[]
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PADA INDUSTRI
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Anak Agung Putu S , ST, Mtech
Disusun Oleh :
Sapta Adi Setya Pramuji
101 03 1081
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PADA INDUSTRI
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Ketua LPM
LEMBAR PENGESAHAN
DI PT. PINDAD (PERSERO)
BANDUNG
Menyetujui :
Pembimbing lapangan
Mengetahui
PT PINDAD (PERSERO)
An. Kadiv Human Capital & Bang Org.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa salam penulis atas selesainya Laporan Praktek
Kerja Pada Industri yang berjudul PROSES PENGELASAN ADJUSTER PLATE, FINAL DRIVE PADA AMX-13
CANON DI PT. PINDAD (PERSERO) BANDUNG.
Dalam Laporan Praktek Kerja Pada Industri ini penulis menjelaskan tentang mesin Las MIG (Metal Inert Gas),
kemudian pengoperasian dari Pembuatan Boom dari Crane dengan menggunakan mesin las MIG (Metal Inert Gas) di
PT PINDAD (PERSERO) sebagai bahasan utama.
Penulis juga mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak baik secara psikis
maupun disiplin ilmu dalam perusahaan. Banyak bimbingan, bantuan dan fasilitas dari PT. PINDAD (PERSERO)
maupun dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja pada industri ini. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih karunia-Nya sehingga Laporan Praktek Kerja Pada
Industri ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan dan dorongan, secara moral
maupun materiil sehingga laporan Praktek Kerja Pada Industri ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Ir. Sudarsono, M.T selaku Rektor Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Prasetyo Eko Pambudi, M.T selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
5. Bapak Muhammad Sholeh, ST., M.T selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
6. Bapak Drs.H.Khairul Muhajir, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
7. Anak Agung Putu S , ST, Mtech selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing selama pelaksanaan
maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak, khususnya pembaca.
Penulis berharap agar laporan Laporan Praktek Kerja Pada Industri ini dapat bermanfaat untuk semua
pembaca.
Penulis
MOTO [https://www.blogger.com/null]
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun YANG
KITA BERHARAP.
Hal [https://www.blogger.com/null]
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUT......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN............................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
MOTO viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAPTAR GAMBAR
Hal
Tabel 3.1 Ketentuan umun penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan diameter kawat elektroda 40
BAB I [https://www.blogger.com/null]
PENDAHULUAN
mengakibatkan persaingan yang ketat dalam perusahaan kendaraan khusus sehingga perlu meningkatkan kualitas
teknologi maupun kuantitas yang khusus nya pada PT. PINDAD (Persero)yang terletak di BANDUNG, JAWA BARAT.
Dalam hal ini penulis ingin mendalami pengetahuan tentang pengelasan pada kendaraan tempur ( Ranpur)
kuhususnya pada ADJUSTER PLATE pada Final Drive pada TANK. Mengingat dalam kampus masih terbatas, maka
untuk mengatasi keterbatasan tersebut penulis menambah wawasan, serta pengalaman dalam rangka menyelesaikan
setudynya, maka mahasiswa Institute Sains dan Teknologi Akprind Yokyakarta diwajibkan melaksanakan Praktek Kerja
Pada Industri.
PKPI (Pelatihan Kerja Pada Industri) merupakan salah satu kewajiban dan merupakan salah satu syarat
perkuliahan, serta kelulusan bagi Mahasiswa Strata-1 Jurusan Teknik Mesin di Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta. Mengingat pentingnya hal tersebut maka Mahasiswa Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta harus
melaksanakan PKPI, sebab PKPI merupakan ajang penggabungan suatu mata kuliah yang sudah didapat dibangku
kuliah dengan keadaan penggambaran dilapangan (di dunia industri). Dengan adanya PKPI ini diharapkan para
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diperoleh, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan. Dengan
demikian diharapkan setelah lulus akan menciptakan sumber daya manusia yang handal.
Program Studi Teknik Mesin S1 di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta menawarkan 3 (tiga)
konsentrasi studi, yaitu Material, Enegi dan Manufaktur. Penyediaan konsentrasi studi ini dimaksudkan agar mahasiswa
dapat memperoleh pemahaman maupun keterampilan yang lebih spesifik sesuai dengan bidang minat yang
diinginkannya. Konsentrasi Studi Material mempelajari tentang ilmu logam (metallurgy), analiasa kegagalan, teknik
pembentukan logam, teknik keramik, komposit dan proses produksi lanjut. Konsentrasi Studi Energi menekankan pada
teknik pembakaran, pembangkit tenaga yang meliputi motor bakar, tenaga uap, tenaga surya, tenaga hidro dan turbin.
Konsentrasi Studi Manufaktur berperan pada perancangan dan proses pada industri, penekanannya pada teknik
otomotif, mesin CNC, alatalat berat, sistem perpipaan, otomasi proses, kontrol kualitas dan proses permesinan khusus.
Kita mengerti dan sadar betul bahwa pekerjaan sebagai engineer tidak sesederhana yang kita bayangkan seperti
di kampus, karena kita juga dituntut memberikan hasil yang nyata dalam penanganannya. Oleh karena itulah program
PKPI sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan tujuan tercapainya standar dan kualitas mutu bagi para Sarjana
Teknik dalam penerapan dunia kerja, dengan memberikan gambaran yang kongkret tentang dunia kerja yang akan
mereka hadapi.
Perkembangan dunia kerja saat ini telah mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan pabrik sebagai salah
satu sarana untuk melaksanakan kegiatan produksi. Semakin besarnya perkembangan ini, maka diperlukan tenaga ahli
yang mampu membangun serta memelihara sarana dan fasilitas dari kegiatan produksi. Aktivitas dunia kerja saat ini
menuntut skill (baik Soft Skill maupun Hard Skill) atau keahlian dalam bekerja, yang tidak lepas dari kemampuan untuk
terus berkembang dan maju.
Mahasiswa Teknik Mesin selaku calon teknokrat-teknokrat muda yang bertakwa, bermutu dan berkualitas
hendaknya mulai mempersiapkan diri dari sekarang, guna mengantisipasi merebaknya penggunaan tenaga asing di
Indonesia yang mana para tenaga asing ini memiliki keunggulan tersendiri dibanding tenaga lokal.
sehingga tidak menggangu aktivitas produksi walaupun nantinya tetap terdapat kendala-kendala yang harus dihadapi.
