya dilakukan oleh pihak kontraktor PT Arutmin Indonesia yaitu PT
PAMA Persada. Namun terkadang perhitungan jarak angkut ini juga dilakukan
bersama-sama dengan istilah joint survey yang dilakukan oleh kedua pihak baik
owner ( PT Arutmin Indonesia ) maupun kontraktor ( PT PAMA Persada Nusantara).
Kegiatan ini diperlukan sebagai salah satu bentuk kontrol pembanding dalam
pengukuran jarak angkut karena hal ini dapat berpengaruh pada faktor biaya
produksi dan transportasi yang harus dikeluarkan oleh owner kepada kontraktor
apabila jarak angkut yang dilakukan lebih besar dari yang telah disepakati bersama.
Di samping itu, pengukuran hauling distance juga mampu untuk mengetahui
besarnya penurunan elevasi tanah setiap hari pada excavator yang sedang
beroperasi sehingga mencegah terjadinya suatu overcut dimana desain yang telah
ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan keadaan di lapangan dan apabila terjadi
suatu overcut maka akan berakibat pada penagihan sehingga overcut tidak akan
dibayar. Oleh karena itu, kegiatan survey untuk pengukuran hauling distance
maupun coal distance sangat dibutuhkan seperti misalnya pengambilan data
2

koordinat di area disposal, stockpile maupun front loading pada masing-masing
excavator yang beroperasi dalam pemuatan tanah dan batubara.

1.2 Kedudukan Peserta
Pada kegiatan kerja praktek ini peserta diberi kesempatan mengikuti kegiatan yang
berhubungan dengan keprofesian Geodesi dan Geomatika terutama dalam kegiatan
penerapan aplikasi Surveying pada perusahaan penambangan batu bara PT Arutmin
Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkung yang digunakan oleh penulis pada kerja praktik kali ini adalah
daerah pertambangan milik PT Arutmin Indonesia yang terletak di kawasan Kintap,
Banjarmasin Kalimantan Selatan. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah
terbatas pada area PIT 1 yang merupakan daerah kontrak kerja dengan PT Arutmin
Indonesia dengan tim kontraktor PT Pama Persada. Bahasan pada kerja praktik kali
ini hanya terbatas pada penghitungan jarak angkut (hauling distance) yang
dilakukan oleh excavator ke dumping point dengan mengambil 3 titik sampel
penelitian.

1.4 Jadwal Kegiatan
Dalam kerja praktek ini, peserta tidak diberikan jadwal spesifik mengenai waktu dan
bentuk kegiatan perharinya oleh supervisor perusahaan, melainkan peserta
sendirilah yang mengatur program apa saja yang akan dilakukan selama kerja
praktek berlangsung disana mulai dari kegiatan pengukuran yang memuat jumlah
personel tim survey, lokasi survey, alokasi waktu, begitu juga untuk pengolahan
data hingga sampai pada penyusunan laporan. Pihak perusahaan hanya mensupport
keperluan apa saja yang peserta butuhkan luntuk mendukung program yang telah
dibuatnya.

3

1.5 Tujuan Kerja Praktik
1.5.1 Untuk Mahasiswa
Tujuan kerja praktek yang untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pelaksanaan dari mata kuliah wajib GD-4091 Kerja Praktik.
2. Mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
3. Mendapatkan pengalaman kerja nyata dari dunia kerja langsung sekaligus
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang sesungguhnya,
khususnya dalam bidang dunia pertambangan.
4. Mengetahui berbagai kegiatan baik survei maupun pengolahan data yang
dilakukan oleh bagian survei geodesi di PT Arutmin Indonesia.

1.5.2 Untuk Perusahaan
Adapun tujuan kerja praktek ini bagi perusahaan adalah:
1. Memberikan informasi suatu jarak angkut lapisan tanah penutup ke area
pembuangan overburden (disposal).
2. Memberikan suatu alternative bagi perusahaan dalam menggunakan metode
pengukuran yang paling tepat untuk diterapkan pada perhitungan jarak
angkut ( hauling distance )
3. Sebagai salah satu sarana pertimbangan bagi perusahaan dalam hal penilaian
kualitas mahasiswa yang pada akhirnya berhubungan pada penerimaan
tenaga kerja baru yang fresh graduate.

1.6 Aspek Manfaat
Manfaat dari penulisan kerja praktik kali ini adalah untuk memberikan alternative
metode penghitungan hauling distance yang menguntungkan bagi PT Arutmin
Indonesia selaku owner baik dari segi finansial sehingga mampu meminimalisasi
cost production maupun waktu pegerjaan yang lebih produktif.


4

1.7 Metodologi Penelitian
Tahapan awal pada pengerjaan Tugas Kerja Praktik adalah perencanaan, pada tahap
perencanaan dilakukan pencarian tema serta judul dari Tugas Kerja Praktik.
Kemudian dilanjutkan dengan mencari dan mempelajari referensi-referensi yang
berkaitan dengan Tugas Kerja Praktik pada tahapan studi referensi. Informasi yang
diperoleh dari studi referensi digunakan pada tahap persiapan, dimana dicari latar
belakang masalah yang ada yaitu tentang daerah studi kasus yang akan diteliti dan
juga peran disiplin ilmu geodesi dalam pekerjaan surveying pengukuran jarak
angkut dengan menggunakan beberapa metode pengukuran.Tugas Kerja Praktik ini
kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data pengukuran dari
masing-masing metode. Di dalam survei ini terdapat pengambilan data yang berasal
dari metode absolute GPS Handheld, metode differensial GPS RTK dan metode
terrestris Total Station. Data pendukung lainnya yang langsung didapatkan di
antaranya adalah data pengukuran topografi yang berasal dari kontraktor PT PAMA
Persada Nusantara. Pada metode absolute GPS Handheld, data yang didapatkan
terdiri dari dua macam yaitu data jarak odometer yang langsung dapat diketahui di
tempat dan data koordinat X,Y hasil tracking. Sedangkan pada metode differensial
GPS RTK dan metode terrestris Total Station hanya didapatkan data koordinat X,Y
dan Z. Data-data yang berupa koordinat inilah nantinya yang akan diproses
menggunakan software MInescape untuk mendapatkan hasil jaraknya. Kemudian
hasil jarak tersebut diperiksa dan dibandingkan satu sama lain serta di analisis dari
berbagai aspek untuk menentukan metode mana yang paling ideal untuk digunakan
dalam pengukuran jarak angkut. Metode penilitian disajikan pada gambar berikut :








5

























Gambar 1.1 Diagram Metodologi Penelitian




6

BAB 2
PT ARUTMIN INDONESIA

2.1 Profil Perusahaan
2.1.1 Profil PT Arutmin Indonesia
PT Arutmin Indonesia merupakan salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor
batubara terbesar di Indonesia. PT Arutmin pertama kali menandatangani kontrak
penambangan batubara dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 dan
merupakan perusahan swasta penghasil batubara terlama di Indonesia. Perusahaan
ini mengoperasikan 5 tambang batubara yakni Senakin, Satui, Batulicin, Asam
asam dan Kintap serta terminal ekspor batubara yang bertaraf Internasional.
Senakin, Satui dan Batulicin memiliki kandungan bituminous bertaraf dunia dan
Kintap, Mulia dan Asam asam memiliki kandungan subbituminous yang sangat
memadai.














Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Arutmin Indonesia.


7

2.1.2 Lokasi Operasional
PT Arutmin beroperasi di area konsesi yang dekenal dengan Blok 6 Kalimantan. Blok
6 mencakup sejumlah area sempit di bagian timur laut pulau Kalimantan ditambah
dengan bagian utara pulau tetangga, yaitu Pulau Laut. Blok 6 terletak di provinsi
Kalimantan Selatan yang mencakup sampai 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah
Laut, Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu.Pada bulan Desember
1990, PT Arutmin melepas kembali 94% areal konsesi awal kepada Pemerintah
Indonesia.

a. Asam-asam
Persediaan batubara di Mulia dan Asam-asam, membentuk kelanjutan tenggara dari
tambang Satui, mengakses ke Pembentukan Warukin dari jaman Miocene.Dengan
kandungan belerang dan abu yang sangat rendah, batubara jenis sub-bituminous
menghasilkan pembakaran bersih sehingga dikategorikan sebagai ramah
lingkungan. Areal kandungan batubara tambang Mulia dan Asam-asam adalah
sepanjang 65 km, yang terdiri dari Mulia; sebelah barat dan utara Asam-asam, Blok
C dan kandungan batubara di Jumbang. Tambang Mulia dan Asam-asam memiliki
kelebihan di bidang produksi, yaitu rasio landasan yang rendah, lapisan batubara
yang tebal dan akses ke fasilitas transportasi dan tongkang di tambang Satui.
Batubara yang berasal dari tambang Mulia dan Asam-asam harus di hancurkan, tapi
tidak perlu di cuci.

b. Batulicin
Areal sewa jangka panjang Batulicin dibagi menjadi Ata, Mereh, Saring, Mangkalapi
yang berlokasi dibagian timur Blok 6, sekitar 50 kilometer kearah utara Batulicin,
Kalimantan Selatan.
Batubara tambang Ata memiliki kandungan abu yang rendah, belerang dan CV yang
tinggi, batubara tambang Mereh & Saring memiliki kandungan abu yang tinggi,
belerang dan CV yang rendah. Dengan karakteristik yang berbeda pada dua lokasi
ini, batubara dari area ini harus di operasikan sebagai unit terpisah. Batubara
8

tambang Ata harus dicampur dengan batubara dari tambang Mereh dan Saring
serta dicuci guna meningkatkan daya jual produk akhir batubara tersebut.

c. Mulia
Mulia merupakan bagian dari Asam-asam yang termasuk dalam DU 322.Dari lokasi
Mulia menghasilkan batubara ecocoal yang berkualitas dan banyak digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga uap di dalam negeri.

d. Satui
Tambang Satui terletak disebelah selatan dan barat tambang Senakin di terusan
bagian bawah dari Tanjung Pembentukan, dibagian tenggara lereng pegunungan
Meratus.Daerah ini menghasilkan batubara bituminous berkualitas tinggi. Sama
seperti dengan tambang Senakin, tambang Satui terbentang sepanjang kira-kira 40
km dari timur laut sampai barat daya, sejajar dengan pesisir pantai sekitar 20 km
kepedalaman. Tambang Satui terdiri dari kandungan Karuh, Kintap, Satui dan Bukit
Baru.Lapisan batubara Satui terbagi-bagi tergantung dari kandungan abu. Batubara
Satui harus dipecah, namun karena hanya memiliki kandungan abu yang rendah,
jadi batubara tersebut tidak perlu dicuci.Batubara tambang Satui dihancurkan di
fasilitas yang terletak tidak jauh dari pelabuhan Muara Satui. Batubara tersebut
ditumpuk tersendiri agar mudah dibedakan dengan yang lain. Campuran batubara
dari tumpukan ini dapat diatur sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

e. Senakin
Tambang Senakin terletak di Tanjung Pembentukan yang berasal dari jaman Eocene
yang memiliki kualitas batubara bituminous.Tambang batubara tersebut terbentang
sepanjang 40 km dari utara ke selatan dan sejajar dengan pantai terletak sekitar 14
km kearah pedalaman. Kandungan dari tambang Sangsang dan Sepapah terletak di
bagian barat lereng dimana kandungan Senakin Timur berlokasi di bagian
timur.Kecuraman dari lereng ini memiliki sudut antara 5 sampai 15 derajat.
Untuk keperluan penambangan dan penjualan, lapisan batubara tambang Senakin
dibagi-bagi tergantung dari kandungan belerangnya di setiap tingkatan lapisannya.
9

Batubara tambang Senakin dipecah, dipisahkan dan kemudian dicuci untuk
mengurangi kandungan abunya sehingga meningkatkan nilai jualnya.Batubara
tambang Senakin Timur diproses di pabrik pencucian (yang memiliki kapasitas
sebesar 3,2 mt per tahun). Sebagian besar dari batubara tambang Senakin Barat
diproses di Pabrik Dense Media (yang berkapasitas 1,6 mt per tahun).Pabrik-pabrik
tersebut memiliki tingkat pengembalian balik sebesar 80%. Sekitar 10% dari
batubara tambang Senakin Barat di kirim langsung ke pelabuhan dimana disitu akan
baru dipecah, namun masih dalam keadaan belum tercuci dan dijual sebagai
batubara ROM.

f. North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT)
Perjalanan tongkang Senakin ke NPLCT hanya 45 km, atau sekitar 24 jam perjalanan
pulang pergi, sementara itu tongkang-tongkang Satui, Mulia, Asam-asam dan
Batulicin berlayar sejauh 130 km, atau sama dengan perjalanan selama 40 jam
pulang pergi. NPLCT memberikan kontribusi yang besar sehingga dapat menekan
beban operasional. Pelabuhan laut dalam ini terletak dekat 4 tambang Arutmin dan
didesain untuk melayani 4 tongkang sekaligus. Batubara diangkut melalui ban
berjalan. Dengan menggunakan pengangkut batubara yang berjalan diatas rel dan
memiliki jalur sepanjang kapal maka kapal-kapal tersebut tidak perlu berpindah-
pindah selama proses pemuatan. Sampai saat ini, kapasitas penerimaan muatan
batubara NPLCT dari areal pertambangan sekitar 14 mt per tahunnya. Kapasitas
pemasukan muatan kedalam kapal diperkirakan sekitar 14 mt setiap tahunnya.
Dalam satu tahun, NPLCT dapat menangani sekitar 160 kapal dan 1.700 tongkang.
Dengan NPLCT, PT Arutmin bebas menentukan sendiri jumlah ekspor yang akan
ditempuh tanpa tergantung dari fasilitas pihak luar. Walaupun demikian, beragam
pilihan jenis pengiriman lain juga tersedia. Jajaran pilihan untuk keperluan ekspor
tersebut membantu kapasitas PT Arutmin dalam meningkatkan pasokan.




