Disusun oleh :
ALAMSYAH INDRA HUTOMO
15/386805/SV/10189
TUGAS AKHIR
NIP. 1120120019/359
ii
Lembar Pengesahan
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir yang berjudul “Analisis Kekuatan Struktur Bucket Teeth Material ASTM
A572 dan AISI 1040 Menggunakan Software MSC. PATRAN/NASTRAN” sebagai
syarat kelulusan untuk meraih gelar A.Md (Ahli Madya) di Program Studi Teknik
Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
Selama penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan terima kasih,
khususnya kepada :
1. Bapak Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada.
2. Bapak Dr. Ir. Suryo Darmo, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Radhian Krisnaputra, S.T., M.Eng. selaku pembimbing tugas akhir, atas
segala ilmu, motivasi dan dukungan yang diberikan.
4. Bapak Lilik Dwi Setyana S.T., M.T., selaku pembimbing akademik, atas segala
ilmu, motivasi dan dukungan yang diberikan.
5. Keluarga dan kerabat penulis yang selalu memberikan semangat serta memberikan
dukungan baik moril maupun materil.
6. Seluruh rekan–rekan Departemen Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas
Gadjah Mada yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah berjasa dan telah membantu penulis menyelesaikan
pembuatan laporan.
Terima kasih atas jasanya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
berlipat ganda atas semua bantuannya.
iv
Demikian penulisan laporan tugas akhir ini, penulis sadar masih banyak
kekurangan baik dari penulisan maupun isi laporan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi segala pihak yang membutuhkan.
Penulis
v
ABSTRACT
vi
INTISARI
vii
PERNYATAAN
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................................ vi
ix
2.1.3. Pengujian Lebar, Ukuran Besar ............................................................ 12
x
3.4.5. Menentukan Tumpuan pada Elemen ..................................................... 39
3.4.6. Menentukan Arah Gaya dan Besar Gaya pada Komponen ................... 40
4.1.1. Tegangan Maksimum pada Bucket Teeth Material ASTM A572 ......... 48
4.1.3. Tegangan Maksimum pada Bucket Teeth Material AISI 1040 ............. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3. 15. Menentukan Gaya pada Komponen .................................................... 41
Gambar 3. 16. Arah Gaya dan Tumpuan Bucket Teeth .............................................. 42
Gambar 3. 17. Kasus Gaya (Load Cases) ................................................................... 43
Gambar 3. 18. Pembuatan Run Model ........................................................................ 44
Gambar 3. 19. NASTRAN Command Box ................................................................. 44
Gambar 3. 20. Pencarian "Fatal Error" pada Run Model ........................................... 45
Gambar 3. 21. Memasukkan Hasil Run Model ........................................................... 46
Gambar 3. 22. Menjalankan Run Model ..................................................................... 46
Gambar 3. 23. Hasil Run Model pada Bucket Teeth ................................................... 47
Gambar 4. 1. Analisis Von Misses Stress pada Bucket Teeth Material ASTM A572. 49
Gambar 4. 2. Grafik Tegangan Luluh dan Von Misses Stress Material ASTM A572 49
Gambar 4. 3. Analisis Displacement pada Bucket Teeth Material ASTM A572 ........ 50
Gambar 4. 4. Analisis Von Misses Stress pada Bucket Teeth Material AISI 1040 ..... 51
Gambar 4. 5. Grafik Tegangan Luluh dan Von Misses Stress pada Material AISI
1040 ............................................................................................................................. 51
Gambar 4. 6. Analisis Displacement pada Bucket Teeth Material AISI 1040 ............ 52
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan tugas akhir dengan judul “Analisis Kekuatan Struktur Bucket Teeth
Material ASTM A572 dan AISI 1040 Menggunakan Software MSC.
PATRAN/NASTRAN” adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besar tegangan pada bucket teeth kandungan material ASTM A572
dengan software MSC. PATRAN/NASTRAN.
2. Mengetahui besar tegangan pada bucket teeth kandungan material AISI 1040
dengan software MSC. PATRAN/NASTRAN.
3. Mengetahui jenis deformasi pada bucket teeth kandungan material ASTM A572
dengan menggunakan software analisa struktur MSC. PATRAN/NASTRAN.
4. Mengetahui jenis deformasi pada bucket teeth kandungan material AISI 1040
dengan software MSC. PATRAN/NASTRAN.