Untuk mendapatkan performa mesin las yang baik harus selalu dijaga dengan pengoperasian dan perawatan yang
sesuai dengan prosedur. Dengan pengoperasian yang sesuai dengan prosedur maka mesin dapat bekerja dengan baik
sebagai penunjang dalam suatu kegiatan produksi baik berskala kecil ataupun besar. Sebagaimana tersebut diatas
maka perumusan masalah yang dibahas antara lain mengenai pengoprasian dan perawatan dari mesin las agar dapat
bekerja dengan normal dan optimal serta untuk mendapatkan umur mesin yang panjang.
menyampaikan masukan - masukan ataupun data dalam laporan ini, untuk itu penulis membatasi masalah dalam
kegiatan Pelatihan Kerja Pada Industri (PKPI) ini pada :
3. Pelaksanaan atau langkah kerja pengelasan ADJUSTER PLATE pada final drive di PT. PINDAD (Persero).
dan perawatannya.
yang akan dihadapi penulis nantinya tidak lagi canggung apabila terjun kedunia kerja yang sebenarnya.
6. Dapat bekerjasama dengan orag lain dalam kelompok kerja sehingga mendapatkan hasil yang di harapkan
a. Meningkatkan pengetahuan kita akan dunia kerja berdasarkan ilmu yang kita peroleh dilingkungan
pendidikan.
b. Memberikan wawasan dan pengalaman tersendiri selama didalam lingkungan industri sebagai pribadi atau
calon engineer.
b. Terjadinya hubungan kerja sama yang baik antara Institusi dan Perusahaan yang bersangkutan.
c. Memperoleh umpan balik yang baik dari dunia kerja sebagai bahan evaluasi dibidang akademik untuk
b. Sebagai data masukan untuk memperoleh pertimbangan dan peningkatan kualitas dari system yang
1. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti Proses Pengelasan ADJUSTER PLATE pada final drive di PT.
PINDAD (Persero).
Data primer adalah data penelitian diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian
dilakukan secara langsung pada objek dengan pendekatan secara primer yang dapat diperoleh dengan cara :
1. Interview dan Wawancara
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek dengan mengadakan
2. Observasi
Pengambilan data secara langsung dengan cara mengamati dan mencatat objek penelitian pada saat
Dalam penyusunan laporan PKPI ini penulis melaksanakan Praktek Kerja di Divisi KK ( Kendaraan Khusus )
PT.PINDAD (Persero). Sesuai dengan bobot matakuliah Praktek Kerja Pada Industri sebesar 4 sks, maka Praktek Kerja
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
2.1.6 Organisasi
Dalam bab ini akan memberikan penjabaran tentang landasan teori-teori yang mendukung dan
Bab ini pembahasan mengenai pengoperasian dan Perawatan Mesin Las MIG (metal inert
gas).
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II [https://www.blogger.com/null]
PROFIL PERUSAHAAN
Militer dan Produk Komersial. Kegiatan PT. PINDAD mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan
Constructie Winkel (ACW), bengkel ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan
Pemerintah Belanda pada tahun 1950 menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah Indonesia,
kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang
ini. Sejak saat itu PT. PINDAD berubah menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh
Angkatan Darat. PT. PINDAD berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT.
PINDAD (Persero) pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun 1989 perusahaan ini berada dibawah
pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT.
Pakarya Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis
(Persero).
Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status
menjadi PT. PINDAD (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian BUMN.
a. Pengertian
Lambang PT. PINDAD (Persero) adalah lambang perusahaan berupa senjata cakra dengan
bintang bersudut lima dan bertuliskan PINDAD.
Melambangkan bahwa gerak dan laju PT. PINDAD (Persero) berlandaskan Pancasila,
falsafah/dasar Bangsa dan Negara Indonesia di dalam ikut serta mewujudkan terciptanya
masyarakat adil dan makmur.
hasil guna, 4 (empat) helai sirip ekor melambangkan keserasian gerak antara unsur-unsur:
5. Warna
dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk
mendukung pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia.
keseharian setiap anggota organisasi yang mendasari setiap aksi individual dan organisasi. Semangat kelompok
Keyakinan bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi sangat penting dalam mencapai tujuan
perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja untuk inovasi produk dan bahan untuk
inovasi bisnis.
Keberhasilan merupakan hasil dari kerjasama. Sinergi yang muncul dari kelompok yang dilandasi
integritas anggota kelompok mampu memberikan kesuksesan yang sebelumnya tak mungkin diraih.
Menekankan pentingnya memperoleh kepercayaan dari semua pihak yang berbisnis dengan PT. PINDAD.
Merupakan hal penting untuk memikirkan dan menjamin manfaat dan menambahkan nilai kepada mitra,
desentralistis sehingga meningkatkan divisi-divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.
memiliki kompetensi khusus di bidang teknologi persenjataan, metalurgi, permesinan dan lain-lain. Kemampuan
mereka ditempa oleh pengalaman dan pelatihan khusus.
Pengembangan SDM mengacu kepada manajemen SDM berbasis kompetensi yang mengintegrasikan
semua kebijakan dibidang karir, pelatihan, rekruitmen, penilaian atau prestasi kerja dan lain sebagainya.
inti kegiatan perusahaan ini. Pabrik dan perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor
Kegiatan usaha produk komersial dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu Divisi Mekanik, yang
memproduksi peralatan kapal dan air brake serta mesin industri, Divisi Elektrik yang memproduksi motor listrik
dan peralatan pembangkit, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi komponen tempa dan cor serta Divisi
Rekayasa Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan pabrik dan jasa pembangunan pabrik serta jasa
pengujian kalibrasi.
Divisi Senjata yang bergerak dalam kegiatan pembuatan produk militer berupa berbagai jenis senjata
laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung. Satu divisi di Turen Malang memproduksi produk militer
lainnya yang berupa berbagai jenis munisi dan bahan peledak militer serta bahan peledak untuk kepentingan
suksesnya bisnis perusahaan. Untuk itu PT. PINDAD telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar
Dalam menjaga komitmen perusahaan terhadap mutu produk, maka motto "tidak ada kompromi untuk
kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh jajaran operasional perusahaan.
