Disusun oleh:
NIM : 1751057005
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 1751057005
Diterima dan disahkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Mengetahui,
1
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA Nomor .
FAKULTAS TEKNIK ..../pts/jtm/ft.uki/….
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
T.Tangan :
maka :
Ir. Priyono
Atmadi, DEA.
Bagian
4. Tugas selesai dan diterima Keuangan
pada tanggal :
iii
Lampiran 9
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 1751057005
Fakultas : Teknik
Menyatakan :
Dalam tugas akhir dengan topik Peningkatan Lifetime Plunger Tip Mesin Die
Casing High Pressure di PT. Mitsuba Indonesia. adalah hasil karya saya sendiri.
Dalam hal topik tersebut baru pertama kali dilakukan di Teknik Mesin UKI.
Jakarta,
Lampiran 10
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Segala puji
untuk Tuhan yang telah menyertai penulis menyelesaikan laporan ini dengan penuh
Tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir sarjana
Strata satu (S-1) pada program studi Teknik Mesin Universitas Kristen Indonesia,
Jakarta.
Laporan tugas Akhir ini memang sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dari pembaca sekalian, yang akhirnya buku laporan
Tugas Akhir ini nantinya semakin sempurna dan dapat berguna serta bermanfaat untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat
memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga ke depannya dapat menjadi lebih
baik lagi dan juga semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam perancangan kerja khususnya untuk
meningkatkan produktivitas.
Tugas akhir ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak, dan
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, karena telah memberkati penulis dan memberikan
iii
2. Orang tua penulis, karena mereka telah memberikan semangat kepada penulis
3. Bapak Dikky Antonius S.T. , M.Sc. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Indonesia yang
telah mendidik selama 1,5 tahun. Dan juga telah memberikan bantuan
secara moral.
6. Direksi dan rekan – rekan karyawan PT. Mitsuba Indonesia yang telah banyak
7. Serta kerabat penulis lainnya yang tentu saja tidak dapat dituliskan satu per satu.
Tapi tanpa mereka semua, penulis tidak dapat menyelesaikan laporan penelitian
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik serta saran yang membangun sangat diteriman penulis agar penulis
dapat membuat laporan ini menjadi laporan yang sempurna. Akhir kata penulis
iii
Lampiran 11
ABSTRAK
Pada penelitian telah dilakukan proses Nitriding pada Plunger Tip (komponen
mesin diecasting high pressure) dengan material standard SKD 61. dengan melakukan
variasi suhu nitriding dan waktu penahanan agar mendapatkan hasil nitriding yang
optimal. Proses nitriding dilakukan pada suhu 520⁰C, 540⁰C, 560⁰C , dan 580⁰C,
dengan variasi waktu penahanan 2 ,4 dan 6 jam.
Kekerasan yang paling optimum diperoleh pada Suhu 580⁰C dengan waktu
penahan 4 jam. Kekerasan yang diperoleh 1150HV. Kekerasan maksimal ada pada suhu
580⁰C dengan suhu penahanan 6 jam, tetapi pada suhu nitriding tersebut terlihat adanya
retak halus.
Biaya yang dapat di tekan jika menggunakan Plunger Tip dengan kekerasan
1150HV adalah sebesar 61.126.901 jt / tahun dan waktu yang dapat dihemat untuk
mengganti Plunger Tip sebesar 7245 menit/year.
iii
ABSTRACT
This study conducted liquid nitriding process in Plunger Tip (part of diecasting
machine high pressure) with standard material SKD61. It study variation temperature
and holding time to find optimal result. Nitriding process on temperature 520⁰C, 540⁰C,
hours. however this condition have a problem cause on surface product have soft crack.
