Anda di halaman 1dari 3

Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)

Wadah Silaturahmi & Pemberdayaan
Penulis Indonesia

6 Jurus Terampil Menulis, Piawai Merangkai Kata
Posted on September 24, 2013

Oleh: Badiatul Muchlisin Asti (Ketua Umum JPIN Pusat)

Menulis itu ternyata memang tidak gampang. Buktinya, tidak semua orang mampu
menjadi seorang penulis yang piawai mengorganisasi kata sehingga terangkai menjadi
kalimat yang komunikatif. Apalagi mengorganisasi kalimat sehingga teruntai ide­ide
segar yang menggerakkan.

Seperti yang dikatakan Eka Budianta dalam bukunya Menggebrak Dunia Mengarang,
bahwa  meskipun  setiap  hari  melihat  langit,  belum  tentu  kita  dapat  melukiskan
sebagus­bagusnya dalam kata. Badiatul Muchlisin Asti (Foto:
dok. JPIN).

Saya sering memberikan tamsil, bahwa belajar menulis itu seperti belajar naik sepeda.
Ketika awal­awal belajar naik sepeda, terasa sulit bukan main. Jatuh­bangun berkali­
kali. Tetapi setelah bisa, naik sepeda terasa mudah. Terkadang sulit membayangkan, duduk di atas sedel sepeda
bisa dilakukan dengan tenang tanpa terjatuh, dan bahkan dapat mengayuh dengan santai atau cepat.

Begitu  pula  belajar  menulis.  Ketika  awal­awal  menulis,  terasa  susah  bukan  main.  Bagaimana  mengawalinya,
bagaimana  menyusun  kalimat  yang  “hidup”,  apa  yang  ditulis  dan  sejumlah  pertanyaan­pertanyaan  lain  yang
berkecamuk. Tapi setelah bisa, menulis terasa begitu mudah dan indah. Kata­kata mengalir dengan mudahnya,
sehingga  terangkai  menjadi  rangkaian  kalimat  yang  menawan.  Karenanya,  kunci  bisa  terampil  menulis  atau
merangkai kata memang terletak pada kontinuitas latihan (sehari­hari).

Selain itu, ada enam jurus yang bisa dilakukan agar seseorang semakin terampil menulis dan piawai merangkai
kata. Berikut ini enam jurus yang bisa dipraktekkan.

Pertama, punya tradisi membaca buku.

Pater  Bolsius  SJ,  seperti  dikutip  Wishnubroto  Widarso  dalam  bukunya  Pengalaman  Menulis  Buku  Non­Fiksi
pernah berucap, “If you don’t read, you don’t write”. Jikalau engkau tak (punya kebiasaan) membaca, engkau tak
bisa menulis.

Jose  Daniel  Parera  dalam  Konggres  Bahasa  ke­5  di  Jakarta  mengatakan,  banyak­banyaklah  Anda  membaca,
biarkan ia mengendap dalam benak Anda, suatu saat pemahaman Anda semakin luas, dan akan tiba saatnya Anda
harus menulis.

Hernowo, dalam bukunya Mengikat Makna  menyatakan,  ibarat  Anda  buang  hajat  besar  lantaran  kekenyangan,


seseorang akan gampang mengungkapkan apa saja yang diingininya lewat tulisan. Jadi, membacalah sebanyak­
banyaknya,  suatu  ketika  hasrat  menulis  akan  timbul  pada  diri  Anda  secara  alami.  Dan  pengetahuan  yang  luas
yang Anda dapatkan dari membaca akan memudahkan Anda untuk menuangkannya ke dalam tulisan.

Kedua, membaca alam dan peristiwa kehidupan.

Membaca  tak  semata­mata  membaca  buku,  tapi  juga  membaca  alam.  Fenomena  alam  akan  menjadi  inspirasi
sebagai bahan tulisan. Termasuk, membaca alam adalah membaca peristiwa kehidupan. Di panggung kehidupan
ini ada banyak peristiwa yang bisa digali untuk bahan penulisan.