10

2.1.2 Profil PT Arutmin Indonesia-Tambang Kintap











Gambar 2.2 Lokasi Tambang Kintap
a. Lokasi
PT Arutmin Indonesia tambang Kintap terletak di kecamatan Kintap Kabupaten
Tanah Laut yang merupakan wilayah perbatasan dengan Kabupaten Tanah Bumbu.

b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap di kepalai oleh seorang
Mine Manager yang langsung membawahi 4 departemen antara lain : SHE (Safety,
Healt & Environment), Administration and Land, CDEA (Community Development
And External Affairs) dan Engineering. Keempat departemen tersebut kemudian
dikepalai oleh seorang Superintendent dan di bagi lagi menjadi beberapa section
yang sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing. Untuk department
Engineering terbagi menjadi empat bagian yang masing-masingnya dipimpin oleh
satu orang supervisor. Divisi tersebut antara lain Production and Operation, Mine
Planner, Geology and Geotech dan Geodetic. Untuk Divisi Geodetic di kepalai oleh
Fandi Oktiawan sebagai supervisor yang juga merupakan alumni dari Teknik
Geodesi ITB angkatan 2003, dibantu oleh seorang geodetic engineer Zenezky
Sanrizandy ITB 2008 dan seorang drafter yaitu Jayadi serta dibantu oleh tim survey
11

yang terdiri dari tiga tim surey. Berikut adalah bagan struktur organisasi yang ada
pada department engineering :













Gambar 2.3 Struktur Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia.

c. Kesampaian Lokasi
Lokasi PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat dicapai melalui jalur darat dari
Bandar udara Syamsudin Noer Banjarmasin dengan rute perjalanan sebagai berikut:
a. Banjarmasin Kintap
Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun menggunakan
roda empat. Material jalan aspal dengan kondisi jalan cukup mulus dan melewati
jalur provinsi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan.

b. Kintap Port Kintap
Lokasi penambangan PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda empat. Biasanya untuk ke lokasi kantor
setiap karyawan akan mendapatkan shuttle untuk penjemputan dengan waktu
perjalanan 30 menit saja karena lokasi yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal
atau dengan fasilitas LV.
12

BAB 3
PEKERJAAN SURVEI

3.1 Gambaran Umum Operasi Pertambangan
Dalam dunia pertambangan terdapat istilah eksplorasi dan eksploitasi. Eksplorasi
merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang lebih rinci terhadap penemuan umum
atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi ini meliputi kegiatan mengetahui
ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan bahan galian. Eksplorasi
hanya dapat dilaksanakan atas dasar izin Kuasa Pertambangan (KP) eksplorasi.
Sedangkan eksploitasi merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan sejak awal area
KP dibuka hingga sampai pelaksanaan rehabilitasi. Untuk area penambangan Kintap,
sistem penambangan yang digunakan adalah penambangan terbuka dengan
metode stripping shovel dimana arah penggaliannya mengikuti arah batubara yang
menebal dan bernilai (seam).
Siklus pertambangan atau mining cycle merupakan tahapan proses pertambangan
yang dikerucutkan menjadi tambang batubara.
1. Persiapan
2. Pembersihan lahan (land clearing).
3. Pengupasan tanah pucuk (topsoil)
4. Pengupasan tanah penutup (overburden)
5. Penimbunan tanah penutup (backfilling)
6. Penambangan batubara
7. Pengangkutan batubara
8. Penjualan batubara
9. Pengembalian dari tempat penyimpanan sementara
10. Perataan dan rehabilitasi tanah
11. Penghijauan
Adapun tahapan selengkapnya mengenai siklus pertambangan untuk tambang
batubara dapat dilihat pada lembar Lampiran L-4.

13

3.2 Peran Survei di Pertambangan
3.2.1 Aktifitas Survei
Sub departemen survei merupakan bagian pendukung segala aspek dari awal mula
pit dibuka hingga mine out. Beberapa aktivitas survei harian yang dilakukan oleh
tim survei di tambang Kintap ini antara lain:
1. Pengambilan data harian lapisan batubara
2. Pengambilan data harian jarak angkut
3. Pemantauan Ketinggian Air
4. Pengeksekusi Desain Rencana Tambang
5. Pengukuran statik untuk penentuan lokasi benchmark
6. Pengukuran berdasarkan projek permintaan dari departemen lain.
Dalam kerja praktik kali ini, penulis membahas peran survei dalam pengambilan
data harian jarak angkut. Pengambilan data jarak angkut ini juga merupakan
kegiatan survei yang dilakukan pada setiap hari. Biasanya kegiatan survei ini
merupakan kegiatan joint survey yang artinya tim survei PT Arutmin Indonesia dan
tim survei kontraktor misalnya PT Pama Persada Nusantara bersama-sama
melakukan survei untuk menentukan jarak angkut yang di lalui oleh masing-masing
excavator ke titik penampungan (dumping point). Pelaksanaan survei ini biasa
dilakukan pada sore hari. Pengukuran untuk penghtiungan jarak angkut perlu di
lakukan setiap hari karena jarak angkut yang dilakukan oleh masing-masing
excavator yang menuju dumping point dapat berubah setiap harinya. Sehingga
perlu dilakukannya pengukuran setiap hari untuk mengetahui perubahan tersebut.
Di bagian awal perjanjian antara pihak owner dan kontraktor akan membuat sebuah
kesepakatan dalam hal penentuan jarak maksimum yang akan dilalui oleh excavator
ke dumping point, nantinya apabila jarak yang ditempuh melebihi perjanjian yang
telah ditentukan, maka pihak PT Arutmin Indonesia selaku owner wajib mengganti
rugi kelebihan jarak tersebut kepada tim kontraktor sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Hal ini tentunya menjadi sangat penting terutama bagi pihak
owner dalam menentukan metode apa yang paling tepat dan efektif digunakan agar
tidak terjadi kerugian terkait dengan cost production yang harus dikeluarkan oleh
PT Arutmin Indonesia selaku owner project penambangan kepada tim kontraktor.
14

BAB 4
PEMBAHASAN MATERI KERJA PRAKTIK

4.1 Pengenalan Materi Kerja Praktik
Kegiatan kerja praktik dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan 31 Juli 2013.
Lokasi kerja praktik kali ini terletak di tambang Kintap PT Arutmin Indonesia,
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kegiatan kerja praktik berada di bawah
pengawasan Supervisor Geodetic. Kegiatan survei di tambang Kintap ini merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari dan dilakukan oleh tim survei. Tim Survei
yang dimiliki oleh tambang Kintap terdiri dari tiga kru yaitu kru A, B dan C. Setiap
harinya ketiga tim melakukan pengukuran sesuai dengan project dan bagiannya
masing-masing yang dikelompokkan berdasarkan area penambangan. Tim A
biasanya melakukan pengukuran yang merupakan project-project berdasarkan
permintaan dari departemen maupun divisi tertentu, sedangkan tim b dan c
melakukan kegiatan pengukuran harian yaitu untuk pengukuran lahan, pengukuran
roof dan top dari lokasi penambangan yang datanya kemudian akan diolah oleh
bagian Geodetic Engineer untuk kemudian dapat digunakan oleh departemen yang
lain dalam berbagai keperluan. Dalam hal ini, peserta kerja praktik diberikan sebuah
wawasan tentang apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang geodesi dalam dunia
pertambangan.
Berbagai macam survei yang diperlukan dalam hal ini seperti misalnya :
1. Melakukan pengukuran dan perhitungan volume galian material batubara
agar bisa dihitung berapa total volume batubara yang ditambang pada lokasi
tersebut.
2. Melakukan monitoring terhadap titiktitik yang telah ditentukan koordinatnya
sebelumnya,sehingga dapat dilakukan pengecekan apakah terjadi pergeseran
titik untuk mengantisipasi akan terjadinya kelongsoran (khusus daerah rawan
longsor).
3. Menghitung berapa banyak top soil yang dihasilkan pada proses
pertambangan yang telah di stok, sehingga kemudian pihak enviro maupun
mine plan dapat merencanakan kapan proses reklamasi akan dimulai.
15

4. Menghitung berapakah besar hauling distance pada proses penambangan .
5. Menghitung besarnya elevasi serta menganalisis kapan waktu yang tepat
untuk melakukan penambangan dengan memperhitungkan kapan air
genangan pada kolam yang ada pada lokasi penambangan tersebut menyurut.
6. Menghitung elevasi air untuk pompa sehingga dapat diukur berapa total
volume yang udah dipompa jadi dapat diketahui banyaknya fuel yang terpakai
selama pompa tersebut bekerja.
7. Menghitung berapa banyak lahan yang terpakai oleh pihak perusahaan dan
memperhatikan apakah ada area disposal yang melebar, sehingga apabila
perluasan wilayah disposal terjadi maka proses reklamasi pun akan dapat
terealisasikan.
Dalam kerja praktik ini, peserta akan membahas suatu topik mengenai kegiatan
survei yang biasa dilakukan yaitu pengukuran jarak angkut ( hauling distance )
dengan membandingkan beberapa metode pengukurang yang dapat digunakan.

4.1.1 Metode Handheld
Metode handheld merupakan metode GPS yang melakukan penentuan posisi secara
real time absolute. Absolut positioning atau juga disebut point positioning adalah
pengukuran posisi di permukaan Bumi dengan hanya menggunakan satu receiver GNSS.
Prinsip pengukuran absolut positioning ini adalah prinsip sederhana pengukuran jarak
dengan GNSS, yaitu reseksi jarak ke beberapa satelit (minimal empat satelit). Biasanya,
absolut positioning menggunakan data pseudorange dalam menangkap sinyal
satelitnya. Akurasi dari hasil penentuan posisi absolut ini tergantung dari kualitas data
dan geometri satelit itu sendiri. Namun pengukuran metode ini tidak baik untuk
pengukuran posisi yang teliti. menyebabkan hasil data pengukuran pasut tidak
berada pada satu bidang yang lurus. Seperti terlihat pada gambar 4.1.





16
































Gambar 4.2 Metode Absolute Positioning

Gambar 4.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

Gambar 4.3 Prinsip Penentuan Posisi dengan GPS.


17

Berikut adalah persamaannya :



4.1.2 Metode Real Time Kinematik ( RTK )
1. Konsep Dasar RTK
Metode Real Time Kinematic atau yang lebih dikenal dengan sebutan RTK
merupakan sebuah akronim yang sudah umum digunakan untuk melakukan sebuah
penentuan posisi pada real time secara differensial melalui data fase. Sistem ini
pada umumnya digunakan untuk penentuan posisi objek-objek bergerak. Untuk
merealisasikan tuntutan real timenya maka monitor harus mengirimkan koreksi
differensial (fase) ke pengguna secara real time dengan menggunakan sistem
komunikasi tertentu. Konsep dasar RTK ini adalah koordinat titik yang didapat
secara real time dalam koordinat UTM maupun Lintang dan Bujur tanpa melalui
pemrosesan baseline.
Metode RTK ini berbeda dengan metode statik, karena pada metode statik
koordinat baru diperoleh setelah dilakukan pemrosesan baseline (post processing).
GPS RTK ini memiliki ketelitian yang tinggi dalam fraksi centimeter yaitu sebesar 1-5
cm. Differential Positioning atau juga disebut Relative Positioning adalah penentuan
posisi di permukaan Bumi yang setidaknya menggunakan dua receiver GNSS,
dimana salah satunya ditempatkan pada lokasi atau titik yang diketahui
koordinatnya (reference station). Posisi hasil differential positioning ditentukan
secara relatif tergantung stasiun referensinya. Dengan differential positioning, titik
yang akan ditentukan dapat dilakukan pada saat receiver-nya diam atau pun
bergerak. Konsep dasar differential positioning ini yaitu prosesnya dapat
menghilangkan dan atau mereduksi efek-efek dari beberapa kesalahan dan bias-
bias, sehingga dapat meningkatkan akurasi dari penentuan posisi tersebut.

U
18









2. Bagian bagian dari GPS RTK
Setiap pengukuran koordinat titik menggunakan GPS metode RTK harus
menggunakan minimal 2 buah alat receiver GPS yang memiliki fungsi sebagai :

a. Base
Pada alat GPS yang berfungsi sebagai base maka alat GPS tidak perlu digerakkan
posisinya atau dibiarkan dalam keadaan diam. Kemudian base tersebut didirikan di
atas titik yang sudah diketahui koordinatnya. PT Arutmin Indonesia memilki sistem
base yang berada di daerah PT Pama Persada Nusantara yang sistemnya
berlangsung selama 24 jam.
Contoh jenis base yang dimiliki oleh PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap dapat
dilihat pada gambar 4.5.