This product can reduce production from budget side, cause with 1150 HV can
reduce 61.129.901 mio / year and time can reduce for downtime to maintenance around
iii
DAFTAR ISI
iii
4.1.1 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 2 jam .................... 38
4.1.2 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 2 jam .................... 39
4.1.3 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 2 jam\ ........................ 40
4.1.4 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 2 jam ......................... 41
4.1.5 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 4 jam ......................... 42
4.1.6 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 4 jam ......................... 43
4.1.7 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 4 jam ......................... 44
4.1.8 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 4 jam ......................... 45
4.1.9 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 6 jam ......................... 46
4.1.10 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 6 jam ....................... 47
4.1.11 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 6 jam ....................... 48
4.1.12 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 6 jam ....................... 49
4.2 Grafik Distribusi kekerasan tiap jamnya .......................................................... 50
4.2.1 data hasil komparasi dengan penahan waktu 2 jam ....................................... 50
4.2.2 data hasil komparasi dengan penahan waktu 4 jam .................................. 50
4.2.3 data hasil komparasi dengan penahan waktu 6 jam ....................................... 51
4.3 Komparasi data hasil pengukuran kekerasan ........................................................ 52
4.4 Data Hasil pengujian lifetime berdasarkan kekerasan Plunger Tip ...................... 53
4.5 Cost performance Plunger Tip ............................................................................. 53
BAB V ............................................................................................................................ 56
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 56
5.2 Saran ................................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 57
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Variasi Suhu dan penahanan waktu terhadap kekerasan dan life time .......... 53
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri yang begitu pesat tidak dapat dipisahkan dari segi
efisiensi dan efektifitas produksi. Tingkat persaingan yang semakin meningkat pada
saat ini ditambah dengan perubahaan sosial ekonomi memunculkan tantangan-
tantangan dan peluang dalam bisnis. Setiap perusahaan otomotif tentunya memiliki
strategi masing-masing dalam berbisnis. Permasalahannya adalah tepat dan
bagaimana strategi-strategi itu dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Karena
apabila ternyata strategi yang diterapkan oleh perusahaan tersebut tidak sesuai
dengan keadaannya, maka strategi tersebut akan mengakibatkan kegagalan bagi
perusahaan tersebut dan banyak biaya produksi yang akan dikeluarkan.
Salah satunya adalah yang dilakukan oleh PT. Mitsuba Indonesia yang bergerak
di bidang supplier spare part pada industri otomotif. PT. Mitsuba Indonesia
merupakan supplier untuk semua affco atau affiliated company untuk kendaraan
roda dua dan roda empat. Top manajemen PT. Mitsuba Indonesia mengharapkan
seluruh karyawannya untuk mempelajari seluruh kegiatan affco sehingga nantinya
dapat menjadi supplier tunggal seluruh affco yang ada. Khususnya pada pembuatan
spare part dies HPDC yang dirasakan masih banyak permasalahan selama ini pada
lifetime sebuah Plunger Tip and Sleeve, dimana lifetime dari sebuah Plunger Tip
and sleeve masih sangat sedikit, sehingga mengakibatkan presentase Dies turun
akibat penggantian Plunger Tip and sleeve sangat sering dilakukan.
Pihak manajemen PT. Mitsuba Indonesia meminta agar pembuatan Spare part
dies HPDC dari seluruh affco dapat dioptimalkan dari segi Material sehingga
Customer memiliki benefit dari lifetime tool yang lebih panjang dan hasil Cost
performance yang dapat digunakan untuk cost reduction. dan hasil trial produk
sesuai dengan tuntutan customer. Tuntutan dari pihak manajemen tersebut yang
melatar belakangi pembuatan skripsi ini, dimana penulis mengambil judul tentang
"Peningkatan lifetime Plunger Tip on PT Mitsuba Indonesia
1
1.2 Tujuan Penelitian
Batasan masalah dalam asumsi ideal yang ada pada tugas akhir ini, antara lain:
2
1.4 Waktu dan Tempat
produk. Untuk waktu penelitian ini berlangsung kurang lebih 3 bulan dan akan
akan dilakukan pengujian satu per satu dan melihat hasil pengujian tersebut.
Bab I. Pendahuluan
sistematika penulisan.
3
Bab III. Metode Penelitian
Berisi tentang hasil kekerasan yang dicapai dari variasi suhu dan waktu
4
BAB II
DASAR TEORI
Keuntungan Diecasting :
a. Ukuran dan bentuk benda sangat tepat.
b. Jarang menggunakan proses finishing.
c. Baik untuk produksi massal.
d. Waste material rendah.