Ketiga, mempunyai blog.
Ibarat  pelari,  perlu  jogging  harian.  Penulis  juga  begitu,  memerlukan  media  untuk  menuliskan  ide­ide  yang
bekerjapan dan lalu lalang setiap harinya. Maka, buku harian (saat ini bisa digantikan oleh blog/website pribadi)
merupakan media yang tepat untuk itu. Milikilah buku harian, atau buatlah blog di internet atau buatlah akun di
citizen media seperti Kompasiana, lalu tulislah informasi yang Anda peroleh dan ide­ide Anda setiap hari. Hal itu
akan berguna untuk mengasah ketrampilan menulis dan melatih kepekaan kepada kata­kata.

Keempat, mencintai bahasa.

Bahasa adalah alat komunikasi. Dari bahasa, indikasi dari tingkat intelektualitas seseorang akan tampak. Apakah
dia  seorang  yang  memiliki  tingkat  intelektualitas  yang  tinggi  atau  tidak.  Kekayaan  kosakata­lah  yang
membedakaannya.  Karenanya,  cintailah  bahasa.  Buka­bukalah  kamus  Bahasa  Indonesia.  Ternyata  ada  banyak
kata yang bagus yang dapat kita gunakan dalam tulisan kita, tapi selama ini kita belum mengetahuinya karena itu
kita tidak menggunakannya.

Kelima, hobi meneliti.

Minat  meneliti  merupakan  sarana  yang  akan  semakin  meningkatkan  kedalaman  dan  luasnya  jangkauan  tulisan
kita.  Ia  akan  menjadi  inspirasi  yang  hebat  untuk  bahan  tulisan  kita.  Menurut  Eka  Budianta,  sebelum  menulis
Ikan­ikan Hiu, Ido, Homa,  YB  Mangunwijaya  mendalami  masyarakat  Maluku  dan  pola  hidup  Maritim  di  sana.
Begitu juga novel Para Priyayi Umar Kayam, yang ditulis dengan mengadakan berbagai penelitian dan dukungan
perguruan tinggi di Amerika Serikat.

Ke­enam, suka diskusi.

Diskusi  merupakan  ajang  tukar  pendapat.  Dalam  diskusi  akan  banyak  pendapat  dari  luar  diri  kita  yang  dapat
menimbulkan letikan ide atau inspirasi untuk bahan tulisan kita.

Itulah enam jurus yang bisa dicoba, untuk mengasah ketrampilan menulis dan melejitkan kepiawaian kita dalam
merangkai  kata  atau  kalimat.  Ingatlan  selalu  ‘petuah’  Prof.  Dr.  Floyd  G.  Arpan  yang  mengatakan,  “Kecakapan
menulis tak akan begitu saja jatuh dari langit. Tapi kecakapan itu baru bisa dicapai dengan jalan berlatih”.

Selamat berlatih menulis! Semoga bermanfaat. *

Advertisements

Share Your Passion


Create a professional website
and start blogging today

Get started

Share this:

 Twitter  Facebook 23

 Like
One blogger likes this.

Related

Bakat Menulis Diskusi Kepenulisan Launching JPIN Cabang Kampanye Membaca & Menulis JPIN


In "Writing Motivation" Grobogan: Dari Soal Epigon Sampai “KUHP” Grobogan: Dari Mengubah Paradigma
In "Info JPIN Daerah" sampai Tips Asyik Membaca
In "Info JPIN Daerah"
This entry was posted in Tips Menulis. Bookmark the permalink.

2 Responses to 6 Jurus Terampil Menulis, Piawai Merangkai Kata

gerakanpenanusantarapurwodadi says:
September 24, 2013 at 3:13 pm

mari meulis
Reply

Mujiono says:
January 25, 2014 at 2:40 am

Terima kasih pencerahannya
Reply

Jaringan Pena Ilma Nafia (JPIN)
Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai