Disusun Oleh:
Ryendi Kusnan
NPM: 1506717853
Pembimbing :
Setijo Bismo
Dwi Esthi Ariningtias
Dr. Ir. Yuliusman, M. Eng Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, M.T.
(NIP. 196607201995011001) (NIP.196005141986031001)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas segala berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian kerja praktik di PT. Medco E&P Indonesia. Hasil dari kegiatan kerja
praktik ini menghasilkan suatu Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Peninjauan
Kapasitas Fasilitas Pengolahan Gas Untuk Lapangan X Terhadap
Peningkatan Permintaan Suplai Gas”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas akhir dalam mata kuliah wajib Kerja Praktik di Program Studi Teknik Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Pelaksanaan kerja praktik serta penyusunan laporan oleh penulis
dipermudah dengan banyak bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis yang telah memberikan banyak dukungan selama persiapan
dan pelaksanaan kerja praktik.
2. Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik yang
telah memberikan arahan dan saran untuk memudahkan penulis menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik ini.
3. Dr. Ir. Asep Handaya M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Departemen Teknik Kimia
dan Dr. Ir. Yuliusman, M. Eng., selaku koordinator mata kuliah Kerja Praktik
yang telah memfasilitasi penulis dalam Kerja Praktik.
4. Bapak Rully Chairullah, selaku HRD PT. Medco E&P Indonesia yang telah
memberi kesempatan bagi penulis untuk dapat melaksanakan kerja praktik di
PT. Medco E&P Indonesia.
5. Bapak Irman Susandi, sebagai Facility Engineering Manager PT. Medco. E&P
Indonesia, yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan
kerja praktik dan membagikan ilmunya kepada penulis selama kerja praktik di
PT. Medco. E&P Indonesia.
6. Bu Dwi Eshti Ariningtias selaku Process Engineer PT. Medco E&P Indonesia
sekaligus Pembimbing Lapangan Kerja Praktik di Surface Facility Engineering
Division yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama
melaksanakan kerja praktik.
Universitas Indonesia
2
Penulis
Universitas Indonesia
3
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
5
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2. 1 Konstanta Hazen – Williams ..................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4.1 Tabel Perbandingan Data Komposisi ................................................................... 33
Universitas Indonesia
6
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
7
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
8
dalam proses eksplorasi dan produksi minyak bumi, khususnya pada surface
facility di PT. Medco E&P Indonesia.
3. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya terkait
surface facility operations.
4. Mendapatkan kesempatan untuk menganalisis permasalahan yang mungkin
terjadi di lapangan dan mengetahui tindakan penanganan yang tepat.
5. Memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan yang lebih luas mengenai
proses-proses yang ada di industri perminyakan.
6. Memahami dan membiasakan diri di dunia kerja dengan lingkungan
perusahaan.
7. Mengetahui kondisi sesungguhnya dari industri perminyakan dan gas yang
akan dihadapi di masa depan.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktik dilaksanakan di PT. Medco E&P Indonesia yang berada di Jl.
Jend. Sudirman Kav. 52-53, RT.5/RW.3, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12190,
selama periode 2 – 31 Juli 2018. Penulis ditempatkan di Surface Facility
Engineering Divison. Kerja praktik dilaksanakan pada hari Senin – Jumat pada
pukul 07.00 – 16.00 WIB.
1.4 Metode Pelaksanaan
Selama kerja praktik penulis melakukan pelaksanaan secara langsung
dengan melakukan diskusi dengan pembimbing kerja praktek dan process engineer.
Cara tidak langsung dilakukan dengan mencari informasi dari literatur yang
berhubungan dengan surface facility operation. Selain itu juga mengumpulkan
data-data yang aktual dan data sekunder untuk dilakukan analisis lebih lanjut.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini terdiri dari 8 bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan, tempat dan waktu pelaksanaan, metode
pelaksanaan kerja praktik, dan sistematika penulisan laporan kerja praktik;
BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. MEDCO E&P INDONESIA
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. MEDCO E&P INDONESIA
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
TSS
Surface
Subsurface
Drilling Facility
Engineering
Engineering
Facility Field
Facility Project Maintenance
Operation Engineering
Engineering Management and Reliability
Integrity and Project
Universitas Indonesia
15
Pada fasa hilir dilakukan kegiatan pengolahan lanjutan pada fluida-fluida yang
sudah ditransportasikan dari surface facility sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Pada umumnya hasil dari proses lanjutan ini berupa gas, nafta, bensin, kerosin, diesel,
pelumas, dan bitumen. Proses produksi tersebut didasarkan pada panjang dan berat
rantai hidrokarbon dari fluida tersebut. Bagian akhir dari fasa hilir adalah pemasaran
serta distribusi kepada end-user masing-masing produk.
2.4.2 Surface Facility Operations
Fungsi dari surface facility adalah untuk memfasilitasi terjadinya transportasi
dan pengolahan fluida dari choke hingga ke sales point. Pada sales point fluida sudah
terpisah menjadi minyak, gas, dan air sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh
pembeli. Surface facility memfasilitasi pemisahan minyak, gas, dan air dan juga
membersihkan gas dari polutan, membersihkan minyak dari air, dan air dari minyak.
Spesifikasi yang diminta oleh pembeli umumnya untuk minyak adalah basic sediment
and water (BS&W), specific gravity (SG), dan API gravity. Untuk kondensat
spesifikasi yang diminta pada umumnya adalah Reid Vapor Pressure (RVP) dan untuk
gas spesifikasi yang diminta pada umumnya adalah water content, kandungan H2S dan
karbon dioksida. Demi kesehatan dan lingkungan surface facility juga memfasilitasi
penanganan limbah gas, cari, dan padat.