Kerugian Diecasting :
a. Harga mesin dan cetakan mahal.
b. Bentuk benda kerja sederhana.
c. Benda kerja harus segera dikeluarkan.
d. Berat dan ukuran produk terbatas.
e. Umur cetakan menurun.
1
Degarmo, Black & Kohser 2003, pp. 279–280
5
2.2 Macam Pengecoran
6
pencetakannya dapat dilakukan berulang-ulang dengan hasil produk yang sama
dalam bentuk maupun ukurannya.
7
2.2.3 Mesin Diecasting High Pressure
8
Gambar 2.3 Pandangan skematik dari mesin high pressure diecasting
9
Mesin High Pressure dibagi menjadi 2 yaitu :
Mesin Hot Chamber
Mesin hot-chamber juga dikenal sebagai mesin gooseneck, yang
mengandalkan kolam pada logam cair untuk dimasukkan pada cetakan.
Pada awal siklus piston mesin ditarik kembali, yang memungkinkan
logam cair untuk mengisi "gooseneck". Pneumatik atau hidrolik piston
yang bertenaga kemudian memaksa logam ini dari gooseneck ke sebuah
cetakan. Keuntungan dari sistem ini meliputi waktu siklus yang cepat
(sekitar 15 siklus per menit) dan kemampuan mencairnya logam dalam
mesin pengecoran. Kelemahan dari sistem ini adalah bahwa logam
dengan titik leleh tinggi tidak dapat dimanfaatkan dan aluminium tidak
dapat digunakan karena mengambil beberapa besi sementara di kolam
cair. Karena ini, mesin hot-chamber terutama digunakan dengan seng,
timah, dan timbal yang berbasis pada paduan.
10
Proses Hot-chamber
11
Gambar 2.7 Proses 3 hot chamber
Dies terbuka dan core tertarik. Pengecoran akan tetap hanya dalam satu
cetakan, sisi ejector. Plunger kembali, yang memungkinkan logam cair sisa
mengalir kembali melalui nozzle dan gooseneck.
12
Mesin cold-chamber
Mesin ini digunakan ketika paduan pengecoran tidak dapat digunakan dalam
mesin hot-chamber, contohnya adalah aluminium, paduan seng dengan komposisi
besar dari aluminium, magnesium dan tembaga. Proses untuk mesin ini mulai dengan
melelehkan logam dalam tungku yang terpisah. Kemudian jumlah yang tepat dari
logam cair diangkut ke mesin dingin-ruang dimana logam cair dimasukkan ke shot
chamber yang sudah dipanaskan (atau silinder injeksi). Tembakan ini kemudian
didorong ke cetakan oleh piston hidrolik atau mekanik. Kelemahan terbesar dari
sistem ini adalah waktu siklus yang lambat karena kebutuhan untuk mentransfer logam
cair dari tungku ke mesin cold-chamber.
13
Gambar 2.10 Proses cold chamber
Plunger mendorong logam cair ke dalam rongga cetakan dimana hal itu ditahan
dibawah tekanan sampai terjadi pembekuan.
14
Gambar 2.12 Proses cold chamber
Ejector pin akan mendorong hasil cetakan keluar dari cetakan dan kemudian
plunger kembali ke posisi semula.
15
2.3.1 Bagian mesin diecasting High Pressure
1. Clamping Area
Didalam clamping area biasanya terdapat komponen untuk
membantu proses injection, bagian ini berfungsi sebagai counter terhadap
injection area, biasanya clamping area adalah bagian molding yang
adjustable, bagian ini terdiri dari :
a. Machine locking toggle links : Bagian ini berfungsi membuka
tutup mold karena fungsi pada komponen ini adalah
memastikan molding menutup secara rapat atau membuka
secara lebar
b. Tie Bar : Bagian ini berfungsi sebagai pelurus sebuah mold,
sebagai center guide untuk memastikan bahwa komponen mold
adjustable dan fix mold dapat satu center.
2. Die Area
Didalam die area ini biasanya mold fix dan adjustable dipasang,
bagian ini biasanya terdiri dari plate sebagai batalan atau tempat
dipasangnya Fix mold dan adjustable mold atau biasa disebut
moving mold.