Konsistensi komitmen manajemen tersebut selalu dipelihara dengan melakukan peningkatan dan
penyesuaian sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan produk-produk
PT. PINDAD dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan dapat membangun kesetiaan pelanggan terhadap
pengembangan bisnis pada dasarnya adalah usaha untuk menyempurnakan dan atau memperbaiki bisnis yang
ada dengan menggunakan metoda dan teknologi mutakhir, sehingga mendapatkan bisnis yang kompetitif
yang belum stabil, telah dilakukan upaya pengembangan usaha agar perusahaan lebih dapat menanggapi
baru yang ditunjang oleh kompetensi yang sudah dimiliki. Diharapkan usaha-usaha bisnis baru ini akan
memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan ditahun yang akan datang.
Disaat meningkatkan unjuk-kerja perusahaan, PT. PINDAD juga menyadari untuk tetap selalu
mengusahaan agar ramah terhadap lingkungan alam sekitar. Sekitar 60% dari luas perusahaan selalu dijaga
kehijauannya termasuk oleh berbagai pepohonan langka. Sesuatu hal yang sangat menarik adalah selain
sebagai lingkungan kerja yang harmonis dengan alam sekitarnya, lingkungan PT. PINDAD juga merupakan
1. Produk Munisi, seperti: munisi ringan dan munisi berat (mortir dan granat)
2. Produk Senjata, seperti: Revolver, Pistol, Senapan, dan perlengkapan militer lainnya.
Kegiatan usaha produk komersil yang dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu:
1. Divisi kendaraan Khusus yang memproduksi berbagai jenis kendaraan untuk keperluan militer
2. Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi motor listrik dan peralatan pembangkit (TC)
3. Divisi Mesin Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan pabrik dan jasa pembangunan
pabrik serta jasa pengujian kalibrasi (MIJAS)
4. Divisi Bahan Peledak Komersial (Handakkom) yang memproduksi bahan peledak, seperti bahan
peledak batu.
3. Pistol [http://id.wikipedia.org/wiki/Pistol]
[http://id.wikipedia.org/wiki/9_x_19_mm_Parabellum]
P2 [http://id.wikipedia.org/wiki/Pindad_P2] , kaliber 9 x 19 mm Parabellum
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=.38&action=edit&redlink=1]
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=.38&action=edit&redlink=1]
Parabellum
PM2 [http://id.wikipedia.org/wiki/PM2] , kaliber 9 x 19 mm Parabellum
[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=7,62_x_45_mm&action=edit&redlink=1]
[http://id.wikipedia.org/wiki/12,7_x_99_mm]
[http://id.wikipedia.org/wiki/12,7_x_99_mm]
6. Lainnya
PERSONNEL CARRIER)
Combat VEHICLE
Kendaraan RPP-M
Special function Vehicles
Air reservoir
Brake cylinder
Compressor set
Isolating cock
distributor valve
Operating valve
Pipe brake coupling
Slack adjuster
Peralatan kelautan
Naval seat
Jasa Steering gears
Crane
Dbl drum mooring winch
lain-lain
Laboratorium (Multi-industri)
Palm Oil Refinery and Mill Plant (multi industri-EPC)
Produk-produk cor
Produk-produk stamping
Produk-produk tempa
KK Gedung Produksi 1
Pemotongan
Pembentukan
Pembersihan
KK Gedung Produksi II
Engine
Cooling sistem
Preparasi
dll
Perakitan kendaraan
Aksesoris
Perakitan
pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih
terperinci dapat dikatakan bahwa dalam perancangan konstruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las,
harus direncanakan pula tentang cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang akan
dipergunakan berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. Definisi las
berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum pengelasan dapat didefinisikan
sebagai penyambungan dari beberapa batang logam dengan memanfaatkan energi panas.
Pengelasan secara umum adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan
atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara atom. Menurut Welding Handbook pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang
menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya dengan suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian
tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan
logam dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa pengaruh tekanan, dan dengan atau
Air Reduction Company. Las MIG (metal inert gas) pertama kali dipatenkan pada tahun 1949 di Amerika Serikat
untuk pengelasan alumunium. Keunggulannya adalah penggunaan elektroda yang berdiameter lebih kecil dan
sumber daya tegangan konstan (constant-voltage power source) yang telah dipatenkan sebelumnya oleh H.E.
Kennedy. Pada tahun 1953, Lyubavskii dan Novoshilov mengumumkan penggunaan proses las MIG
menggunakan gas CO2 sebagai gas pelindung. Mereka juga menggunakan gas CO2 untuk mengelas besi
karbon. Gas CO2 dicampur dengan Gas Argon yang dikenal sebagai MAG (Metal Active Gas), yang kemudian
berkembang menjadi proses las MAG. Perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan
kemajuan teknologi saat ini GMAW dapat diaplikasikan pada Proses Pengelasan dengan Sistem Otomasi
(robot).
satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan elektroda gulungan (filler metal) yang sama
dengan logam dasarnya (base metal) dan menggunakan gas pelindung (inert gas). Las MIG (metal inert gas)
merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa
gulungan kawat (rol) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas argon dan helium
sebagai pelindung busur dan logam yang mencair dari pengaruh atmosfir.
Secara bagan perkembangan las GMAW (Gas Metal Arc Welding) dapat di lihat di bawah ini :
3.1.4 Proses Terjadinya Busur Las MIG (Metal Inert Gas) [https://www.blogger.com/null]
Proses pengelasan MIG (metal inert gas), panas dari proses pengelasan ini dihasilkan oleh busur las
yang terbentuk diantara elektroda kawat (wire electrode) dengan benda kerja. Selama proses las MIG (metal
inert gas), elektroda akan meleleh kemudian menjadi deposit logam dan membentuk butiran las (weld beads).
Gas pelindung digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi dan melindungi hasil las selama masa
pembekuan (solidification).
Proses pengelasan MIG, beroperasi menggunakan arus searah (DC), biasanya menggunakan elektroda
kawat positif. Ini dikenal sebagai polaritas terbalik (reverse polarity). Polaritas searah sangat jarang digunakan
karena transfer logam yang kurang baik dari elektroda kawat ke benda kerja. Hai ini karena pada polaritas
searah, panas terletak pada elektroda. Proses pengelasan MIG (metal inert gas), menggunakan sekitar 50 A
hingga mencapai 600 A, biasanya di gunakan untuk tegangan las 15 volt hingga 32 volt.
Adapun proses Las MIG dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Machine) dan Mesin las arus searah (Direct Current/DC Welding Machine), namun sesuai dengan tuntutan
pekerjaan dan jenis bahan yang di las yang kebanyakan adalah jenis baja, maka secara luas proses pengelasan
dengan MIG (metal inert gas) adalah menggunakan mesin las DC. Adapun gambar rangkaian perlengkapan
mesin las adalah sebagai berikut:
Mesin las MIG merupakan mesin las DC, umumnya berkemampuan sampai 250 amper. Dilengkapi
dengan sistem kontrol, penggulung kawat gas pelindung, system pendingin dan rangkaian lain. Sumber tenaga
untuk Las MIG (metal inert gas) merupakan mesin las bertegangan konstan. Tenaga yang dikeluarkan dapat
berubah-ubah sendiri sesuai dengan panjang busur. Panjang busur adalah jarak antara ujung elektroda ke
benda kerja. Panjang busur ini bisa distel. Bila busur berubah menjadi lebih pendek dari setelan semula, maka
arus bertambah dan kecepatan kawat berkurang. Sehingga panjang busur kembali semula. Sebaliknya bila
busur berubah menjadi lebih panjang, arus berkurang, kecepatan kawat elektroda bertambah. Dengan sistem
otomatis seperti ini, yaitu mesin yang mengatur sendiri, maka panjang busur akan konstan dan hasil pengelasan
akan tetap baik. Adapun contoh gambar mesin las mig sesuai keterangan diatas adalah sebagai berikut :
Umumnya mesin las arus searah (DC) mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las ( AC ) yang
kemudian diubah menjadi arus searah dengan voltage yang konstan (constant-voltage). Pemasangan kabel-
kabel las (pengkutuban) pada mesin las arus searah dapat diatur/dibolak-balik sesuai dengan keperluan
pengelasan, ialah dengan cara:
pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan
benda kerja.
kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang
terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.
c. Mengatur pemakaian kawat elektroda (sebagaian tipe mesin, unti pengontrol terpisah dengan wire
feeder unit)
d. Mempermudah proses/penanganan pengelasan, dimana wire feeder tersebut dapat dipindah-
dari 1 hingga 22 m/menit pada mesin las MIG (metal inert gas) performa tinggi, kecepatannya dapat mencapai 30
m/menit. Adapun contoh gambar wire feeder dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.7 Wire Feeder jenis tarik [https://www.blogger.com/null]
Untuk jenis rolnya wirefeeder dibagi dalam dua jenis yaitu sistem 2 (dua) rol dan sistem 4 ( empat ) rol.
Sedangkan menurut bidang kontaknya rol dari wirefeeder dapat dibagi menjadi jenis trapesium halus, jenis
setengah lingkaran halus, dan jenis setengah lingkaran kasar.
3.2.3 Welding Gun [https://www.blogger.com/null]
Gambar 3.8 Welding gun las MIG (metal inert gas) [https://www.blogger.com/null]
inti pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan
pentanahan dari mesin las. Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari
kabel yang dihubungkan dengan tang las dan benda kerja serta kabel-kabel control.
Inti Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas arus maksimum dari
pada mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel
akan naik, sebaliknya makin besar diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah. Pada ujung
kabel las biasanya dipasang sepatu kabel untuk pengikatan kabel pada terminal mesin las dan pada penjepit
dalam waktu yang relatif lama, terutama gas CO2 diperlukan pemanas (heater-vaporizer) yang dipasang antara
silinder gas dan regulator.Hal ini diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang berakibat
terganggunya aliran gas.
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.9 Cylinder dan Regulator Gas Pelindung [https://www.blogger.com/null]
pengelasan. Torch dihubungkan dengan sumber listrik pada mesin las dengan menggunakan kabel. Karena
elektroda harus dapat bergerak dengan bebas dan melakukan kontak listrik dengan baik, maka besarnya
diameter lubang dari pipa kontak sangat berpengaruh.
Adapun gambar dari pipa kontak dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.10 Gambar pipa kontak [https://www.blogger.com/null]
untuk proses pengelasan dengan arus listrik yang tinggi. Sedangkan nozzle yang kecil digunakan untuk pengelasan
dengan arus listrik yang lebih kecil. Adapun gambar dari pipa ujung nozzle dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.11 Nozzle gas pelindung [https://www.blogger.com/null]
3.3 [https://www.blogger.com/null] Jenis-jenis Gas Pelindung Las MIG (metal inert gas)
Gas-gas pelindung untuk MIG (metal inert gas) adalah pelindung untuk mempertahankan atau menjaga
stabilitas busur dan perlindungan cairan logam las dari kontaminasi selama pengelasan, terutama dari atmosfir dan
mampu las, properti mekanik, karakteristik busur dan produktifitas yang baik. Gas argon digunakan secara
sendiri tanpa campuran untuk proses pengelasan logam non-fero, seperti alumunium, paduan nikel, paduan
tembaga, dan lainnya. Gas argon dapat menghasilkan stabilitas busur yang baik pada pengelasan busur spray,
dan menghasilkan penetrasi serta bentuk bead weld yang baik. Ketika menggunakan logam fero, gas argon
biasanya dicampur dengan gas lainnya sperti oksigen, dan helium.
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.12 Perbandingan gas argon muni dan gas argon campuran [https://www.blogger.com/null]
pelindung karbondioksida adalah kecepatan pengelasan yang cepat dan penetrasi yang lebih dalam. Gas karbon
dioksida juga dapat dicampur dengan gas pelindung lainnya untuk menambah karakteristik kimia gas tersebut.