2
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB I PENDAHULUAN
5
BAB II DASAR TEORI
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Pengujian Kekuatan
Sifat–sifat khas bahan industri perlu dikenal secara baik karena bahan tersebut
digunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai keadaan. Sifat–sifat
bahan yang diinginkan sangat banyak, di antaranya adalah sifat–sifat mekanik
(kekuatan, kekerasan, kekakuan, keliatan, keuletan, kepekaan takikan atau kekuatan
impak dsb.), sifat fisik (ukuran, massa jenis, struktur dsb.) dan lain–lain. Kebanyakan
sifat–sifat tersebut ditentukan oleh jenis dan perbandingan atom yang membentuk
bahan, yaitu unsur dan komposisinya.
𝑃
P = 𝜎A atau 𝜎 = 𝐴
Keterangan :
P = Beban (N)
𝜎 = Tegangan (MPa)
A = Luas penampang (mm2)
dan dinyatakan dalam satuan N/m2, MPa atau kgf/mm2. Sedangkan, regangan
dinyatakan sebagai :
𝛿𝑙
𝜀=
𝑙0
6
BAB II DASAR TEORI
Keterangan :
𝜀 = Regangan (%)
𝛿𝑙 = Deformasi (mm)
𝑙0 = Panjang asal (mm)
Keterangan :
E = Modulus young (MPa)
𝜎 = Tegangan (MPa)
𝜀 = Regangan (%)
Keterangan :
v = Poisson ratio
𝜀1 = Longitudinal strain (%)
𝜀𝑟 = Transverse strain (%)
7
BAB II DASAR TEORI
Dalam kenyataan, harga v bagi bahan berkristal seperti logam kira–kira 1/3,
dapat ditentukan dengan perhitungan terperinci dari hubungan antara konfigurasi
atom dan arah tegangan.
Pada gambar 2.1. menunjukan hubungan antara tegangan dan regangan dalam
daerah elastik. Daerah elastik dinyatakan oleh bagian lurus dari hubungan tersebut
dan gradiennya sebagai modulus elastik. Secara teknik batas daerah tersebut
ditentukan oleh regangan sisa apabila beban ditiadakan seperti ditunjukan dalam
gambar. Harga ini dinamakan batas elastik.
2.1.2. Mulur
Apabila diberikan suatu tegangan melampaui batas elastik, maka
perpanjangan permanen terjadi pada benda uji tersebut. Perpanjangan tersebut
dinamakan deformasi plastis, dan tegangan terendah di mana deformasi plastis terjadi
disebut tegangan mulur.
A. Slip
Paling sering teramati bahwa slip merupakan deformasi plastis. Slip selalu
terjadi dalam arah yang diduduki atom lebih banyak. Bidang slip adalah bidang yang
paling banyak diduduki atom atau bidang berikutnya yang agak kurang diduduki
8
BAB II DASAR TEORI
atom. Bidang dengan kepadatan atom yang lebih tinggi mempunyai jarak yang lebih
besar, dan arah yang mempunyai kepadatan atom lebih besar pada umumnya
mengalami slip paling sedikit.
Karena deformasi terjadi pada bidang tertentu ke arah tertentu pula, tegangan
dan deformasi seharusnya didapat dari harga–harga pada arah tersebut. Tetapi hal
tersebut agak rumit, karena bertambahnya deformasi kristal–kristal berputar pada
arah sumbu tarik, jadi orientasi berubah seketika. Tegangan mulur dengan mudah
bisa diperoleh. Tegangan geser yang memulai slip disebut tegangan terurai kristal
(critical resolved shear stress).
Setiap kurva terbagi atas tiga tahap deformasi, yaitu tahap pertama, tahap
kedua dan tahap ketiga, berurutan mulai dari tegangan terendah dan seterusnya.
Tahap pertama adalah daerah dengan deformasi ideal yang ditunjukkan pada gambar
2.2. Tahap kedua adalah daerah di mana deformasi berlanjut dengan dua sistim slip
menunjukkan pengerasan regangan yang paling besar. Tahap ketiga adalah daerah di
mana banyak sistim slip bekerja seperti halnya pada kristal banyak, menunjukkan
bentuk parabola. Kristal tunggal bukanlah suatu bahan industri mengingat
9
BAB II DASAR TEORI
kekuatannya yang rendah, tetapi banyak studi dilakukan sekedar perhatian yang
bersifat ilmu pengetahuan saja.