16
3. Injection Area.
Injection area dimana aliran alumunium pertama kali di alirkan
dari tungku furnish, berikut adalah contoh gambar bagian injection :
17
lubang plunger sleeve, karena jika tidak simetris maka akan
cepat merusak Plunger Tip.
18
d. Plunger Tip
Plunger Tip adalah bagian paling krusial dari komponen
inject pada diecasting, karena pada bagian inilah yang akan
mendorong allumunium cair pertama masuk ke molding.
Plunger Tip biasanya memiliki lifetime yang akan sangat
diperhitungkan, karena hal ini akan berkaitan dengan
production cost dan maintanance schedulle. Plunger Tip
adalah awal dari terbentuknya kualitas produk.
e. Ladle
alat untuk mentransfer allumunium cair dari furnace ke dalam
shoot sleeve.
f. Hidrolik Cylinder
berfungsi sebagai sumber injection ke dalam mold.
19
2.3.3 Bagian mold mesin diecasting High Pressure
20
bahwa fix side dengan move side bisa ter-assy dengan baik dan bisa berfungsi
sebagaimana mestinya.
Stopper guide bush
Berfungsi sebagai penahan atau stopper guide bush, ketika mendapat
tekanan dari guide pin.
Distributor
Berfungsi sebagai jalur atau lintasan logam cair setelah melewati die
sleeve (shot sleeve), dan distributor hanya terdapat di move side. Untuk bagian
fix side terdapat die sleeve (shot sleeve) sebagai pasangan dari distributor.
Slide core system
Berfungsi sebagai pembentuk profil dengan arah bukaan atau die
removal ke arah selain fix side atau move side. Penempatan slide core system
bisa terdapat di fix side ataupun move side tergantung dari bentukan parting line
dan removal yang sudah ditentukan di awal.
Chillvents
Berfungsi sebagai tempat buangan udara yang merupakan perpanjangan
dari venting system yang berada di cavity. Posisi chillvents ini berada di die
body. Untuk bagian fix side juga terdapat chillvents, yang merupakan pasangan
dari chillvents yang berada di move side.
Cavity
Sebagai komponen utama pembentuk blank casting, karena cavity ini
merupakan cetakan dari blank casting. Untuk profil-profil yang kecil dan rawan
patah atau rusak, bagian dari cavity ini dibentuk sebagai insert pin atau insert
profil. Fungsinya sama seperti cavity, sebagai pembentuk profil pada part. Untuk
fix side juga terdapat cavity, untuk membedakan cavity mana yang terdapat di fix
atau move side, biasanya dilakukan tambahan nama untuk penamaan
komponennya, yaitu fix cavity dengan move cavity.
21
2.5 Pengertian Heat Treatment
Heat treatment atau perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan
logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kekerasan material dengan proses heat treatment.
(sumber : B.H. Amstead.Teknilogi Mekanik.)
Adapun tujuan dari heat treament antara lain :
a. Untuk mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya.
b. Mempermudah proses machining.
c. Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
d. Memperbaiki sifat keuletan material dan kekuatan material, dimana dalam hal
ini merupakan fungsi dari kandungan karbon yang terkandung dalam
material.
e. Meningkatkan kekerasan dan tegangan tarik.
Softening
Menguletkan logam dengan memperbesar butiran serta menyeragamkan
butiran.
Menghilangkan tegangan sisa pada logam
Memudahkan proses machining untuk proses selanjutnya
22
2.6 Hardening
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan
fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada
kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperature
pemanasan (temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan
serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada
hardenability. Hardening sendiri dibagi menjadi 2 berdasarkan cakupan kekrasannya :
2.6.1 Total Hardening
23
permukaan yang keras, tahan aus, dan bagian dalam yang masih ulet /
tangguh, sehingga secara keseluruhan baja itu masih ulet / tangguh.
1. Carburising
24
2. Cyaniding atau Carbonitriding
5. Nitriding
25
memanaskan dan menahan logam/baja dan besi cor tersebut
pada temperatur dibawah temperatur kritis bawah (antara
500-580⁰C) selama periode waktu tertentu dalam kontak
dengan gas atau cairan yang mengandung unsur nitrogen.
2.7 Nitriding
Seluruh baja dan besi cor yang dapat dikeras haruslah dikeraskan dan di
”temper” dahulu sebelum dilakukan proses nitriding, dimana temperatur tempering
harus cukup tinggi untuk menjaga kestabilan struktur pada proses nitriding (minimal
100oC diatas temperature nitriding).
26
Gambar 2.20 Skema Nitriding
2 NH3 2 NH2 + H2
Pada dasarnya semua baja dapat di nitriding, tetapi hasil yang baik diperoleh bila
baja mengandung unsure paduan yang membentuk nitrida (nitide forming element)
seperti aluminium, chrom atau molybden.
Benda kerja yang kan di Nitriding di masukkan kedalam dapur yang ke dapur
udara dan gas ammonia dialirkan secara kontinyu selama pemanasan pada temperature
500 – 600 °C. Proses ini berlangsung lama, dapat sampai beberapa hari. Kekerasan yang
27
sangat tinggi (sampai Rc 70) langsung terjadi setelah terjadinya nitrida, tanpa perlu
melakukan quenching.
Dengan demikian benda kerja terhindar dari kemungkinan distorsi / retak dan
tegangan sisa. Nitrida yang terbentuk sangat stabil. Kekerasannya hampir tidak berubah
dengan pemanasan, walaupun sampai lebih dari 600 °C ( bandingkan dengan martensit
yang mulai menjadi lunak pada temperature yang jauh lebih rendah, 200 °C).
Walaupun proses nitriding ini berlangsung lama sekali tetapi tebal kulit yang
terjadi tipis sekali. Baja untukdi nitriding biasanya tidak boleh terlalu lunak 0,3 – 0,4 %
C, agar mampu mendukung kulit yang terlalu tipis. Biasanya benda kerja harus selalu di
machining halus dan ukuran sudah sangat mendekati ukuran akhir, sehingga sesudah
nitriding tidak ada lagi proses machining selain polishing / lapping.
Baja yang dinitriding mempunyai sifat tahanaus yang sangat baik, juga sifat
terhadap kelelahan menjadi lebih baik. Demikian juga sifat tahan korosinya.
28
b.) Kelebihan lain yang diperoleh dengan proses nitriding ialah: distorsi dan deformasi
minimum, karena temperature pemanasan rendah. Di industry penggunaan proses
nitriding terutama dilakukan terhadap komponen – komponen mesin untuk kendaraan
bermotor.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN/PERANCANGAN
Tungku nitriding untuk proses nitriding adalah tungku garam, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
1. Tipe : Tungku garam batch
2. Ukuran ruang bakar tungku : Diameter 300mm tinggi 800 mm
Pemanas : Heating element
30
1.2 Alur Penelitian
Alur dari penelitian ini akan dijelaskan dengan diagram yang ditunjukan
pada gambar 3.1 di bawah ini :
31
1.3 Metode Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain eksperimen adalah
evaluasi secara serentak dua atau lebih faktor atau parameter terhadap
kemampuannya untuk mempengaruhi rata-rata hasil atau variabilitas hasil gabungan
dari karakteristik produk atau proses tertentu. Untuk mengetahui pengaruh faktor
atau parameter terhadap rata-rata hasil secara efektif, selanjutnya dianalisis untuk
menentukan faktor mana yang berpengaruh serta mengetahui hasil maksimal yang
dapat diperoleh. Metode eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen faktorial. Eksperimen faktorial adalah salah satu metode yang banyak
dipakai dalam eksperimen yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan
proses dalam waktu yang bersamaan, sehingga bisa menekan biaya dan sumber daya
seminimal mungkin. Metode ini digunakan untuk memberikan formulasi lay out
pengujian, mengetahui kondisi optimal dari parameter pemesinan, dan mengetahui
pengaruh performansi dari parameter pemesinan terhadap kekasaran permukaan.
Eksprimen faktorial mempunyai keunggulan yaitu dapat melihat seluruh kombinasi
yang ada (Sembiring. 2003: 200). Langkah-langkah penyusunan eksperimen faktorial
sebagai berikut:
Pemilihan faktor terkendali dan tidak terkendali.
Faktor terkendali adalah faktor yang ditetapkan atau dikendalikan
selama tahap perancangan. Faktor tidak terkendali adalah faktor yang
tidak dapat dikendalikan. Sesuai perumusan masalah, pada percobaan ini
faktor terkendali yang digunakan yaitu:
a. Suhu Nitriding (520⁰C, 540⁰C, 560⁰C, dan 580⁰C)
b. Holding Time (2jam , 4jam , dan 6 jam)
32
1.5 Tempat dan Waktu Eksperimen
Penelitian dilaksanakan di Area kerja bengkel dan technical service Misumi
Indonesia. Penelitian berlangsung pada bulan September sampai Oktober 2018.
Gambar 3.2. Area kerja bengkel dan technical service Misumi Indonesia
(Sumber : PT. Misumi Indonesia)
33
c. Mesin TOYO 250T
Dengan spesifikasi :
34
d. Alat ukur vicker hardness tester
35
1.7 Teknik Pengumpulan Data
36
BAB IV
HASIL PENGUJIAN / PENELITIAN
Data hasil pengujian kekerasan pada variasi suhu dan waktu penahan dapat
dilakukan secara langsung, dan kemudian dilanjutkan dengan data panjangnya lifetime
yang didapat dari counter mesin TOYO 250 T di PT. Mitsuba Indonesia. Beberapa hal
yang akan dijadikan acuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dari data tabel diatas diperoleh check sheet dari PT. Techno Metal Industri, yang
37
4.1.1 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 2 jam
38
4.1.2 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 2 jam
39
4.1.3 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 2 jam
40
4.1.4 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 2 jam
41
4.1.5 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 4 jam
42
4.1.6 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 4 jam
43
4.1.7 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 4 jam
44
4.1.8 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 4 jam
45
4.1.9 Data check sheet suhu 520 dengan waktu penahanan 6 jam
46
4.1.10 Data check sheet suhu 540 dengan waktu penahanan 6 jam
47
4.1.11 Data check sheet suhu 560 dengan waktu penahanan 6 jam
48
4.1.12 Data check sheet suhu 580 dengan waktu penahanan 6 jam
49
4.2 Grafik Distribusi kekerasan tiap jamnya
Dari data check sheet kekerasan dapat ditarik grafik distribusi kekerasan tiap jam ,
berikut adalah grafiknya :
4.2.1 data hasil komparasi dengan penahan waktu 2 jam
5.
Dari data diatas untuk suhu 520⁰C; 540⁰C, dan 560⁰C masih jauh dari target yang
ditentukan tetapi pada suhu 580⁰C kekerasan mencapai target yang ditetapkan.
50
Dari data diatas pada suhu 520⁰C ; 540⁰C; 560⁰C dan 580⁰C memenuhi target
kekerasan , dan pada suhu 580⁰C mempunyai kekerasan yag paling baik diantara yang
lainnya.
Dari data diatas untuk suhu 520⁰C; 540⁰C; dan 560⁰C memasuki target yang
ditetapkan, tetapi pada suhu 580⁰C kekerasan melebihi target dan terjadi crack halus
pada material.
Kekerasan nitriding disini diukur dengan satuan HV (Hardness Vickers) dan
hasil check sheet dikeluarkan oleh PT. Techno Metal Industri. Selanjutnya Plunger Tip
after nitriding diukur lifetime di PT. Mitsuba Indonesia dengan menggunakan Mesin
Toyo 250 T
51
4.3 Komparasi data hasil pengukuran kekerasan
Berdasarkan metode penelitian yang telah ditetapkan, pelaksanaan penelitian
sample 12.
52
4.4 Data Hasil pengujian lifetime berdasarkan kekerasan Plunger Tip
Setelah dilakukan uji kekerasan plungerti, maka uji lifetime dilakukan di PT.