Peralatan utama yang biasa digunakan berupa vessel dan contractor, yang
berguna untuk proses separasi, dan pemurnian fluida. Untuk penyimpanan pada
umumnya akan digunakan storage tank. Separator yang digunakan ada two-phase
separator dan three-phase separator, dan juga ada horizontal separator dan vertical
separator, dimana dalam pemilihannya menjunjung tinggi efektifitas dan aspek
ekonomis. Untuk melakukan transportasi fluida peralatan utama yang dipakai adalah
flow line, trunk line, dan pipeline, serta menggunakan pompa dan kompresor. Flow line
digunakan untuk transportasi jarak pendek dengan volume fluida yang relative kecil,
sedangkan trunk line digunakan untuk jarak yang lebih jauh dengan volume yang lebih
besar. Kedua jenis pipa tersebut digunakan untuk mengalirkan fluida dari area sumur.
Pipeline digunakan untuk mengantarkan fluida yang sudah sesuai spesifikasinya
dengan keinginan pembeli. Peralatan umum lainnya yang biasa digunakan untuk
Universitas Indonesia
16
mendapatkan proses yang optimal diantara lainnya adalah refrigeran, heat exchanger,
dan prime movers.
Proses pemurnian yang dilakukan untuk gas umumnya adalah untuk
menghilangkan sifat asam karena kandungan H2S dan karbon dioksida, serta
menghilangkan kandungan air. Salah satu tujuan dari pemurnian tersebut adalah
menjaga integritas peralatan yang digunakan. Gas yang dihasilkan dapat dijual ke end-
user atau digunakan untuk melakukan operasi gas lift. Proses pemurnian minyak
umumnya dilakukan untuk menghilangkan kandungan air, zat pengotor dalam fasa
padat, gas, dan cair. Pengolahan lebih lanjut juga dilakukan untuk menghilangkan
kandungan garam dan kandungan yang dapat mengganggu proses produksi seperti
paraffin wax. Air yang didapatkan dari proses surface facility dapat digunakan untuk
operasi injeksi air ke dalam tanah dan juga didaur ulang untuk kebutuhan proses.
2.4.3 Peran Process Engineer di Surface Facility
Tugas utama process engineer adalah untuk merancang proses dari choke
sampai ke pipeline sesuai kebutuhan pengolahan, dengan kondisi yang paling efektif
dan ekonomis. Minyak yang diambil dari sumur masih tercampur dengan gas, air, serta
zat pengotor lainnya yang dapat mengganggu alur produksi minyak tersebut. Oleh
sebab itu proses pertama yang perlu ditentukan adalah pemisahan.
Process engineer merancang separator yang sesuai dengan kebutuhan fluida
tersebut. Berdasarkan prinsip kerjanya ada 2 jenis separator, yaitu two-phase separator
dan three-phase separator. Two-phase separator memisahkan gas dengan kondsensat
sedangkan three-phase separator memisahkan gas, minyak, dan air. Menurut bentuk,
separator dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu vertical separator dan horizontal separator.
Setiap jenis separator memiliki keuntungan yang spesifik, dan pemilihannya
didasarkan pada separator yang akan memberikan hasil yang diinginkan dengan biaya
termurah.
Dalam penentuannya.process engineer memastikan bahwa cairan atau gas yang
keluar telah dipisahkan dan tidak terjadi proses balik dari satu arah ke arah yang
lainnya. Dapat dilakukan usaha lanjutan dari pemisahan fase pertama dengan
melakukan multi-stage separation, dengan pertimbangan pressure drop yang terjadi
Universitas Indonesia
17
dengan tujuan untuk mendapatkan lebih banyak minyak yang stabil pada kondisi tangki
penyimpanan terakhir.
Setelah dilakukan pemisahan process engineer bertugas untuk menentukan
proses lanjutan yang dibutuhkan oleh fluida. Untuk pemurnian gas process engineer
berperan untuk menentukan acid gas removal unit yang sesuai dan juga dehydration
unit yang sesuai untuk proses tersebut. Acid gas removal unit yang sering dipakai
sekarang adalah menggunakan mono-ethanol-amine, di-ethanol-amine, atau tri-
ethanol-amine. Dalam perancangannya konsentrasi amine yang digunakan, serta laju
alir dari larutan menjadi pertimbangan. Dehydration unit yang umum dipakai adalah
menggunakan dessicant atau glycol. Prinsip dari glycol dehydration adalah proses
absorpsi. Glycol yang mengandung embun air yang diserap dari gas dinamakan rich
glycol, dan glycol yang airnya sudah diuapkan ke atmosfir disebut lean glycol yang
akan dialirkan kembali. Dalam penggunaan dessicant prinsip yang digunakan adalah
prinsip adsorpsi. Setelah proses pemurnian sudah selesai gas dapat dialirkan ke pipeline
menuju end-user, dan bila tekanan tidak sesuai maka dapat digunakan kompresor untuk
meningkatkan tekanannya.
Untuk pemurnian minyak umumnya digunakan heat atau chemical treater yang
digunakan untuk menghilangkan emulsi dari aliran minyak yang biasanya berupa
emulsi minyak dan air. Desalting unit digunakan untuk menghilangkan kandungan
garam pada minyak. Dalam penentuan unit yang diperlukan process engineer
mempertimbangkan komposisi dari fluida yang masuk dan keluar, serta aspek
ekonominya. Untuk meningkatkan tekanan dari minyak sebelum masuk ke dalam
pipeline dapat digunakan pompa yang sesuai.
Selain proses tersebut proses pemurnian fluida yang akan dibuang atau
dianggap sebagai limbah juga ditentukan oleh process engineer. Ada ketentuan dan
syarat terkait fluida yang dapat dibuang kepada lingkungan dan hal tersebut harus
dipenuhi untuk menjaga kesehatan dan lingkungan.