B. Kembaran (Twinning)
Kembaran (twinning) merupakan mekanisme mulur yang lain di dalam bahan
logam. Satu bagian perpindahan di dalam kristal disebut kembar apabila slip sukar
terjadi. Ksrital hcp (hexagonal close packed) mempunyai bidang geser sedikit, jadi
tergantung pada arah tarikan mulai terjadi kembaran sejak permulan. Umumnya
karena tegangan yang menyebabkan kembaran lebih besar daripada tegangan yang
diperlukan untuk slip di dalam untuk slip di dalam kristal dimana tegangan mulur
bertambah pada temperatur rendah, kadang–kadang kembaran mendahului slip
deformasi temperatur rendah. Karena kristal fcc (face centered cubic) menunjukkan
peningkatan tegangan yang sangat diperlukan untuk slip pada temperatur rendah.
Karena kristal fcc menunjukkan peningkatan tegangan slip yang kurang pada
temperatur rendah, kembaran sukar terjadi.
10
BAB II DASAR TEORI
D. Mulur Kontinu
Pada umumnya mulur terjadi perlahan – lahan secara kontinu yang telah
dikemukakan dalam gambar 2.2. bagi kristal tunggal, yang biasanya terdiri dari tiga
tahap deformasi yaitu tahap I–III yang berbeda jelas, itu tegangan mulur mudah
didapat. Dalam kristal banyak setelah deformasi elastik langsung ke deformasi tahap
II, di mana akan lebih sukar untuk terjadi suatu tegangan mulur. Tegangan mulur
yang kontinu ditentukan oleh besarnya regangan sisa yang ditunjukkan. Kekuatan
mulur didapat pada tegangan yang menyebabkan perpanjangan 0,2%. Seperti telah
dikemukakan, bagian lurus dari kurva, atau modulus elastik tidak akan berubah
karena deformasi plastis. Oleh karena itu untuk mendapat tegangan mulur, ukurkan
deformasi 0,2% dari titik nol pada sumbu regangan kemudian tarik garis sejajar
dengan bagian kurva yang lurus memotong kurva pada titik C, tinggi titik C
menyatakan tegangan mulur. Cara ini disebut metoda off set atau metoda tegangan
mulur atau tegangan uji 0,2% seperti yang terlihat pada gambar 2.3.
11
BAB II DASAR TEORI
12
BAB II DASAR TEORI
pada struktur yang sebenarnya dimungkinkan dan harga hasil pengujian dapat
langsung dipergunakan pada desain sesungguhnya yaitu pembebanan, tegangan, dsb.
13
BAB II DASAR TEORI
14
BAB II DASAR TEORI
Seperti terlihat pada gambar 2.5. tip bucket teeth memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Memiliki kekuatan yang baik.
b. Tahan aus.
c. Digunakan pada unit yang besar dalam pekerjaan pengangkutan dan penggalian.
Seperti terlihat pada gambar 2.6. sharp tip bucket teeth memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Penetrasi lebih dalam dibandingkan dengan bucket teeth lainnya.
b. Aplikasi sharp tip bucket teeth digunakan pada pengerjaan dengan keausan kecil.
c. Tidak tahan benturan.
15
BAB II DASAR TEORI
Seperti terlihat pada gambar 2.4. wide tip bucket teeth memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Wide tip bucket teeth digunakan pada perataan permukaan tanah.
b. Tidak tahan benturan.
c. Tahan aus.
Seperti terlihat pada gambar 2.5. abrasion tip bucket teeth memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Abrasion tip bucket teeth digunakan pada pengerjaan pasir, kerikil dan batu.
b. Memiliki tingkat keausan yang tinggi.
c. Tahan benturan.
16
BAB II DASAR TEORI
apabila terus menerus menghantam batuan dan permukaan tanah yang kasar. Beban
luluh (yield point) dapat diasumsikan sebagai beban maksimum yang masih mampu
diterima oleh suatu struktur tanpa terjadi deformasi.
Oleh karena itu, perancangan bucket teeth harus memiliki struktur yang aman
dan tidak menyebabkan deformasi. Salah satu metode yang umum digunakan dalam
metode elemen hingga adalah metode rasio pembebanan (loading ratio) yang
diperkenalkan pertama kali oleh Stanley. Dalam metode ini kondisi pembebanan
suatu struktur dipresentasikan melalui perbandingan antara besar beban yang diterima
oleh struktur dengan beban yang diijinkan untuk dapat diterima.