Gambar 4.4 Differential Positioning.

Gambar 4.5 Base PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap

19

a. Rover
Pada alat GPS yang berfungsi sebagai rover, posisi GPS dapat digerakkan sesuai
dengan detil yang diinginkan oleh tim surveyor misalnya pada pengukuran persil
tanah, maka rover tersebut didirikan pada tiap pojok pojok bidang tanah.













Sistem kerja GPS RTK memiliki penghubung antara base dengan rover yaitu sinyal
radio. Sinyal radio tersebutlah yang nantinya berfungsi untuk memancarkan nilai
koreksi dari base ke rover. Saat ini, sinyal radio dapat dipancarkan dengan
menggunakan berbagai macam media misalnya menggunakan antena radio, GSM
maupun sinyal internet. Apabila kita menggunakan sinyal radio, maka sebelum
melakukan pengukuran diusahakan frekuensi radio di base dan rover sudah
disamakan terlebih dahulu. Namun sinyal radio ini hanya mampu memancarkan
sinyal sejauh 10 km saja, sehingga apabila jarak yang kita inginkan lebih jauh maka
sebaiknya kita menggunakan sinyal yang berasal dari repeater.





Gambar 4.6 Rover.

20










Alat utama yang ada pada GPS RTK ini adalah receiver, dimana pada alat ini terdapat
beberapa slot yang berfungsi sebagai penghubung kabel ke beberapa peralatan
pendukung gps. Selain itu alat ini juga terdapat card yang berfungsi untuk
menyimpan data hasil perekaman satelit . Bagian-bagian terdapat pada GPS RTK
yaitu :
a. Antenna GPS yang berfungsi untuk menangkap sinyal satelit.
b. Receiver GPS sebagai tempat perekaman ke dalam card.
c. Controller GPS untuk melakukan setiingan job konfigurasi dan pengukuran
GPS.
d. Modem radio berfungsi sebagai penghubung antara antenna radio dan
receiver GPS.
e. Baterai eksternal berfungsi sebagai sumber tenaga untuk modem radio.
f. Aki









Gambar 4.8 Trimble GNSS R7

Gambar 4.7 . Penghubung antara base station dengan rover


21

GPS RTK ini dapat diaplikasikan untuk melakukan stake out, penentuan dan
rekonstruksi batas persil, survei pertambangan, survei rekayasa, dan aplikasi lainnya
yang membutuhkan titik koordinat dengan cepat dan dalam ketelitian centimeter.
Saat ini, GPS RTK telah mengalami perkembangan. Dengan melihat penggunaaan
GPS RTK yang cukup mahal biaya operasionalnya karena menggunakan 2 alat GPS
(sebagai rover dan base) yang masing-masing harganya berkisar antara 150-300
juta. Oleh karena itu, saat ini dikembangkanlah suatu GPS CORS yang memiliki fungi
sebagai base yang dapat menangkap sinyal satelit secara kontinyu dalam 24 jam
dan mampu memancarkan sinyal radio sejauh 20 km.

4.1.3 Total Station
1. Konsep dasar
Total station merupakan gabungan EDM, theodolite, kalkulator dan media rekaman
yang dijadikan satu compacted. Kombinasi dari gabungan ini akan menghasilkan
suatu suatu koordinat target pengukuran dengan melakukan pengukuran sudut
horizontal, sudut vertical dan jarak miring secara bersamaan. Data tersebut
kemudian akan disimpan dalam Total Station untuk kemudian ditransfer ke
komputer untuk diolah dan diproses sedemikian rupa hingga nantinya akan
menghasilkan suatu produk peta. Pengukuran jarak dengan menggunakan Total
Station ini dapat menggunakan dua metode, yaitu dengan menggunakan prisma
atau tanpa menggunakan prisma. Total station merupakan alat ukur jarak pendek
yang dirancang untuk pengukuran teliti dengan menggunakan sinar inframerah
sebagai gelombang pembawa dimana dapat langsung dikoreksi terhadap pengaruh
atmosfer. Alat ini juga dapat menampilkan dua hasil pengukuran dalam satu
tampilan antara lain kombinasi sudut horizontal dengan sudut vertikal, jarak dengan
sudut dan lain-lain. Prinsip utama pengukuran jarak dengan total station ini adalah
mendapatkan harga beda fase antara sinyal utama dengan sinyal data. Faktor
frekuensi merupakan factor utama dalam menentukan ketelitian hasil dari
pengukuran. Ketelitian suatu polygon akan dipengaruhi oleh kemampuan alat ukur
tersebut dengan melihat besarnya standar deviasi alat tersebut. Ketelitian
pengukuran polygon dapat ditunjukkan dengan memperhatikan nilai simpangan
22

baku absis dengan simpangan baku ordinat dari masing-masing posisi titik-titiknya
yang secara grafis dapat ditunjukkan dengan ellips kesalahannya.

2. Prinsip Pengukuran dan Pengolahan Data ETS
Dalam pengukuran Total Station melakukan suatu pengukuran terhadap tiga
parameter yaitu :
a. Rotasi sumbu optis instrumen dari utara pada bidang horizontal (sudut
horizontal).
b. Inklinasi sumbu optis dari vertical local ( sudut vertikal ).
c. Jarak antara alat ke target ( jarak miring ).
Hasil pengukuran ketiga parameter tersebut kemudian akan menghasilkan nilai
koordinat yang nantinya akan digunakan sebagai titiktitik dasar pemetaan. Proses
pengolahan data hasil pengukuran total station menjadi koordinat adalah sebagai
berikut:

















Gambar 4.9 Ilustrasi Pengukuran dengan menggunakan Total Station

23

3. Jarak Horisontal ( HD )
Jarak horizontal atau jarak datar merupakan jarak yang akan dipergunakan untuk
menghitung nilai koordinat dalam bidang datar. Pada gambar 4.9 dapat dilihat
bahwa besarnya jarak horizontal ( HD ) adalah


4. Jarak Vertikal ( VD )
Jarak vertikal merupakan perbedaan tinggi antara alat dengan target. Pada gambar
diatas apat dilihat bahwa besarnya jarak vertikal ( VD ) adalah


5. Perhitungan koordinat
Koordinat yang ada dibedakan menjadi dua bagian yaitu koordinat yang berada
dalam sumbu horizontal ( X, Y ) dan koordinat pada sumbu vertical ( Z ). Untuk
menentukan besarnya nilai koordinat X dan Y, maka ilustrasinya adalah sebagai
berikut :












Koordinat titik A merupakan koordinat tempat titik alat berada dimana nilai
koordinatnya sudah diketahui nilainya. Sedangkan titik R adalah titik target yang
akan dicari nilai koordinatnya.
HD = SD*SIN Z atau HD = SD*COS
m
VD = SD*COS Z atau HD = SD*SIN
m
Gambar 4.10 Perhitungan Koordinat

24

Untuk itu, nilai koordinat titik dimana reflector ( target ) berada adalah





Untuk nilai koordinat Z atau tinggi, maka akan terbagi menjadi dua yaitu tinggi
reflector tersebut atau tinggi tanah target.
Untuk tinggi target, maka persamaannya akan menjadi :






Untuk tinggi tanah, maka persamaannya akan menjadi :









6. Sumber sumber kesalahan pada pengukuran menggunakan Total Station.
Dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan total station ini, terdapat
beberapa kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi, seperti misalnya :



XR = XA + dXAR
XR = XA + HD*COSAR
YR = YA + dYAR
YR = YA + HD*SINAR
ZR = ZA + VD + TA
ZR = ZA + SD*SIN m + TA
Atau
ZR = ZA + SD*COS Z + TA
ZR = ZA + VD + TA - TR
ZR = ZA + SD*SIN m + TA - TR
Atau
ZR = ZA + SD*COS Z + TA - TR
25

a. Kesalahan EDM
Dalam pengukuran dengan menggunakan total station ini, jarak diukur dengan
menggunakan cahaya yang dipancarkan oleh EDM. Hal yang terpenting dalam
pengukuran jarak adalah kecepatan cahaya di udara. Kecepatan udara tersebut
dapat dipengaruhi oleh adanya kepadatan udara. Kecepatan udara dapat
ditentukan dari adanya pengukuran temperatur, tekanan dan kelembaban udara.
Kondisi atmosfer diukur pada tempat berdirinya alat memberikan hasil yang baik
pada jarak yang cukup dekat. Namun, untuk jarak yang memiliki perbedaan elevasi
yang signifikan maka pengukuran atmosfer sebaiknya dilakukan pada dua tempat
yaitu pada alat dan juga target, kemudian hasil tersebut dirata-rata. Untuk
pengukuran total station yang menggunakan bantuan reflector maka dapat
memungkinkan terjadinya kesalahan konstanta reflector. Kesalahan ini bersumber
pada adanya jarak tambahan dalam perjalanan sinar pada reflector sebelum
akhirnya dipantulkan kembali ke total station, kemudian posisi reflector yang tidak
tegak dengan tanah dan juga pusat pemancar EDM yang tidak berada pada posisi
yang seharusnya.

b. Salah Kolimasi
Salah kolimasi merupakan kesalahan yang diakibatkan adanya ketidakselarasan
antara sumbu optis pada instrumen dengan piringan bacaan sudut horizontal.
Kesalahan sebesar 5 dapat memberikan kesalahan sebesar 2,5 mm pada jarak 100
meter. Kesalahan sebanyak 1 akan memberikan kesalahan sebesar 3 cm dengan
jarak 100 meter. Jenis kesalahan kolimasi ini, erat kaitannya dengan tipe alat ukr
yang digunakan pada saat pengukuran. Kesalahan ini dapat dieliminasi dengan cara
melakukan double-centering atau sentring berulang dimana kita melakukan bacaan
Biasa dan Luar Biasa. Biasanya pada instrument modern telah terdapat
compensator yang mampu mengoreksi kesalahan jenis ini.

c. Kesalahan Centering
Kesalahan jenis ini diakibatkan oleh kesalahan operator karena tidak tepatnya posisi
instrument di atas titik pengukuran yang telah ditentukan dan sumbu-sumbu
26

pengukuran instrument tidak tegak lurus dengan tanah dan bidang horizon saat
pengukuran berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan hasil data pengukuran yang
dilakukan menjadi salah.

d. Kelengkungan dan refraksi
Kelengkungan dan refraksi dapat membuat efek yang signifikan dalam pengukuran
elevasi karena kegiatan survei berada pada bidang datar sedangkan bumi berbentuk
bulat. Sehingga elevasi akan terpengaruh dengan adanya perbedaan ini dan
mengakibatkan pengukuran jarak dan elevasi menjadi tidak tepat. Pengaruh refraksi
juga dapat mempengaruhi kinerja total station karena membuat perjalanan sinyal
menjadi lebih panjang dan adanya ilusi optikal pada saat melakukan pembidikan ke
arah target, sehingga pengukuran sudut dan jarak yang didapatkan tidak sesuai
dengan yang seharusnya. Pada beberapa kasus, kesalahan akibat adanya
kelengkungan dan refraksi ini tidak diterapkan pada jarak yang kurang dari 300
meter. Namun, dalam jarak yang lebih dari nilai tersebut harus diterapkan suatu
koreksi. Cara yang terbaik untuk menerapkan koreksi itu adalah dengan melakukan
pengukuran juga dari target ke titik alat berdiri. Hasil dari kedua pengukuran
tersebut kemudian di rata-ratakan untuk menghilangkan efek kelengkungan
tersebut.

