Anda di halaman 1dari 32

17th October 2014

[]
LAPORAN
PRAKTEK KERJA PADA INDUSTRI

PROSES PENGELASAN ADJUSTER PLATE, FINAL DRIVE PADA TANK AMX-13


CANON
DI PT. PINDAD (PERSERO), BANDUNG

Disusun Oleh :

Nama : Sapta Adi Setya Pramuji


NIM : 101 03 1081
Jurusan : Teknik Mesin (S-1)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
Y O G YA K A R TA
2014

PROSES PENGELASAN ADJUSTER PLATE, FINAL DRIVE PADA TANK AMX-13


CANON
DI PT. PINDAD (PERSERO), BANDUNG

Praktek Kerja Pada Industri ini


Dilaksanakan sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Kurikulum
pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Dosen Pembimbing :
Anak Agung Putu S , ST, Mtech

Disusun Oleh :
Sapta Adi Setya Pramuji
101 03 1081

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2014

LAPORAN
PRAKTEK KERJA PADA INDUSTRI

PROSES PENGELASAN ADJUSTER PLATE, FINAL DRIVE PADA AMX-13 CANON


DI PT. PINDAD (PERSERO), BANDUNG
Disusun untuk memenuhi sayarat menyelesaikan study di
Jurusan Teknik Mesin Jenjang Strata 1, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Disusun Oleh :

Nama :Sapta Adi Setya Pramuji


No. Mhs :101 03 1081
Jurusan :Teknik Mesin
Fakultas :Teknologi Industri

Yogyakarta, September 2014


Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Drs.H.Khairul Muhajir, MT Anak Agung Putu S , ST, M tech


NIP. 195609091983031001 NIP

Mengetahui,
Ketua LPM

Ir. Prasetyo Eko Pambudi,.M.T


NIK. 89.0461.394E

LEMBAR PENGESAHAN
DI PT. PINDAD (PERSERO)
BANDUNG

Menyetujui :
Pembimbing lapangan

TUHARSO SUSYANTO, A.Md.


Kasi Las GTAW & OAW

Mengetahui
PT PINDAD (PERSERO)
An. Kadiv Human Capital & Bang Org.

Dra. IBNIA VENI, MM


Kadepdiklat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa salam penulis atas selesainya Laporan Praktek

Kerja Pada Industri yang berjudul PROSES PENGELASAN ADJUSTER PLATE, FINAL DRIVE PADA AMX-13
CANON DI PT. PINDAD (PERSERO) BANDUNG.

Dalam Laporan Praktek Kerja Pada Industri ini penulis menjelaskan tentang mesin Las MIG (Metal Inert Gas),
kemudian pengoperasian dari Pembuatan Boom dari Crane dengan menggunakan mesin las MIG (Metal Inert Gas) di
PT PINDAD (PERSERO) sebagai bahasan utama.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak baik secara psikis
maupun disiplin ilmu dalam perusahaan. Banyak bimbingan, bantuan dan fasilitas dari PT. PINDAD (PERSERO)
maupun dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja pada industri ini. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih karunia-Nya sehingga Laporan Praktek Kerja Pada
Industri ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan dan dorongan, secara moral
maupun materiil sehingga laporan Praktek Kerja Pada Industri ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Ir. Sudarsono, M.T selaku Rektor Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Prasetyo Eko Pambudi, M.T selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
5. Bapak Muhammad Sholeh, ST., M.T selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
6. Bapak Drs.H.Khairul Muhajir, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
7. Anak Agung Putu S , ST, Mtech selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing selama pelaksanaan

dan pembuatan Laporan.


8. Ibu Ibnia Veni selaku Kasubdep Sesdik PT. PINDAD (PERSERO).
9. Bapak Agus Sumantoro, S.T. selaku Kadep Produksi 1 PT. PINDAD (PERSERO).
10. Bapak Tuharso Susyanto selaku Kas Las GTAW & OAW dan selaku Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan banyak informasi dan bimbingan di PT.PINDAD (PERSERO).
11. Masm Tirka yang telah membagikan ilmunya buat penulis, sehingga menambang pengetahuan dalam
pengelasan.
12. Seluruh staff dan karyawan Divisi KK Departemen dan APKL tahun 2014 yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu saya ucapkan terima kasih.


13. Teman teman kost yang gokil yang memperkenalkan kota Bandung seisinya.
14. Aakcoy yang sering ngasih informasi tempat-tempat dan ngajarin ngankot keliling bandung.
15. Adek Neri dan Rossi teman baru, yang membuat semangat dan yang nemenin jalan-jalan.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan
Laporan Praktek Kerja Pada Industri sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, baik materi pembahasan

maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak, khususnya pembaca.
Penulis berharap agar laporan Laporan Praktek Kerja Pada Industri ini dapat bermanfaat untuk semua
pembaca.

Bandung, September 2014

Penulis

MOTO [https://www.blogger.com/null]
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan

kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,

karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun YANG

DIKERJAKAN dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat

KITA BERHARAP.

DAFTAR ISI [https://www.blogger.com/null]

Hal [https://www.blogger.com/null]
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUT......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN............................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
MOTO viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938143]

1.1 Latar Belakang Masalah [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938144]


1.2 Perumusan Masalah [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938145]
1.3 Batasan Masalah [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938146]
1.4 Tujuan Pelatihan Kerja Pada Industri [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938147]
1.5 Manfaat Pelatihan Kerja pada Industri [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938148]
1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938149]
1.5.2 Manfaat bagi Lembaga Pendidikan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938150]
1.5.3 Manfaat bagi Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938151]

BAB II PROFIL PERUSAHAAN [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938152]

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. PINDAD (Persero) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938153]


2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938154]
2.1.2 Lambang Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938155]
2.1.3 Misi Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938156]
2.1.4 Visi Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938157]
2.1.5 Prinsip Dasar Perusahaan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938158]
2.1.6 Organisasi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938159]
2.1.7 Sumber Daya Manusia [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938160]
2.1.8 Bidang Usaha [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938161]
2.1.9 Jaminan Kualitas [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938162]
2.1.10 Pengembangan Bisnis [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938163]
2.1.11 Stuktur Organisasi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938164]
2.1.12 Lingkungan Alam [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938165]
2.1.13 Aktivasi PT. PINDAD (Persero) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938166]
2.2 Produk Yang Dihasilkan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938167]
2.2.1 Senjata [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938168]
2.2.2 Kendaraan Militer [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938169]
2.2.3 Produksi Non-Militer [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938170]
2.3 Divisi Kendaraan Khusus (KK) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938171]
2.3.1 Struktur Organisasi Divisi Kendaraan khusus [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938172]

BAB III LANDASAN TEORI [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938173]

3.1 Pengertian Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938174]


3.1.1 Pengertian Pengelasan Secara Umum [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938175]
3.1.2 Sejarah Perkembangan Las MIG [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938176]
3.1.3 Pengertian Las MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938177]
3.1.4 Proses Terjadinya Busur Las MIG (Metal Inert Gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938178]
3.2 Peralatan Utama Las MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938179]
3.2.1 Mesin Las [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938180]
3.2.2 Unit pengontrol kawat elektroda (Wire Feeder) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938181]
3.2.3 Welding Gun [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938182]
3.2.4 Kabel Las dan Kabel Kontrol [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938183]
3.2.5 Regulator Gas Pelindung [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938184]
3.2.6 Pipa kontak [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938185]
3.2.7 Nozzel gas pelindung [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938186]
3.3 Jenis-jenis Gas Pelindung Las MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938187]
3.3.2 Gas Helium [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938188]
3.3.3 Karbondioksida [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938189]
3.4 Menentukan Parameter Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938190]
3.4.1 Pengaturan Besar Arus Las [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938191]
3.4.2 Elektroda Ekstensi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938192]
3.4.3 Tegangan Las [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938193]
3.4.4 Kecepatan Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938194]
3.5 Mengidentifikasi Metoda Pencegahan Distorsi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938195]
3.5.1 Pengertian Distorsi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938196]
3.5.2 Teknik-teknik Pengelasan Untuk Distorsi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938197]
3.5.3 Pengontrolan distorsi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938198]
3.6 Metoda Pengelasan MIG (Metal Inert Gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938199]
3.6.1 Arah Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938200]
3.6.3 Sudut pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938202]
3.6.4 Posisi Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938203]
3.7 Macam macam Jenis Cacat Las [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938204]
3.7.1 Cacat Las Bagian Luar [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938205]
3.7.2 Cacat Las Bagian Dalam [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938206]
3.8 Peralatan Bantu Las MIG (Metal Inert Gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938207]

BAB IV PROSES PENGELASAN DAN PEMBAHASAN [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938208]

4.1 Pengertian Dan Sejarah Singkat Kendaraan Tempur Tank Amx-13


[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938209]
4.2 Retropit Yang Dilakukan Pada Amx-13 [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938211]
4.2.1 Persiapan bahan dan Model [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938213]
4.2.2 Peralatan yang digunakan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938214]
4.3 Langkah Pengerjaan finel drive [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938215]
4.3.1 Proses Persiapan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938216]
4.3.2 Penyetelan/penyetingan Mesin Las [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938217]
4.3.3 Langkah Pengelasan Adjuster Plate [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938218]
4.3.3.1 Pengelasn Bagian Dalam: [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938219]
4.3.3.2. Pengelasan Bagian Luar [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938220]
4.4 Perawatan Mesin Las MIG [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938221]
4.5 Prosedur Umum Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938222]

BAB V PENUTUP [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938223]

5.1 Kesimpulan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938224]


5.2 S A R A N [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938225]

DAFTAR PUSTAKA [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938226]


LAMPIRAN [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396938227]

DAPTAR GAMBAR
Hal

Gambar 2.1 Lambang PT. PINDAD (Persero) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886671]


Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PINDAD (Persero) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886672]
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Divisi Kendaraan Khusus [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886673]
Gambar 3.1 Bagan Las GMAW / Las MIG [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886675]
Gambar 3.2 Proses pengelasan MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886676]
Gambar 3.3 Proses pemindahan semburan pada las MIG [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886678]
(metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886679]
Gambar 3.4 Rangkaian Mesin Las MIG [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886681]
Gambar 3.5 Mesin las MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886683]
Gambar 3.6 Bagian-bagian utama Wire Feeder [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886685]
Gambar 3.7 Wire Feeder jenis tarik [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886687]
Gambar 3.8 Welding gun las MIG (metal inert gas) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886688]
Gambar 3.9 Cylinder dan Regulator Gas Pelindung [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886690]
Gambar 3.10 Gambar pipa kontak [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886692]
Gambar 3.11 Nozzle gas pelindung [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886694]
Gambar 3.12 Perbandingan gas argon muni dan gas argon campuran
[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886696]
Gambar 3.13 Perbandingan gas argon murni dan gas argon campuran
[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886698]
Gambar 3.14 Perbandingan gas karbondioksida murni [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886700]
dengan gas argon campuran [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886701]
Gambar 3.15 Elektroda ekstensi [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886702]
Gambar 3.16 Las catat (tack-weld) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886704]
Gambar 3.17 Menggunakan klem [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886706]
Gambar 3.18 Menggunakan plat-punggung. [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886708]
Gambar 3.19 Teknik pengelasan berurutan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886710]
Gambar 3.20 Arah pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886712]
Gambar 3.21 Gerakan atau ayunan dalam las MIG (metal inert gas [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886714]
Gambar 3.22 Posisi sudut pengelasan flat [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886715]
Gambar 3.23 Posisi horizontal sambungan T [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886716]
Gambar 3.24 Posisi horizontal sambungan tumpul [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886717]
Gambar 3.25 Posisi tegak [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886718]
Gambar 3.26 Berbagai macam posisi pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886719]
Gambar 3.27 macam-macam posisi pengelasan untuk berbagai model las
[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886720]
Gambar 3.28 Takikan-bawah Undercut [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886722]
Gambar 3.29 Penumpukan logam las (overlap) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886724]
Gambar 3.30 Porosity [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886726]
Gambar 3.31 Kurang pencairan (lack of fusion) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886728]
Gambar 3.32 Tercemar tungsten (tungsten inclusion) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886730]
Gambar 3.33 Slag Inclusion [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886732]
Gambar 3.34 Retak (cracking) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886734]
Gambar 4.1 Tank Amx-13 Canon. [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886735]
Gambar 4.2 Pancan Pemegang Pengelasan [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886736]
Gambar 4.3 Adjuster Plate detail B SECALE 1:1, RIGHT [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886737]
Gambar 4.4 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, RIGHT
[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886738]
Gambar 4.5 Adjuster Plate SECTION A-A SCALE 1:5, RIGHT [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886739]
Gambar 4.4 Adjuster Plate detail B SECALE 1:1, LEFT [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886740]
Gambar 4.5 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, LEFT
[file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886741]
Gambar 4.6 Adjuster Plate SECTION A-A SCALE 1:5, LEFT [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886742]
Gambar 4.7 Stick out posisi normal ( dipakai dalam amper tinggi ) [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886743]
Gambar 4.8 Stick out yang biasa dipakai dalam amper menengah [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886744]
Gambar 4.9 Stick out yang biasa dipake dalam amper rendah [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886745]
Gambar 4.10 perlengkapan keselamatan kerja [file:///D:/Dwonload/SATYA%20FIX.doc#_Toc396886746]

DAFTAR TABEL [https://www.blogger.com/null]


Hal [https://www.blogger.com/null]

Tabel 3.1 Ketentuan umun penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan diameter kawat elektroda 40

BAB I [https://www.blogger.com/null]
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah [https://www.blogger.com/null]


Perkembangan dunia industri dan teknologi dalam bidang kendaraan khusus sangatlah pesat, oleh karena itu

mengakibatkan persaingan yang ketat dalam perusahaan kendaraan khusus sehingga perlu meningkatkan kualitas
teknologi maupun kuantitas yang khusus nya pada PT. PINDAD (Persero)yang terletak di BANDUNG, JAWA BARAT.