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.14 Perbandingan gas karbondioksida murni [https://www.blogger.com/null]
dengan gas argon campuran [https://www.blogger.com/null]
Arus las adalah arus listrik yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan. Dalam proses pengelasan MIG
(metal inert gas), arus las secara langsung berhubungan dengan kecepatan wirefeed. Jika arus las dinaikkan
maka kecepatan wirefeed juga seharusnya naik. Hubungan ini biasanya disebut karakteristik burn-off
[https://www.blogger.com/null]
Tabel 3.1 Ketentuan umun penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan diameter kawat
elektroda
listrik, biasanya ujung dari pipa kontak, dengan ujung dari elektroda. Jarak tersebut akan mempengaruhi
besarnya arus listrik yang dibutuhkan untuk melelehkan elektroda
Gambar 3.15 Elektroda ekstensi [https://www.blogger.com/null]
membutuhkan tegangan yang rendah, sementara transfer logam spray membutuhkan tegangan yang lebih tinggi
lagi. Jika arus listrik dinaikkan, maka tegangan las juga harus dinaikkan untuk menghasilkan kestabilan.
technique)
terjadi penyusutan yang mengakibatkan perubahan ukuran sambungan las atau bentuk dari logam yang dilas
menjadi berubah, pada saat dilas mempunyai bentuk lurus tetapi setelah selesai dilas atau setelah ingin menjadi
bengkok.
Pada pengelasan sambungan sebelum dilakukan pengelasan penuh, harus dilakukan las catat
atau tack weld dengan sempurna seperti terlihat pada gambar berikut ini:
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.16 Las catat (tack-weld) [https://www.blogger.com/null]
Pada sambungan plat sebelum pengelasan penuh pada bagian sisi sebelah sambungan
dipasang plat pengganjal, Biasanya sebagian plat punggung dibuat dari bahan tembaga. Gambar dari
d. Pengelasan berurutan
Mengelas sambungan yang panjang ada kecenderungan tejadi distorsi yang besar, untuk
pencegahannya ialah dengan melakukan teknik pengelasan berurutan (squence-weld).
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.19 Teknik pengelasan berurutan [https://www.blogger.com/null]
bagian yang dilas. Perubahan ini diakibatkan oleh panas yang menyebabkan logam mengembang dan ketika
logam dingin pengembangan ini tidak dapat menyusut seperti sedia kala. Tidak bisa kembalinya posisi
e. Mengeset sambungan yang biasanya melengkung akibat tarikan las dengan posisi menjauhi
sehingga ketika pengelasan selesai dilakukan posisi ini akan sesuai dengan posisi yang diharapkan.
f. Jika pengelasan dilakukan bersebelahan, lakukan pengelasan bergantian tahap demi tahap antara
Meskipun secara visual kedua metoda ini menghasilkan penampakan sambungan yang baik, tidak berarti
di dalam sambungan tidak ada tegangan. Didalam sambungan tegangan ini tetap ada yang disebut tegangan sisa
(residual stress). Tegangan ini dapat dihilangkan dengan melakukan perlakuan panas yang disebut stress
relieving yaitu memanasi sambungan pada suhu tertentu dan didinginkan perlahan-lahan.
dimulai dari sisi kiri. Pengelasan arah mundur adalah apabila holder atau welding gun atau tang las dipegang
tangan kanan, arah pengelasan dimulai dari sisi kiri ke kanan.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.20 Arah pengelasan [https://www.blogger.com/null]
Dari kedua arah pengelasan tersebut, untuk konstruksi yang sedang dan berat, arah maju lebih
dianjurkan, dengan alasan dalam proses pengelasan akan terjadi cleaning action pada permukaan yang
disambung lebih baik, di samping itu jalur yang akan dilas akan dapat dilihat dengan kebih jelas apabila
dibanding dengan arah mundur. Walaupun demikian arah pengelasan mundur lebih sering digunakan pada
pengelasan logam yang tipis.
Gerakan las pada (welding gun) pada MIG (metal inert gas) terutama dipengaruhi oleh; Bentuk
sambungan, tebal bahan, lebar persiapan sambungan, jenis bahan dan posisi pengelasan Gerakan atau ayunan
welding gun diupayakan lurus, apabila tidak memungkinkan gerakan lurus (misal pengelasan arah naik)
diusahakan menggunakan ayunan ke samping seminimal mungkin. Misal lebar ayunan untuk setiap jalur
maksimal 15 mm. Berikut ini disajikan beberapa bentuk gerakan/ayunan pengelasan yang banyak digunakan
pada pengelasan menggunakan MIG (metal inert gas), terutama pengelasan pada posisi tegak:
dimaksud dengan sudut pengelasan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bahan dengan welding gun.
Sudut pengelasan yang disarankan pada beberapa posisi adalah seperti berikut:
a. Posisi flat atau horizontal
Gambar 3.22 Posisi sudut pengelasan flat [https://www.blogger.com/null]
d. Posisi tegak
Gambar 3.25 Posisi tegak [https://www.blogger.com/null]
3.6.4 Posisi Pengelasan [https://www.blogger.com/null]
Tingkat kesulitan dalam pengelasan ini dipengaruhi oleh posisi pengelasan. Secara umum posisi
pengelasan ini dibedakan berdasarkan posisi material, jalur las, elektroda dan juru las. Pada keterangan berikut
akan dijelaskan macam posisi pengelasan beserta gambar dan penjelasannya.
berlangsung di bawah tangan. Posisi kerap digunakan oleh operator, dikarenakan benda kerja akan
mudah untuk dikerjakan karena posisi benda kerja datar, sehingga hasil pengelasan akan lebih baik.
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak, sedangakan pengelasannya berjalan arah mendatar
(horizontal) sejajar dengan pundak operator. Hasil pengelasannya biasanya akan sedikit menurun bila
dibandingkan dengan posisi downhand.
turun. Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dibutuhkan kecakapan sang operator.
itu dalam pengelasan posisi ini harus memakai pakaian (baju/apron) las lengkap dengan kelengkapan
lain yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Pada pengelasan posisi over head benda kerja
Gambar 3.27 macam-macam posisi pengelasan untuk berbagai model las [https://www.blogger.com/null]
a. Takikan-bawah (undercut)
Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter las yang kurang tepat, khususnya
kecepatan pengelasan dan tegangan las. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan undercutting terjadi. Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi
besarnya undercutting bahkan menghilangkannya.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.28 Takikan-bawah Undercut [https://www.blogger.com/null]
tidak terjadi pencairan yang sempurna sehingga, logam las hanya menempel pada logam dasarnya.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.29 Penumpukan logam las (overlap) [https://www.blogger.com/null]
c. Porosity
Porosity adalah lubang diakibatkan oleh gelembung gas yang ditemukan didalam weld bead yang
telah membeku. Penyebab utama dari porositi adalah kontaminasi atmosfir, oksidasi yang tinggi pada
permukaan benda kerja, kurangnya paduan doksidasi pada elektroda.
Kontaminasi atmosfir dapat diakibatkan oleh: Kurangnya aliran gas pelindung, aliran gas
pelindung yang berlebihan, adanya kerusakan pada peralatan gas plindung, dan adanya angin pada
tempat kerja.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.30 Porosity [https://www.blogger.com/null]
d. Kurang pencairan (lack of fusion)
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.31 Kurang pencairan (lack of fusion) [https://www.blogger.com/null]
diditeksi dengan menggunakan alat khusus seperti dengan ultrasonictracing. Macam-macam kesalahan las
bagian dalam diantaranya yaitu:
a. Slag Inclusion
Bila logam yang akan dilas tidak dibersihkan dahulu, maka akan terjadi kontiminasi pada logam
las kotoran-kotoran yang menyebabkan hasil menjadi kotor adalah: karat, oli, grease, debu dan lain-lain.
Untuk mencegah keadaan tersebut, maka sebelum melakukan pengelasan, maka benda kerja harus
dibersihkan terlebih dahulu. Sebagai alat pembersihnya dapat digunakan: kikir, batu-gerida halus dan
diterjen.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.33 Slag Inclusion [https://www.blogger.com/null]
b. Retak (cracking)
Tanda-tanda pengelasan yang retak, yaitu pada permukaan logam terlihat pecah-pecah.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.34 Retak (cracking) [https://www.blogger.com/null]
Untuk membersihkan hasil las, yaitu pengaruh oksidasi udara luar sehingga rigi-rigi las benar-benar bebas dari
kotoran, selain itu digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja.
d. Palu
Setelah proses pengelasan biasanya benda kerja mengalami kerusakan atau cacat pengelasan. Untuk
itu dugunakan palu untuk membantu proses pembersihan benda kerja akibat cacat las.
4.1 Pengertian Dan Sejarah Singkat Kendaraan Tempur Tank Amx-13 [https://www.blogger.com/null]
AMX-13 sejarahnya di kembangkan oleh pabrikan Atelier de Construction dIssy-les-Moulineaux (AMX) di tahun
1946 selain untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata Prancis, pembuatan tank ini bertujuan untuk menunjukkan
bahwa Prancis masih mampu mandiri membangun industri perang dalam negeri walaupun habis porak-poranda akibat
dari perang dunia II. AMX-13 dibuat untuk linud agar mudah dipindahkan lewat udara, penunjukkan 13 sendiri awalnya
menandakan bobot total tank yang mencapai 13 ton sehingga dinamakan AMX-13.
armor mencapai 10-40mm dan mampu menahan dari segala sisi pecahan peluru artleri dan peluru caliber 12,7mm
Namanya begitu familiar di lingkungan pemerhati alutsista. Pasalnya inilah tank utama TNI AD hingga empat
dekade, sebelum akhirnya TNI AD mendatangkan generasi tank ringan Alvis Scorpion
[http://indomiliter.com/2010/10/24/scorpion-90-little-mbt-nya-indonesia/] dari Inggris pada 1995. Dengan kuantitas yang cukup
lingkungan TNI AD dalam beragam versi (Wikipedia menyebut TNI AD punya 275 AMX-13 versi kanon), membuat tank
ini terus diupayakan untuk operasional hingga 20 tahun kedepan. Meski beberapa unit sudah dipajang sebagai
monumen di beberapa kesatuan, tak menyurutkan TNI AD untuk memordenisasi tank besutan Perancis ini.
Bicara soal retrofit di AMX-13 [http://indomiliter.com/2012/06/05/amx-mk61-howitzer-105mm-self-propelled-armed-tni-ad/] ,
sudah dilakukan beberapa tahap oleh TNI AD. Seperti pada tahun 1995, Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan
TNI-AD meretrofit dengan pemasangan mesin Detroit Diesel DDA GM6V-53 T, 6 silinder 2 langkah turbocharged dengan
daya 290 BHP/2800 RPM dan Torsi 91,67 KGM/1600 RPM yang mampu meningkatkan power weight ratio dan
pemakaian bahan bakar lebih hemat. AMX-13 retrofit tahun 1995 ini menggunakan transmisi otomatis ZF 5WG-180
dengan 5 percepatan maju dan 2 percepatan mundur, hal ini tentu lebih memudahkan pengoperasian tank. Untuk
suspensi mengadopsi tipe hydropnematic Dunlostrut, meningkatkan kemampuan lintas medan dan mampu menambah
kenyamanan awak tank. Retrofit ini berlanjut tahun 2011, sekitar 50-an lebih AMX-13 mengalami retrofit kembali di PT
Pindad Bandung. Ini artinya masih lebih banyak AMX-13 TNI AD yang belum di retrofit.
Spesifikasi AMX-13
sudah dilakukan pergantian mesin, mesin yang pertama menggunakan mesin SOFAM 8Gxb dan yang sekarang
menggunakan mesin detroit diesel, karena hal ini maka dudukan mesin, finel drivef, hidung, box kiri & kanan, harus
dirubah dan ditambah dengan modifikasi yang baru. Box yang berada dikiri digunakan untuk air intake, kanan digunakan
terpasang, masih dapat digunakan atau diperbaharui, jika hasil dari pengecekan sudah menemukan yang harus
diperbaiki dan yang diubah maka dilakukan pengerjaan sesuai dengan desain yang diinstruksikan.
Sebelum dilakukan pemotongan pada body maupun komponen-komponen, tidak terpakai dilepas terlebih dahulu
sementara komponen-komponen bagian luar yang tidak terpakai dipotong agar tidak mengganggu dalam proses
pengerjaan pemotongan maupun pengelasan. Dilakukan pengelasan pada lubang-lubang yang terdapat pada body
maupun lantai AMX-13 pada bagian yang tidak terpaki dengan cara dilakukan penambalan/pengelasan.