Universitas Indonesia
18
Piping and
Process Design Process Flow Process
Instrumentation
Basis Diagram Simulation
Diagram
Universitas Indonesia
19
sebuah proses diolah. Dalam BFD, persegi panjang menunjukan unit operasi dan garis
yang menyambungkan unit operasi menunjukan aliran proses. Aliran proses ini dapat
menjadi campuran antara gas, cairan, dan padatan yang mengalir dalam pipa atau
conveyer belt untuk padatan. Dalam pembuatannya ada beberapa aturan yang harus
diikuti sehingga dalam pembacaan BFD tidak ada yang ambigu, aturan tersebut adalah
sebagai berikut:
Unit operasi seperti mixers, separator, reaktor, dan sebagainya diinterpretasikan
dalam persegi panjang atau kotak
Sebuah kelompok unit operasi dapat diinterpretasikan dalam sebuah persegi
panjang atau kotak
Aliran masuk dan keluar pada unit operasi diinterpretasikan dengan garis lurus
yang horizontal atau vertikal
Arah dari aliran harus diindikasikan secara jelas dengan panah pada garis aliran
Aliran harus diberi angka dengan urutan yang logis
Unit operasi harus diberi label
Diprioritaskan untuk membentuk diagram yang alirannya dari kiri ke kanan,
dimana unit operasi upstream berada pada sisi kiri dan unit operasi yang bersifat
downstream berada pada sisi kanan
Universitas Indonesia
20
Setelah proses sudah ditetapkan maka akan dilakukan seleksi teknologi yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut lalu akan disajikan dalam Process
Flow Diagram. Pada tahapan PFD atau SFD (system flow diagram), hubungan antara
komponen pada sistem ditunjukan, dan dilakukan tabulasi nilai untuk desain proses
yang dirancang untuk mode operasi yang berbeda. Nilai – nilai minimum, normal, dan
maksimalnya pun ditunjukan. Pada tahapan PFD komponen minor seperti sistem
perpipaan, rating pipa, dan tujuan belum ditunjukan. Pada sebuah PFD, hal hal yang
harus ditunjukan adalah sebagai berikut:
Process Piping
Simbol komponen mayor, nama, dan nomer identifikasi (alat alat seperti separator,
mixer, dan sebagainya)
Katup yang mempengaruhi operasi dari sistem
Koneksi dengan sistem lainnya
Garis bypass atau sirkulasi ulang
Rating sistem dan nilai operasi, seperti nilai minimum, normal, dan maksimum
untuk aliran, temperatur, dan tekanan
Komposisi aliran
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Dalam tahapan perancangan proses dibutuhkan keterlibatan dari ilmu disiplin lainnya,
seperti instrumentasi, perpipaan, kimia/korosi, sipil, electrical, mechanical, dan
process safety. Input yang didapatkan dari disiplin ilmu lainnya sangat berguna dan
Universitas Indonesia
23
tidak dapat diabaikan dalam perancangan proses. Input yang didapatkan dari disiplin
lainnya pada umumnya didasarkan oleh hasil perancangan proses yang dilakukan pada
tahapan sebelumnya. Perancangan proses dapat direvisi dan diperbaharui untuk
mendapatkan hasil yang optimal.
Universitas Indonesia
24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi utama fasilitas antara lain adalah sebagai berikut: memisahkan minyak, gas, air,
dan padatan, mengirimkannya ke sistem transportasi (yaitu, pipa, truk, kapal, atau
mobil kereta api). Gas harus dirawat untuk penjualan atau pembuangan. Di masa lalu,
pembuangan kadang-kadang berarti pembakaran atau pelepasan, tetapi sekarang gas
yang tidak dapat diangkut biasanya dikompresi untuk reinjeksi ke dalam waduk.
Memperlakukan gas mungkin hanya melibatkan pemisahan dari cairan, atau mungkin
termasuk proses tambahan seperti: kompresi, dehidrasi, menghapus H2S dan CO2,
pengolahan gas untuk memadatkan komponen yang lebih berat yang dapat diangkut
sebagai cairan
Selain memproses gas untuk dijual, air dan padatan yang dihasilkan harus ditangani
untuk dibuang. Untuk air yang diproduksi, pengolahan biasanya meliputi penghilangan
hidrokarbon yang terdispersi dan terlarut dan, selain pemisahan atau skimming minyak,
dapat meliputi: penyaringan, deionisasi, pemompaan. Jika perawatan zat padat
diperlukan, itu mungkin termasuk mencuci air dan mengaduk zat padat untuk
menghilangkan minyak dan kemudian memisahkan air dari mereka. Selain sistem
proses, proses pemanasan dan pendinginan tambahan mungkin diperlukan. Proses
Universitas Indonesia
25
superheating fuel gas untuk digunakan dalam generator atau kompresor turbin gas.
Proses pendinginan biasanya diperlukan untuk kompresi gas. Skema menyeluruh untuk
proses fasilitas pada umum nya dapat dilihat dalam gambar berikut.
Universitas Indonesia
26
Separation
Pemisah menyediakan tempat bagi cairan apa pun untuk keluar dari gas. Tekanan
separator diatur lebih tinggi daripada tekanan pipa sehingga gas dapat melalui
pendinginan, pengolahan, dehidrasi, dan pengolahan gas yang dibutuhkan — masing-
masing dengan beberapa penurunan tekanan — dan sampai pada tekanan pipa yang
diperlukan.
Cooling
Jika suhu aliran gas tinggi, suhu hilir choke mungkin cukup tinggi sehingga tidak perlu
memasang hulu pemanas saluran pemisah HP. Jika suhu tabung mengalir lebih tinggi,
gas panas yang meninggalkan pemisah HP dapat menyebabkan masalah proses dan
korosi dengan sistem pengolahan hilir. Selain itu, gas panas akan membawa lebih
banyak uap air, yang membuat sistem dehidrasi lebih besar dan jauh lebih mahal
daripada jika gas didinginkan terlebih dahulu. Dengan demikian, kadang-kadang
diperlukan untuk memasang gas cooler downstream dari pemisah tahap pertama.
Pendingin mungkin berupa pendingin udara atau penukar shell-and-tube yang
menggunakan air laut langsung atau loop pendingin-air yang terkandung, yang
didinginkan oleh air laut atau sumber air lainnya.