Dalam hal ini penulis ingin mendalami pengetahuan tentang pengelasan pada kendaraan tempur ( Ranpur)
kuhususnya pada ADJUSTER PLATE pada Final Drive pada TANK. Mengingat dalam kampus masih terbatas, maka

untuk mengatasi keterbatasan tersebut penulis menambah wawasan, serta pengalaman dalam rangka menyelesaikan

setudynya, maka mahasiswa Institute Sains dan Teknologi Akprind Yokyakarta diwajibkan melaksanakan Praktek Kerja

Pada Industri.

PKPI (Pelatihan Kerja Pada Industri) merupakan salah satu kewajiban dan merupakan salah satu syarat

perkuliahan, serta kelulusan bagi Mahasiswa Strata-1 Jurusan Teknik Mesin di Institut Sains & Teknologi AKPRIND

Yogyakarta. Mengingat pentingnya hal tersebut maka Mahasiswa Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta harus
melaksanakan PKPI, sebab PKPI merupakan ajang penggabungan suatu mata kuliah yang sudah didapat dibangku

kuliah dengan keadaan penggambaran dilapangan (di dunia industri). Dengan adanya PKPI ini diharapkan para
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diperoleh, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan. Dengan

demikian diharapkan setelah lulus akan menciptakan sumber daya manusia yang handal.
Program Studi Teknik Mesin S1 di Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta menawarkan 3 (tiga)

konsentrasi studi, yaitu Material, Enegi dan Manufaktur. Penyediaan konsentrasi studi ini dimaksudkan agar mahasiswa

dapat memperoleh pemahaman maupun keterampilan yang lebih spesifik sesuai dengan bidang minat yang
diinginkannya. Konsentrasi Studi Material mempelajari tentang ilmu logam (metallurgy), analiasa kegagalan, teknik

pembentukan logam, teknik keramik, komposit dan proses produksi lanjut. Konsentrasi Studi Energi menekankan pada
teknik pembakaran, pembangkit tenaga yang meliputi motor bakar, tenaga uap, tenaga surya, tenaga hidro dan turbin.
Konsentrasi Studi Manufaktur berperan pada perancangan dan proses pada industri, penekanannya pada teknik
otomotif, mesin CNC, alatalat berat, sistem perpipaan, otomasi proses, kontrol kualitas dan proses permesinan khusus.
Kita mengerti dan sadar betul bahwa pekerjaan sebagai engineer tidak sesederhana yang kita bayangkan seperti

di kampus, karena kita juga dituntut memberikan hasil yang nyata dalam penanganannya. Oleh karena itulah program
PKPI sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Dengan tujuan tercapainya standar dan kualitas mutu bagi para Sarjana

Teknik dalam penerapan dunia kerja, dengan memberikan gambaran yang kongkret tentang dunia kerja yang akan

mereka hadapi.
Perkembangan dunia kerja saat ini telah mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan pabrik sebagai salah

satu sarana untuk melaksanakan kegiatan produksi. Semakin besarnya perkembangan ini, maka diperlukan tenaga ahli
yang mampu membangun serta memelihara sarana dan fasilitas dari kegiatan produksi. Aktivitas dunia kerja saat ini

menuntut skill (baik Soft Skill maupun Hard Skill) atau keahlian dalam bekerja, yang tidak lepas dari kemampuan untuk
terus berkembang dan maju.

Mahasiswa Teknik Mesin selaku calon teknokrat-teknokrat muda yang bertakwa, bermutu dan berkualitas
hendaknya mulai mempersiapkan diri dari sekarang, guna mengantisipasi merebaknya penggunaan tenaga asing di

Indonesia yang mana para tenaga asing ini memiliki keunggulan tersendiri dibanding tenaga lokal.

1.2 Perumusan Masalah [https://www.blogger.com/null]


Dalam pelaksanaan dan operasional seharihari, mesin las dituntut untuk dapat terus bekerja agar tercapai
target produksi yang maksimal dan meminimalisir kegagalan dari produksi yang diakibatkan oleh kerusakan pada mesin,

sehingga tidak menggangu aktivitas produksi walaupun nantinya tetap terdapat kendala-kendala yang harus dihadapi.
Untuk mendapatkan performa mesin las yang baik harus selalu dijaga dengan pengoperasian dan perawatan yang

sesuai dengan prosedur. Dengan pengoperasian yang sesuai dengan prosedur maka mesin dapat bekerja dengan baik
sebagai penunjang dalam suatu kegiatan produksi baik berskala kecil ataupun besar. Sebagaimana tersebut diatas

maka perumusan masalah yang dibahas antara lain mengenai pengoprasian dan perawatan dari mesin las agar dapat

bekerja dengan normal dan optimal serta untuk mendapatkan umur mesin yang panjang.

1.3 Batasan Masalah [https://www.blogger.com/null]


Keterbatasan penulis akan kemampuan dan pengetahuan sekaligus keterampilan, mempengaruhi penulis dalam

menyampaikan masukan - masukan ataupun data dalam laporan ini, untuk itu penulis membatasi masalah dalam
kegiatan Pelatihan Kerja Pada Industri (PKPI) ini pada :

1. Pengoperasian Mesin Las MIG yang digunakan di PT. PINDAD (Persero).


2. Perawatan Mesin Las MIG di PT. PINDAD (Persero).

3. Pelaksanaan atau langkah kerja pengelasan ADJUSTER PLATE pada final drive di PT. PINDAD (Persero).

1.4 Tujuan [https://www.blogger.com/null] Pelatihan Kerja Pada Industri


Pelatihan Kerja Pada Industri ini bertujuan :
1. Penulis dapat mengetahui langsung diperusahaan setelah menerima teori dalam perkuliahan, sehingga

penulis tidak hanya membayangkan.


2. Memberikan gambaran riil yaitu mengenai apa saja yang akan dikerjakan dan dilakukan seorang engineer

didalam dunia industri.


3. Sebagai tujuan khusus agar penulis dapat mempelajari proses kerja dari Mesin Las serta pengoperasian

dan perawatannya.

4. Improvisasi kemampuan dasar teknik.


5. Sebagai perbandingan antara teori diperkuliahan dengan kenyataan di lapangan sehingga permasalahan

yang akan dihadapi penulis nantinya tidak lagi canggung apabila terjun kedunia kerja yang sebenarnya.
6. Dapat bekerjasama dengan orag lain dalam kelompok kerja sehingga mendapatkan hasil yang di harapkan

oleh pihak perusahaan.

1. [https://www.blogger.com/null] 5 Manfaat Pelatihan Kerja pada Industri


1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa [https://www.blogger.com/null] , yaitu :

a. Meningkatkan pengetahuan kita akan dunia kerja berdasarkan ilmu yang kita peroleh dilingkungan

pendidikan.
b. Memberikan wawasan dan pengalaman tersendiri selama didalam lingkungan industri sebagai pribadi atau

calon engineer.

c. Memperluas pengetahuan tentang proses produksi.


1.5.2 Manfaat bagi Lembaga Pendidikan [https://www.blogger.com/null] . yaitu :

a. Mengetahui kebutuhan dunia industri akan lulusan sarjana (engineer).

b. Terjadinya hubungan kerja sama yang baik antara Institusi dan Perusahaan yang bersangkutan.
c. Memperoleh umpan balik yang baik dari dunia kerja sebagai bahan evaluasi dibidang akademik untuk

perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.

1.5.3 Manfaat bagi Perusahaan [https://www.blogger.com/null] , yaitu :

a. Sebagai bukti pengabdian kepada masyarakat, khususnya didunia pendidikan.

b. Sebagai data masukan untuk memperoleh pertimbangan dan peningkatan kualitas dari system yang

sudah ada melalui penerapan metode kerja yang diperoleh mahasiswa.

1.6 Metodologi Pelaksanaan PKPI

1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti Proses Pengelasan ADJUSTER PLATE pada final drive di PT.

PINDAD (Persero).

2. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan data Primer

Data primer adalah data penelitian diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Dalam hal ini, penelitian

dilakukan secara langsung pada objek dengan pendekatan secara primer yang dapat diperoleh dengan cara :
1. Interview dan Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek dengan mengadakan

Tanya jawab langsung dengan pihak perusahaan.

2. Observasi
Pengambilan data secara langsung dengan cara mengamati dan mencatat objek penelitian pada saat

melaksanakan pelatihan kerja pada industri.

b. Metode Pengumpulan Data Sekunder


Data didapat dengan cara tidak langsung, dalam arti dari literature buku petunjuk pada setiap bagian

peralatan sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

1.7 Lokasi Dan Waktu Praktek Kerja Pada Industri

Dalam penyusunan laporan PKPI ini penulis melaksanakan Praktek Kerja di Divisi KK ( Kendaraan Khusus )
PT.PINDAD (Persero). Sesuai dengan bobot matakuliah Praktek Kerja Pada Industri sebesar 4 sks, maka Praktek Kerja

Pada Industri ini direncanakan selama 3 bulan, yaitu :

Waktu : 1 Agustus 31 November 2014


Tempat : PT.PINDAD (Persero)

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No. 517 Bandung

Hari Praktek : Senin s/d jumat

Jam Praktek : 07.30 16.00

1.8 Sistematika Penulisan Laporan

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Batasan Masalah


1.4 Tujuan Praktek Kerja Pada Industri

1.5 Manfaat Praktek Kerja Pada Industri


1.6 Metodologi Pengumpulan Data

1.7 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

1.8 Sistematik Penulisan Laporan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. PINDAD (persero)


2.1.1 Sejarah Singkat PT. PINDAD (Persero)

2.1.2 Lambang PT. PINDAD (Persero)

2.1.3 Misi PT. PINDAD (Persero)

2.1.4 Visi Perusahaan PT. PINDAD (Persero)


2.1.5 Perinsip Dasar PT. PINDAD (Persero)

2.1.6 Organisasi

2.1.7 Sumber Daya Manusia

2.1.8 Bidang Utama

2.1.9 Jaminan Kualitasrkembangan Bisnis


2.1.10 Struktur Organisasi

2.1.11 Lingkungan Alam

2.1.12 Aktifitas PT. PINDAD (Persero)

2.2 Produk yang dihasilkan.

2.3 Devisi KK ( Kendaraan Khusus)

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan memberikan penjabaran tentang landasan teori-teori yang mendukung dan

mendasari tentang proses pengelasan Mesin Las MIG.


BAB IV PROSES PENGELASAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini pembahasan mengenai pengoperasian dan Perawatan Mesin Las MIG (metal inert

gas).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Sapta adi setya pramuji 20 Agustus 2014

BAB II [https://www.blogger.com/null]
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. PINDAD (Persero) [https://www.blogger.com/null]


2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan [https://www.blogger.com/null]
PT. PINDAD adalah Perusahaan Industri Manufaktur Indonesia yang bergerak dalam bidang Produk

Militer dan Produk Komersial. Kegiatan PT. PINDAD mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan

dan fabrikan serta perawatan.


Berdiri pada tahun 1808 sebagai bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artillerie

Constructie Winkel (ACW), bengkel ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan

nama pengelola kemudian dipindahkan lokasinya ke Bandung pada tahun 1923.

Pemerintah Belanda pada tahun 1950 menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah Indonesia,
kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang

ini. Sejak saat itu PT. PINDAD berubah menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh

Angkatan Darat. PT. PINDAD berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT.

PINDAD (Persero) pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun 1989 perusahaan ini berada dibawah
pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT.

Pakarya Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis

(Persero).

Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status

menjadi PT. PINDAD (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian BUMN.

2.1.2 Lambang Perusahaan [https://www.blogger.com/null]


Gambar 2.1 Lambang PT. PINDAD (Persero) [https://www.blogger.com/null]

Makna Lambang PT. PINDAD (Persero) :

a. Pengertian

Lambang PT. PINDAD (Persero) adalah lambang perusahaan berupa senjata cakra dengan
bintang bersudut lima dan bertuliskan PINDAD.

b. Arti dan Makna Lambang

1. Cakra adalah senjata pamungkas kresna Kemampuannya memiliki kemampuan untuk

menghancurkan dan sebaliknya menambarkan (menetralisir) bahaya senjata yang datang

mengancamnya, sehingga dengan demikian memiliki potensi untuk mendukung perang


ataupun menciptakan kedamaian.

2. Bintang bersudut lima

Melambangkan bahwa gerak dan laju PT. PINDAD (Persero) berlandaskan Pancasila,

falsafah/dasar Bangsa dan Negara Indonesia di dalam ikut serta mewujudkan terciptanya
masyarakat adil dan makmur.

3. Pisau Frais, melambangkan industri, dengan:

a. 4 (empat) buah lubang Spi melambangkan kemampuan teknologi untuk:

mengelola, meniru, merubah, dan menciptakan suatu bahan atau produk.

b. 8 (delapan) buah pisau (cakra) Melambangkan kemampuan untuk memproduksi


sarana militer/hankam dan sarana sipil/komersil dalam rangka ikut serta

mendukung terciptanya ketahanan nasional Bangsa Indonesia yang

bertumpu pada 8 (delapan) gatra (aspek).

4. Batang dan Ekor


Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT. PINDAD Persero secara berdaya dan

hasil guna, 4 (empat) helai sirip ekor melambangkan keserasian gerak antara unsur-unsur:

manusia, modal, metoda, dan pemasaran.

5. Warna

a. Senjata Cakra : Biru Laut


b. Bintang : Kuning Emas

c. Tulisan Pindad : Kuning Emas

2.1.3 Misi Perusahaan [https://www.blogger.com/null]


PT. PINDAD mengembankan misi untuk melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan

dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk
mendukung pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia.

2.1.4 Visi Perusahaan [https://www.blogger.com/null]


Adapun visi perusahaan adalah menjadi Produsen Pertahanan dan Keamanan terkemuka di Asia,
melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.

2.1.5 Prinsip Dasar Perusahaan [https://www.blogger.com/null]


Loyalitas, Integritas dan Dedikasi, yang berarti: berpegang teguh pada tujuan perusahaan, kejujuran dan
keutuhan sikap dalam interaksi organisasi dan pengabdian pada perusahaan. Ketiga hal ini merupakan sikap

keseharian setiap anggota organisasi yang mendasari setiap aksi individual dan organisasi. Semangat kelompok

tidak boleh mengalahkan prinsip pertama ini.

Keunggulan Teknologi, yang berarti:

Keyakinan bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi sangat penting dalam mencapai tujuan
perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja untuk inovasi produk dan bahan untuk

inovasi bisnis.

Kerjasama Kelompok, yang berarti:

Keberhasilan merupakan hasil dari kerjasama. Sinergi yang muncul dari kelompok yang dilandasi
integritas anggota kelompok mampu memberikan kesuksesan yang sebelumnya tak mungkin diraih.

Berbisnis untuk saling menguntungkan, yang berarti:

Menekankan pentingnya memperoleh kepercayaan dari semua pihak yang berbisnis dengan PT. PINDAD.

Merupakan hal penting untuk memikirkan dan menjamin manfaat dan menambahkan nilai kepada mitra,

pelanggan, pemasok dan tentu untuk PT. PINDAD sendiri.

2.1.6 Organisasi [https://www.blogger.com/null]


Untuk meningkatkan daya saingnya, PT. PINDAD mengembangkan desain organisasi yang fleksibel dan

desentralistis sehingga meningkatkan divisi-divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.

2.1.7 Sumber Daya Manusia [https://www.blogger.com/null]


Sumber daya manusia yang bergabung dengan PT. PINDAD adalah peran tenaga profesional yang

memiliki kompetensi khusus di bidang teknologi persenjataan, metalurgi, permesinan dan lain-lain. Kemampuan
mereka ditempa oleh pengalaman dan pelatihan khusus.

Pengembangan SDM mengacu kepada manajemen SDM berbasis kompetensi yang mengintegrasikan

semua kebijakan dibidang karir, pelatihan, rekruitmen, penilaian atau prestasi kerja dan lain sebagainya.

2.1.8 Bidang Usaha [https://www.blogger.com/null]


Kegiatan usaha didalam pembuatan berbagai macam Produk Militer dan Produk Komersial merupakan

inti kegiatan perusahaan ini. Pabrik dan perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor

pemasaran di Jakarta, menunjang keberhasialn bisnis kedua kelompok produk diatas.

Kegiatan usaha produk komersial dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu Divisi Mekanik, yang
memproduksi peralatan kapal dan air brake serta mesin industri, Divisi Elektrik yang memproduksi motor listrik

dan peralatan pembangkit, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi komponen tempa dan cor serta Divisi

Rekayasa Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan pabrik dan jasa pembangunan pabrik serta jasa

pengujian kalibrasi.

Divisi Senjata yang bergerak dalam kegiatan pembuatan produk militer berupa berbagai jenis senjata
laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung. Satu divisi di Turen Malang memproduksi produk militer

lainnya yang berupa berbagai jenis munisi dan bahan peledak militer serta bahan peledak untuk kepentingan

komersial antara lain pertambangan.

2.1.9 Jaminan Kualitas [https://www.blogger.com/null]


Kualitas produksi maupun jasa yang memenuhi harapan pelanggan akan berpengaruh terhadap

suksesnya bisnis perusahaan. Untuk itu PT. PINDAD telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar

ISO 9001/9002 dan ISO Guide 25.

Dalam menjaga komitmen perusahaan terhadap mutu produk, maka motto "tidak ada kompromi untuk
kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh jajaran operasional perusahaan.

Konsistensi komitmen manajemen tersebut selalu dipelihara dengan melakukan peningkatan dan

penyesuaian sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan produk-produk

PT. PINDAD dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan dapat membangun kesetiaan pelanggan terhadap

produk-produk PT. PINDAD.

2.1.10 Pengembangan Bisnis [https://www.blogger.com/null]


Disamping bertujuan untuk memperoleh bisnis baru yang menguntungkan dan kompetitif,

pengembangan bisnis pada dasarnya adalah usaha untuk menyempurnakan dan atau memperbaiki bisnis yang
ada dengan menggunakan metoda dan teknologi mutakhir, sehingga mendapatkan bisnis yang kompetitif

dengan biaya dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan pasar.


Mengikuti tuntutan alamiahnya guna dapat bertahan dan terus berkembang didalam kondisi ekonomi

yang belum stabil, telah dilakukan upaya pengembangan usaha agar perusahaan lebih dapat menanggapi

dengan baik perubahan lingkungan eksternalnya.


Melanjutkan upaya pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2001 telah diinisiasi usaha-usaha bisnis

baru yang ditunjang oleh kompetensi yang sudah dimiliki. Diharapkan usaha-usaha bisnis baru ini akan

memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan ditahun yang akan datang.

2.1.11 Stuktur Organisasi [https://www.blogger.com/null]

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PINDAD (Persero) [https://www.blogger.com/null]

2.1.12 Lingkungan Alam [https://www.blogger.com/null]

Disaat meningkatkan unjuk-kerja perusahaan, PT. PINDAD juga menyadari untuk tetap selalu
mengusahaan agar ramah terhadap lingkungan alam sekitar. Sekitar 60% dari luas perusahaan selalu dijaga

kehijauannya termasuk oleh berbagai pepohonan langka. Sesuatu hal yang sangat menarik adalah selain

sebagai lingkungan kerja yang harmonis dengan alam sekitarnya, lingkungan PT. PINDAD juga merupakan

tempat hidupnya lebih dari 30 jenis spesies burung.

2.1.13 Aktivasi PT. PINDAD (Persero) [https://www.blogger.com/null]


Kegiatan usaha produk militer yaitu kegiatan yang produksinya dimaksudkan untuk memproduksi

kebutuhan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Hankam).

Produk militer dikelompokan dalam dua kelompok besar yaitu:

1. Produk Munisi, seperti: munisi ringan dan munisi berat (mortir dan granat)

2. Produk Senjata, seperti: Revolver, Pistol, Senapan, dan perlengkapan militer lainnya.
Kegiatan usaha produk komersil yang dijalankan oleh empat divisi di Bandung, yaitu:

1. Divisi kendaraan Khusus yang memproduksi berbagai jenis kendaraan untuk keperluan militer

maupun industri yang memiliki fungsi khusus (KK)

2. Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi motor listrik dan peralatan pembangkit (TC)

3. Divisi Mesin Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan pabrik dan jasa pembangunan
pabrik serta jasa pengujian kalibrasi (MIJAS)

4. Divisi Bahan Peledak Komersial (Handakkom) yang memproduksi bahan peledak, seperti bahan

peledak batu.

2.2 Produk Yang Dihasilkan [https://www.blogger.com/null]


2.2.1 Senjata [https://www.blogger.com/null]
PT Pindad telah sukses memproduksi berbagai senjata ringan yang sudah digunakan TNI dan Polri,
misalnya:

1. Senapan serbu [http://id.wikipedia.org/wiki/Senapan_serbu]

SS1 [http://id.wikipedia.org/wiki/SS1] , kaliber 5,56 x 45 mm [http://id.wikipedia.org/wiki/5,56_x_45_mm]

SS2 [http://id.wikipedia.org/wiki/SS2] , kaliber 5,56 x 45 mm

2. Senapan mesin [http://id.wikipedia.org/wiki/Senapan_mesin]

SPM2 [http://id.wikipedia.org/wiki/SPM2] , kaliber 5,56 x 45 mm

SM3 [http://id.wikipedia.org/wiki/FN_Minimi] , kaliber 5,56 x 45 mm

3. Pistol [http://id.wikipedia.org/wiki/Pistol]

P1 [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=P1&action=edit&redlink=1] , kaliber 9 x 19 mm Parabellum

[http://id.wikipedia.org/wiki/9_x_19_mm_Parabellum]
P2 [http://id.wikipedia.org/wiki/Pindad_P2] , kaliber 9 x 19 mm Parabellum

R1 [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=R1&action=edit&redlink=1] , kaliber .38

[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=.38&action=edit&redlink=1]

R2 [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=R2&action=edit&redlink=1] , kaliber .38

[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=.38&action=edit&redlink=1]

4. Pistol mitraliur [http://id.wikipedia.org/wiki/Pistol_mitraliur] (Submachine gun)

PM1 [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=PM1&action=edit&redlink=1] , kaliber 9 x 19 mm

Parabellum
PM2 [http://id.wikipedia.org/wiki/PM2] , kaliber 9 x 19 mm Parabellum

5. Senapan runduk [http://id.wikipedia.org/wiki/Senapan_runduk] (Sniper Riffle)

SPR-1 [http://id.wikipedia.org/wiki/SPR#SPR-1] , kaliber 7,62 x 45 mm

[http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=7,62_x_45_mm&action=edit&redlink=1]