Setelah proses penambalan telah selesai sekarang masuk proses pemotongan dan pengelasan. Siapkan
pancang penguat dengan jumlah 8 batang atau lebih sesuai dengan body dan welder (memudahkan dalam proses
6
4
3
2
11
5
7
8
Pemasangan pancang disesuaikan dengan ukuran body tank yang akan dilakukan pemotongan dan
pengelasan. Dalam pemasangan pancang diletakkan sesuai dengan kenyamanan welder dalam mengelas dengan tidak
mengabaikan tujuan dipasangnya pancang. Tujuan yang utama dalam pemasangan pancang agar tidak terjadi nya
deformasi, sehingga mengakibatkan perubahan ukuran pada body tank. Setelah pancang terpasang, dilakukan
pembersihan
Setelah dipasang dengan baik dan sesuai dengan wps maka dilakukan proses selanjutnya yaitu pemotongan
body samping kiri dan kanan. Untuk memudahkan pengelasan kita dapat memasangkan JIG pada box yang akan
Tahap selanjutnya ialah pemotongan pada hidung pada AMX-13 digantikan degan hidung baru dengan urutan
memotong bagian kanan, kiri, atas dan lantai. Pemotongan ini hanya mampu menggunakan plasma cutting. Lakukan
pembersihan dengan gerenda sambil membuat kampuh V sesuai dengan WPS(Welding Procedure Specification).
Lakukan pemasngan hidung baru dengan cren, jig dan pancang yang bertujuan agar, hidung baru sesuai dengan desain
AMS2301
MATRIAL OPTION II :HARDOX 500
MATRIAL OPTION III :CLASS 1 AREMORE PLATE ACORDING TO-MIL-A-12560
Sedangkan untuk gambar kerja dari Adjuster Plate adalah seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 4 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, RIGHT
Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 5 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, LEFT
3. Gerinda
4. Penjepit
Adapun prosedur penyetelan perlengkapan las MIG (metal inert gas) adalah sebagai berikut:
a) Hubungkan kabel mesin las ke sumber tenaga, lalu hidupkan mesin.
b) Setel pengontrol penggerak kawat pada posisi nol, supaya kawat tidak jalan dulu sebelum
waktunya.
c) Buka katup-katup pada tabung gas dan tabung air pendingin.
d) Tarik pelatuk pistol las, buka kran air aliran gas pada pengaturnya, kemudian setel aliran gas
menurut ketentuan.
e) Sekarang setel kecepatan gerak kawat.
g) Setel besarnya tegangan, sebaiknya ambil rata-rata tegangan jangan terlalu rendah maupun terlalu
tinggi.
h) Setelah semua selesai dengan baik; pengelasan dapat di mulai. Sentuhkan ujung elektroda ke
benda kerja sehingga timbul busur listrik, dan pelatuk segera di tarik. Jika mengalami kesulitan
dalam mengawali pengelasan, dapat di gunakan balok sebagai pembantu untuk lonjatan busur api.
i) Demi keselamatan, sebelum mempraktekkan proses las MIG sebaiknya pelajari dulu cara
penyesuaian mengelas dan membenahi perlengkapannya.
bagian luar.
4.3.3.1 Pengelasn Bagian Dalam: [https://www.blogger.com/null]
Pengelasan pada bagian dalam sangat diutamakan agar hasil akhir bagian luar tidak
berlebih. Sebelum dalam pengerjaan semua peralatan disiapkan seperti benda kerja dan jig/alat
pembantu pemegang pengelasan, karena bagian ini sangatlah penting maka jig yang dipasang tidak
boleh dilepas hingga selesai pengerjaan, guna menghindari distorsi/ pergeseran. Proses persiapan
ialah;
a) Pembuatan kampuh V dan Pembersihan bagian dalam dengan menggunakan sikat dan
grenda sehingga benar-benar siap untuk dikerjakan.
b) Masukkan adjusting final drive pada bagian yang akan dilakukan pengelasan, setelah setelah
terpasang dengan baik/benar lakukan las titik dan las pancang pada benda kerja agar tidak
mengalami distorsi.
c) Pasang tembaga/keramik pada bagian luar dan diikat dengan kawat supaya hasil
pengelasan tidak tembus keluar.
d) Mulai pengerjaan.
1) Lakukan preheating atau pemanasan hingga mencapai suhu 120C hal ini
dilakukan yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada baja dan
mencapai titik plastis sehingga hasil pengelasan maxsimal.
(lima) kali pengerjaan, hal ini bertujuan agar panas yang dihasilkan tidak berlebih
(merata) sehingga tidak terjadi overheating.
3) Bila pengelasan dirasa belum cukup lakukan pengelasan ke 2. (Tinggi yang di
izinkan 1-2 mm)
grenda.
membedakan hanyalah tidak lagi meggunakan keramik atau tembaga karena penglasan dalam sudah
selesai.
a) Pembersihan dan pembongkaran keramik/tembaga penahanan lasan.
b) Tahap pengelasan ;
2) Lakukan proses sistem sequence dengan 3 (tiga )/5 (lima) kali pengerjaan.
Setelah semua bersih maka langkah berikutnya adalah pengecekan hasil pengelasan
dengan menggunakan Penetran Test atau Liquid Penetrant Inspection (LPI). Jenis LPI ini bisa untuk
memeriksa retak fatiq, retak hardening, retak grinding, cacat las, lubang gas pada las dan rongga
pada lasan.
Peralatan yang digunakan untuk penetran test adalah: Removal, Liquid Flourencent,
Developer.
(developer). Penetran yang menyusup dalam retakan akan keluar terserap oleh
developer tersebut.
5) Dengan batuan cahaya, permukaan yang telah diberi developer pada bagian
yang ada flouren yang keluar dari retakan akan terlihat sebagai cahaya pantul
yang dapat teramati oleh mata. Hal tersebut menandakan adanya cacat.
