Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SEJAK DINI


MELALUI BUKU CERITA BERGAMBAR

Disusun Oleh :
Lindu Adji Ramadhan
(30120014)

PRODI D-III TEKNIK LISTRIK BANDARA XV


POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA
Jalan Jemur Andayani I No. 73  (031) 8410871
KOTA SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Meningkatkan Minat Baca Anak
Sejak Dini Melalui Buku Cerita Bergambar”
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya meningkatkan minat baca anak sejak dini.
Terselesaikannya karya tulis ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi –
tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan saran dan
pemikirannya.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan demi kesempurnaannya.
Akhirnya penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
memberikan inspirasi kepada pembaca dalam upaya meningkatkan minat baca
anak sejak dini melalui buku cerita bergambar.

Surabaya, 26 Februari 2022

Penulis

i
ABSTRAK
MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SEJAK DINI
MELALUI BUKU CERI DIGITAL BERGAMBAR MELALUI
BUKU CERITA DIGITAL BERGAMBAR

Oleh :
Lindu Adji Ramadhan
(30120014)

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat membaca anak sejak


dini melalui media buku cerita bergambar. Subjek dalam penelitian ini adalah
anak- anak. Objek penelitian ini berupa minat membaca permulaan meliputi rasa
senang, ketertarikan, berinisiatif dan perhatian pada buku cerita bergambar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa minat membaca anak dapat ditingkatkan dengan
menggunakan media buku cerita bergambar.

Kata kunci : Buku cerita bergambar, minat baca, anak

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
ABSTRAK...........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................
1.4 Luaran Yang Diharapkan..................................................................................
1.5 Manfaat Program..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak............................................................
2.2 Media Buku Cerita Gambar..............................................................................
2.3 Pembuatan Media Buku Cerita Bergambar......................................................
2.4 Sasaran..............................................................................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................................................
3.1 Diagram Alir.....................................................................................................
3.2 Penjelasan Detail Diagram Alir........................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 gambar 2.3.....................................................................................................
GAMBAR 2 gambar 3.2.6..................................................................................................
GAMBAR 3 gambar 3.2.7.1...............................................................................................
GAMBAR 4 gambar 3.2.7.1...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Membaca adalah jendela dunia, karena dengan membaca maka manusia
dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahuinya. Kemampuan dan kemauan
membaca akan mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan (skill) seseorang.
Semakin banyak membaca dapat dipastikan seseorang akan semakin banyak tahu
dan banyak bisa, artinya banyaknya pengetahuan seseorang akan membantu
dirinya dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak dikuasainya,
sehingga seseorang yang banyak membaca memiliki kualitas yang lebih dari
orang yang sedikit membaca.
Minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi (gairah)
untuk membaca (Siregar, 2004 ). Definisi itu sejalan dengan pendapat Darmono
yang menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang
mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca (Darmono, 2001: 182).
Minat baca tumbuh dari pribadi masing-masing seseorang, sehingga untuk
meningkatkan minat baca perlu kesadaran setiap individu. Negara-negara maju,
adalah Negara yang minat baca masyarakatnya tinggi. Oleh karena itu minat baca
menduduki posisi penting bagi kemajuan suatu bangsa.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia
masih rendah. Salah satunya yaitu belum ada kebiasaan membaca yang
ditanamkan sejak dini. Oleh sebab itu perlu ada upaya menumbuhkan minat baca
terutama pada pada usia dini dan hal tersebut sesuai dengan ungkapan yang
mengatakan "Akan lebih mudah meluruskan batang pohon ketika ia masih kecil
daripada meluruskannya setelah tumbuh menjadi besar."
Menanamkan minat baca pada anak-anak sejak usia dini akan sangat
efektif untuk menurunkan persentase minimnya kemampuan literasi di Indonesia,
sebab anak usia 7-9 tahun adalah masa emas anak-anak, yang berarti dapat
menerima informasi serta berkembang dengan mudah.
Untuk anak usia sekolah dasar kelas rendah, gambar memiliki peran
penting dalam proses belajar membaca dan menulis. Buku bergambar lebih
memotivasi mereka untuk belajar. Dengan buku cerita yang terdapat gambar-
gambar ilustrasi yang menarik dan representatif, anak-anak akan terbantu dalam
proses memperkaya pemahaman dalam cerita. Buku-buku bergambar
dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku.
Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar
sehingga mempengaruhi minat anak untuk membaca buku. Diharapkan agar anak-
anak yang membaca buku ilustrasi ini bukan hanya melihat dan membaca saja
namun ikut berinteraksi agar lebih memahami apa yang dimaksud di dalam buku
ini dengan cara yang lebih menyenangkan, dapat membantu daya imajinasi dan
menambah wawasan visual dalam diri anak serta anak dapat mengetahui objek-
objek yang belum pernah dilihat oleh mereka sebelumnya.