SPR-2 [http://id.wikipedia.org/wiki/SPR#SPR-2] , kaliber 12,7 x 99 mm

[http://id.wikipedia.org/wiki/12,7_x_99_mm]

SPR-3 [http://id.wikipedia.org/wiki/SPR#SPR-3] , kaliber 12,7 x 99 mm

[http://id.wikipedia.org/wiki/12,7_x_99_mm]

6. Lainnya

Meriam [http://id.wikipedia.org/wiki/Meriam] howitzer [http://id.wikipedia.org/wiki/Howitzer] Pindad ME-

105 [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ME-105&action=edit&redlink=1] , kaliber 105mm

2.2.2 Kendaraan Militer [https://www.blogger.com/null]


PINDAD ANOA [http://id.wikipedia.org/wiki/PINDAD_ANOA] 4x4 (Kendaraan taktis ARMOURED

PERSONNEL CARRIER)

PINDAD ANOA 6x6

PINDAD ANOA CANON [http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=CANON&action=edit&redlink=1]

Combat VEHICLE

Water Cannon M1W-40

Kendaraan RPP-M
Special function Vehicles

2.2.3 Produksi Non-Militer [https://www.blogger.com/null]


Mesin Industri & Jasa
Produk Air brake prods

Air reservoir

Brake cylinder

Compressor set

Dual chamber air dryer


Dummy coupling

Isolating cock

distributor valve

Operating valve
Pipe brake coupling

Slack adjuster

Peralatan kelautan

Naval seat
Jasa Steering gears

Towing winch Kelautan

Tuna long line equipment

Crane
Dbl drum mooring winch

Electric anchor winch

lain-lain

Generator alternator (elektronika)


Vacuum Circuit Breaker (elektronika)

Laboratorium (Multi-industri)
Palm Oil Refinery and Mill Plant (multi industri-EPC)

Produk-produk cor

Produk-produk stamping

Produk-produk tempa

2.3 [https://www.blogger.com/null] Divisi Kendaraan Khusus (KK)


2.3.1 Struktur Organisasi Divisi [https://www.blogger.com/null] Kendaraan khusus

Gambar 2.3 [https://www.blogger.com/null] Struktur Organisasi Divisi Kendaraan Khusus

KK Gedung Produksi 1

Body hole kendaraan termasuk

Pemotongan

Pembentukan

Pembersihan

KK Gedung Produksi II

Perakitan kendaraan ANOA 6X6 jenis RCWS, Recovery, APC, Ambulance.


Painting

Engine

Transmisi & transfer case

Cooling sistem

Preparasi
dll

KK Gedung produksi III

Perakitan kendaraan

PINDAD ANOA [http://id.wikipedia.org/wiki/PINDAD_ANOA] 4x4, TANK AMX-13, Combat VEHICLE, Kendaraan

RPP-M, Special function Vehicles dll


Elektrikal

Aksesoris

Perakitan

Sapta Adi Setya Pramuji 20 Agustus 2014

BAB III [https://www.blogger.com/null]


LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Pengelasan [https://www.blogger.com/null]


3.1.1 Pengertian Pengelasan Secara Umum [https://www.blogger.com/null]
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sepele dan sederhana, namun sebenarnya didalamnya

banyak masalah-masalah yag harus diatasi di mana pemecahannya memerlukan bermacam-macam

pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan, pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih
terperinci dapat dikatakan bahwa dalam perancangan konstruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las,

harus direncanakan pula tentang cara pengelasan, cara pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang akan

dipergunakan berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. Definisi las

berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum pengelasan dapat didefinisikan

sebagai penyambungan dari beberapa batang logam dengan memanfaatkan energi panas.
Pengelasan secara umum adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan

atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara atom. Menurut Welding Handbook pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang

menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya dengan suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian
tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan
logam dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa pengaruh tekanan, dan dengan atau

tanpa logam pengisi.

3.1.2 Sejarah Perkembangan Las MIG [https://www.blogger.com/null]


Proses las MIG sukses dikembangkan oleh Battele Memorial Institute, pada tahun 1948 dengan sponsor

Air Reduction Company. Las MIG (metal inert gas) pertama kali dipatenkan pada tahun 1949 di Amerika Serikat
untuk pengelasan alumunium. Keunggulannya adalah penggunaan elektroda yang berdiameter lebih kecil dan

sumber daya tegangan konstan (constant-voltage power source) yang telah dipatenkan sebelumnya oleh H.E.
Kennedy. Pada tahun 1953, Lyubavskii dan Novoshilov mengumumkan penggunaan proses las MIG
menggunakan gas CO2 sebagai gas pelindung. Mereka juga menggunakan gas CO2 untuk mengelas besi

karbon. Gas CO2 dicampur dengan Gas Argon yang dikenal sebagai MAG (Metal Active Gas), yang kemudian
berkembang menjadi proses las MAG. Perkembangannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dengan
kemajuan teknologi saat ini GMAW dapat diaplikasikan pada Proses Pengelasan dengan Sistem Otomasi

(robot).

3.1.3 Pengertian Las MIG (metal inert gas)


Las MIG (metal inert gas) yaitu merupakan proses penyambungan dua material logam atau lebih menjadi

satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan elektroda gulungan (filler metal) yang sama
dengan logam dasarnya (base metal) dan menggunakan gas pelindung (inert gas). Las MIG (metal inert gas)
merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa

gulungan kawat (rol) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las ini menggunakan gas argon dan helium
sebagai pelindung busur dan logam yang mencair dari pengaruh atmosfir.
Secara bagan perkembangan las GMAW (Gas Metal Arc Welding) dapat di lihat di bawah ini :

(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)


Gambar 3.1 Bagan Las GMAW / Las MIG [https://www.blogger.com/null]

3.1.4 Proses Terjadinya Busur Las MIG (Metal Inert Gas) [https://www.blogger.com/null]

Proses pengelasan MIG (metal inert gas), panas dari proses pengelasan ini dihasilkan oleh busur las

yang terbentuk diantara elektroda kawat (wire electrode) dengan benda kerja. Selama proses las MIG (metal
inert gas), elektroda akan meleleh kemudian menjadi deposit logam dan membentuk butiran las (weld beads).

Gas pelindung digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi dan melindungi hasil las selama masa
pembekuan (solidification).
Proses pengelasan MIG, beroperasi menggunakan arus searah (DC), biasanya menggunakan elektroda

kawat positif. Ini dikenal sebagai polaritas terbalik (reverse polarity). Polaritas searah sangat jarang digunakan
karena transfer logam yang kurang baik dari elektroda kawat ke benda kerja. Hai ini karena pada polaritas

searah, panas terletak pada elektroda. Proses pengelasan MIG (metal inert gas), menggunakan sekitar 50 A
hingga mencapai 600 A, biasanya di gunakan untuk tegangan las 15 volt hingga 32 volt.
Adapun proses Las MIG dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

Gambar 3.2 Proses pengelasan MIG (metal inert gas) [https://www.blogger.com/null]


(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf
[https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf] )
Gambar 3.3 Proses pemindahan semburan pada las MIG [https://www.blogger.com/null]
(metal inert gas) [https://www.blogger.com/null]
3.2 [https://www.blogger.com/null] Peralatan Utama Las MIG (metal inert gas)
Peralatan utama adalah peralatan yang berhubungan langsung dengan proses pengelasan, yakni minimum
terdiri dari:

3.2.1 Mesin Las [https://www.blogger.com/null]


Sistem pembangkit tenaga pada mesin MIG (metal inert gas) pada prinsipnya adalah sama dengan
mesin SMAW yang dibagi dalam 2 golongan, yaitu: Mesin las arus bolak balik (Alternating Current / AC Welding

Machine) dan Mesin las arus searah (Direct Current/DC Welding Machine), namun sesuai dengan tuntutan
pekerjaan dan jenis bahan yang di las yang kebanyakan adalah jenis baja, maka secara luas proses pengelasan

dengan MIG (metal inert gas) adalah menggunakan mesin las DC. Adapun gambar rangkaian perlengkapan
mesin las adalah sebagai berikut:

(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf


[https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf] )
Gambar 3.4 Rangkaian Mesin Las MIG [https://www.blogger.com/null]

Mesin las MIG merupakan mesin las DC, umumnya berkemampuan sampai 250 amper. Dilengkapi
dengan sistem kontrol, penggulung kawat gas pelindung, system pendingin dan rangkaian lain. Sumber tenaga

untuk Las MIG (metal inert gas) merupakan mesin las bertegangan konstan. Tenaga yang dikeluarkan dapat
berubah-ubah sendiri sesuai dengan panjang busur. Panjang busur adalah jarak antara ujung elektroda ke
benda kerja. Panjang busur ini bisa distel. Bila busur berubah menjadi lebih pendek dari setelan semula, maka

arus bertambah dan kecepatan kawat berkurang. Sehingga panjang busur kembali semula. Sebaliknya bila
busur berubah menjadi lebih panjang, arus berkurang, kecepatan kawat elektroda bertambah. Dengan sistem

otomatis seperti ini, yaitu mesin yang mengatur sendiri, maka panjang busur akan konstan dan hasil pengelasan
akan tetap baik. Adapun contoh gambar mesin las mig sesuai keterangan diatas adalah sebagai berikut :

(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)


Gambar 3.5 Mesin las MIG (metal inert gas) [https://www.blogger.com/null]

Umumnya mesin las arus searah (DC) mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las ( AC ) yang

kemudian diubah menjadi arus searah dengan voltage yang konstan (constant-voltage). Pemasangan kabel-
kabel las (pengkutuban) pada mesin las arus searah dapat diatur/dibolak-balik sesuai dengan keperluan
pengelasan, ialah dengan cara:

a. Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity)


Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif(+) mesin las dihubungkan dengan benda
kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan dengan kabel elektroda. Dengan hubungan seperti ini panas

pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan
benda kerja.

b. Pengkutuban terbalik (Direct Current Reverce Polarity)


Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin lasdihubungkan dengan benda kerja, dan

kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang
terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.

3.2.2 Unit pengontrol kawat elektroda (Wire Feeder) [https://www.blogger.com/null]


Alat pengontrol kawat elektroda (wire feeder unit) adalah alat/perlengkapan utama pada pengelasan
dengan MIG ( metal inert gas ). Alat ini biasanya tidak menyatu dengan mesin las, tapi merupakan bagian yang
terpisah dan ditempatkan berdekatan dengan pengelasan. Fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Menempatkan rol kawat elektroda


b. Menempatkan kabel las (termasuk welding gun dan nozzle) dan sistem saluran gas pelindung

c. Mengatur pemakaian kawat elektroda (sebagaian tipe mesin, unti pengontrol terpisah dengan wire
feeder unit)
d. Mempermudah proses/penanganan pengelasan, dimana wire feeder tersebut dapat dipindah-

pindah sesuai kebutuhan.


(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.6 Bagian-bagian utama Wire Feeder [https://www.blogger.com/null]
Pada dasarnya terdapat tiga jenis wire feeder, yaitu jenis pendorong, jenis tarik dan jenis tarik dorong.
Perbedaanya adalah cara menggerakan elektroda dari spool ke tourch. Kecepatan dari wire feeder dapat diatur mulai

dari 1 hingga 22 m/menit pada mesin las MIG (metal inert gas) performa tinggi, kecepatannya dapat mencapai 30
m/menit. Adapun contoh gambar wire feeder dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.7 Wire Feeder jenis tarik [https://www.blogger.com/null]

Untuk jenis rolnya wirefeeder dibagi dalam dua jenis yaitu sistem 2 (dua) rol dan sistem 4 ( empat ) rol.
Sedangkan menurut bidang kontaknya rol dari wirefeeder dapat dibagi menjadi jenis trapesium halus, jenis
setengah lingkaran halus, dan jenis setengah lingkaran kasar.
3.2.3 Welding Gun [https://www.blogger.com/null]
Gambar 3.8 Welding gun las MIG (metal inert gas) [https://www.blogger.com/null]

3.2.4 Kabel Las dan Kabel Kontrol [https://www.blogger.com/null]


Pada mesin las terdapat kabel primer (primary powercable) dan kabel sekunder atau kabel las (welding
cable). Kabel primer ialah kabel yang menghubungkan antara sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat

inti pada kabel primer disesuaikan dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan
pentanahan dari mesin las. Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan mengelas, terdiri dari

kabel yang dihubungkan dengan tang las dan benda kerja serta kabel-kabel control.
Inti Penggunaan kabel pada mesin las hendaknya disesuaikan dengan kapasitas arus maksimum dari
pada mesin las. Makin kecil diameter kabel atau makin panjang ukuran kabel, maka tahanan/hambatan kabel

akan naik, sebaliknya makin besar diameter kabel dan makin pendek maka hambatan akan rendah. Pada ujung
kabel las biasanya dipasang sepatu kabel untuk pengikatan kabel pada terminal mesin las dan pada penjepit

elektroda maupun pada penjepit masa.

3.2.5 Regulator Gas Pelindung [https://www.blogger.com/null]


Fungsi utama dari regulator adalah untuk mengatur pemakaian gas. Untuk pemakaian gas pelindung

dalam waktu yang relatif lama, terutama gas CO2 diperlukan pemanas (heater-vaporizer) yang dipasang antara
silinder gas dan regulator.Hal ini diperlukan agar gas pelindung tersebut tidak membeku yang berakibat
terganggunya aliran gas.
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.9 Cylinder dan Regulator Gas Pelindung [https://www.blogger.com/null]

3.2.6 Pipa kontak [https://www.blogger.com/null]


Pipa pengarah elektroda biasa juga disebut pipa kontak. Pipa kontak terbuat dari tembaga, dan berfungsi
untuk membawa arus listrik ke elektroda yang bergerak dan mengarahkan elektroda tersebut ke daerah kerja

pengelasan. Torch dihubungkan dengan sumber listrik pada mesin las dengan menggunakan kabel. Karena
elektroda harus dapat bergerak dengan bebas dan melakukan kontak listrik dengan baik, maka besarnya
diameter lubang dari pipa kontak sangat berpengaruh.

Adapun gambar dari pipa kontak dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
(sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.10 Gambar pipa kontak [https://www.blogger.com/null]

3.2.7 Nozzel gas pelindung [https://www.blogger.com/null]


Nozzle gas pelindung akan mengarahkan jaket gas pelindung kearah daerah las. Nozzle yang besar digunakan

untuk proses pengelasan dengan arus listrik yang tinggi. Sedangkan nozzle yang kecil digunakan untuk pengelasan
dengan arus listrik yang lebih kecil. Adapun gambar dari pipa ujung nozzle dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.11 Nozzle gas pelindung [https://www.blogger.com/null]

3.3 [https://www.blogger.com/null] Jenis-jenis Gas Pelindung Las MIG (metal inert gas)
Gas-gas pelindung untuk MIG (metal inert gas) adalah pelindung untuk mempertahankan atau menjaga
stabilitas busur dan perlindungan cairan logam las dari kontaminasi selama pengelasan, terutama dari atmosfir dan

pengotoran dearah las.


Jenis gas pelindung yang digunakan untuk mengelas baja karbon dan baja paduan adalah sebagai berikut :

3.3.1 Gas Argon


Argon adalah jenis gas pelindung yang digunakan secara sendiri atau dicampur dengan gas lainnya
untuk mencapai karakteristik busur yang diinginkan pada pross pengelasan logam fero maupun non-fero. Hampir
semua proses pengelasan GMAW dapat menggunakan gas argon atau campuran gas argon untuk mendapatkan

mampu las, properti mekanik, karakteristik busur dan produktifitas yang baik. Gas argon digunakan secara
sendiri tanpa campuran untuk proses pengelasan logam non-fero, seperti alumunium, paduan nikel, paduan
tembaga, dan lainnya. Gas argon dapat menghasilkan stabilitas busur yang baik pada pengelasan busur spray,

dan menghasilkan penetrasi serta bentuk bead weld yang baik. Ketika menggunakan logam fero, gas argon
biasanya dicampur dengan gas lainnya sperti oksigen, dan helium.
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.12 Perbandingan gas argon muni dan gas argon campuran [https://www.blogger.com/null]

3.3.2 Gas Helium [https://www.blogger.com/null]


Helium adalah gas pelindung yang digunakan untuk aplikasi pengelasan yang membutuhkan masukan
panas (heat input) yang lebih besar untuk meningkatkan bead wetting, penetrasi yang lebih dalam dan
kecepatan pngelasan yang lebih cepat.
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.13 Perbandingan gas argon murni dan gas argon campuran [https://www.blogger.com/null]

3.3.3 Karbondioksida [https://www.blogger.com/null]


Gas karbondioksida umumnya digunakan untuk proses pengelasan untuk logam fero. Kelebihan dari gas

pelindung karbondioksida adalah kecepatan pengelasan yang cepat dan penetrasi yang lebih dalam. Gas karbon
dioksida juga dapat dicampur dengan gas pelindung lainnya untuk menambah karakteristik kimia gas tersebut.
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.14 Perbandingan gas karbondioksida murni [https://www.blogger.com/null]
dengan gas argon campuran [https://www.blogger.com/null]

3.4 Menentukan Parameter Pengelasan [https://www.blogger.com/null]


Setelah memilih elektroda dan gas pelindung, maka kondisi pengoperasian harus dipilih. Parameter yang paling
penting dalam pengelasan adalah arus las, ekstansi elektroda, tegangan las dan kecepatan pengelasan (arc travel
speed). Parameter ini akan mempengaruhi hasil las secara langsung.

3.4.1 Pengaturan Besar Arus Las [https://www.blogger.com/null]


Besarnya arus dan tegangan pengelasan adalah tergantung pada tebal bahan dan diameter kawat
elektroda serta posisi pengelasan atau berdasarkan WPS (welding prosedure specification) pekerjaan tersebut.

Arus las adalah arus listrik yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan. Dalam proses pengelasan MIG
(metal inert gas), arus las secara langsung berhubungan dengan kecepatan wirefeed. Jika arus las dinaikkan

maka kecepatan wirefeed juga seharusnya naik. Hubungan ini biasanya disebut karakteristik burn-off
[https://www.blogger.com/null]

Tabel 3.1 Ketentuan umun penyetelan besaran arus dan tegangan berdasarkan diameter kawat
elektroda

3.4.2 Elektroda Ekstensi [https://www.blogger.com/null]


Ekstensi elektroda atau biasa disebut dengan stick-out adalah jarak antara titik terujung dari kontak

listrik, biasanya ujung dari pipa kontak, dengan ujung dari elektroda. Jarak tersebut akan mempengaruhi
besarnya arus listrik yang dibutuhkan untuk melelehkan elektroda
Gambar 3.15 Elektroda ekstensi [https://www.blogger.com/null]

3.4.3 Tegangan Las [https://www.blogger.com/null]


Tegangan busur las adalah tegangan diantara ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan listrik pada
pengelasan memegang peranan penting pada jenis transfer logam yang diinginkan. Transfer logam arus pendek

membutuhkan tegangan yang rendah, sementara transfer logam spray membutuhkan tegangan yang lebih tinggi
lagi. Jika arus listrik dinaikkan, maka tegangan las juga harus dinaikkan untuk menghasilkan kestabilan.

3.4.4 Kecepatan Pengelasan [https://www.blogger.com/null]


Kecepatan pengelasan berbanding secara linier dengan pergerakan busur las sepanjang benda kerja.
Parameter ini biasanya dinyatakan dalam meter per menit. Pernyataan yang berhubungan dengan kecepatan
pengelasan :

1) Dengan meningkatnya ketebalan material, kecepatan harus diturunkan.


2) Dengan material dan jenis penyambungan yang sama, jika arus listrik meningkat, maka kecepatan

pengelasan juga harus meningkat.


3) Kecepatan pengelasan yang lebih tinggi dapat menggunakan teknik pengelasan maju (forehand

technique)

3.5 [https://www.blogger.com/null] Mengidentifikasi Metoda Pencegahan Distorsi

3.5.1 Pengertian Distorsi [https://www.blogger.com/null]


Distorsi adalah pergeseran bentuk dari benda lasan akibat dari penyusutan. Penyusutan akibat
pengelasan tidak dapat dihindari pada benda atau logam yang disambung dengan las sebab prooses
pengelasan memerlukan pemanasan dengan temperature yang cukup tinggi, sehingga pada saat pendinginan

terjadi penyusutan yang mengakibatkan perubahan ukuran sambungan las atau bentuk dari logam yang dilas
menjadi berubah, pada saat dilas mempunyai bentuk lurus tetapi setelah selesai dilas atau setelah ingin menjadi
bengkok.

3.5.2 Teknik-teknik Pengelasan Untuk Distorsi [https://www.blogger.com/null]


Pada proses pengelasan akan terjadi perubahan bentuk akibat panas pengelasan, untuk pecegahan
diperlukan teknik-teknik khusus. Adapun teknik-teknik khusus untuk mengurangi distorsi adalah:

a. Las catat (tack-weld)

Pada pengelasan sambungan sebelum dilakukan pengelasan penuh, harus dilakukan las catat
atau tack weld dengan sempurna seperti terlihat pada gambar berikut ini:
(Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.16 Las catat (tack-weld) [https://www.blogger.com/null]

b. Menggunakan alat bantu ( jig and fixture )


Gunakan alat bantu pengikat yang sesuai seperti klem untuk mencegah terjadinya perubahan
bentuk. Klem sangat membantu dalam upaya mengurangi distorsi, adapun gambar dari klem dapat dilihat

dalam gambar berikut ini :


[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.17 Menggunakan klem [https://www.blogger.com/null]

c. Menggunakan plat - punggung (backing bar)

Pada sambungan plat sebelum pengelasan penuh pada bagian sisi sebelah sambungan
dipasang plat pengganjal, Biasanya sebagian plat punggung dibuat dari bahan tembaga. Gambar dari

backing bar dapat dilihat dalam gambar berikut ini:


[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.18 M [https://www.blogger.com/null] enggunakan plat-punggung.

d. Pengelasan berurutan

Mengelas sambungan yang panjang ada kecenderungan tejadi distorsi yang besar, untuk
pencegahannya ialah dengan melakukan teknik pengelasan berurutan (squence-weld).
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.19 Teknik pengelasan berurutan [https://www.blogger.com/null]

3.5.3 Pengontrolan distorsi [https://www.blogger.com/null]


Tegangan di dalam pengelasan adalah tegangan yang diakibatkan oleh adanya perubahan bentuk pada

bagian yang dilas. Perubahan ini diakibatkan oleh panas yang menyebabkan logam mengembang dan ketika
logam dingin pengembangan ini tidak dapat menyusut seperti sedia kala. Tidak bisa kembalinya posisi

pengembangan ke posisi semula mengakibatkan terjadinya distorsi.


Distorsi ini sifatnya menarik benda kerja yang dilas ke arah daerah dimana pengelasan dilakukan.
Distorsi dapat diminimalkan dengan mengikat benda kerja pada klem yang ada pada fixture ketika dilakukan

pengelasan sesuai denga penjelasan di atas.


Cara lain yang dapat digunakan untuk meminimalkan terjadinya distorsi adalah :

a. Jangan mengelas dengan logam deposit yang berlebihan.


b. Gunakanlah cara mengelas berselang (intermittent welding).
c. Meminimalkan jumlah lapisan di dalam pengelasan.
d. Mengelas dengan langkah mundur.

e. Mengeset sambungan yang biasanya melengkung akibat tarikan las dengan posisi menjauhi
sehingga ketika pengelasan selesai dilakukan posisi ini akan sesuai dengan posisi yang diharapkan.
f. Jika pengelasan dilakukan bersebelahan, lakukan pengelasan bergantian tahap demi tahap antara

sisi yang satu dengan sisi yang lain.


g. Gunakan bentuk sambungan las yang benar.

h. Sambungan las diusahakan mendekati sumbu netral.

Meskipun secara visual kedua metoda ini menghasilkan penampakan sambungan yang baik, tidak berarti
di dalam sambungan tidak ada tegangan. Didalam sambungan tegangan ini tetap ada yang disebut tegangan sisa

(residual stress). Tegangan ini dapat dihilangkan dengan melakukan perlakuan panas yang disebut stress
relieving yaitu memanasi sambungan pada suhu tertentu dan didinginkan perlahan-lahan.

3.6 [https://www.blogger.com/null] Metoda Pengelasan MIG (Metal Inert Gas)

3.6.1 Arah Pengelasan [https://www.blogger.com/null]


Arah pengelasan yang dapat dilakukan pada las menggunakan GMAW ada dua, yaitu arah maju dan
arah mundur. Pengelasan arah maju adalah apabila holder atau welding gun dipegang kanan, arah pengelasan

dimulai dari sisi kiri. Pengelasan arah mundur adalah apabila holder atau welding gun atau tang las dipegang
tangan kanan, arah pengelasan dimulai dari sisi kiri ke kanan.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.20 Arah pengelasan [https://www.blogger.com/null]

Dari kedua arah pengelasan tersebut, untuk konstruksi yang sedang dan berat, arah maju lebih
dianjurkan, dengan alasan dalam proses pengelasan akan terjadi cleaning action pada permukaan yang
disambung lebih baik, di samping itu jalur yang akan dilas akan dapat dilihat dengan kebih jelas apabila

dibanding dengan arah mundur. Walaupun demikian arah pengelasan mundur lebih sering digunakan pada
pengelasan logam yang tipis.

3.6.2 Gerakan Las

Gerakan las pada (welding gun) pada MIG (metal inert gas) terutama dipengaruhi oleh; Bentuk
sambungan, tebal bahan, lebar persiapan sambungan, jenis bahan dan posisi pengelasan Gerakan atau ayunan

welding gun diupayakan lurus, apabila tidak memungkinkan gerakan lurus (misal pengelasan arah naik)
diusahakan menggunakan ayunan ke samping seminimal mungkin. Misal lebar ayunan untuk setiap jalur

maksimal 15 mm. Berikut ini disajikan beberapa bentuk gerakan/ayunan pengelasan yang banyak digunakan
pada pengelasan menggunakan MIG (metal inert gas), terutama pengelasan pada posisi tegak:

[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)


[https://www.blogger.com/null] Gambar 3.21 Gerakan atau ayunan dalam las MIG (metal inert gas
[https://www.blogger.com/null] )

3.6.3 Sudut pengelasan [https://www.blogger.com/null]


Salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas hasil pengelasan adalah sudut pengelasan. Yang

dimaksud dengan sudut pengelasan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bahan dengan welding gun.
Sudut pengelasan yang disarankan pada beberapa posisi adalah seperti berikut:
a. Posisi flat atau horizontal
Gambar 3.22 Posisi sudut pengelasan flat [https://www.blogger.com/null]

b. Posisi horizontal sambungan T


Gambar 3.23 Posisi horizontal sambungan T [https://www.blogger.com/null]

c. Posisi horizontal sambungan tumpul


Gambar 3.24 Posisi horizontal sambungan tumpul [https://www.blogger.com/null]

d. Posisi tegak
Gambar 3.25 Posisi tegak [https://www.blogger.com/null]
3.6.4 Posisi Pengelasan [https://www.blogger.com/null]
Tingkat kesulitan dalam pengelasan ini dipengaruhi oleh posisi pengelasan. Secara umum posisi
pengelasan ini dibedakan berdasarkan posisi material, jalur las, elektroda dan juru las. Pada keterangan berikut
akan dijelaskan macam posisi pengelasan beserta gambar dan penjelasannya.

a. Posisi bawah tangan (down hand) / I F / I G


Posisi ini terjadi apabila benda kerja terletak diatas bidang datar dan proses pengelasan

berlangsung di bawah tangan. Posisi kerap digunakan oleh operator, dikarenakan benda kerja akan
mudah untuk dikerjakan karena posisi benda kerja datar, sehingga hasil pengelasan akan lebih baik.

b. Posisi mendatar (horizontal) / 2 F / 2 G

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak, sedangakan pengelasannya berjalan arah mendatar
(horizontal) sejajar dengan pundak operator. Hasil pengelasannya biasanya akan sedikit menurun bila
dibandingkan dengan posisi downhand.

c. Posisi Tegak (Vertical) / 3 F / 3 G


Posisi ini lebih sulit pengerjaanya, karena adanya gaya berat cairan bahan pengisi dan bahan
dasar. Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak dan pengelasan juga berjalan tegak dengan arah naik

turun. Untuk mendapatkan pengelasan yang baik dibutuhkan kecakapan sang operator.

d. Posisi atas kepala (Over head) / 4 F /4 G


Untuk posisi yang sulit ini operator sudah harus berpengalaman dalam soal mengelas. Selain

itu dalam pengelasan posisi ini harus memakai pakaian (baju/apron) las lengkap dengan kelengkapan
lain yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Pada pengelasan posisi over head benda kerja

terletak diatas operator dan pengelasannya dilakukan dibawahnya.


Supaya lebih jelas mari kita perhatikan gambar posisi pengelasan di bawah ini :

Gambar 3.26 Berbagai macam posisi pengelasan [https://www.blogger.com/null]

Gambar 3.27 macam-macam posisi pengelasan untuk berbagai model las [https://www.blogger.com/null]

3.7 [https://www.blogger.com/null] Macam macam Jenis Cacat Las


Ada bermacam macam cacat las yang ditimbulkan oleh pengelasan. Cacat las tersebut meliputi :
3.7.1 Cacat Las Bagian Luar [https://www.blogger.com/null]
Cacat las bagian luar las meliputi :

a. Takikan-bawah (undercut)
Cacat las ini diakibatkan oleh penggunaan parameter las yang kurang tepat, khususnya
kecepatan pengelasan dan tegangan las. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan undercutting terjadi. Dengan mengurangi kecepatan pengelasan akan dapat mengurangi
besarnya undercutting bahkan menghilangkannya.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.28 Takikan-bawah Undercut [https://www.blogger.com/null]

b. Penumpukkan logam las (overlap)


Yaitu bentuk logam las yang menumpuk pada sisi jalur las. Ciri-cirinya adalah: pada sisi jalur las

tidak terjadi pencairan yang sempurna sehingga, logam las hanya menempel pada logam dasarnya.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.29 Penumpukan logam las (overlap) [https://www.blogger.com/null]

c. Porosity
Porosity adalah lubang diakibatkan oleh gelembung gas yang ditemukan didalam weld bead yang

telah membeku. Penyebab utama dari porositi adalah kontaminasi atmosfir, oksidasi yang tinggi pada
permukaan benda kerja, kurangnya paduan doksidasi pada elektroda.
Kontaminasi atmosfir dapat diakibatkan oleh: Kurangnya aliran gas pelindung, aliran gas

pelindung yang berlebihan, adanya kerusakan pada peralatan gas plindung, dan adanya angin pada
tempat kerja.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.30 Porosity [https://www.blogger.com/null]
d. Kurang pencairan (lack of fusion)
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.31 Kurang pencairan (lack of fusion) [https://www.blogger.com/null]

e. Tercemar tungsten (tungsten inclusion)


[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null] https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.32 Tercemar tungsten (tungsten inclusion) [https://www.blogger.com/null]

3.7.2 Cacat Las Bagian Dalam [https://www.blogger.com/null]


Cacat las bagian dalam hasil pengelasan MIG (metal inert gas) tidak bisa diamati secara visual, harus

diditeksi dengan menggunakan alat khusus seperti dengan ultrasonictracing. Macam-macam kesalahan las
bagian dalam diantaranya yaitu:

a. Slag Inclusion

Bila logam yang akan dilas tidak dibersihkan dahulu, maka akan terjadi kontiminasi pada logam
las kotoran-kotoran yang menyebabkan hasil menjadi kotor adalah: karat, oli, grease, debu dan lain-lain.

Untuk mencegah keadaan tersebut, maka sebelum melakukan pengelasan, maka benda kerja harus
dibersihkan terlebih dahulu. Sebagai alat pembersihnya dapat digunakan: kikir, batu-gerida halus dan
diterjen.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.33 Slag Inclusion [https://www.blogger.com/null]

b. Retak (cracking)

Tanda-tanda pengelasan yang retak, yaitu pada permukaan logam terlihat pecah-pecah.
[https://www.blogger.com/null] (Sumber: [https://www.blogger.com/null]
https://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MIG.pdf)
Gambar 3.34 Retak (cracking) [https://www.blogger.com/null]

c. Penetrasi tidak sempurna (incomplete penetration).


d. Terbakar tembus (melt through / burnt through).

e. Retak pada sona terimbas panas (HAZ).

3.8 Peralatan Bantu Las MIG (Metal Inert Gas) [https://www.blogger.com/null]


a. Sikat baja

Untuk membersihkan hasil las, yaitu pengaruh oksidasi udara luar sehingga rigi-rigi las benar-benar bebas dari
kotoran, selain itu digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja.

b. Smith Tang / tang panas


Untuk memegang benda kerja yang panas dipergunakan smith tang atau tang panas penjepit dengan
macam-macam bentuk, seperti bentuk moncong rata, moncong ulat, moncong serigala dan moncong kombinasi.

c. Tang pemotong kawat


Pada kondisi tertentu, terutama setiap akan memulai pengelasan kawat elektroda perlu dipotong untuk
memperoleh panjang yang ideal. Untuk itu diperlukan tang pemotong kawat.

d. Palu

Setelah proses pengelasan biasanya benda kerja mengalami kerusakan atau cacat pengelasan. Untuk
itu dugunakan palu untuk membantu proses pembersihan benda kerja akibat cacat las.

Sapta Adi Setya Pramuji 6 Agustus 2014


BAB IV [https://www.blogger.com/null]
PROSES PENGELASAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Dan Sejarah Singkat Kendaraan Tempur Tank Amx-13 [https://www.blogger.com/null]
AMX-13 sejarahnya di kembangkan oleh pabrikan Atelier de Construction dIssy-les-Moulineaux (AMX) di tahun
1946 selain untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata Prancis, pembuatan tank ini bertujuan untuk menunjukkan
bahwa Prancis masih mampu mandiri membangun industri perang dalam negeri walaupun habis porak-poranda akibat

dari perang dunia II. AMX-13 dibuat untuk linud agar mudah dipindahkan lewat udara, penunjukkan 13 sendiri awalnya
menandakan bobot total tank yang mencapai 13 ton sehingga dinamakan AMX-13.

(Sumber: [https://www.blogger.com/null] www.the-blueprints.com [http://www.the-blueprints.com/] )


Gambar 4.1 Tank Amx-13 Canon. [https://www.blogger.com/null]
Karena pengembangan ini dibilang sangat lancer dan mulus maka purwarupa pertama muncul pada tahun 1948
dan mulai diproduksi masal mulai tahun 1951, walaupun pada akhirnya bobot tempur AMX-13 sendiri pada finalnya
membengkak menjadi 14,5 ton. Karena merupakan tank ringan yang berbobot 14 ton AMX-13 hanya memiliki ketebalan

armor mencapai 10-40mm dan mampu menahan dari segala sisi pecahan peluru artleri dan peluru caliber 12,7mm

Namanya begitu familiar di lingkungan pemerhati alutsista. Pasalnya inilah tank utama TNI AD hingga empat
dekade, sebelum akhirnya TNI AD mendatangkan generasi tank ringan Alvis Scorpion
[http://indomiliter.com/2010/10/24/scorpion-90-little-mbt-nya-indonesia/] dari Inggris pada 1995. Dengan kuantitas yang cukup

besar, disebutkan ada 400-an unit AMX-13 [http://indomiliter.com/2009/08/18/amx-13-vci-tank-angkut-personel-tni-ad/] di

lingkungan TNI AD dalam beragam versi (Wikipedia menyebut TNI AD punya 275 AMX-13 versi kanon), membuat tank
ini terus diupayakan untuk operasional hingga 20 tahun kedepan. Meski beberapa unit sudah dipajang sebagai

monumen di beberapa kesatuan, tak menyurutkan TNI AD untuk memordenisasi tank besutan Perancis ini.
Bicara soal retrofit di AMX-13 [http://indomiliter.com/2012/06/05/amx-mk61-howitzer-105mm-self-propelled-armed-tni-ad/] ,

sudah dilakukan beberapa tahap oleh TNI AD. Seperti pada tahun 1995, Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan

TNI-AD meretrofit dengan pemasangan mesin Detroit Diesel DDA GM6V-53 T, 6 silinder 2 langkah turbocharged dengan
daya 290 BHP/2800 RPM dan Torsi 91,67 KGM/1600 RPM yang mampu meningkatkan power weight ratio dan
pemakaian bahan bakar lebih hemat. AMX-13 retrofit tahun 1995 ini menggunakan transmisi otomatis ZF 5WG-180

dengan 5 percepatan maju dan 2 percepatan mundur, hal ini tentu lebih memudahkan pengoperasian tank. Untuk
suspensi mengadopsi tipe hydropnematic Dunlostrut, meningkatkan kemampuan lintas medan dan mampu menambah

kenyamanan awak tank. Retrofit ini berlanjut tahun 2011, sekitar 50-an lebih AMX-13 mengalami retrofit kembali di PT
Pindad Bandung. Ini artinya masih lebih banyak AMX-13 TNI AD yang belum di retrofit.
Spesifikasi AMX-13

Tipe : Tank ringan


Produsen : Atelier de Construction dIssy-les-Moulineaux

Berat tempur : 14.5 ton setelah retropit menjadi 15ton


Panjang : 6.35 meter
Lebar : 2.51 meter

Tinggi : 2.35 meter


Awak : 3 orang (komandan, penembak dan pengemudi)

Senjata Kanon : 75 mm / 90 mm / 105 mm 75 mm dengan 32 amunisi.


Senapan mesin : kaliber 7,62 mm dengan 3600 peluru
Mesin : SOFAM Model 8Gxb 8-cyl. water-cooled petrol250 hp (190 kW) kini sudah dilakukan upgrade dengan

mesin diesel buatan Detroit.


Suspensi : Torsi bar
Jarak tempuh : 400 km
Kecepatan : 60 km per jam
(Sumber: http://indomiliter.com/2014/06/11/amx-13-retrofit-tni-ad-tetap-andalkan-meriam-dengan-kubah-osilasi/
[http://indomiliter.com/2014/06/11/amx-13-retrofit-tni-ad-tetap-andalkan-meriam-dengan-kubah-osilasi/] )

4.2 [https://www.blogger.com/null] Retropit Yang Dilakukan Pada Amx-13


Hal yang dilakukan pada kendaraan TANK AMX 13 adalah retropit/peremajaan, karena body AMX 13 masih
sangat baik maka body yang lama tetap digunakan. Hanya ada beberapa yang harus diperbaiki dan ditambahkan karena

sudah dilakukan pergantian mesin, mesin yang pertama menggunakan mesin SOFAM 8Gxb dan yang sekarang
menggunakan mesin detroit diesel, karena hal ini maka dudukan mesin, finel drivef, hidung, box kiri & kanan, harus
dirubah dan ditambah dengan modifikasi yang baru. Box yang berada dikiri digunakan untuk air intake, kanan digunakan

untuk fan, dan pergantian hidung baru agar lebih airodinamis.


Setelah AMX-13 masuk PRODUKSI 1 dilakukan pengecekan pada semua body dan komponen yang masih

terpasang, masih dapat digunakan atau diperbaharui, jika hasil dari pengecekan sudah menemukan yang harus
diperbaiki dan yang diubah maka dilakukan pengerjaan sesuai dengan desain yang diinstruksikan.
Sebelum dilakukan pemotongan pada body maupun komponen-komponen, tidak terpakai dilepas terlebih dahulu

sementara komponen-komponen bagian luar yang tidak terpakai dipotong agar tidak mengganggu dalam proses
pengerjaan pemotongan maupun pengelasan. Dilakukan pengelasan pada lubang-lubang yang terdapat pada body

maupun lantai AMX-13 pada bagian yang tidak terpaki dengan cara dilakukan penambalan/pengelasan.
Setelah proses penambalan telah selesai sekarang masuk proses pemotongan dan pengelasan. Siapkan
pancang penguat dengan jumlah 8 batang atau lebih sesuai dengan body dan welder (memudahkan dalam proses

pengerjaan) bisa berupa unp atau sequenc

6
4
3
2
11

5
7
8

[https://www.blogger.com/null] Gambar 4.2 P [https://www.blogger.com/null] emasangan pancang.

Pemasangan pancang disesuaikan dengan ukuran body tank yang akan dilakukan pemotongan dan

pengelasan. Dalam pemasangan pancang diletakkan sesuai dengan kenyamanan welder dalam mengelas dengan tidak
mengabaikan tujuan dipasangnya pancang. Tujuan yang utama dalam pemasangan pancang agar tidak terjadi nya

deformasi, sehingga mengakibatkan perubahan ukuran pada body tank. Setelah pancang terpasang, dilakukan
pembersihan

Setelah dipasang dengan baik dan sesuai dengan wps maka dilakukan proses selanjutnya yaitu pemotongan
body samping kiri dan kanan. Untuk memudahkan pengelasan kita dapat memasangkan JIG pada box yang akan

disambungkan dengan body.

Tahap selanjutnya ialah pemotongan pada hidung pada AMX-13 digantikan degan hidung baru dengan urutan

memotong bagian kanan, kiri, atas dan lantai. Pemotongan ini hanya mampu menggunakan plasma cutting. Lakukan
pembersihan dengan gerenda sambil membuat kampuh V sesuai dengan WPS(Welding Procedure Specification).
Lakukan pemasngan hidung baru dengan cren, jig dan pancang yang bertujuan agar, hidung baru sesuai dengan desain

karena pemasangan hidung harus sangat akurat.


Setelah pemasangan hidung selesai sampailah proses pemasangan adjuster plate, final drive. Dimana yang
akan penulis bahas dalam laporan ini, karena pemasangan adjuster plate, final drive adalah urutan ke 3 (tiga) setelah
pemasangan box kiri, kanan, dan hidung baru.

4.2.1 Persiapan bahan dan Model [https://www.blogger.com/null]


Ada beberapa pemilihan matrial yang dapat digunakan dalam pembuatan adjuster plate, finel drive right

and lefet ialah;


MATRIAL I :SAE 4130, CLEANLINESSQUALITY REQUIDMENTS ACCORDING SAE

AMS2301
MATRIAL OPTION II :HARDOX 500
MATRIAL OPTION III :CLASS 1 AREMORE PLATE ACORDING TO-MIL-A-12560

Sedangkan untuk gambar kerja dari Adjuster Plate adalah seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 3 Adjuster Plate detail B SECALE 1:1, RIGHT

Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 4 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, RIGHT

Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 5 Adjuster Plate SECTION A-A SCALE 1:5, RIGHT


Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 4 Adjuster Plate detail B SECALE 1:1, LEFT

Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 5 Adjuster Plate dengan gambar detail D & C secale 1:1, LEFT

Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 6 Adjuster Plate SECTION A-A SCALE 1:5, LEFT

4.2. [https://www.blogger.com/null] 2 Peralatan yang digunakan


Peralatan pendukung yang digunakan dalam pengelasan adjuster plate adalah:
1. Mesin las MIG yang digunakan :
a. Mesin las MIG merk FILCORD 3535

b. Mesin las MIG merk MASSER WEGA 400


c. Mesin las MIG merk Esabmig 450
2. Palu

3. Gerinda
4. Penjepit

5. Tang (tang penjepit dan tang pemotong kawat)


6. Alat angkat (crane industri) dan alat pendukung lainnya.
7. peralatan lain yang menunjang dari Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3).

4.3 [https://www.blogger.com/null] Langkah Pengerjaan finel drive


4.3.1 Proses Persiapan [https://www.blogger.com/null]
Proses persiapan yang dimaksud adalah pada saat awal proses produksi, yaitu dari pembuatan gambar
kerja sampai ke pemotongan dan persiapan penyetingan mesin las MIG (metal inert gas).
4.3. [https://www.blogger.com/null] 2 Penyetelan/penyetingan Mesin Las
Penyetelan perlengkapan atau peralatan las MIG (metal inert gas) mungkin kedengaranya mudah. Dalam
penyetelan perlengkapan atau peralatan las MIG (metal inert gas) harus sesuai dengan prosedur aman yang
telah ditentukan.

Adapun prosedur penyetelan perlengkapan las MIG (metal inert gas) adalah sebagai berikut:
a) Hubungkan kabel mesin las ke sumber tenaga, lalu hidupkan mesin.

b) Setel pengontrol penggerak kawat pada posisi nol, supaya kawat tidak jalan dulu sebelum
waktunya.
c) Buka katup-katup pada tabung gas dan tabung air pendingin.

d) Tarik pelatuk pistol las, buka kran air aliran gas pada pengaturnya, kemudian setel aliran gas
menurut ketentuan.
e) Sekarang setel kecepatan gerak kawat.

f) Setel besar tegangan yang sesuai dengan ketentuan.


g) Setel stick out (lihat gambar stick out di bawah ini)
Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 7 Stick out posisi normal ( dipakai dalam amper tinggi )
Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 8 Stick out yang biasa dipakai dalam amper menengah
Gambar 4. [https://www.blogger.com/null] 9 Stick out yang biasa dipake dalam amper rendah

g) Setel besarnya tegangan, sebaiknya ambil rata-rata tegangan jangan terlalu rendah maupun terlalu
tinggi.
h) Setelah semua selesai dengan baik; pengelasan dapat di mulai. Sentuhkan ujung elektroda ke

benda kerja sehingga timbul busur listrik, dan pelatuk segera di tarik. Jika mengalami kesulitan
dalam mengawali pengelasan, dapat di gunakan balok sebagai pembantu untuk lonjatan busur api.

i) Demi keselamatan, sebelum mempraktekkan proses las MIG sebaiknya pelajari dulu cara
penyesuaian mengelas dan membenahi perlengkapannya.

4.3.3 Langkah Pengelasan [https://www.blogger.com/null] Adjuster Plate


Pembahasan proses yang dilakukan setelah desain/gambar masuk produksi 1 yaitu langkah
pengelasan Adjuster Plate sebagai berikut:
Pada pengelasan Adjusting Plate Finel Drive ini memiliki 2 kali pengelasan yaitu pengelasan bagian dalam dan

bagian luar.
4.3.3.1 Pengelasn Bagian Dalam: [https://www.blogger.com/null]
Pengelasan pada bagian dalam sangat diutamakan agar hasil akhir bagian luar tidak
berlebih. Sebelum dalam pengerjaan semua peralatan disiapkan seperti benda kerja dan jig/alat

pembantu pemegang pengelasan, karena bagian ini sangatlah penting maka jig yang dipasang tidak
boleh dilepas hingga selesai pengerjaan, guna menghindari distorsi/ pergeseran. Proses persiapan

ialah;
a) Pembuatan kampuh V dan Pembersihan bagian dalam dengan menggunakan sikat dan
grenda sehingga benar-benar siap untuk dikerjakan.

b) Masukkan adjusting final drive pada bagian yang akan dilakukan pengelasan, setelah setelah
terpasang dengan baik/benar lakukan las titik dan las pancang pada benda kerja agar tidak
mengalami distorsi.

c) Pasang tembaga/keramik pada bagian luar dan diikat dengan kawat supaya hasil
pengelasan tidak tembus keluar.

d) Mulai pengerjaan.

1) Lakukan preheating atau pemanasan hingga mencapai suhu 120C hal ini

dilakukan yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada baja dan
mencapai titik plastis sehingga hasil pengelasan maxsimal.

2) Lakukan dengan proses system sequence atau urutan pengelasan 3 (tiga)/5

(lima) kali pengerjaan, hal ini bertujuan agar panas yang dihasilkan tidak berlebih
(merata) sehingga tidak terjadi overheating.
3) Bila pengelasan dirasa belum cukup lakukan pengelasan ke 2. (Tinggi yang di
izinkan 1-2 mm)

4) Pengelasan campping/pengelasan terakhir pengelasan lebih lebar. (max 2 mm


dari benda kerja)

5) Lakukan pembersihan pada bagian samping pengelasan dan sambungan dengan

grenda.

4.3.3.2. Pengelasan Bagian Luar [https://www.blogger.com/null]


Pada pengelasan bagian luar tidak jauh berbeda dengan pengelasan bagian dalam. Yang

membedakan hanyalah tidak lagi meggunakan keramik atau tembaga karena penglasan dalam sudah
selesai.
a) Pembersihan dan pembongkaran keramik/tembaga penahanan lasan.

b) Tahap pengelasan ;

1) Lakukan preheating hingga pencapai 120C

2) Lakukan proses sistem sequence dengan 3 (tiga )/5 (lima) kali pengerjaan.

3) Lakukan pengelasn ke dua dengan melakukan tahap ke 1 (satu) dan 2 (dua)

4) Lakukan pengelasn campping (Max 2 mm dari benda kerja)

5) Rapihkan hasil pengelasan dan sambungan dengan grenda.

4.3.3.3 Tahap Pengecekan

Setelah semua bersih maka langkah berikutnya adalah pengecekan hasil pengelasan

dengan menggunakan Penetran Test atau Liquid Penetrant Inspection (LPI). Jenis LPI ini bisa untuk
memeriksa retak fatiq, retak hardening, retak grinding, cacat las, lubang gas pada las dan rongga
pada lasan.

Peralatan yang digunakan untuk penetran test adalah: Removal, Liquid Flourencent,
Developer.

Sedangkan cara penggunaannya yaitu:


1) Permukaan dibersihkan dari kotoran lemak Dengan menyemprotkan removal
kepermukaan yang akan diperiksa.

2) Permukaan yang telah dibersihkan kemudian disemprotkan dengan liquid


penetrant/ fluorescent liquid (cairan flouren) selama 15-20 menit.

3) Perbersihan penetran dengan menyemprotkan removal, pada permukaan. Jika


ada cacat penetran akan masuk menyusup ke dalam retakan tersebut.
4) Permukaan yang telah dibersihkan dengan removal, ditaburi dengan serbuk putih

(developer). Penetran yang menyusup dalam retakan akan keluar terserap oleh
developer tersebut.

5) Dengan batuan cahaya, permukaan yang telah diberi developer pada bagian
yang ada flouren yang keluar dari retakan akan terlihat sebagai cahaya pantul
yang dapat teramati oleh mata. Hal tersebut menandakan adanya cacat.

Setelah pengecekan menggunakan penetran tes tidak ada retak/cacat las, maka benda
kerja siap untuk dilakukan proses selanjutnya. Tetapi kalo masih ada retak maupun cacat, benda kerja

harus di grenda sampai habis/hilang cacat las nya.

4.4 Perawatan Mesin Las MIG [https://www.blogger.com/null]


Penggunaan mesin las mig yang digunakan setiap hari mengakibatkan turunnya dari performa dan
kinerja dari mesin las tersebut. Baik itu sistem dari kelistrikan, selang gas maupun selang kawat.
Untuk dapat menjaga agar kegiatan pengelasan bisa terlaksana dengan baik maka perlu adanya pemeliharaan

dari seluruh sistem mesin las MIG. Dalam pemeliharaan ini dilakukan pengamatan, perbaikan serta penggantian
komponen pada mesin las, yang kemudian disertai laporan hasil pemeriksaan maupun perawatannya secara sistematis
dan jelas sebagai salah satu acuan pemeliharaan dan perawatan selanjutnya.

Pemeliharaan mesin las yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dalam pengoprasian mesin las dan untuk

menjaga agar mesin las dapat selalu digunakan. Pemeliharaan pada mesin las tersebut dapat dibedakan dengan
beberapa kondisi :

1) Pemeliharaan Mesin Harian Bagi Oprator

Istruksi kerja pemeliharaan harian permesinan pada oprator, antara lain:


Lakukan pemanasan mesin selama beberapa menit sebelum memakai mesin.

Sebelum dan sesudah memakai mesin bersihkan mesin dan sikat dari gram-gram atau kotoran-kotoran.

Setelah dan sesudah memakai mesin lumasi bagi yang bergerak dan lumasi dengan oli bagi yang mudah
terbakar.

Laporkan ke subdep pemeliharaan jika menemukan kejanggalan pada mesin.

2) Pemeliharaan Mesin 3(tiga) bulan.


Pemeliharaan mesin secara tiga bulanan ini dilakukan oleh bagian pemeliharaan dengan instruksi kerja

preventif yaitu;

Tanyakan dan catat keluhan mesin pada oprator.


Jalankan mesin periksa dengan 3M (Melihat, Merasa dan Mendengar)

Matikan mesin bersihkan body serta bagian mesin dari kotoran.

Priksa sistem kelistrikan dan control mesin.


Periksa sistem pendingin.

Priksa sistem penggerak.

Priksa sistem pelumasan (bersihkan dang anti setiap tahun)

Periksa kondisi hendel penggerak.(bila ada)


Priksa sistem hidrolik dan pneumatic. (bila ada)

Uji fungsi mesin.

4.5 Prosedur Umum Pengelasan [https://www.blogger.com/null]


Secara umum, prosedur-prosedur yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan setelah pengelasan

dengan menggunakan MIG (metal inert gas) adalah meliputi hal-hal berikut ini :

a. Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan prosedur penanganan kebakaran

yang jelas/tertulis.
b. Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las dan dari kabel las ke benda

kerja/meja las serta sambungan dengan tang las. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang

secara benar dan rapat.


c. Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan.

d. Pakai pakaian kerja yang aman.


Gambar 4.10 perlengkapan keselamatan kerja [https://www.blogger.com/null]

e. Konsentrasi dengan pekerjaan.

f. Setiap gerakan nozzle/kawat elektroda harus selalu terkontrol.


g. Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks.

h. Periksa, apakah penghalang sinar las/ruang las sudah tertutup dengan benar.

i. Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
j. Selalu gunakan kaca mata pengaman selama bekerja di dalam bengkel.

k. Bersihkan terak atau percikan las sebelum melanjutkan pengelasan berikutnya.

l. Matikan mesin las bila tidak digunakan.


m. Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan kembalikan peralatan yang dipakai pada

tempatnya.

n. Cara Pembenahan las MIG


1. Lepas pelatuk welding gun; bila pengelasan sudah selesai lawat dan gas berhenti mengalir.

Jauhkan pistol las dari benda kerja sehingga busur listrik terputus dan mati.

2. Tutup katup gas pelindung


3. Setel kecepatan kawat pada posisi nol

4. Tutup katup gas yang terdapat pada regulator

5. Matikan mesin penggerak kawat


6. Matikan mesin las

7. Bereskan alat-alat yang telah dipakai

4.6 Keselamatan & Kesehatan Kerja

Dalam pemasangan perlengkapan las MIG (metal inert gas) harus di perhatikan aturan-aturan keselamatan
kerja. Keselamatan kerja dalam perlengkapan las MIG (metal inert gas) sebelum melakukan suatu pengelasan sangatlah

tinggi nilainya. Adapun yang harus diperhatikan pada waktu pemasangan perlengkapan ataupun peralatan las MIG

(metal inert gas) adalah :

a. Tabung-tabung gas, regulator dan selang gas harus diperhatikan dan diperlakukan dengan hati-hati.
b. Mesin las dan wire feeder (elektroda kawat) harus dihubungkan dengan hati-hati dan benar ke sumber

tenaga.

c. Kabel las harus dijauhkan dari jangkauan api, dan dilindungi dari panas maupun percikan api dari
pengelasan.

d. Perhatikan urutan pemasangannya.

e. Ikuti petunjuk-petunjuk khusus dari pabrik pembuat perlengkapan las tersebut.


Keselamatan kerja dalam prosedur pemasangan dalam mesin las MIG (metal inert gas) harus kita perhatikan

dan kita jalankan dengan baik. Mengetahui pentingnya keselamatan kerja memang sangatlah penting dalam segala

proses pekerjaan, dengan mendahulukan keselamatan dan kesehatan kerja, maka suatu proses pekerjaan akan

berjalan dengan aman dan dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu pengaturan posisi dalam suatu pekerjaan tak
kalah pentingnnya juga.

Adapun pengaturan posisi pengelasan dalam las MIG (metal inert gas) yang aman adalah sebagai berikut :

a. Tabung gas dan air pendingin disatukan, letaknya dekat dengan mesin penggerak kawat, agar mudah
dihubungkan.

b. Mesin las harus dekat dengan sumber tenaga dan sedekat mungkin dengan mesin penggerak kawat agar

hubungan dekat.
c. Bila masing-masing alat sudah benar posisinya, barukah siap untuk digunakan.

Sapta adi setya pramuji 25 agustus 2014

BAB V [https://www.blogger.com/null]
PENUTUP

5.1 Kesimpulan [https://www.blogger.com/null]


Dari hasil Pelatihan Kerja Pada Industri di PT.PINDAD (Persero) pada divisi KK Departmen pengelasan

berdasarkan data-data diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenis material yang digunakan untuk pengelasan adalah Baja Austenit (Armore), karena material tersebut

mempunyai tegangan tarik dan kekuatan yang memiliki kemampuan tahan amunisi.
2. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengelasan adjusting, fanel drive dengan menggunakan Mesin Las

MIG MASSER WEGA 400


3. Pengelasan yang digunakan dalam proses perakitan adjusting plate fainel drive adalah menggunakan mesin las
MIG karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu sangat efisien pengerjaan cepat, dapat digunakan untuk
semua posisi, tidak menghasilkan slag atau terak dan memiliki angka deposisi (deposition rates) yang lebih tinggi
dibanding SMAW.

4. Kontrol kualitas yang digunakan untuk proses pengelasan adjusting plate, fanel drive adalah welding gauge dan

NDT
5. Sistem Produksi

a) Sistem produksi yang ada di PT. PINDAD (Persero) salah satunya adalah divisi KK, yang memiliki

keunggulan dalam bidang pembuatan kendaraan khusus/militer.

b) Jalur order dimana pemesan datang dari konsumen dan diterima dibagian marketing untuk melakukan
negoisasi secara langsung

c) Bagian-bagian yang berhubungan dengan jalannya produksi perusahaan yaitu konsumen, marketing,

engineering, PPIC, Quality and Control, Produksi.

6. Para pekerja yang dapat mengelas pada body kendaraan harus benar-benar ahli(bersertifikat).

5.2 S A R A N [https://www.blogger.com/null]
Setelah penulis melakukan kerja praktek dan pengamatan, maka penulis dapat memberikan sedikit saran yang

mungkin bisa menjadi pertimbangan, saran tersebut sebagai berikut:


1. Setiap proses pengelasan atau pembuatan produk di mulai hendaknya operator menggunakan alat keselamatan

kerja yang sudah di tetapkan sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari.

2. Untuk divisi yang berada pada satu departmen harus saling berkomunikasi dalam membuat rencana produk
sehingga semua pekerjaan dapat terorganisir dan dapat berjalan dengan lancar.

3. Operator pengelasan produk hendaknya adalah jumlah nya dapat lebih ditingkatkan, sehingga dapat lebih

mempercepat pekerjaan.

4. Perawatan dari masing-masing mesin las harus benar-benar di lakukan dengan cara yang rutin baik setelah

pemakaian atau pun scara berkala karena kualitas lassan yang diperoleh juga bergantung pada performa mesin

yang digunakan.

5. Berani melakukan trobosan baru dalam bidang modifikasi, tanpa mengandalkan luar negri, sehingga lebih

mengembangkan kemampuan anak bangsa.

6. Meningkatkan kerja yang professional, dan meningkatkan rasa kekeluargaan antar tim.

Sapta adi setya pramuji 25 -Agustus-2014

DAFTAR PUSTAKA [https://www.blogger.com/null]

Ausaid, 2001, Dasar Las MIG/MAG (GMAW), Batam Institutional Development Project.

Eka Yogaswara, 2004, Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal. Bandung.
Riswan Dwi Jatmiko, Teori Pengelasan Logam, Modul.
Sri widharto, 2007, Menuju Juru Las Tingkat Dunia, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Sugiyono, 2002, Las Tig dan MIG.
Team Instruktur Pusdiklat, 2001, Dasar Las MIG (Metal Inert Gas ). Cilegon, Banten.

Tim Fakultas teknik UNY, 2004, Mengelas Dengan Proses Las Gas Metal.
Thomas A. Siewert, Stephen Liu, Glen R. Edwards, 1993, Welding, Brazing, And Soldering Vol.6 ASM Handbook
Committee.
Widharto S, 1987, Petujtuk Kerja Las, Pradnya Paramita, Jakarta.

Wiryosumarto H, Okumura T, 1981, Pradnya Paramita, Jakarta.

h t t p s : / / s t a f f . u n y. a c . i d / s i t e s / d e f a u l t / f i l e s / M I G . p d f

LAMPIRAN
Diposting 17th October 2014 oleh Sapta Adi satya

0 Tambahkan komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Unknown (Google) Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Anda mungkin juga menyukai