Setelah pengecekan menggunakan penetran tes tidak ada retak/cacat las, maka benda
kerja siap untuk dilakukan proses selanjutnya. Tetapi kalo masih ada retak maupun cacat, benda kerja
dari seluruh sistem mesin las MIG. Dalam pemeliharaan ini dilakukan pengamatan, perbaikan serta penggantian
komponen pada mesin las, yang kemudian disertai laporan hasil pemeriksaan maupun perawatannya secara sistematis
dan jelas sebagai salah satu acuan pemeliharaan dan perawatan selanjutnya.
Pemeliharaan mesin las yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dalam pengoprasian mesin las dan untuk
menjaga agar mesin las dapat selalu digunakan. Pemeliharaan pada mesin las tersebut dapat dibedakan dengan
beberapa kondisi :
Sebelum dan sesudah memakai mesin bersihkan mesin dan sikat dari gram-gram atau kotoran-kotoran.
Setelah dan sesudah memakai mesin lumasi bagi yang bergerak dan lumasi dengan oli bagi yang mudah
terbakar.
preventif yaitu;
dengan menggunakan MIG (metal inert gas) adalah meliputi hal-hal berikut ini :
a. Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan prosedur penanganan kebakaran
yang jelas/tertulis.
b. Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las dan dari kabel las ke benda
kerja/meja las serta sambungan dengan tang las. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang
h. Periksa, apakah penghalang sinar las/ruang las sudah tertutup dengan benar.
i. Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
j. Selalu gunakan kaca mata pengaman selama bekerja di dalam bengkel.
tempatnya.
Jauhkan pistol las dari benda kerja sehingga busur listrik terputus dan mati.
Dalam pemasangan perlengkapan las MIG (metal inert gas) harus di perhatikan aturan-aturan keselamatan
kerja. Keselamatan kerja dalam perlengkapan las MIG (metal inert gas) sebelum melakukan suatu pengelasan sangatlah
tinggi nilainya. Adapun yang harus diperhatikan pada waktu pemasangan perlengkapan ataupun peralatan las MIG
a. Tabung-tabung gas, regulator dan selang gas harus diperhatikan dan diperlakukan dengan hati-hati.
b. Mesin las dan wire feeder (elektroda kawat) harus dihubungkan dengan hati-hati dan benar ke sumber
tenaga.
c. Kabel las harus dijauhkan dari jangkauan api, dan dilindungi dari panas maupun percikan api dari
pengelasan.
dan kita jalankan dengan baik. Mengetahui pentingnya keselamatan kerja memang sangatlah penting dalam segala
proses pekerjaan, dengan mendahulukan keselamatan dan kesehatan kerja, maka suatu proses pekerjaan akan
berjalan dengan aman dan dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu pengaturan posisi dalam suatu pekerjaan tak
kalah pentingnnya juga.
Adapun pengaturan posisi pengelasan dalam las MIG (metal inert gas) yang aman adalah sebagai berikut :
a. Tabung gas dan air pendingin disatukan, letaknya dekat dengan mesin penggerak kawat, agar mudah
dihubungkan.
b. Mesin las harus dekat dengan sumber tenaga dan sedekat mungkin dengan mesin penggerak kawat agar
hubungan dekat.
c. Bila masing-masing alat sudah benar posisinya, barukah siap untuk digunakan.
BAB V [https://www.blogger.com/null]
PENUTUP
1. Jenis material yang digunakan untuk pengelasan adalah Baja Austenit (Armore), karena material tersebut
mempunyai tegangan tarik dan kekuatan yang memiliki kemampuan tahan amunisi.
2. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengelasan adjusting, fanel drive dengan menggunakan Mesin Las
4. Kontrol kualitas yang digunakan untuk proses pengelasan adjusting plate, fanel drive adalah welding gauge dan
NDT
5. Sistem Produksi
a) Sistem produksi yang ada di PT. PINDAD (Persero) salah satunya adalah divisi KK, yang memiliki
b) Jalur order dimana pemesan datang dari konsumen dan diterima dibagian marketing untuk melakukan
negoisasi secara langsung
c) Bagian-bagian yang berhubungan dengan jalannya produksi perusahaan yaitu konsumen, marketing,
6. Para pekerja yang dapat mengelas pada body kendaraan harus benar-benar ahli(bersertifikat).
5.2 S A R A N [https://www.blogger.com/null]
Setelah penulis melakukan kerja praktek dan pengamatan, maka penulis dapat memberikan sedikit saran yang
2. Untuk divisi yang berada pada satu departmen harus saling berkomunikasi dalam membuat rencana produk
sehingga semua pekerjaan dapat terorganisir dan dapat berjalan dengan lancar.
3. Operator pengelasan produk hendaknya adalah jumlah nya dapat lebih ditingkatkan, sehingga dapat lebih
mempercepat pekerjaan.
4. Perawatan dari masing-masing mesin las harus benar-benar di lakukan dengan cara yang rutin baik setelah
pemakaian atau pun scara berkala karena kualitas lassan yang diperoleh juga bergantung pada performa mesin
yang digunakan.
5. Berani melakukan trobosan baru dalam bidang modifikasi, tanpa mengandalkan luar negri, sehingga lebih
6. Meningkatkan kerja yang professional, dan meningkatkan rasa kekeluargaan antar tim.
Ausaid, 2001, Dasar Las MIG/MAG (GMAW), Batam Institutional Development Project.
Eka Yogaswara, 2004, Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal. Bandung.
Riswan Dwi Jatmiko, Teori Pengelasan Logam, Modul.
Sri widharto, 2007, Menuju Juru Las Tingkat Dunia, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sugiyono, 2002, Las Tig dan MIG.
Team Instruktur Pusdiklat, 2001, Dasar Las MIG (Metal Inert Gas ). Cilegon, Banten.
Tim Fakultas teknik UNY, 2004, Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal.
Thomas A. Siewert, Stephen Liu, Glen R. Edwards, 1993, Welding, Brazing, And Soldering Vol.6 ASM Handbook
Committee.
Widharto S, 1987, Petujtuk Kerja Las, Pradnya Paramita, Jakarta.
h t t p s : / / s t a f f . u n y. a c . i d / s i t e s / d e f a u l t / f i l e s / M I G . p d f
LAMPIRAN
Diposting 17th October 2014 oleh Sapta Adi satya
0 Tambahkan komentar