Mitsuba Indonesia,dengan mengunakan Plunger Tip dan sleeve baru maka diperoleh
data sebagai berikut :
No. Indentitas Specification Nitriding Hardness Life Time
Plunger tip Temperatur (Celcius) Time (jam) Vickers (K shoot)
1 Plunger Tip 1 520 2 402 7561
2 Plunger Tip 2 540 2 437 8043
3 Plunger Tip 3 560 2 895 14768
4 Plunger Tip 4 580 2 984 16530
5 Plunger Tip 5 520 4 959 15079
6 Plunger Tip 6 540 4 998 17343
7 Plunger Tip 7 560 4 1079 18630
8 Plunger Tip 8 580 4 1150 20126
9 Plunger Tip 9 520 6 984 16498
10 Plunger Tip 10 540 6 1080 18679
11 Plunger Tip 11 560 6 1120 19546
12 Plunger Tip 12 580 6 1308 15042
Tabel 4.2 Variasi Suhu dan penahanan waktu terhadap kekerasan dan life time
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Plunger Tip no 8 memiliki lifetime
yang paling Panjang diantara Plunger Tip lainnya, maka dengan adanya penelitian ini
dapat diproleh hasil lifetime yang paling maksimum dari proses nitriding.
53
■PLUNGER TIP COST
GENERAL INFO
SIMULATION
Maintenance Time
MATERIAL
PRODUCT NUMBER
PROPERTIES TAKE TIME
OF
SHOOT MACHINE SHOOT MACHINE
(MIN) / DAY / MONTH
MACHINE
SKD61 +
HARDEN
PLUNGER SKD61 + 30 8 2.000 50.000
TIP HARDEN +
NITRIDING
Dari data diatas menunjukan bahwa perubahan menggunakan Plunger Tip + nitrid
mempunyai harga yang 1.5x lebih tinggi dari Plunger Tip standart, tetapi dengan
54
perlakuan tambahan nitriding Plunger Tip tersebut memiliki lifetime yang lebih baik
juga dari Plunger Tip yang hanya melalui proses hardening saja. Jika dihitung
menggunakan cost performance maka untuk pertahun perusahaan dapat saving cost
sebesar Rp. 61.126.901,-. Bukan hanya biaya saja yang bias di saving melalui proses
tersebut tetapi dengan penambahan proses nitriding tersebut juga menurunkan down
55
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Lewat penelitian ini serta pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Untuk penahanan waktu 2 jam dengan suhu 520⁰C, 540⁰C, dan 560⁰C hasil
pengujian tidak memenuhi syarat kekerasan yang ditetapkan 950HV-1200HV,
dan pada suhu 580⁰C memiliki kekerasan 984HV.
2. Untuk penahanan waktu 4 jam hasil yang diperoleh pada suhu 520⁰C, 540⁰C,
560⁰C, dan 580⁰C memenuhi syarat kekerasan, hasil maksimum didapatkan pada
suhu 580⁰C.
3. Untuk penahanan waktu 6 jam hasil yang diperoleh pada suhu 520⁰C, 540⁰C,
dan 560⁰C memenuhi syarat kekerasan, sedangkan pada suhu 580⁰C tidak
memenuhi yarat kekerasan yaitu 1100HV-1200HV, dan terjadi crack pada suhu
580⁰C.
Dari 3 waktu pengujian 2, 4, dan 6 hasil maksimum yang diperoleh pada waktu 4
jam dengan suhu 580C dengan kekerasan 1150Hv. Untuk Plunger Tip no nitriding
lifetime yang dicapai 10.000 shoot dengan biaya 500.000/pcs, dan untuk Plunger Tip
nitriding mencapai 20.126 shoot dengan biaya 750.000/pcs. Dan didapat cost yang dapat
di saving sebesar 61.126.901 jt / tahun dan waktu yang dapat dihemat 7245 menit/year
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berikut adalah saran yang dapat
dikemukakan :
Untuk mencapai lifetime terbaik maka produk harus melalui proses
heatreatment 48-50 HRC + Nitriding pada suhu 580⁰C dengan waktu holding
time 4 jam maka akan mencapai kekerasan maksimal 1150HV
56
DAFTAR PUSTAKA
57