Treating
Gas alam dapat memiliki sejumlah kotoran, seperti: H2S dan CO2, disebut sebagai "gas
asam", gas alam mengandung H2S, yang disebut “gas asam”, gas yang tidak
mengandung H2S atau dari mana H2S telah dihapus, disebut "sweet gas". Proses
menghilangkan H2S, dan mungkin CO2, disebut sebagai “Sweetening.” Gas H2S
Universitas Indonesia
27
sangat beracun. CO2 membentuk asam kuat yang sangat korosif di hadapan air.
Gabungan, mereka bersifat korosif; jika korosi menghasilkan kebocoran, mereka bisa
mematikan. Cara umum untuk menghilangkan H2S dan CO2 dari gas alam adalah
dengan sistem amina, yang menggunakan menara kontak dengan baki atau kemasan
terstruktur untuk melewatkan gas asam melalui cairan amina, menyerap H2S dan
beberapa CO2. Amina tersebut kemudian diregenerasikan dalam menara pengupasan
di mana H2S dan CO2 dihilangkan.
Dehydration
Untuk menghindari kondensasi air di pipa gas dengan masalah korosi dan pembentukan
hidrat, spesifikasi pipa biasanya membatasi jumlah uap air dalam gas. Spesifikasi pipa
standar di sebagian besar wilayah AS bagian selatan adalah 7 lbm air per juta kaki
kubik standar gas (lbm / MMscf). Ini sesuai dengan dewpoint air sekitar 32 ° F pada
1.000 psi. Di daerah utara, atau di air yang sangat dalam di mana suhu di luar pipa bisa
jauh lebih rendah, adalah umum untuk melihat spesifikasi 4 lbm / MMscf (sekitar 0 °
F dewpoint pada 1.000 psi). Air sering dikeluarkan dari gas dengan sistem dehidrasi
glikol, seperti yang dijelaskan di sini. Sistem dehidrasi glikol umumnya menggunakan
trietilena glikol untuk menyerap uap air dari gas. Ini dilakukan di menara kontak di
mana glikol ramping, atau kering, mengalir oleh gravitasi dari puncak menara melalui
nampan atau pengepakan terstruktur. Aliran gas berlawanan arah melalui menara
sehingga gas terkering kontak glikol yang paling kering. Gas kering yang keluar dari
menara digunakan untuk mendinginkan glikol lean sebelum memasuki menara. Gas
kemudian melanjutkan penjualan atau pemrosesan lebih lanjut untuk menghilangkan
cairan gas alam (NGL).
Glikol yang kaya atau basah, yang keluar dari dasar menara diregenerasi dalam suatu
proses yang berkelanjutan. Pertama, glikol yang kaya masuk ke pemisah untuk
menghilangkan hidrokarbon kental, kemudian dipanaskan terlebih dahulu dan disaring
sebelum dikirim ke "reboiler" atau "regenerator."Glikol yang kaya dipanaskan dalam
regenerator hingga 390 sampai 400 ° F, dan airnya direbus. Uap ini dibuang langsung
Universitas Indonesia
28
Processing
Gas kering dapat diproses lebih lanjut untuk memulihkan hidrokarbon cair dalam
bentuk: NGL, liquefied natural gas (LNG), liquefied petroleum gas (LPG). NGL adalah
cairan hidrokarbon yang dapat dipisahkan dari aliran gas alam setelah komponen
hidrokarbon yang lebih berat telah dihilangkan dengan pemisahan pada suhu ambien.
NGL termasuk: etana, propane, butane, bensin alami. LPG adalah campuran
hidrokarbon, terutama butana dan propana yang dapat diangkut sebagai cairan di bawah
tekanan, atau pada suhu yang sangat rendah. dan diubah menjadi gas saat pelepasan
tekanan. LNG adalah cairan yang terdiri dari sebagian besar metana yang dicairkan
untuk memudahkan transportasi jika pipa tidak layak. Proses yang paling umum
digunakan untuk memisahkan NGL atau LPG adalah: lean-oil absorption,
refrigeration, turbo-expander plants. Sisa gas yang tersisa dapat digunakan sebagai
bahan bakar, diinjeksikan kembali ke dalam waduk, atau dimasukkan ke dalam saluran
pipa.
Stabilization
Stabilisasi menghilangkan hidrokarbon ringan dari aliran cairan, baik dengan
mengurangi tekanan dan membiarkan komponen yang lebih ringan menyala, seperti
yang dibahas sebelumnya, atau dengan kombinasi pengurangan tekanan dan
pemanasan. Sebagian besar air akan dihapus selama pemisahan. Kondensat stabil yang
dihasilkan memiliki tekanan uap rendah sehingga dapat disimpan dalam tangki untuk
pengiriman pada tekanan atmosfer dengan truk, kereta api, tongkang, atau kapal tanpa
ventilasi uap yang berlebihan. Seringkali, ada batasan tekanan uap yang memerlukan
stabilisasi cairan untuk pengiriman pipa juga. Air yang dibuang dalam proses
Universitas Indonesia
29
Compression
Komponen yang lebih ringan dihapus dalam fase gas selama proses stabilisasi akan
berada pada tekanan yang lebih rendah dari aliran gas utama. Komponen-komponen
ini harus dikompres dengan tekanan pemisah HP sehingga dapat diproses dengan sisa
gas.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Moody chart digunakan untuk menentukan friction factor yang akan digunakan
pada persamaan – persamaan lainnya untuk menentukan head loss / pressure drop yang
dialami pada aliran dalam pipa berdasarkan angka Reynolds dari aliran tersebut.
Aplikasi dari Moody friction factor ini dapat dilihat pada salah satu persamaan yang
paling umum untuk digunakan yaitu Darcy – Wiesbach Equation.
dp v dv g f M v 2
( sin
dL gc dL gc 2gc D
Dimana dp/dL menunjukan pressure drop dari aliran pipa tersebut.
Untuk aliran gas pada umumnya digunakan persamaan Weymouth atau
Panhandle dalam menunjukan pressure drop pada aliran pipa. Persamaan tersebut
ditunjukan di bawah dengan urutan yang sama.