4.2 Proses Pelaksanaan Kerja Praktik
Pelaksanaan kerja praktek dimulai dengan melakukan kegiatan pengukuran yang
dilakukan oleh peserta kerja praktik dengaan dibantu oleh tim survei dalam
pengambilan data di lapangan. Proses ini berlangsung selama satu minggu di
lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan menganalisis hasil
pengolahan data yang didapat. Dalam hal pengambilan data peserta kerja praktik
juga melakukan koordinasi dengan tim survei dari pihak kontraktor yang dalam hal
ini diwakilkan oleh tim survei PT Pama Persada Nusantara.
Adapun rincian kegiatan yang dilakukan oleh peserta selama kegiatan kerja praktek
berlangsung dapat dilihat dari table berikut :

27



TANGGAL KEGIATAN LOKASI
1/7/2013 Induksi umum oleh Department SHE dan Departemen Engineering Kantor PT AI-Kintap
2/7/2013 Melakukan orientasi pengamatan medan tambang Kintap Pit Tambang
3/7/2013 Ikut tim Survey kru C melakukan pengukuran di site Pit Tambang-PAMA
4/7/2013 Ikut Tim survey kru C melakukan pengukuran di site (batal karena hujan) Pit Tambang
5/7/2013 Penulisan laporan kerja praktek Kantor PT AI Kintap
6/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode RTK dan Handheld Pit Tambang PAMA
7/7/2013 Day off Camp Lama
8/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode ETS Pit Tambang PAMA
9/7/2013 Pengukuran hauling distance dengan metode ETS Pit Tambang PAMA
10/7/2013 Tutorial Software Mincom Minescape Kantor PT AI-Kintap
11/7/2013 Pengolahan data pengukuran pada software Mincom Minescape Kantor PT AIKintap
12/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran static Tambang Blok C
13/7/2013 Ikut tim survey pengukuran untuk project disposal dengan RTK (topo) Pit Pama
14/7/2013 Day Off Camp Lama
15/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran static Gunung Ayam
16/7/2013 Mengerjakan laporan kerja praktek Kantor PT AI-Kintap
17/7/2013 Ikut tim survey melakukan pengukuran topo dengan RTK Pit Pama
18/7/2013 Melakukan penyusunan laporan KantorPT AI - Kintap
19/7/2013 Menyelesaikan laporan kerja praktik Kantor PT AI Kintap
20/7/2013 Day Off Camp B
21/7/2013 Day Off Camp B
22/7/2013 Menyelesaikan Presentasi Progress Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap
23/7/2013 Presentasi Pendahuluan Kerja Praktik ( Batal ) R. Meeting PT AI
24/7/2013 Reschedule Presentasi Pendahuluan R. Meeting PT AI
25/7/2013 Ikut Tim Survey Pengukuran Jarak dengan RTK Pit PAMA
26/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-KIntap
27/7/2013 Day Off Camp Lama
28/7/2013 Day Off Camp Lama
29/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Camp Lama
30/7/2013 Penyelesaian Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap
31/7/2013 Penyerahan Laporan Kerja Praktik Kantor PT AI-Kintap
Tabel 4.1 Realisasi Kegiatan Kerja Praktik
PT Arutmin Indonesia Tambang Kintap
28

Kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh peserta adalah melakukan pengukuran
jarak angkut pada pertambangan dengan menggunakan tiga metode yaitu GPS
handheld,GPS RTK dan juga Total Station. Tujuan dari pengukuran ini adalah
membandingkan antara ketiga metode yang digunakan dan menganalisis metode
seperti apa yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan pertambangan
dalam hal ini yaitu PT Arutmin Indonesia tambang Kintap.
4.2.1 Pengukuran dan Pengolahan Data
Pengukuran hauling distance dilakukan dengan tiga metode pengukuran yaitu
dengan menggunakan handheld, RTK dan Total Station. Pengukuran tersebut
berlangsung di area Excavator 1708, 1771 dan 1774 menuju dumping point OD4.
Alokasi waktu untuk pengukuran dilakukan selama 4 hari dimana setiap alat
mendapatkan alokasi waktu satu hari untuk pelaksanaan pengukuran. Dalam
kegiatan ini, peserta dibantu oleh tim survey PT Arutmin Indonesia. Sebelum
melakukan pengukuran, kami melakukan survei pra-pengukuran untuk mengetahui
lokasi dan menentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan digunakan sebagai
referensi posisi excavator dan dumping point.










Gambar 4.11 Lokasi Pengukuran

29










Data-data yang didapat dari hasil pengukuran di lapangan kemudian diolah sehingga
menghasilkan data yang kita butuhkan yaitu berupa total jarak yang kemudian
disebut hauling distance dengan menggunakan software Mincom Minescape.

1. Pengukuran Metode Handheld
Tabel 4.2 Pengukuran dengan Metode GPS Handheld









a. Pelaksanaan Survei
1. Mempersiapkan segala kebutuhan survei seperti mengisi daya atau baterai
receiver GPS Handheld sehari atau beberapa jam sebelum survei berlangsung.
2. Mempersiapkan satu receiver handheld, alat tulis, radio telekomunikasi (HT),
arloji, dan kamera untuk dimasukkan ke dalam mobil.
3. Setibanya di lokasi tempat excavator berada, atur receiver GPS handheld
untuk melakukan proses tracking menuju tempat penampungan. Selama
Hari,Tanggal Sabtu, 6 Juli 2013
Waktu Pengambilan Data 09 : 00 09 : 30 WITA
Lokasi Site PAMA Persada -
Jumlah SDM 5 orang
Alat Garmin GPSMap 78S
Gambar 4.12 Pemasangan Patok


30

proses tracking perhatikan waktu yang dibutuhkan untuk mobilisasi dan
koordinat pendekatan pada titik acuan (Excavator 1708, 1771,1774 dan OD4)
dan kemudian mencatatnya. Proses pengaturan receiver handheld adalah
sebanyak 3 menit.
4. Mengulangi proses 3 untuk jenis excavator yang lain.
5. Mendownload hasil pengukuran di kantor PT AI Tambang Kintap.

b. Pengolahan Data
1. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Mincom
Minescape.
2. Melakukan Importing data hasil pengukuran di lapangan.
3. Data yang telah diimport berbetuk titik-titik sesuai dengan jalur trekking yang
dilakukan pada saat pengukuran kemudian dihubungkan satu sama lain
sehingga membentuk garis.
4. Setelah semua titik telah terhubung, maka buat menjadi tiga segmen yaitu
dari masing-masing excavator menuju dumping point.
5. Jika semua segmen telah terhubung, maka kita akan mendapatkan data jarak
yang dibutuhkan.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode GPS handheld adalah sebagai
berikut :
Koordinat Dumping Point (OD4) :
E = 0311518 ;
N = 9577709







31

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode GPS Handheld

Excavator

Easting

Northing

Jarak
Odometer

Jarak
Datar

Waktu Pengambilan
Data
1708 0310880 9577978 1050 meter 1031.950 meter 6 menit
1771 0310807 9578224 1300 meter 1281.078 meter 8 menit
1774 0310902 9578314 1220 meter 1168.231 meter 10 menit

Data jarak yang didapatkan pada table 4.3 diatas adalah data jarak odometer dan
jarak datar yang sudah diolah dengan menggunakan software Minescape. Jarak
Odometer adalah jarak tempuh yang prinsip kerjanya sama dengan speedometer
pada kendaraan bermotor. Dalam hal ini, odometer bekerja sesuai dengan
kecepatan yang ada pada speedometer kendaraan. Sedangkan Data jarak datar
yang dihasilkan oleh software merupakan data hasil download pengukuran di
lapangan dengan menggunakan receiver GPS handheld yang ternyata telah di
setting dengan elevasi 0. Sehingga jarak yang terukur pada software merupakan
jarak datar ( horizontal ).












Gambar 4.13 Hasil Plotting titik untuk metode GPS Handheld Jarak Datar

32

2. Pengukuran Metode RTK

Tabel 4.3 Pengukuran dengan Metode GPS RTK









a. Pelaksanaan Survei
1. Mengisi daya atau baterai receiver GNSS R7 sehari atau beberapa jam sebelum
survei GNSS berlangsung.
2. Mempersiapkan satu set receiver GNSS, statif, alat tulis, radio telekomunikasi
(HT) atau telepon genggam, receiver GNSS/GPS handheld, arloji, dan kamera
untuk dimasukkan ke dalam mobil.
3. Memasang tas rover pada mobil dengan mengikatkannya dibagian belakang
mobil.
4. Memastikan bahwa base telah tersetting dengan benar untuk pengukuran RTK
di ruang server PAMA-ARIA.
5. Menuju lokasi patok survey Excavator 1708 kemudian menyalakan controller
rover untuk mensetting metode survey.
On-Trimble Access-Jobs-New Jobs. Pada tahapan ini, buat project baru dengan
memberi nama projects esuai dengan tanggal pengukuran.
6. Pilih metode survey yang dibutuhkan, pilih Measure-Continous Topo-Fixed
Distance. Dalam tahapan ini, rover akan otomatis merekam koordinat sesuai
dengan jarak yang kita atur atau apabila ada titik ekstrim sesuai kehendak kita.
Proses persiapan ini memakan waktu sebanyak 7 menit dalam proses
penginstalannya.
Hari,Tanggal Sabtu, 6 Juli 2013
Waktu 15:55 16.40 WITA
Lokasi Site PAMA Persada -
Jumlah SDM 5 orang
Alat Trimble GNSS R7
33

7. Memulai survey RTK sampai excavator yang lain dan mencatat waktunya.
8. Menuju kantor untuk mendownload hasil survey.
9. Melakukan pengisian ulang baterai receiver.

b. Pengolahan Data
1. Data yang telah di download kemudian di import dalam bentuk excel.
2. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan software Mincom
Minescape seperti cara sebelumnya.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode RTK adalah sebagai berikut :
Dumping Point (OD4)
E = 0311525.008 ;
N = 9577700.233

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode GPS RTK

Excavator


Easting

Northing

Jarak RTK

Waktu
Pengambilan Data
1708 0310883.404 9577973.691 1034.641 meter 5 menit
1771 0310778.649 9578209.436 1286.540 meter 9 menit
1774 0310903.846 9578315.731 1170.257 meter 9 menit








34




































Gambar 4.14 Hasil Koordinat pada RTK Trimble GNSS R7

Gambar 4.15 Hasil Plotting dengan Metode GPS RTK

35

3. Pengukuran Metode ETS

Tabel 4.5 Pengukuran dengan Metode Terrestris
Total Station








a. Pelaksanaan Survei
1. Mengisi daya atau baterai total station sehari atau beberapa jam sebelum
survey berlangsung.
2. Mempersiapkan satu set total station Sokkia CX-103, dua buah statif, dua buah
prisma, dua buah pogo, paying, patok, formulir survei, alat tulis, radio
telekomunikasi (HT)/handphone, receiver GNSS/GPS handheld, arloji, dan
kamera untuk dimasukkan ke dalam mobil.
3. Setibanya di lokasi, jika titik pengukuran belum terdapat benchmark/patok,
maka harus dilakukan proses monumentasi yaitu membuat benchmark atau
memasang patok terlebih dahulu pada titik yang akan diukur.
4. Mendirikan statif/tripod dan memasang total station di atas titik benchmark
tersebut kemudian lakukan proses pengukuran backside.
5. Melakukan pengukuran total station dengan melakukan pembidikan pada
prisma-prisma yang dipegang oleh chainman di lokasi titik excavator hingga
selesai dan mencatat waktunya.
6. Setelah pengukuran selesai, maka peralatan di rapikan untuk persiapan
kembali ke kantor.
7. Mendownload hasil pengukuran di kantor PT AI.
Hari,Tanggal Senin, 8 Juli 2013
Waktu 09.05 09.55 WITA
Lokasi Site PAMA Persada -
Jumlah SDM 5 orang
Alat Sokkia Tipe CX 103
36

8. Mengembalikan peralatan di tempatnya masing-masing dan melakukan isi
ulang baterai total station.

Data pengukuran yang didapatkan dengan metode Total Station adalah sebagai
berikut :
Dumping Point (OD4)
E = 0311527.872 ;
N = 9577710.850;

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Jarak dengan Metode Terrestris
Total Station








Waktu yang digunakan pada pengukuran Total Station merupakan waktu akumulasi
yang dihitung dari batas persimpangan jalan.










Excavator

Easting

Northing

D Ex-OD4

Waktu
1708 0310881.413 9577979.913 1045.090 meter 27 menit
1771 0310778.649 9578209.436 1300.704 meter 35 menit
1774 0310905.651 9578314.347 1175.738 meter 31 menit
Gambar 4.16 Sketsa Jalur Hauling Distance Metode Total Station

37

Keterangan :
Waktu yang di tempuh untuk masing-masing perhitungan jarak excavator
dumping point OD 4
c. OD4 S1 = 20 menit.
d. S1 Excavator 1708 = 7 menit.
e. S1 S2 = 5 menit.
f. S2 Excavator 1771 = 10 menit.
g. S2 Excavator 1774 = 6 menit.














Gambar 4.17 Hasil Plotting untuk Metode Total Station.

4. Perbandingan Jarak pada Handheld, RTK dan Total Station :






38

Tabel 4.5 Hasil Perbandingan Jarak dengan
Metode Handheld,RTK dan Total Station


Excavator
GPS Handheld

Jarak
GPS RTK
( meter )

Jarak
Total Station
( meter )

Jarak
Odometer
( meter )

Jarak
Datar
( meter )
1774 1220 1031.950 1171 1176
1771
1300 1281.078 1287 1301
1708
1050 1168.231 1035 1045

4.3 Analisis
4.3.1 Metode Handheld
Pada pengukuran metode ini, kami menggunakan alat GPS Handheld merk Garmin
tipe GPSMap 78S. Pengukuran dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 5 orang.
Dalam hal ini, kami melakukan pengukuran dengan menggunakan mobil perusahaan
untuk trekking GPS. Pada dasarnya pengukuran dengan menggunakan handheld ini
merupakan proses trekking posisi dimana kita dapat menyimpan nilai koordinat
yang kita lewati dengan menggunakan handheld tersebut per tiap beberapa meter
sesuai dengan spesifikasi alat tersebut. Selain mengetahui nilai koordinat yang
dilewati, kita juga dapat mengetahui besarnya jarak langsung yang merupakan jarak
odometer selama proses pengukuran. Jarak ordometer merupakan jarak yang
ditempuh berdasarkan perputaran roda mobil selama berjalan dari titik yang satu
ke titik yang lain.
Waktu yang dibutuhkan untuk pengaturan receiver sebelum proses pengukuran
cukup singkat yaitu hanya memerlukan waktu 3 menit saja. Sedangkan waktu total
39

yang dibutuhkan untuk pengukuran jarak angkut dalam hal ini relative singkat
karena kami menggunakan mobil sebagai fasilitas untuk berpindah dari titik yang
satu ke titik yang lain bukan dengan berjalan kaki seperti trekking navigasi. Waktu
yang diperlukan untuk melakukan pengukuran untuk tiap excavator rata-rata
menghabiskan waktu 8 menit. Dengan waktu yang cukup singkat yaitu dua puluh
delapan menit untuk tiga excavator ditambah tiga menit untuk persiapan, maka
pekerjaan untuk pengukuran hauling distance dapat diselesesaikan dengan cepat
hanya tiga puluh satu menit. Selain mempersingkat waktu, dengan adanya mobil ini
juga dapat menghemat tenaga tim surveyor mengingat dalam keadaan nyata
pengukuran jarak angkut ini biasanya dilakukan pada sore hari setelah projek
pengukuran yang lain selesai.
Selain itu, proses trekking dengan menggunakan handheld ini sebenarnya tidak
memerlukan banyak orang karena pengukuran pun dapat dilaksanakan walau hanya
dengan dua orang ( 1 orang berfungsi sebagai kontroler handheld dan satu orang
lagi untuk driver apabila pengukuran dilakukan dengan menggunakan mobil). Di
samping itu, cara kerja handheld dalam menyimpan data koordinat secara otomatis
tanpa harus banyak memerlukan pengaturan dalam pemakaiannya membuat
proses pengukuran menjadi mudah. Sehingga dengan adanya metode ini,
pengukuran jarak pun dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat.
Hasil jarak odometer yang didapatkan langsung pada gps handheld memiliki nilai
yang berbeda ketika telah diolah dengan software Mincom Minescape. Pada jarak
ordometer yang didapatkan langsung dari handheld ternyata memiliki nilai yang
relative lebih besar dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan ketika diolah pada
software. Data jarak pada odometer memiliki prinsip kerja yang sama dengan
speedometer pada kendaraan. Jarak yang didapatkan merupakan hasil perhitungan
berdasarkan laju kecepatan pada saat pengukuran. Dalam hal ini, pengukuran
dilakkukan dengan menggunakn mobil, sehingga kecepatan yang ada pada
kendaraan berpengaruh pada penghtingan kecepatan odometer yang ada pada
receiver handheld. Namun, handheld memiliki kecenderungan kurang responsive
terhadap perubahan perubahan yang terjadi dengan cepat karena lambatnya
penerimaan sinyal yang dilakukan oleh handheld tersebut. Dalam hal ini, kendaraan
40

tidak memiliki kecepatan yang konstan dalam proses pengangkutan sehingga
kecepatannya dapat berubah-ubah. Perubahan kecepatan ini tentunya akan
merubah data jarak yang terekam pada odometer. Sayangnya odometer yang tidak
responsive ini akan lambat dalam proses peneerimaannya, sehingga jika pada
speedometer kecepatan menjadi bertambah, maka odometer akan meresponnya
setelah beberapa detik, begitu juga pada saat kendaraan akan mengurangi
kecepatan. Hal ini akan menyebabkan data jarak yang terdapat pada odometer
bukan jarak yang sebenarnya.
GPS tipe navigasi seperti handheld ini merupakan tipe GPS dengan metode real time
absolut dimana koordinat titik tersebut akan dapat langsung didapat secara absolut
tanpa ada proses yang lain lagi. Sehingga data-data yang didapatkan merupakan
data yang belum terkoreksi apapun. Sedangkan seperti yang telah dibahas
sebelumnya bahwa penggunaan GPS sangat rentan terhadap berbagai jenis
kesalahan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan hasil koordinat yang ditetapkan
oleh GPS menjadi salah karena kesalahan-kesalahan yang ada pada GPS belum
tereduksi. Efek multipath disini juga sangat berpengaruh karena selama proses
pengukuran yang dilakukan di dalam mobil yang tertutup dibagian atapnya.
Sehingga mengakibatkan adanya pemantulan sinyal dari dua atau lebih lintasan
yang berbeda. Perbedaan jarak tempuh ini menyebabkan sinyal-sinyal tersebut
berinterferensi ketiksa tiba di antena yang akhirnya dapat menyebabkan kesalahan
hasil pengamatan. Bidang pantul yang dapat menyebabkan multipath dapat berupa
bidang horizontal, vertikal, maupun miring, seperti jalan, bangunan dan gedung,
permukaan air, dan kendaraan. Selain itu, faktor cycle slips juga berpengaruh disini,
dimana adanya ketidak-kontinuan dalam jumlah gelombang penuh dari fase gelombang
pembawa yang diamati, karena sinyal ke receiver terputus pada saat pengamatan
sinyal. Jika dilakukan plotting data pengamatan fase terhadap waktu, maka cycle slips
dapat dideteksi dari terdapatnya loncatan mendadak kurva grafik. Waktu pengukuran
yang dilakukan pada cuaca mendung juga dapat mengakibatkan efek kesalahan. Cuaca
terjadi pada lapisan troposfer atmosfer Bumi dimana pada lapisan ini sinyal yang
dipancarkan satelit dapat dibiaskan yang membuat hasil pengukuran jarak antara satelit
ke receiver tidak tepat. Pada survey pengukuran GPS, ada beberapa titik yang ketika
diukur kondisi cuacanya berawan atau bahkan mendung. Cuaca seperti ini yang dapat
41

mempengaruhi jalannya sinyal satelit, karena elektron yang terdapat pada awan cukup
banyak dan dapat membiaskan atau merefraksikan sinyal tersebut.
Dilihat dari segi keamanannya, pengukuran jarak dengan handheld ini cukup aman
karena menggunakan mobil mengingat area tambang yang sibuk pada jam-jam
kerja akan membuat tim survey kesulitan apabila harus melakukan pengukuran
dengan berjalan kaki karena jalan tersebut akan penuh dengan alat-alat berat yang
lalu lalang. Belum lagi apabila cuaca sedang hujan, maka jalanan area tambang akan
berlumpur dan licin, tentunya hal ini akan membahayakan para tim survey.
Spesifikasi receiver handheld memiliki nilai akurasi sebesar 3-6 meter. Hal ini
menyebabkan data koordinat yang didapatkan tidak akurat dan tidak cocok untuk
dijadikan alat pengukuran yang menuntut ketelitian tinggi. Apabila kita melakukan
pengukuran berulang dengan menggunakan handheld, maka hasil yang didapatkan
setelah di plot tidak akan sama ( berpencar satu sama lain ). Dengan adanya
ketidaksamaan dalam membaca koordinat maka koordinat yang dihasilkan oleh
handheld ini tentunya akan memiliki pengaruh yang besar ketika akan menghitung
jaraknya. Sehingga dengan alasan inilah, tipe handheld dijual dengan harga yang
relative terjangkau di pasaran dibandingkan dengan tipe geodetic yaitu berkisar
antara 1 hingga 4 juta rupiah.
4.3.2 Metode Real Time Kinematik ( RTK )
Metode pengukuran RTK yang digunakan pada project kali ini hampir mirip proses
pelaksnaan kerjanya dengan metode pengukuran handheld yaitu dengan
menggunakan sarana kendaraan PT Arutmin Indonesia. Sistem pengukuran dengan
receiver RTK ini bersifat real time dan differensial yang artinya nilai koordinat dapat
langsung didapat pada saat pengamatan serta telah mengalami proses diferensiasi
terhadap beberapa kesalahan yang ada pada pengukuran GPS. Beberapa kesalahan
yang dapat dihilangkan pada proses differensial ini adalah kesalahan jam satelit dan
kesalahan jam receiver. Sedangkan kesalahan seperti kesalahan orbit, bias
troposfer dan ionosfer dapat dikurangi dengan adanya metode ini. Kesalahan yang
tidak dapat dikoreksi sama sekali adalah kesalahan yang berupa multipath dan
noise. Efek multipath ini bisa saja terjadi selama pengukuran RTK karena
42

menggunakan mobil yang tertutup bagian dinding-dindingnya sehingga
memungkinkan adanya sinyal yang datang dari dua atau lebih lintasan yang
berbeda. Meski begitu, tentu saja pengukuran ini akan lebih teliti dan akurat
dibandingkan dengan receiver jenis handheld karena telah memiliki system untuk
mereduksi dan mengkoreksi beberapa kesalahan yang ada. Dengan adanya dua
receiver yang menjadi alat dasar pengukuran RTK yaitu base dan rover, maka
keduanya akan mampu untuk saling menghilangkan kesalahan terlebih karena base
yang sebelumnya telah diketahui koordinatnya sehingga dapat dijadikan system
referensi. Dengan metode RTK ini, selain mendapatkan nilai koordinat titik kita juga
akan mendapatkan data elevasi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada besarnya
jarak yang akan dihitung karena hasil jarak yang didapat bukanlah berdasarkan jarak
datar.. Selain itu, spesifikasi RTK telah memiliki nilai akurasi sebesar 1-5 cm sehingga
hasil koordinat yang didapatkan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan handheld
tentunya ini akan mempengaruhi nilai jarak yang dimiliki oleh RTK mendekati benar.
Waktu yang digunakan untuk melakukan pengukuran RTK ini pun tidak begitu
berbeda dengan handheld hanya dua puluh tiga menit untuk proses pengukuran
tiga excavator ditambah dengan tujuh menit proses persiapan pengaturan rover
pada sebelum pengukuran dan empat menit untuk pengaturan setelah pengukuran
selesai. Sehingga total waktu yang diperluka untuk pengukuran adalah tiga puluh
empat menit. Data yang dihasilkan pada software Mincom Minescape untuk
pengukuran RTK memiliki perbedaan dengan hasil yang didapatkan dari handheld
dimana jarak yang didapatkan dengan RTK relative lebih pendek. Namun dengan
harga akurasi RTK yang besarnya 1-5 cm membuat RTK memilki nilai ketelitian yang
cukup tinggi karena estimasi kesalahan koordinat pun menjadi kecil.
Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan untuk pengukuran metode ini pun
tidak begitu banyak. Apabila kita menggunakan mobil untuk berpindah maka
pengukuran hanya akan memerlukan dua orang saja yaitu pemegang controller dan
driver, namun jika ingin melakukannya dengan berjalan kaki maka pengukuran
harus dilakukan secara bergantian karena jarak yang jauh pasti dapat melelahkan
tim surveyor apabila dilakukan dengan sendirian dan tentunya pengukuran dengan
berjalan kaki akan memakan waktu yang lebih lama dalam proses penyelesainnya.
43

Penggunaan kendaraan pun cukup meminimalisir terjadinya kecelakaan pribadi
dibandingkan harus berjalan kaki mengingat area tambang yang penuh dengan
kegiatan transportasi alat berat. Namun, hal ini perlu dicermati juga bahwa dengan
berkendaraan resiko kecelakaan tetap dapat ada apabila supir mengantuk, atau
kendaraan mobil yang tidak sesuai ketentuan sehingga kendaraan tersebut malah
mengancam nyawa pengendaranya.
4.3.3 Metode Total Station
Dibandingkan dengan kedua metode sebelumnya, metode total station ini terbilang
cukup kompleks karena memerlukan penyettingan alat sebelumnya. Selain itu,
pengukuran dengan menggunakan total station ini mengharuskan titik yang
dijadikan tempat alat harus telah diketahui terlebih dahulu koordinatnya sebagai
referensi (benchmark). Benchmark ini harus mampu mengcover semua lokasi titik
pengukuran untuk melakukan pembidikan. Apabila di lapangan belum terdapat
benchmark, maka sebelum melakukan pengukuran jarak angkut tim survey harus
menentukan koordinat pendekatan terlebih dahulu dengan handheld kemudian
monumentasi dalam bentuk pematokan baru kemudian pengukuran jarak angkut
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran
total station ini akan lebih lama dibandingkan dengan metode yang lain. Untuk
persiapan alat sebelum memulai pengukuran akan memakan waktu sebanyak 8
menit. Persiapan ini meliputi pemasangan tripod, sentring alat hingga pengukuran
backsight. Pengukuran jarak untuk tiga excavator menghabiskan waktu lima puluh
menit. Dalam hal ini pengukuran total station sangat menyita waktu karena
nantinya proses persiapan seperti itu akan diulangi untuk excavator lain yang
lokasinya jauh dan tidak terlihat oleh benchmark awal. Sedangkan untuk waktu
yang diperlukan untuk membereskan adalah sekitar 3 menit. Sehingga untuk tiga
excavator dengan satu benchmark yang sama waktu yang dibutuhkan adalah 61
menit. Jika dianggap sama rata untuk penentuan jarak 3 excavator saja
menghabiskan waktu 61 menit, maka untuk pekerjaan sebanyak 14 excavator
nantinya akan memakan waktu sebanyak 4,74 jam.
44

Dengan waktu pengukuran yang lama ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi tim
surveyor dan juga kelelahan karena proses pengukuran harus dilakukan dengan
berjalan kaki di setiap titik yang akan ditentukan koordinatnya. Tentuny faktor
kelelahan dari tim survey nantinya akan berpengaruh pada keefektifan kerja yang
akan menghambat proses selesainya pengukuran.
Pengukuran yang dilakukan membutuhkan minimal tiga orang dimana satu orang
berfungsi sebagai operator alat (instrument man) dan dua orang lainnya yang akan
terjun ke lapangan dan memegang pogo berprisma (chain man) untuk proses
penembakan koordinat. Dalam pengukuran metode ini, tim survey harus terjun
langsung ke lapangan untuk mengambil titik-titik yang akan ditentukan
koordinatnya dan berpindah dari titik yang satu ke titik yang lainnya. Oleh karena
itu, pemegang pogo berprisma yang diperlukan minimal dua orang agar proses
penembakan dapat selesai dengan cepat.
Selain itu faktor cuaca juga sagat berpengaruh karena apabila terjadi hujan
misalnya, pengukuran terpaksa harus dihentikan sehingga dapat menghambat
terselesaikannya pengukuran dengan metode total station ini. Selain itu, hiruk
pikuknya area tambang juga dapat mempengaruhi kecepatan tim survei dalam
melakukan pengukuran, dimana area tersebut menjadi tempat keluar masuknya
alat alat berat yang akan meloading batubara ataupun overburden ke tempat
penampungan. Sehingga para tim survey harus berhati hati dalam mengambil titik
dan hal ini lah yang cukup beresiko apabila melakukan pengukuran langsung di
lapangan karena dapat mengancam keselamatan para tim survey. Serta harus
berhati-hati pada jalanan yang sedikit berlumpur dan licin ketika habis hujan karena
dapat membahayakan keselamatan tim survey.
Hasil data yang didapatkan oleh ETS memiliki nilai yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan kedua metode yang lain karena total station memiliki tingkat
ketelitian yang cukup tinggi yaitu hingga cakupan milimeter. Sehingga data yang
dihasilkan pun jauh lebih akurat. Hasil jarak yang didapatkan pada total station lebih
panjang dapat diakibatkan karena penentuan titik-titik persis di pinggir sisi jalan dan
sedikit berbeda dengan titik-titik pada handheld dan RTK sehingga mengakibatkan
jarak yang didapatkan lebih besar.
45

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka
secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari analisis hasil pengukuran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data yang didapatkan pada masing-masing metode pengukuran memiliki nilai
yang berbeda. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pengukuran
dengan GPS handheld tidak mendukung untuk pengukuran yang membutuhkan
ketelitian tinggi, apalagi dengan hasil jarak yang selalu lebih panjang dengan
menggunakan jarak odometer tersebut tentunya akan merugikan perusahaan
karena memungkinkan terjadinya kelebihan jarak yang harus dibayarkan oleh PT
Arutmin Indonesia selaku owner kepada kontraktor. Untuk metode GPS
handheld dengan menggunakan jarak datar tentunya tidak dapat digunakan
dalam hal ini karena tidak sesuai dengan spesifikasi jarak yang dimaksud.
Sedangkan untuk total station sangat tidak efektif karena proses pengambilan
data tidak berada pada jalur yang sesuai dengan jalur pada pada saat hauling
meskipun memiliki hasil data yang akurat. Sehingga dari segi data akan lebih
ideal bila menggunakan GPS RTK.

2. Dari analisis teknis pelaksanaan pengukuran, metode handheld sangat praktis
karena tidak perlu melakukan instalasi alat seperti pada metode RTK maupun
Total Station. Sehingga dalam hal ini metode handheld dengan teknik drape
surface akan cukup memudahkan dalam pengambilan data. Selain itu RTK juga
dapat dijadikan elternatif karena meskipun mengharuskan adanya instalasi alat,
pemasangan alat pada RTK tidak terlalu sulit bila dibandingkan dengan total
station yang juga harus membuat benchmark bila tidak terdapat titik ikat di
daerah tersebut selain juga harus melakukan setting statif dan lain-lain.

46

3. Dari Analisis waktu pengukuran, metode Total Station tidak efisien karena
memakan waktu yang sangat lama bila dibandingkan handheld dan RTK yang
menggunakan kendaraan untuk mobilisasi dari titik satu ke titik lainnya.
Sehingga dengan alasan inilah, metode total station tidak dapat dijadikan
alternative untuk pengukuran jarak angkut.

4. Dari analisis keamanan pada saat pengukuran metode handheld dan RTK
terlihat lebih aman bila dibandingkan dengan total station yang tim surveynya
harus berjalan kaki di tengah kesibukan jalur pertambangan. Namun, pada
metode RTK perlu perhatian lebih terhadap alat-alat yang diinstalasi pada
kendaraan agar tidak jatuh dan membahayakan proses pengukuran.

Berdasarkan analisis-analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa metode yang ideal
untuk digunakan dalam penghtiungan jarak angkut adalah metode RTK dan metode
Handheld dengan teknik Drape Surface.

5.2 Saran
Setelah disampaikan kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan Tugas Kerja
Praktik ini, selanjutnya disampaikan saran-saran yang berhubungan dengan
kegiatan pengukuran hauling distance yang dapat digunakan untuk
mengembangkan Tugas Kerja Praktik ini.
Jika menggunakan metode RTK, maka yang perlu dilakukan antara lain :
1. Membeli receiver GNSS baru untuk dijadikan rover dengan tipe yang sama.
(~Rp.100.000.000,-).
2. Adanya instalasi alat rover yang tepat dan aman pada kendaraan LV agar
pmemudahkan dalam proses pengukuran di lapangan.instalasi yang tepat
untuk digunakan pada mobil agar pengukuran bisa dilakukan dengan aman.
Jika menggunakan metode handheld - drape surface, maka yang perlu dilakukan
antara lain:
47

1. Tim survei harus memiliki data surface yang terupdate di setiap minggunya,
sehingga tim survei perlu membentuk tim yang bertugas untuk melakukan
pengukuran surface.
2. Perlu adanya kesepakatan antara pihak PT Arutmin Indonesia dengan pihak
kontraktor dalam menentukan surface yang akan digunakan untuk setiap
pengukuran jarak angkut.
3. Perlu adanya kesepakatan tentang metode pengolahan data yang akan
digunakan untuk mengurangi adanya perbedaan hasil data.
Gambar 5.1 Contoh Penginstalan Receiver GPS RTK pada kendaraan
LV
48

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. Z. 2000.Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Pradnya Paramita.
Jakarta.

Abidin, H. Z. 2007. GPS Positioning. Slide Kuliah GD-3211 Survei Satelit. Teknik
Geodesi dan Geomatika.ITB. Bandung.























49















LAMPIRAN
50

# DATA ETS L-1
TPS 800 Topographic Survey

==========================

Site: Location:

total station revisi

Date: 09 - 07 - 2013 Time: 8:58

Job: 130709_PM Surveyor : THORO

Instrument: TCR803ultra Instrument No: 856955


Station: WINA_3 Tinggi alat : 1.430

Easting (X) : 311673.507

Northing (Y) : 9578115.312

Height (Z) : 38.751

Station ID
Tinggi Alat
Target
ID
Tinggi
Prisma
Sudut Vertikal Sudut Horisontal
Jarak
Miring
Jarak
Datar
Beda
Tinggi
Easting (X) Northing (Y) Height (Z) Code
Deg Mnt Sec Deg Mnt Sec
WINA_3 1.43 27 0.1 96 30 20 49 55 48 38.203 37.96 -2.998 311702.55 9578139.746 35.753 --------
WINA_3 1.43 1 0 106 57 8 115 31 31 9.28 8.877 -1.276 311681.52 9578111.487 37.475 RLW03
WINA_3 1.43 2 0 107 21 21 115 32 39 9.305 8.882 -1.346 311681.52 9578111.482 37.405 RLW03
WINA_3 1.43 3 1.6 91 7 32 259 56 55 745.674 745.5 -14.78 310939.42 9577985.193 23.97 FCL1
WINA_3 1.43 4 1.6 91 23 59 259 22 40 736.309 736.1 -18.12 310950.03 9577979.626 20.631 FCL1
WINA_3 1.43 5 1.6 91 11 40 259 56 1 740.171 740 -15.56 310944.89 9577985.966 23.19 FCL1
WINA_3 1.43 6 1.6 91 20 0 259 37 17 733.699 733.5 -17.21 310952.01 9577983.17 21.544 FCL1
WINA_3 1.43 7 1.6 91 13 11 259 57 12 734.387 734.2 -15.77 310950.54 9577987.227 22.986 FCL1
WINA_3 1.43 8 1.6 91 23 39 259 32 27 727.927 727.7 -17.84 310957.89 9577983.207 20.908 FCL1
WINA_3 1.43 9 1.6 91 15 59 259 59 40 729.483 729.3 -16.26 310955.29 9577988.601 22.496 FCL1
WINA_3 1.43 10 1.6 91 27 52 259 26 43 722.143 721.9 -18.59 310963.81 9577983.076 20.162 FCL1
WINA_3 1.43 11 1.6 91 18 46 259 58 27 724.188 724 -16.72 310960.56 9577989.268 22.027 FCL1
WINA_3 1.43 12 1.6 91 29 10 259 25 48 717.735 717.5 -18.75 310968.19 9577983.696 20.001 FCL1
51

WINA_3 1.43 13 1.6 91 22 1 259 54 22 718.406 718.2 -17.27 310966.42 9577989.44 21.478 FCL1
WINA_3 1.43 14 1.6 91 28 35 259 36 58 713.031 712.8 -18.51 310972.39 9577986.836 20.245 FCL1
WINA_3 1.43 15 1.6 91 26 22 259 57 51 709.523 709.3 -17.96 310975.06 9577991.706 20.791 FCL1
WINA_3 1.43 16 2.6 91 24 41 259 45 23 709.266 709.1 -18.61 310975.76 9577989.219 20.144 FCL1
WINA_3 1.43 17 1.6 91 25 30 260 7 20 705.44 705.2 -17.68 310978.74 9577994.334 21.071 FCL1
WINA_3 1.43 18 1.6 91 24 30 260 24 0 701.309 701.1 -17.37 310982.23 9577998.392 21.378 FCL1
WINA_3 1.43 19 1.6 91 29 21 260 7 56 700.261 700 -18.33 310983.84 9577995.344 20.417 FCL1
WINA_3 1.43 20 1.6 91 25 17 260 30 13 696.751 696.5 -17.42 310986.51 9578000.395 21.33 FCL1
WINA_3 1.43 21 1.6 91 29 50 260 15 40 695.216 695 -18.3 310988.54 9577997.751 20.449 FCL1
WINA_3 1.43 22 1.6 91 26 38 260 34 40 691.947 691.7 -17.57 310991.11 9578002.071 21.179 FCL1
WINA_3 1.43 23 1.6 91 29 39 260 24 34 689.984 689.8 -18.13 310993.4 9578000.395 20.621 FCL1
WINA_3 1.43 24 1.6 91 28 17 260 38 42 688.413 688.2 -17.82 310994.47 9578003.447 20.935 FCL1
WINA_3 1.43 25 1.6 91 30 28 260 46 28 682.141 681.9 -18.09 311000.42 9578005.989 20.665 FCL1
WINA_3 1.43 26 1.6 91 31 19 260 52 26 678.126 677.9 -18.15 311004.2 9578007.792 20.601 FCL1
WINA_3 1.43 27 1.6 91 31 26 260 59 13 673.169 672.9 -18.04 311008.88 9578009.89 20.709 FCL1
WINA_3 1.43 28 1.6 91 32 48 261 12 47 669.196 669 -18.2 311012.4 9578013.121 20.549 FCL1
WINA_3 1.43 29 1.6 91 33 51 261 23 24 664.52 664.3 -18.28 311016.72 9578015.864 20.472 FCL1
WINA_3 1.43 30 1.6 91 35 9 261 26 57 659.989 659.7 -18.41 311021.1 9578017.218 20.346 FCL1
WINA_3 1.43 31 1.6 91 37 25 261 16 41 659.518 659.3 -18.83 311021.88 9578015.343 19.924 FCL1
WINA_3 1.43 32 1.6 91 35 36 261 7 54 664.763 664.5 -18.62 311016.94 9578012.868 20.128 FCL1
WINA_3 1.43 33 1.6 91 34 12 260 59 53 669.552 669.3 -18.49 311012.45 9578010.588 20.266 FCL1
WINA_3 1.43 34 1.6 91 33 17 260 49 29 674.356 674.1 -18.44 311008.02 9578007.822 20.314 FCL1
WINA_3 1.43 35 1.6 91 32 42 260 40 53 680.152 679.9 -18.48 311002.57 9578005.219 20.276 FCL1
WINA_3 1.43 36 1.6 91 31 2 260 35 2 685.32 685.1 -18.28 310997.66 9578003.231 20.468 FCL1
WINA_3 1.43 37 1.6 92 3 42 261 45 13 617.593 617.2 -22.36 311062.69 9578026.789 16.388 FCL1
WINA_3 1.43 38 1.6 92 8 33 261 46 24 611.503 611.1 -23.01 311068.72 9578027.873 15.744 FCL1
WINA_3 1.43 39 1.6 92 14 50 261 48 52 602.255 601.8 -23.76 311077.84 9578029.628 14.989 FCL1
52

WINA_3 1.43 40 1.6 92 18 29 261 47 46 597.108 596.6 -24.19 311082.99 9578030.176 14.559 FCL1
WINA_3 1.43 41 1.6 92 22 14 261 48 37 592.579 592.1 -24.66 311087.47 9578030.97 14.095 FCL1
WINA_3 1.43 42 1.6 92 26 41 261 42 44 587.264 586.7 -25.2 311092.9 9578030.737 13.555 FCL1
WINA_3 1.43 43 1.6 92 29 12 261 38 12 582.901 582.4 -25.44 311097.35 9578030.609 13.314 FCL1
WINA_3 1.43 44 1.6 92 30 0 261 49 58 578.22 577.7 -25.37 311101.69 9578033.245 13.382 FCL1
WINA_3 1.43 45 2 90 38 56 243 49 4 733.009 733 -8.835 311015.75 9577791.909 29.916 JLN
WINA_3 1.43 46 2 90 45 13 245 35 11 726.937 726.9 -10.1 311011.63 9577814.88 28.656 JLN
WINA_3 1.43 47 2 90 54 40 248 0 23 714.682 714.6 -11.9 311010.92 9577847.694 26.852 JLN
WINA_3 1.43 48 2 91 0 6 250 10 8 703.986 703.9 -12.84 311011.37 9577876.523 25.907 JLN
WINA_3 1.43 49 2 91 3 50 252 32 36 691.85 691.7 -13.38 311013.63 9577907.803 25.368 JLN
WINA_3 1.43 50 2 91 12 5 253 45 44 684.443 684.3 -14.89 311016.51 9577923.967 23.862 JLN
WINA_3 1.43 51 2 91 22 12 256 2 4 672.291 672.1 -16.61 311021.27 9577953.11 22.139 JLN
WINA_3 1.43 52 2 91 32 57 258 30 49 657.749 657.5 -18.32 311029.17 9577984.38 20.427 JLN
WINA_3 1.43 53 2 91 37 13 260 4 49 651.011 650.8 -18.95 311032.48 9578003.21 19.803 JLN
WINA_3 1.43 54 2 91 39 45 262 2 44 643.725 643.5 -19.22 311036.24 9578026.268 19.534 JLN
WINA_3 1.43 55 2 91 43 7 263 47 5 637.731 637.4 -19.67 311039.81 9578046.3 19.082 JLN
WINA_3 1.43 56 2 91 50 23 265 41 50 633.498 633.2 -20.88 311042.12 9578067.808 17.87 JLN
WINA_3 1.43 57 2 91 55 18 268 11 37 628.318 628 -21.61 311045.85 9578095.517 17.138 JLN
WINA_3 1.43 58 2 92 4 30 271 5 26 626.445 626 -23.23 311047.59 9578127.227 15.524 JLN
WINA_3 1.43 59 2 92 5 16 273 11 28 628.183 627.8 -23.43 311046.71 9578150.259 15.323 JLN
WINA_3 1.43 60 2 92 4 15 275 20 16 634.444 634 -23.47 311042.23 9578174.296 15.282 JLN
WINA_3 1.43 61 2 91 49 24 276 48 10 648.041 647.7 -21.16 311030.35 9578192.034 17.591 JLN
WINA_3 1.43 62 2 91 34 36 278 5 37 672.62 672.4 -19.05 311007.84 9578209.976 19.703 JLN
WINA_3 1.43 63 2 91 27 29 278 21 4 695.578 695.4 -18.24 310985.53 9578216.304 20.515 JLN
WINA_3 1.43 64 2 91 28 24 279 46 24 704.531 704.3 -18.65 310979.43 9578234.869 20.099 JLN
WINA_3 1.43 65 2 91 31 40 280 41 30 715.803 715.6 -19.62 310970.38 9578248.063 19.133 JLN
WINA_3 1.43 66 2 91 28 29 281 49 24 732.53 732.3 -19.39 310956.75 9578265.355 19.364 JLN
53

WINA_3 1.43 67 2 91 23 33 282 58 31 745.825 745.6 -18.66 310946.94 9578282.724 20.093 JLN
WINA_3 1.43 68 2 91 0 41 278 20 22 842.986 842.9 -15.4 310839.56 9578237.557 23.351 JLN
WINA_3 1.43 69 2 91 3 46 279 37 56 830.81 830.7 -15.93 310854.55 9578254.304 22.818 JLN
WINA_3 1.43 70 2 91 4 47 280 48 5 819.977 819.8 -15.98 310868.2 9578268.953 22.775 JLN
WINA_3 1.43 71 2 91 4 46 281 41 19 807.334 807.2 -15.74 310883.05 9578278.841 23.016 JLN
WINA_3 1.43 72 2 91 7 13 281 40 51 799.861 799.7 -16.17 310890.36 9578277.219 22.584 JLN
WINA_3 1.43 73 2 91 7 39 281 28 51 793.088 792.9 -16.13 310896.44 9578273.139 22.619 JLN
WINA_3 1.43 74 2 91 9 19 280 47 40 783.974 783.8 -16.34 310903.56 9578262.11 22.416 JLN
WINA_3 1.43 75 2 91 11 12 279 50 27 770.987 770.8 -16.5 310914.03 9578247.057 22.252 JLN
WINA_3 1.43 76 2 91 9 42 278 42 9 758.566 758.4 -15.91 310923.83 9578230.064 22.841 JLN
WINA_3 1.43 77 2 91 11 16 277 54 55 747.718 747.6 -16.03 310933.07 9578218.257 22.718 JLN
WINA_3 1.43 78 2 91 11 18 277 29 23 739.329 739.2 -15.87 310940.64 9578211.664 22.885 JLN
WINA_3 1.43 79 2 91 14 11 277 35 33 722.834 722.7 -16.13 310957.18 9578210.795 22.618 JLN
WINA_3 1.43 80 2 91 20 31 277 53 9 704.567 704.4 -17.04 310975.79 9578211.952 21.716 JLN
WINA_3 1.43 81 2 91 37 40 279 4 35 671.992 671.7 -19.63 311010.2 9578221.277 19.124 JLN
WINA_3 1.43 82 2 91 41 42 281 5 22 688.721 688.4 -20.91 310997.94 9578247.725 17.84 JLN
WINA_3 1.43 83 2 91 44 5 282 5 50 694.262 693.9 -21.56 310994.97 9578260.745 17.196 JLN
WINA_3 1.43 84 2 91 45 41 283 1 17 701.427 701.1 -22.1 310990.44 9578273.28 16.655 JLN
WINA_3 1.43 85 2 91 41 42 284 3 4 715.747 715.4 -21.71 310979.48 9578289.011 17.045 JLN
WINA_3 1.43 86 2 91 37 13 284 52 41 738.632 738.3 -21.42 310959.92 9578304.889 17.331 JLN
WINA_3 1.43 87 2 91 33 2 284 59 0 750.169 749.9 -20.83 310949.11 9578309.188 17.92 JLN
WINA_3 1.43 88 2 91 29 4 284 56 25 769.898 769.6 -20.47 310929.88 9578313.735 18.278 JLN
WINA_3 1.43 89 2 91 26 4 284 31 54 793.479 793.2 -20.39 310905.65 9578314.347 18.361 JLN


54

# DATA RTK L-2
KTP_01 311895 9577754 35.984 bm
0 311525 9577700 37.236 JL
1 311525 9577700 37.234 JL
2 311504.4 9577682 36.793 JL
3 311471.1 9577663 36.27 JL
4 311463.5 9577659 36.38 JL
5 311453.8 9577657 36.526 JL
6 311439.8 9577655 36.549 JL
7 311411.9 9577657 36.529 JL
8 311386.9 9577662 36.51 JL
9 311358 9577669 35.928 JL
10 311334.3 9577675 35.6 JL
11 311287.5 9577678 35.381 JL
12 311254.1 9577682 34.862 JL
13 311225.6 9577686 35.568 JL
14 311201.7 9577688 35.469 JL
15 311177.3 9577686 35.297 JL
16 311151.4 9577685 34.97 JL
17 311128.8 9577688 34.677 JL
18 311111.6 9577694 34.29 JL
19 311092.8 9577705 33.869 JL
20 311076.8 9577716 33.306 JL
21 311064.9 9577725 32.82 JL
22 311051.5 9577738 32.316 JL
23 311036.9 9577755 31.672 JL
24 311026.2 9577770 31.133 JL
25 311019.5 9577785 30.436 JL
26 311015.3 9577805 29.266 JL
27 311014 9577822 28.482 JL
28 311014.1 9577840 27.539 JL
29 311014.8 9577867 26.361 JL
30 311016.7 9577900 25.562 JL
31 311024.5 9577951 22.269 JL
32 311029.5 9577975 21.109 JL
33 311030.9 9577981 20.709 JL
34 311033.3 9577995 20.234 JL
35 311035.4 9578013 19.995 JL
36 311036.8 9578045 19.069 JL
37 311035.5 9578062 18.245 JL
38 311031.7 9578067 18.328 JL
39 311026.6 9578070 18.395 JL
40 311016.8 9578072 18.548 JL
41 311002.5 9578069 18.601 JL
42 310989.8 9578061 19.283 JL
43 310967.4 9578037 19.327 JL
44 310944.6 9578009 20.177 JL
45 310924.1 9577994 20.83 JL
46 310910.8 9577986 21.124 JL
47 310894.3 9577976 21.364 JL
48 310883.4 9577974 21.925 JL
55

49 311043.6 9578096 17.255 JL
50 311045.5 9578105 16.8 JL
51 311047.2 9578122 15.961 JL
52 311045.9 9578151 15.326 JL
53 311041.7 9578169 15.301 JL
54 311031.2 9578191 17.164 JL
55 311013 9578215 19.497 JL
56 311000.7 9578241 18.015 JL
57 310993 9578257 17.623 JL
58 310986.8 9578273 16.793 JL
59 310974.6 9578291 17.224 JL
60 310963.3 9578306 17.222 JL
61 310954.2 9578309 17.58 JL
62 310940.8 9578310 18.201 JL
63 310920.1 9578309 18.447 JL
65 310903.8 9578316 18.294 JL
66 310778.6 9578209 23.956 JL
67 310786.7 9578211 23.925 JL
68 310804.1 9578217 23.516 JL
69 310815.9 9578220 23.48 JL
70 310843.4 9578237 23.262 JL
71 310868.2 9578267 22.857 JL
72 310881.3 9578274 22.873 JL
73 310884.5 9578274 22.915 JL
74 310893.6 9578269 22.871 JL
75 310902.9 9578262 22.543 JL
76 310916.5 9578246 22.485 JL
77 310928.6 9578224 22.819 JL
78 310940.8 9578212 22.921 JL
79 310952.1 9578209 23.054 JL
80 310965.8 9578208 22.358 JL
81 310975.3 9578209 21.729 JL
82 310991.3 9578209 20.627 JL
83 311011.7 9578208 19.469 JL




56

#HASIL PENGOLAHAN DATA PADA SOFTWARE MINCOM MINESCAPE L-3
1. HANDHELD (Jarak Datar)
1.a. Excavator 1708 OD4













1.b. Excavator 1771 OD4











1.c. Excavator 1778 OD
57















1.d. Hasil Gabungan Layout Handheld













2. RTK
58

2.a. Excavator 1708 OD4













2.b. Excavator 1771 OD4














59

2.c. Excavator 1774 OD4














2.d. Hasil Gabungan Layout RTK













60

3. Total Station
3.a. Excavator 1708 OD4















3.b. Excavator 1771 OD4











61

3.c. Excavator 1774 OD4














3.d. Hasil Gabungan Layout Total Station













62

- Hasil Overlapping
1. Excavator 1708 OD4













2. Excavator 1771 OD4













63

3. Excavator 1774 OD4













A. Hasil Plotting Handheld, RTk dan Total Station ( Sisi Samping )













64

B. Hasil Jarak Datar Handheld yang sudah di Drape Surface
























65

Siklus Kegiatan Operasi Pertambangan L-4

Dalam dunia pertambangan terdapat istilah eksplorasi dan eksploitasi. Menurut pengertian
pertambangan, eksplorasi merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang lebih rinci terhadap
penemuan umum atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi ini meliputi kegiatan mengetahui
ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan bahan galian. Eksplorasi umumnya
dilaksanakan bertahap menurut pertimbangan hasil sebelumnya. Eksplorasi hanya dapat
dilaksanakan atas dasar izin Kuasa Pertambangan (KP) eksplorasi. Sedangkan eksploitasi merupakan
seluruh kegiatan yang dilakukan sejak awal area KP dibuka hingga sampai pelaksanaan rehabilitasi.
Sistem penambangan terbagi menjadi tiga kategori yaitu penambangan terbuka, penambangan
bawah tanah dan penambangan dengan auger. Untuk area penambangan Kintap, sistem
penambangan yang digunakan adalah penambangan terbuka dengan metode stripping shovel
dimana arah penggaliannya mengikuti arah batubara yang menebal dan bernilai (seam).
Siklus pertambangan atau mining cycle merupakan tahapan proses pertambangan yang
dikerucutkan menjadi tambang batubara.
Adapun siklus pertambangan untuk tambang batubara berupa tahapan-tahapan di bawah ini :

1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendukung segala bentuk kelancaran
kegiatan pembangunan seperti misalnya pembangunan jalan tambang, tempat penyimpanan
sementara dan lain-lain.

2. Pembersihan lahan (land clearing).
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembersihan wilayah atau area yang
akan ditambang dari berbagai macam vegetasi baik yang berupa semak belukar hingga sampai
dengan pepohonan yang besar.