17
BAB II DASAR TEORI
Seperti yang terlihat pada gambar 2.6. standar SAE 1179 digunakan untuk
menghitung gaya pada proses penggalian. Gaya yang bekerja pada saat proses
penggalian terdiri dari gaya yang terjadi pada silinder lengan dan gaya yang terjadi
pada silinder bucket.
18
BAB II DASAR TEORI
Solusi yang diperoleh dengan metode elemen hingga hanyalah suatu perkiraan
yang mendekati keadaan sesungguhnya. Semakin banyak jumlah elemen hasil
diskritisasi, semakin baik solusi yang dihasilkan. Namun, jumlah elemen yang
banyak akan memerlukan waktu perhitungan yang lama dan komputer yang canggih.
Jadi, penggunaan metode elemen hingga mengubah struktur menjadi model elemen,
harus memperhatikan hal – hal berikut :
1. Jenis struktur yang akan dianalisi.
2. Ketelitian solusi yang diperlukan.
3. Waktu dan biaya yang dianggarkan.
4. Kemampuan komputer yang digunakan.
19
BAB II DASAR TEORI
20
BAB II DASAR TEORI
21
BAB II DASAR TEORI
22
BAB II DASAR TEORI
Menu khusus pada MSC. PATRAN yang berkaitan dengan prosedur pemodelan :
1. Geometry
2. Element
3. Load/BCs
4. Material
5. Properties
6. Load Case
7. Fields
8. Analysis
9. Result
23
BAB II DASAR TEORI
24
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.2.Objek Penelitian
Bucket teeth excavator jenis tip yang terlihat seperti pada gambar 3.2. pada
umumnya digunakan untuk pengerjaan yang berhubungan dengan pengangkutan,
penggalian dan penghancuran material batuan. Material bucket teeth terbuat dari baja
mangan austenitik yang memiliki karakteristik ketangguhan yang tinggi, ketahanan
keausan yang baik serta pengerasan regangan yang tinggi.
Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah menganalisis
kekuatan struktur baja mangan austenitik dengan spesifikasi yang sudah ditentukan
menggunakan software MSC. PATRAN/NASTRAN.
3.3. Data–data
Sebelum kegiatan menganalisa dilakukan, dibutuhkan beberapa data–data
yang tepat untuk menentukan hasil yang akurat. Berikut ini adalah data–data yang
diperlukan dalam analisis kekuatan bucket teeth tipe tip.
26
BAB III METODE PENELITIAN
Seperti yang terlihat pada gambar 3.3. desain berasal dari data pengukuran
secara langsung yang diambil terhadap komponen bucket teeth. Software yang
digunakan untuk menggambar bucket teeth adalah software Solid Works versi 2017.
Desain bucket teeth yang digambar menggunakan Solid Works memiliki format solid
works part (.SLDPRT).
Format desain Solid Works part tersebut haruslah di ubah menjadi format
analisa yang dapat dibaca oleh software MSC. PATRAN/NASTRAN (.STEP/STP).
Seperti yang terlihat pada gambar 3.4. desain bucket teeth terlebih dahulu diubah
menjadi format (STEP/STP).
27
BAB III METODE PENELITIAN
28
BAB III METODE PENELITIAN
Material T1 T2
Kandungan C 0,27-0,30 0,28-0,30
Unsur Mn 1,0-1,30 0,70-0,90
Si 1,00-1,30 1,40-1,60
Cr 1,00-1,30 1,70-1,90
Mo 0,18-0,23 0,22-0,25
Ni 0,17-0,22 0,22-0,25
Sifat Kekerasan HRC 48-52 HRC 48-52
Mekanik 18 ≥ 20 Joule 23 ≥ 24 Joule
Kekuatan Impak (Vnotch) Akv(-40oC) Akv(-40oC)
≥20J/cm2 ≥25J/cm2
Yield Strength (MPa) 345 350
Elongasi % 4 5
29
BAB III METODE PENELITIAN
30
BAB III METODE PENELITIAN
31
BAB III METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, jenis excavator yang digunakan adalah Komatsu PC200.