1/2
2.67
𝑃1 2 − 𝑃2 2
𝑄𝑔 = 1,11𝑑 [ ]
𝐿𝑆𝑍𝑇1
0,51
𝑃1 2 − 𝑃2 2
𝑄𝑔 = 0,028𝐸 [ 0.961 ] 𝑑 2,53
𝑆 𝑍𝑇1 𝐿𝑚
Dimana,
𝑄𝑔 : Laju alir (mmscfd)
D : Diameter pipa (inch)
P1 : Tekanan pada titik 1 (psia)
P2 : Tekanan pada titik 2 (psia)
L : Panjang pipa (ft)
S : Specific gravity
T1 : Temperatur inlet/flowing (R)
Z : Compressibility factor
E : Efficiency factor
Untuk aliran air persamaan umum yang digunakan untuk menentukan pressure
drop adalah persamaan Hazen – Williams. Persamaan ini merupakan persamaan
empiris yang sering kali menjadi alternatif dari persamaan Darcy – Weisbach yang
membutuhkan kalkulasi iteratif.
h = 0.2083 (100 / c)1.852 q1.852 / dh4.8655
Universitas Indonesia
32
Dimana,
h : friction head loss in feet of water per 100 ft of pipe
c : konstanta kekasaran Hazen – Williams
q : laju volume (gal/min)
dh : diameter dalam (inch)
Hazen-Williams
Material Coefficient
-c-
Corrugated Metal 60
Universitas Indonesia
33
Hazen-Williams
Material Coefficient
-c-
Fiber 140
Glass 130
Steel, corrugated 60
Tin 130
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Koefisien hambatan telah ditemukan sebagai fungsi dari bentuk partikel dan bilangan
Reynolds dari gas yang mengalir. Untuk tujuan persamaan bentuk partikel ini dianggap
sebagai bola yang padat dan kaku.
Nomor Reynolds didefinisikan sebagai:
Dalam bentuk ini, solusi trial and error diperlukan karena kedua ukuran partikel, Dp,
dan kecepatan terminal, Vt, terlibat. Untuk menghindari trial and error, nilai-nilai
koefisien drag dipaparkan pada Gambar 3.3.2 sebagai fungsi dari produk koefisien
Universitas Indonesia
36
Hukum Newton - Untuk partikel yang relatif lebih besar (kira-kira 1000 mikron
dan lebih besar) pengendapan gaya gravitasi dijelaskan oleh hukum Newton
(Gambar 7-4). Koefisien hambatan pembatas adalah 0,44 pada angka Reynolds
di atas sekitar 500. Substituting C ′ = 0,44 dalam persamaan menghasilkan
persamaan hukum Newton yang dinyatakan sebagai:
Hukum Stokes - Pada bilangan Reynolds rendah (kurang dari 2), hubungan
linear ada antara koefisien hambatan dan bilangan Reynolds (sesuai dengan
Universitas Indonesia
37
aliran laminar). Hukum Stokes berlaku dalam kasus ini dan persamaan diatas
dapat dinyatakan sebagai:
Batas bawah untuk penerapan hukum Stokes adalah parameter tetesan sekitar 3 mikron.
Batas atas sekitar 100 mikron.
Universitas Indonesia
38
Bagian pemisahan primer, A, digunakan untuk memisahkan bagian utama dari cairan
bebas dalam aliran inlet. Ini berisi nozzle inlet yang mungkin tangensial, atau baffle
diverter untuk mengambil keuntungan dari efek inersia gaya sentrifugal atau perubahan
arah yang mendadak untuk memisahkan bagian utama dari cairan dari aliran gas.
Bagian sekunder atau gravitasi, B, dirancang untuk memanfaatkan gaya gravitasi untuk
meningkatkan pemisahan tetesan entrained. Ini terdiri dari sebagian dari kapal di mana
gas bergerak dengan kecepatan yang relatif rendah dengan sedikit turbulensi. Dalam
beberapa desain, baling-baling pelurus digunakan untuk mengurangi turbulensi. Para
baling-baling juga bertindak sebagai kolektor tetesan, dan mengurangi jarak tetesan
harus jatuh untuk dihapus dari aliran gas.
Universitas Indonesia
39
menghilangkan tetesan kecil cairan dari gas dengan menimpa permukaan tempat
mereka bergabung. Cairan khas dari ekstraktor kabut kurang dari 0,1 galon per MMscf.
Bagian penampungan air atau cairan, D, bertindak sebagai penerima untuk semua
cairan yang dikeluarkan dari gas di bagian primer, sekunder, dan penggabungan.
Tergantung pada kebutuhan, bagian cair harus memiliki sejumlah volume lonjakan,
untuk penangkapan atau penangkapan slug, di atas tingkat cair minimum yang
diperlukan agar kontrol berfungsi dengan baik. Degassing mungkin memerlukan
pemisah horisontal dengan tingkat cair dangkal sementara pemisahan emulsi juga
mungkin memerlukan suhu yang lebih tinggi, tingkat cairan yang lebih tinggi, dan /
atau penambahan surfaktan.
Konfigurasi Separator
Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk pemilihan konfigurasi pemisah meliputi:
Seberapa baik bahan asing (misalnya pasir, lumpur, produk korosi) ditangani?
Berapa banyak ruang plot yang dibutuhkan?
Akankah pemisah terlalu tinggi untuk diangkut jika tergelincir?
Apakah ada permukaan antarmuka yang cukup untuk pemisahan tiga fase
Dapatkah koil pemanas atau jet pasir dimasukkan jika diperlukan?
Berapa banyak luas permukaan yang tersedia untuk menghilangkan gas dari
cairan yang terpisah?
Harus lonjakan dalam aliran cairan ditangani tanpa perubahan besar dalam
level?
Apakah volume retensi cairan yang besar diperlukan?
Vertical Separator
Pemisah vertikal, biasanya dipilih ketika rasio gas-cair tinggi atau total volume gas
rendah. Pada pemisah vertikal, cairan masuk ke dalam bejana yang menyentilkan baffle
pengalihan yang memulai pemisahan primer. Cairan yang dikeluarkan oleh baffle inlet
jatuh ke bagian bawah bejana. Gas bergerak ke atas, biasanya melewati mist extractor
Universitas Indonesia
40
untuk menghilangkan kabut yang menggantung, dan kemudian gas "kering" mengalir
keluar. Cairan yang dibuang oleh ekstraktor kabut bergabung menjadi tetesan besar
yang kemudian jatuh melalui gas ke reservoir cair di bagian bawah. Kemampuan untuk
menangani siput cair biasanya diperoleh dengan meningkatkan tinggi badan. Kontrol
level tidak kritis dan level cairan dapat berfluktuasi beberapa inci tanpa mempengaruhi
efisiensi operasi. Ekstraktor kabut dapat secara signifikan mengurangi diameter
pemisah vertikal yang diperlukan. Sebagai contoh pemisah vertikal, pertimbangkan
scrubber hisap kompresor. Dalam layanan ini pemisah vertikal:
• Tidak perlu volume retensi cairan yang signifikan.
• Level cairan bereaksi dengan cepat terhadap cairan apa pun yang masuk — sehingga
tersandung alarm atau shutdown.
• Pemisah menempati sedikit ruang plot.
Horizontal Separator
Pemisah horisontal paling efisien jika volume besar total cairan dan sejumlah besar gas
terlarut ada bersama cairan. Luas permukaan cair yang lebih besar dalam konfigurasi
ini memberikan kondisi optimal untuk melepaskan gas yang terperangkap. Pada
pemisah horisontal, Gambar 3.3.4, cairan yang telah dipisahkan dari gas bergerak
sepanjang bot kapal ke outlet cairan. Gas dan cairan menempati bagian proporsional
mereka dari penampang tempurung shell. Peningkatan kapasitas siput diperoleh
melalui waktu retensi yang diperpendek dan peningkatan level cairan. Gambar 3.3.4
juga mengilustrasikan pemisahan dua fasa cair (glikol dan hidrokarbon). Glikol yang
lebih padat mengendap ke dasar dan ditarik melalui "boot." Tingkat glikol dikendalikan
oleh instrumen kontrol tingkat konvensional.
Dalam pemisah barel ganda, cairan jatuh melalui pipa aliran yang menghubungkan ke
reservoir cairan eksternal di bawah ini. Bejana yang sedikit lebih kecil dapat
dimungkinkan dengan pemisah horisontal barel ganda di mana kapasitas lonjakan
menetapkan ukuran koleksi cair bagian bawah. Sebagai contoh pemisah horisontal,
pertimbangkan tangki flash amina yang kaya. Di layanan ini:
Universitas Indonesia
41
Ada volume lonjakan cairan yang relatif besar yang mengarah ke waktu retensi
yang lebih lama (ini memungkinkan pelepasan lebih lengkap dari gas terlarut
dan, jika perlu, volume lonjakan untuk sistem sirkulasi).
Ada lebih banyak luas permukaan per volume cairan untuk membantu dalam
degassing yang lebih lengkap.
Konfigurasi thehorizontal bisa lebih baik dibandingkan dengan vertikal.
Level cairan merespon perlahan terhadap perubahan dalam persediaan cairan.
Universitas Indonesia
42
dan korelasi yang dikembangkan oleh Souders dan Brown II untuk menghubungkan
diameter pembuluh dengan kecepatan naiknya uap yang tidak akan membawa cairan
yang cukup untuk menyebabkan akumulasi yang berlebihan:
Beberapa nilai tipikal faktor pemisah ukuran, K dan C, diberikan pada Gambar 3.3.5.
Separator berukuran menggunakan persamaan ini untuk menghitung luas penampang
kapal yang memungkinkan kecepatan gas pada atau di bawah kecepatan gas dihitung
dengan persamaan kritis.
Separator Horisontal yang lebih besar dari 10 kaki panjangnya dengan ekstraktor kabut
berukuran menggunakan persamaan-persamaan berikut.
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Medco E&P mempunya sepuluh blok aktifitas dan salah satu nya adalah di blok
Sumatera Selatan, dimana lapangan X berada. Lapangan X berada dalam Fasilitas Y
yang berada dalam blok Sumatera Selatan berdiri pada tahun 2012. Dan pada saat ini
Lapangan X berkecimpung untuk mengelola dan memproduksi gas yang akan di jual
ke suplier gas di Rimau. Aliran gas pada awal nya di desain dengan kapasitas 2.75
mmscfd dan pipeline dengan kapasitas sebesar 2.5 mmscfd. Kondisi operasi fasilitas
lapangan X pada saat ini berada di tekanan 375 psig dan suhu operasi 100 F. Kondisi
desain awal untuk lapangan X berada di tekanan 450 psig dan suhu 150 F.
Pada saat ini aliran gas yang dihasilkan oleh lapangan X adalah sebesar 2.5 mmsfd dan
itu semua akan dialirkan melaui pipeline sepanjang 22 km ke suplier gas di Rimau
untuk dijual. Namun terdapat rencana dari suplier gas di Rimau untuk meningkatkan
aliran gas yang sekarang diproduksi lapangan X dikarenakan meningkatnya
permintaan. Melihat hal tersebut makan terlahir proyek individu yang sekarang saya
akan ulas lebih lanjut dalam penjabaran bagian-bagian berikutnya. Dengan
Universitas Indonesia
45
meninjaunya kapasitas fasilitas pengolahan gas pada saat ini untuk menentukan
kapabilitas apabila kapasitas aliran akan ditingkatkan.
Melihat proyek tersebut maka perlu sistem penganan dan metode kerja yang diperlukan
untuk menjalankan proyek tersebut. Setelah meninjau sitem managerial dari
perusahaan yang saya kerja praktikan maka metodelogi yang digunakan untuk
menangani proyek ini alurnya adalah:
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan X dari awal dibangun
sampai saat ini. Mulai dari data umpan seiring waktu hingga data kondisi operasi. Tak
lupa ada data akan gambar rancangan lapangan X dalam P&IDE untuk mengtahui
skema menyeluruh dan instrumen-instrumen yang telah terinstalasi pada setiap unit
proses di dalamnya.
Peninjauan Data
Setelah mengumpulkan semua data yang akan berkaitan dan membantu
kebrlangsungan proyek saya. Selanjutnya akan dilakukan tahap peninjauan dan analisis
Universitas Indonesia
46
terhdapa data –data tersebut. Sehingga akan mendapatkan pemahaman lebih dalam
mengenai kasus tersebut. Apabila ada hal yang asing dan tidak dimengerti maka pada
tahap ini adalah waktu yang tepat untuk meninjaui teori-teori untuk membantu dalam
analisis data. Selain itu pada tahap ini arahan dari coach juga sangat penting karena
banyak hal dan pengalaman dari mereka yang dapat diesensikan untuk membantu
selama saya kerja praktik di Medco E&P.
Simulasi
Setelah skema BFD telah di konfirmasi oleh pembimbing dan telah mendapatkan
lampu hijau dari beliau maka saya masuk kedalam tahap selanjut nya yaitu melakukan
tahap simulasi terhadap proses yang ada. Dalam tahap ini tentu saja merupakan hal
yang krusial dalam memasukan data yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan tujuan awal. Maka dari itu saya harus teliti dan memahami bekal data yang
pada saat itu sedang saya pegang.
Hasil
Setelah melakukan simulasi maka hasil akan sudah terlihat. Dalam tahap ini diperlukan
analisis secara logis untuk memastikan bahwa hasil tersebut tetap masuk di akal dan
tidak keluar ke ranah lain nya atau bahkan tidak sesuai dengan teori atau hasil yang
Universitas Indonesia
47
seharusnya. Apabila terjadi hasil yang kurang masuk akal maka perlu ada nya
peninjauan kembali pada tahap-tahap sebelumnya.
Kesimpulan
Apabila hasil telah dikonfirmasi dari berbagai pihak termasuk dengan pembimbing
makan diperlukan analisis untuk membuat kesimpulan. Dimana didalam kesimpulan
tersebut akan terdapat jawaban untuk menjawab tujuan awal proyek. Selain itu juga
dapat bermunculan rekomendasi untuk menangani tujuan awal proyek agar tetap
terlaksana.
Universitas Indonesia
48
Saya mendapat cetakan biru dari P&ID untuk lapangan X sekitar 20 buah. Peninjauan
terhadap mulai dari asal sumber umpan aliran produk, aliran produk samping dan
hingga instumen-instrumen yang tertdapat dalam sistem untuk lapangan X. Dan setelah
melakukan analisis dan peninjauan terhadap cetakan-cetakan biru tersebut maka dapat
ditindaklanjuti ke tahap pemetaan ke Block Flow Diagram. Berikut dibawah adalah
hasil dari pemetaan ke Block Flow Diagram untuk memvisualkan hasil dari proses
keseluruhan dari lapangan X.
Dari gambar skema block flow diagram untuk lapngan X diatas kita dapat
mendeskripsikan alur-alur proses yang di lewati. Dari sebelah bagian paling kiri dalam
skema terdapat dua blok sumur gas dari lapangan X yang dinamakan sumur gas 01 dan
sumur gas 04. Lalu kedua aliran dari kedua sumur gas tersebut dialirinkan dan akan
bertemu di manifold dan akan di alirkan melalui trunkline ke production separator yang
menggunakan prinsip two-phase untuk memisahkan gas dan minyak. Minyak yang
telah terpisahkan akan di alirkan ke dalam production separator milik lapangan Y yang
akan dialirkan kedalam tangki penyimpanan, sedangkan aliran gas yang telah
Universitas Indonesia
49
Dalam skema tersebut dapat terlihat istilah launcher di bagian upstream dan receiver
di bagian downstream. Unit tersebut berguna apabila akan dilakukan pigging atau
pembersihan terhadap pipeline apabila ada yang mulai tersumbat akibat terbentuk dan
menumpuknya slug di dalam pipa yang akan mempengaruhi kondi operasi pipa
khususnya pada tekanan.
Selanjutnya saya akan meninjau proses yang terjadi di area downstream dimana
merupakan penghujung aliran dari pipeline. Setelah dari pipeline sepanjang 22 km
aliran gas akan masuk kedalam separator slug catcher yang bertujuan untuk
memisahkan gas dari slug-slug yang mungkin masih terbentuk dan terbawa dalam
aliran sepanjang 22 km tersebut. Sehingga slug yang terpisah akan dialirkan kedalam
tangki pencuci dan gas yang terpisah dari separator akan melalui alat pengukur gas
untuk di konversi menjadi satuan energi agar siap dijual ke fasilitas suplier di Rimau
tersebut.
Universitas Indonesia
50
Dari simulasi HYSYS diatas maka didapatkan kondisi operasi dari umpan, upstream,
dan downstream. Dan gamabar berikut dibawah ini adalah perbandingan data
komposisi aliran upstream dari sampel laboratorium pada tahun 2016 dan kompisisi
upstream hasil simulasi dari HYSYS. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa
data tersebut dapat digunakan. Dan cara memverifikasinya salah satu nya dengan
melihat phase envelopenya. Dalam analisis phase envelope didapatkan bahwa fase dari
kedua aliran dengan komposisi tersbut masih dalam fasa yang sama yaitu masih dalam
fasa gas sehingga data komposisi aliran upstream dari simulasi HYSYS dapat
digunakan kedalam tahap selanjutnya yaitu simulasi PIPESIM.
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
52
Dan untuk penggambaran dan pemahaman lebih dalam bagai mana pipa alir tersebut
di dalam lapangan. Maka dilakukan pemasukan data undulasi pipa berdasarkan jarak
total dengan elevasi nya. Pemasukan data undulasi tersebut juga merupakan salah satu
faktor pendukung dalam tindakan penyamaan data. Berikut adalah gambar grafik bagai
mana bentuk perjalanan pipa sepanjang upstream menuju ke downstream.
Tahap selanjutnya adalah tahap penyamaan data dengan kondisi pipa sekarang dengan
menggunakan teori Beggs & Brill dimana roughness merupakan variabel yang
mendukung dalam tahap penyamaan data ini. Dalam grafik dibawah, dengan
menentukan syarat tekanan pada downstream sebesar 56 Psig, dimana merupaka syarat
aliran untuk emasuki separator penangkap slug, maka dilakukan analisis sensitivitas
terhadap rougness. Analisis sensitivitas rougness dilakukan pada tiga besaran rougness
Universitas Indonesia
53
antara lain adalah garis abu-abu dengan roughness sebesar 0.015 inch, garis merah
muda dengan rougness 0.0118 inch, dan garis biru dengan rougness 0.005 inch.
Analisis ini dilakukan dengan kondisi tekanan pada upstream sebesar 334 Psig, suhu
pada 72 F, laju alir pada 2.4584 MMSCFD, dan dengan menggunakan kolerasi aliran
prinsip Weymouth, yang diperuntukan untuk pipa dengan diameter kurang dari 12 inch
dan dengan panjang kurang dari 20 mil.
Dari analisis sensitivitas dengan PIPESIM diatas maka dapat disimpulkan untuk nilai
rougness yang paling sesuai dengan kondisi sekarang adalah dengan nilai 0.0118 inch.
Setelah melakukan penyamaan data maka kita bisa beralih ke tahap menentukan
kapasitas dari pipa alir tersebut. Dengan mengatur kondisi operasi maksimal yang dapat
terjadi dalam pipa tersebut dimana tekanan upstream pada 375 Psig, tekanan
downstream pada 50 Psig, suhu pada 80 F, dan bilangan rougness yang kita sudah
tentukan di tahap sebelum nya sebesar 0.0118 inch. Dari kondisi tersebut maka di
dapatkan kapasitas laju alir dari pipa sebesar 2.69 MMSCFD.
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
Dari metode yang sudah digunakan diatas maka di dapatkan nilai kapasitas dari
separator pertama adalah sebesar 8.7 MMSCFD. Melaju ke separator kedua yaitu
adalah scrubber filter. Metode yang digunakan dalam perhitungan kapasitas adalah
metode perhitungan desain separator vertikal tanpa penangkap kabut. Berikut adalah
contoh bagan dari metode dan tahap-tahap perhitungan dalam menentukan kapasitas
Universitas Indonesia
56
scrubber filter. Untuk penajbaran lebih lanjut dan formula yang digunakan setiap tahap
dapat dilihat kedalam bagian lampiran.
dari tahap yang digunakan di dalam perhitungan kapasitas separator scrubber filter di
dapatkan hasil kapasitas sebesar 18 MMSCFD. Terakhir adalah separator ketiga yaitu
adalah slug catcher. Metode yang digunakan dalam perhitungan kapasitas adalah
metode perhitungan desain separator horizontal tanpa penangkap kabut. Berikut adalah
contoh bagan dari metode dan tahap-tahap perhitungan dalam menentukan kapasitas
Universitas Indonesia
57
slug catcher. Untuk penajbaran lebih lanjut dan formula yang digunakan setiap tahap
dapat dilihat kedalam bagian lampiran.
Universitas Indonesia
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kapasitas fasilitas pengolahan gas untuk lapangan X pada saat ini adalaha 2.69
MMSCFD untuk pipa alir, 8.7 MMSCFD untuk Production Separator, 18
MMSCFD untuk Scrubber Filter, 7.93 MMSCFD untuk Slug Catcher.
2. Kapasitas pipa alir merupaka kapasitas paling kecil dengan nilai rougness
sebesar 0.118 inch.
3. Kapasitas dalam pipa alir bisa dibilang menajdi hambatan apa bila rencana
peningkatan kapasitas produksi gas melebihi dari kapasitas pipa alir.
5.2 Saran
1. Apabila memang terjadi perencanaan untuk meningkatkan kapasitas produksi
lebih besar dari kapasitas pipa alir. Maka disarankan untuk mengganti ukuran
pipa yang digunakan.
2. Diperlukan verifikasi lebih lanjut dari perhitungan dari saya agar dapat terbukti
validasi nya.
Universitas Indonesia
59
DAFTAR PUSTAKA
American Petroleum Institute. 1991. API Recommended Practice 14E. 5th edn.
American Petroleum Institute. Washington DC.
Gas Petroleum Suppliers Association. 1998. Engineering Data Book. 11th edn. Gas
Processors Association. Oklahoma.
Arnold, K & Stewart, M. 1999. Surface Production Operations. 2nd edn. Gulf
Publishing Company. Houston.
Campbell, John M. 2004. Gas Conditioning and Processing. 8th edn. John M.
Campbell and Company. Oklahoma.
Schlumberger. 2009. PIPESIM Fundamentals. 1st edn. Schlumberger Information
Solutions. Texas.
GATE, Inc. - Oil & Gas Engineering. 2018. Wax Management Strategy Part 1:
Establishing Initial Wax Risk — GATE, Inc. - Oil & Gas Engineering.
[ONLINE] Available at: https://www.gateinc.com/gatekeeper/gat2004-gkp-
2016-08. [Accessed 10 September 2018].
2. Water Friction Concepts: 5. Basic Irrigation Concepts. 2018. 2. Water Friction
Concepts: 5. Basic Irrigation Concepts. [ONLINE] Available at:
https://myelms.umd.edu/courses/969642/files/27532192?module_item_id=61
28398. [Accessed 11 September 2018].
EFFECT OF OIL TEMPERATURE ON THE WAX DEPOSITION OF CRUDE OIL
WITH COMPOSITION ANALYSIS. 2018. EFFECT OF OIL
TEMPERATURE ON THE WAX DEPOSITION OF CRUDE OIL WITH
COMPOSITION ANALYSIS. [ONLINE] Available at:
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0104-
66322016000401055. [Accessed 11 September 2018].
Universitas Indonesia