66

3. Pengupasan tanah pucuk (topsoil)
Proses pengupasan tanah pucuk ini dimaksudkan untuk menyelamatkan tanah agar tidak rusak
sehingga masih memiliki unsur tanah yang masih asli. Tanah pucuk inilah yang nantinya akan
digunakan dalam proses reklamasi.

4. Pengupasan tanah penutup (overburden)
Tanah penutup memiliki dua jenis bila dilihat berdasarkan material yang membentuknya yaitu
material lunak dan material keras. Untuk material lunak, proses pengupasan tanah penutup ini
dilakukan dengan cara penggalian bebas. Namun, untuk tanah penutup yang memiliki material
keras, maka proses pengupasan harus dilakukakn dengan cara peledakan atau blasting terlebih
dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan proses penggalian.

5. Penimbunan tanah penutup (backfilling)
Tanah penutup hasil pengupasan kemudian dilakukan proses penimbunan. Proses ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu penimbunan langsung dan penimbunan tidak langsung (backfilling). Tanah
penutup yang nantinya akan digunakan untuk backfilling biasanya akan ditimbun di tempat
penimbunan sementara pada saat tambang dibuka.

6. Penambangan batubara
Pada proses ini, batubara sudah siap untuk ditambang untuk kemudian diangkut menuju tempat
penyimpanan batubara sementara (ROM). Dalam hal ini tambang Kintap memiliki tempat
penyimpanan batubara yang sebelumnya akan dilakukan proses pembersihan dan peremukan
batubara terlebih dahulu. Tempat tersebut adalah Coal Preparation Plant (CPP). Di CPP, batubara
hasil penambangan kemudian dicuci dan dihancurkan sesuai dengan ukuran yang sudah disepakati
yaitu berkisar 50mm.




67

7. Pengangkutan batubara
Proses pengangkutan batubara yang dilakukan di tambang Kintap ini menggunakan suatu fasilitas
Overland Conveyor (OLC). OLC ini merupakan penghubung antara chrusher dengan port dengan
panjang lintasan sejauh 6,8 KM.

8. Penjualan batubara
Sebelum siap untuk proses penjualan, batubara yang sudah di crushing tersebut kemudian dilakukan
barging dimana pada tahapan ini batubara akan dikucurkan dari OLC menuju tongkang-tongkang
yang sudah dipersiapkan di Port Kintap. Proses penjualan pun dapat dilakukan secara langsung di
Port Kintap ataupun disimpan terlebih dahulu di NPLCT

9. Pengembalian dari tempat penyimpanan sementara
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya telah disimpan pada penyimpana sementara
kemudian diangkut kembali ke daerah yang telah tertambang (mine out). Kegiatan ini dimaksudkan
untuk proses rehabilitasi lahan yang sudah tertambang sehingga pit-pit bekas tambang tersebut
tidak meninggalkan lubang besar.

10. Perataan dan rehabilitasi tanah
Proses perataan dan rehabilitasi tanah terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan
dan penebaran tanah pucuk diatas pembuangan materi sisa tambang (disposal overburden) agar
daerah bekas tambang tersebut dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup.

11. Penghijauan
Penghijauan merupakan proses penanaman kembali lahan bekas tambang dengan tanaman yang
sesuai atau hamper sama seperti pada saat tambang belum dibuka.



68

Pertambangan batubara di daerah Kintap ini memiki jenis batuan muda (sub-bituminous) dengan
kadar kalori yang tidak lebih dari 4000kcal.
Lapisan-lapisan tanah untuk memperoleh batubara antara lain:
a. Topsoil
Lapisan topsoil merupakan lapisan yang paling dekat dengan permukaan. Ketebalan lapisan ini bisa
mencapai 1-2 meter. Lapisan topsoil biasanya berwarna oranye dan memiliki unsur hara yang tinggi
sehingga lapisan ini merupakan lapisan subur untuk tumbuhnya vegetasi. Oleh karena itu, dalam
proses penambangan dan clearing topsoil lapisan ini disimpan dan dijaga agar nantinya dapat
dipergunaka saat proses reklamasi tiba. Untuk itu, tempat penampungan (dumping point) dari
topsoil ini biasanya dibedakan dengan tempat penampungan yang lain.

b. Subsoil
Lapisan subsoil merupakan lapisan yang berada di bawah lapisan topsoil. Lapisan ini biasanya
berwarna kekuningan dan tidak banyak mengandung unsur hara. Oleh karena itu, pada proses
penampungan lapisan ini akan digabungakan bersama lapisan buangan (waste) yang lain.

c. Overburden
Overburden merupakan lapisan yang memiliki karakteristik mirip batuan dan berada di bawah
lapisan subsoil. Material ini tidak memilki nilai jual sehingga dalam proses eksploitasi lapisan ini akan
di simpa di penampungan untuk nantinya digunakan sebagai tanah penutup pada saat proses
penambangan sudah berakhir (mine out).

d. Batubara
e. Interburden (IB)
Lapisan yang terletak antara batubara dengan ketebalan yang tipis dan berwarnna keabuan
sehingga masih dapat terlihat meskipun jumlahnya sedikit. Lapisan interburden ini biasanya terdiri
dari serpih, lempung, batu pasir, batu lumur dan mungkin mengandung lapisan tipis batubarayang
tidak layak untuk ditambang.
69

Peran Survei di Pertambangan
a. Aktifitas Survei
Sub departemen survei merupakan bagian pendukung segala aspek dari awal mula pit dibuka hingga
mine out. Beberapa aktivitas survei harian yang dilakukan oleh tim survei di tambang Kintap ini
antara lain:

1. Pengambilan data harian lapisan batubara
Tim survei melakukan pengukuran untuk pengambilan data permukaan batubara setiap harinya agar
didapatkan data perubahan setiap waktu sehingga tim survei dapat menghitung volume batubara
tersebut yang merupakan tujuan dan hasil akhir dari kontrak kerja dengan pihak kontraktor. Dalam
hal ini, dapat dipastikan bahwa tim survei yang paling mengetahui perubahan pit setiap harinya. Hal
ini dilakukan setiap hari agar tidak kehilangan informasi data permukaan bawah batubara tersebut.
Lapisan batubara yag tidak terlalu tebal apabila dikeruk dengan alat big digger akan mengakibatkan
pergerakan perubahan lapisan yang sangat cepat. Sehingga tim survei perlu untuk mengontrol dan
mengukur lapisan batubara setiap hari.

2. Pengambilan data harian jarak angkut
Pengambilan data jarak angkut ini juga merupakan kegiatan survei yang dilakukan setiap hari.
Biasanya kegiatan survei ini merupakan kegiatan joint survey yang artinya tim survei PT Arutmin
Indonesia dan tim survei kontraktor misalnya PT Pama Persada Nusantara melakukan survei
bersama-sama untuk menentukan jarak angkut yang dilakukan pada sore hari. Hal ini perlu di
lakukan setiap hari karena jarak angkut yang dilakukan oleh masing-masing excavator yang menuju
dumping point dapat berubah setiap harinya. Sehingga perlu dilakukannya pengukuran setiap hari
untuk mengetahui perubahan tersebut.

3. Pemantauan Ketinggian Air
Tim survei melakukan pemantauan ketinggian air pada tepat penampungan air untuk membantu
sub departemen environment dalam mengetahui cadangan air yang dihasilkan oleh pit yang
nantinya dapat diolah menjadi air bersih.
70


4. Pengeksekusi Desain Rencana Tambang
Setiap hari terdapat desai-desain baru dari sub departemen mine plan yang mewakili perubahan pit.
Dalam hal ini, tim survei berperan untuk mengeksekusi setiap detail yang ada di dalamnya.

5. Pengukuran statik untuk penentuan lokasi benchmark
Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan lokasi benchmark yang nantinya akan dijadikan sebagai
titik bantu referensi dalam metode pengukuran terestris. Pengukuran ini dilakukan dengan metode
statik untuk mendapatkan koordinat titik tersebut.

6. Pengukuran berdasarkan projek permintaan dari departemen lain.
Pekerjaan survei yang dapat mendukung keberlangsungan sistem membuat survei seringkali
mendapatkan projek dalam pengambilan suatu kondisi tertentu dari pihak departemen lain yang
erat kaitannya dengan masalah posisi. Permintaan tersebut antara lain :
a. Pergerakan highwall yaitu memantau pergerakan highwall yang diakibatkan oleh getaran alat-
alat berat yang bekerja pada pit tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensi akan
bahaya longsor di daerah tersebut.
b. Pemasangan batas saat melakukan pembersihan area ataupun pembuatan jalan menuju
dumping point.
c. Penentuan kemiringan jalan.
d. Survei berperan pada berbagai kondisi saat proses pengeboran dengan melakukan pematokan di
lubang-lubang pengeboran sesuai dengan desain.

Aktivitas bulanan survei adalah pengambilan data ROM bulanan untuk melakukan perhitungan
volume batubara dan material buangan.
Dalam survei terdapat istilah chainman dan instrument nan. Chainman adalah orang yang bertugas
sebagai pemegang reflketor pada saat pengambilan data batubara, material buangan ataupun data
lainnya. Chainman harus mampu untuk mengidentifikasi bentukan profil dan jenis batubara untuk
memudahkan instrument man dalam pemberian kode pada total station. Sedangkan instrument
71

man adalah orang yang bertugas untuk melakukan operasi terhadap alat seperti total station dan
GPS saat pengmabilan data. Selain harus mengetahui bentukan profil topografi, survei juga harus
dapat melakukan survei pematokan yang bertujuan untuk mengaktualisasikan desain rencana
tambang (mine plan).
Untuk mempermudah penandaan patok, survei memberikan pita pada tiap patok dengan warna pita
yang berbeda-beda sesuai dengan jenis informasinya. Banyaknya jenis topografi, jenis batubara dan
lain-lain mengharuskan para tim survei untuk memberikan kode pada alat total station agar dapat
mempermudah surveyor pada saat pengolahan data. Hal ini juga dikarenakan permukaan daerah
tambang yang sangat dinamis dan terdapat perubahan dengan begitu cepat sehingga akan
menyulitkan dalam mengingat bentukan permukaan saat pengambilan data. Sehingga sistem kode
bagian topografi digunakan pada alat untuk mempercepat proses pengambilan dan pengolahan.

Peran Survei di Departemen Lain
Dalam proses penambabngan sub departemen survey bekerjasama dengan sub departemen lain,
seperti misalnya :

1. Sub-Departemen Safety Health and Environment (SHE)
Sub-Departemen SHE memiliki tujuan untuk menjaga lingkungan serta keselamatan daerah tambang
agar dapat terbebas dari polusi maupun kecelakaan akibat aktivitas pertambangan. Dalam hal
pengolahan limbah misalnya, hal tersebut harus diperhatikan dengan seksama supaya tidak
mencemari lingkungan sekitar. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah dengan cara
mengolah kembali air tambang yang sudah tertampung pada kolam penampungan sehingga kadar
asam yang dikandungnya dapat berubah dan layak pakai kembali sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kehidupan sehari-hari. Peranan survei untuk sub-departemen SHE yatiu :
a. Melakukan pengambilan data permukaan topsoil saat pembersihan area untuk mengetahui
jumlah volume lapisan tersebut yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi.
b. Memantau ketinggian air di kolam penampungan untuk persiapan pengolahan air limbah
menjadi layak pakai.
72

c. Pengambilan data permukaan saat dilakukan rehabilitasi untuk mengetahui perkembangan
proses rehabilitasi dan mendapatkan data posisi lokasi tersebut.
d. Apabila terjadi insiden/kecelakaan di lapangan, survei dapat mengambil data posisi untuk
membuat peta kronologis jika diperlukan untuk proses lebih lanjut oleh tim investigasi.

2. Sub-Departemen Geology Technical
Dalam hal ini, sub-departemen geology technical bertugas untuk menyelidiki tentang kandungan,
jenis, potensi batubara dan lain-lain. Peranan survei di sub departemen ini antara lain :
a. Memantau pergerakan highwall dan lowwall. Data tersebut nantinya akan digunakan oleh tim
geotech untuk melakukan analisa keadaan mengenai kemungkinan terjadinya longsor.
b. Menentukan elevasi dan mengambil data lapisan batubara
c. Mengkombinasikan data lapisan tersebut setiap harinya agar dapat dihitung volume
batubaranya.
d. Membuat desain batas lapisan batubara yang akan habis.

3. Sub-Departemen Mine Plan
Sub Departemen Mine Plan secara umum bertugas untuk membuat desain tambang dan
mempersiapkan segala kebutuhan untuk proses operasi tambang baik dalam jangka panjang,
menengah maupun jangka pendek. Peran survei dalam hal ini adalah
a. Melakukan penyelidikan profil topografi awal atau rona awal sebbagai bahan acuan desain awal.
b. Melakukan proses pengambilan data harian agar dapat digabungkan setiap harinya hingga
menjadi data keadaan topografi terbaru.
c. Membuat batas di lapangan berupa patok untuk aktualisasi desain yang dibuat oleh mine plan,
misalnya pematokan batas lahan pengerukan.





73

FOTO KEGIATAN L-5

Anda mungkin juga menyukai