Spesifikasi mesin terlihat pada tabel 3.5. yang mengacu pada standar SAE J1179
Tabel 3. 5. Spesifikasi Lengan Mesin Hydraulic Excavator dan Backhoe pada SAE
J1179
dA (mm) 594
dB (mm) 631
dC (mm) 453
dD (mm) 1496
dE (mm) 829
dF (mm) 4415
DA (mm) 95
DB (mm) 80
P (MPa) 28.9
Number of bucket teeth 5
32
BAB III METODE PENELITIAN
Keterangan :
Fb = Bucket curling force / gaya lengkung bucket (N)
P = Working force (MPa)
dA, dB, dC, dD, DB = Jarak antar titik pada lengan mesin excavator (mm)
𝜋
𝑝 𝑋 ( )𝐷𝐵 𝑑𝐴 𝑋 𝑑𝐶
4
Fb = ( )
𝑑𝐷 𝑑𝐵
𝜋
28.9 𝑋 ( )80 594 𝑋 453
4
Fb = ( )
1496 631
Fb = 41425.34752 N
41425.34752
Fb = 5
Fb = 8285.06 N
33
BAB III METODE PENELITIAN
34
BAB III METODE PENELITIAN
35
BAB III METODE PENELITIAN
spesifikasi seperti yang terlihat pada tabel 3.1. dan tabel 3.2. Berikut adalah langkah –
langkah menentukan material properties seperti yang terlihat pada gambar 3.10.
36
BAB III METODE PENELITIAN
menentukan material properties dengan 3D solid models seperti yang terlihat pada
gambar 3.11.
37
BAB III METODE PENELITIAN
38
BAB III METODE PENELITIAN
39
BAB III METODE PENELITIAN
40
BAB III METODE PENELITIAN
Setelah selesai menentukan besar dan arah gaya pada komponen, berikut ini
adalah tampilan komponen yang sudah diberikan titik tumpu dan arah gaya pada
finite element seperti yang terlihat pada gambar 3.16. Titik tumpu pada komponen
ditandai oleh anak panah berwarna hijau, sedangkan besar dan arah gaya pada
komponen ditandai oleh anak panah berwarna merah. Finite element yang sudah
diberi gaya akan menyesuaikan perhitungan grafik berdasarkan perhitungan software
NASTRAN.
41
BAB III METODE PENELITIAN
42
BAB III METODE PENELITIAN
43
BAB III METODE PENELITIAN
44
BAB III METODE PENELITIAN
45
BAB III METODE PENELITIAN
46
BAB III METODE PENELITIAN
47
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Tegangan terbesar von misses terjadi pada node 2579 dengan nilai max 3.88 atau
388 MPa yang ditunjukan dengan warna merah.
2. Besar tegangan tersebut berada di atas yield strength seperti yang terlihat pada
gambar 4.1. dan gambar 4.2.
Yield Strength : 345 MPa
Von Misses Stress : 388 MPa
48
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. 1. Analisis Von Misses Stress pada Bucket Teeth Material ASTM A572
Gambar 4. 2. Grafik Tegangan Luluh dan Von Misses Stress pada Bucket Teeth
Material ASTM A572
49
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
50
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. 4. Analisis Von Misses Stress pada Bucket Teeth Material AISI 1040
Gambar 4. 5. Grafik Tegangan Luluh dan Von Misses Stress pada Bucket Teeth
Material AISI 1040
51
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
52
BAB V KESIMPULAN
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa kekuatan bucket teeth dengan menggunakan software
MSC. PATRAN/NASTRAN 2017 sebagai alat bantu penelitian diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada bucket teeth material ASTM A572 mengalami tegangan sebesar 388 MPa.
2. Pada bucket teeth material AISI 1040 mengalami tegangan sebesar 173 MPa.
3. Bucket teeth dengan material ASTM A572 mengalami deformasi plastis sebesar
17,5 mm yang terjadi karena tegangan von misses lebih besar daripada tegangan
luluh (yield stress).
4. Bucket teeth dengan material AISI 1040 mengalami deformasi elastis sebesar 14,9
mm yang terjadi karena tegangan von misses lebih kecil daripada tegangan luluh
(yield stress)
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk mengembangkan penelitian ini yaitu :
1. Very fine mesh yang tepat akan menambah ketelitian perhitungan pada software.
2. Material AISI 1040 lebih baik diaplikasikan untuk bucket teeth daripada material
ASTM A572.
3. Penelitian ini dapat digunakan untuk referensi pada penelitian yang berikutnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Surdia, Tata dan Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
Prasetiyo, Hedwin, Analisis Kekuatan Struktur Bracket Assy pada Rudder Control
System di Pesawat N219 Menggunakan Software MSC. PATRAN/NASTRAN.
Septiawan, Riswan dan Bukti Tarigan, Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator
Backhoe. Bandung.
Hadi Suryo, Sumar, Athanasius Priharyoto Bayuseno, Jamari, dan Gilang Ramadhan,
Simulation of Excavator Bucket Pressuring. Semarang.