1
Selain itu, untuk membantu dalam memenuhi upaya ini, bisa juga dengan
mempekerjakan penyandang disabilitas dalam menangani desain dan ilustrasi dari
pembuatan buku cerita bergambar ini. Sebab di luar sana masih banyak
penyandang disabilitas yang belum terpenuhi aksesibilitasnya untuk ikut terjun
dalam dunia kerja. Jadi selain untuk meningkatkan minat baca anak, sebagai nilai
plus, program ini juga sekaligus mencakup upaya untuk mengubah stigma negatif
masyarakat terhadap kaum difabel dalam dunia kerja dan pengembangan sarana
dan prasarana untuk menunjang dan mempermudah masyarakat difabel
dalam beraktivitas di lingkungan kerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami uraikan di atas, kami mengangkat
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa penyebab rendahnya minat baca pada masyarakat di
Indonesia?
1.2.2 Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat baca pada pada
masyarakat di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan karya tulis ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya minat baca pada
masyarakat di Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui upaya yang efektif dalam meningkatkan minat
baca pada masyarakat di Indonesia.

1.4 Luaran Yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah
terciptanya peningkatan keterampilan serta pengetahuan yang luas
tentang pentingnya membaca. Serta agar dapat memahami bahwa dengan
membaca seseorang akan lebih mengetahui dan memiliki wawasan yang
sangat luas. Hasil akhirnya diharapkan masyarakat khususnya anak-anak
yang kurang minat untuk membaca akan lebih aktif dan sangat suka
untuk membaca. Dengan konsep buku cerita bergambar ini, anak-anak
akan lebih tertarik untuk membaca.

2
1.5 Manfaat Program
1.5.1 Bagi akademisi (perguruan tinggi)
1. Dapat menggerakkan mahasiswa untuk ikut mengupayakan dalam
meningkatkan minat baca anak.
1.5.2 Bagi masyarakat
1. Memberi gambaran tentang pentingnya menumbuhkan kebiasaan
membaca kepada anak untuk masa depan yang lebih baik.
2. Karya ini akan disebarluaskan agar nantinya dapat digunakan
menjadi sarana pembelajaran alternatif di masyarakat.
3. Membuka lapangan kerja (membuat buku cerita).
1.5.3 Bagi pemerintah
1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap arah kebijakan yang
ditempuh untuk peningkatan minat baca.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Program ini memiliki sasaran yaitu siswa-siswi SDN Percobaan Surabaya.
Siswa siswi SDN Percobaan Surabaya ini merupakan sebagian kecil dari sasaran
yang akan diamati. Sebenarnya masih banyak sasaran yang perlu dikaji dan
diamati lebih lanjut mengenai program ini.Siswa-siswi yang menjadi sasaran pada
kali ini berada di rentang kelas 1-5 sd. Program ini dilakukan karena tingkat minat
baca di Indonesia masih rendah. Oleh sebab itu, program ini dilaksanakan untuk
menanamkan minat baca sedari dini.
Pada saat pelaksanaan program, panitia akan memiliki rencana-rencana
khusus untuk mengenalkan pentingnya membaca kepada sasaran. Sehingga
diharapkan siswa dapat mengerti bahwa membaca adalah hal dasar yang harus
dibiasakan sejak dini. Kemudian siswa dikenalkan dengan berbagai jenis media
baca beserta penjelasannya. Para panitia tidak hanya menjelaskan saja namun
panitia akan menjelaskan dengan cara yang menyenangkan dengan banyak
permainan supaya sasaran tidak bosan dan tetap bisa fokus dengan program ini.

2.1 Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak


Anna Yulia (2005: 51) mengemukakan bahwa ada lima belas cara
menumbuhkan minat baca anak yakni : (a) membaca buku untuk anak sejak lahir
buku sejak lahir, (b) mendorong anak untuk bercerita tentang apa yang telah
didengarnya atau dibacanya, (c) mengajak anak ke toko buku atau perpustakaan
(d) membeli buku yang menarik minat anak, (e) menyisihkan uang untuk membeli
buku, (f) menonton film kemudian membeli bukunya, (g) membuat perpustakaan
keluarga, (h) menukar buku dengan teman, (i) menghilangkan penghambat seperti
TV atau Playstation, (j) memberi reward yang memperbesar semangat membaca,
(k) memberi buku sebagai reward atau hadiah untuk anak, (l) membuat kegiatan
membaca sebagai kebiasaan setiap hari, (m) mendramatisasi buku yang kita baca,
(n) membuat buku sendiri, (o) membiasakan membaca menjadi teladan.
Dalam meningkatkan minat membaca anak orang tua sudah
memperkenalkan buku sejak usia dini. Memang lebih baik kebiasaan membaca itu
sudah dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan karena berdasarkan
penelitian anak sudah bisa mendengar suara ayah dan ibunya. Anak-anak akan
menjadi sangat antusias ketika orangtua mengajak berdiskusi tentang apa yang
baru saja kita ceritakan atau tentang buku yang baru saja dibacanya. Kemudian
membiasakan untuk mengajak anak ke toko buku dan biarkan anak memilih
sendiri buku yang anak minati tetapi tetap dalam batas-batas orangtua. Orang tua
menanamkan minat sejak dini supaya anak juga selektif dengan buku yang
dibacanya. Disamping itu, dengan memberi dorongan anak untuk rajin meminjam
buku di perpustakaan mana saja yang bisa dikunjungi apakah perpustakaan
sekolah maupun perpustakaan-perpustakaan lain yang bisa dikunjungi. Ini
merupakan suatu hal yang positif bagi anak untuk meningkatkan minat membaca

4
sejak dini. Apabila membelikan buku yang menarik bagi anak maka minat anak
akan muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dari orang tua maupun orang
sekitar.
Jadi pahamilah apa minat anak dan fasilitasi dengan buku yang sesuai
minatnya supaya minat bacanya berkembang dengan antusiasme asalkan buku
tetap masih masuk dalam kategori bermutu. Buku adalah suatu harta yang tidak
ternilai jika anak mau membacanya. Kekayaan itu bukan hanya materi yang ada
pada anak, kekayaan itu sebenarnya adalah apa yang melekat pada diri anak yaitu
cara pikir dan hati. Demikianlah sebetulnya dengan berinvestasi pada buku dan
pendidikan, orang tua sudah berinvestasi untuk kualitas seorang manusia, yakni
anak dan diri sendiri. Apabila akan menciptakan perpustakaan keluarga bisa
dengan cara membuat perpustakaan di dalam rumah. Tidak perlu terlalu mewah
atau harus mempunyai koleksi buku yang sangat banyak. Jika anak sering melihat
buku-buku tersebut dan mudah mengambilnya, anak-anak juga menjadi terbiasa
dengan buku dan tidak segan untuk mengambil buku-buku tersebut karena mudah
dijangkau oleh tangan mungilnya. Semakin banyak buku yang dimiliki anak
semakin baik, tetapi harga buku juga tidaklah murah. Hal ini bisa menghemat
banyak tetapi wawasan anak bisa semakin diperluas dengan banyaknya buku yang
dibacanya.
Sebagai orang tua harus bisa merangsang minat baca mereka dengan
memberikan penghargaan. Penghargaan itu bisa bersifat materi maupun non
materi. Jika anak sudah selesai membaca dan dia bisa menceritakan ulang buku
yang dibacanya atau dibacakan untuknya, orang tua dapat memberikan
penghargaan berupa kata-kata pujian. Jika anak sudah mencintai buku, hadiah
buka akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan hatinya. Jadikan buku
sebagai suatu barang yang berharga dinanti-nantikan oleh anak-anak. Jika ingin
memberi motivasi pada anak maka bisa memberikan reward atas prestasi yang
dicapainya. Kegiatan membaca setiap hari akan menumbuhkan minat baca anak
dan membentuk reading habit anak. Jika anak sudah terbentuk reading habit-nya,
jalan ke arah kesuksesan sudah terbuka karena ilmu dimulai dengan membaca.
Jadikan kebiasaan membaca sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan antara
orang tua dan anak. Biarkan anak menikmati waktu yang dilewatkan bersama
mereka untuk membaca, karena anak akan mengetahui jika bosan atau merasa
terpaksa. Jika anak kurang tertarik dengan buku yang dibacakan untuknya,
ubahlah cara baca. Tambahkan kosa kata dan kalimat yang lebih menarik dan
dramatisasi lah cerita yang dibaca dengan gerakan-gerakan tubuh, mimik muka
dan intonasi suara. Anak-anak akan menjadi sangat antusias. Anak akan sangat
senang jika anak sendiri membuat buku untuknya. Teladan itu lebih berbicara
daripada kata-kata. Jika anak sering melihat orang tua membaca buku, mereka
juga akan terbiasa dengan kegiatan tersebut. Buku, membaca, perpustakaan, toko
buku adalah hal-hal yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari anak.
Cara menumbuhkan minat baca bagi anak seperti yang dijelaskan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa cara tersebut merupakan cara yang efektif bagi
anak untuk meningkatkan minat baca untuk anak. Orang tua akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi anak apabila anak mempunyai minat yang kuat
dari dalam diri anak itu sendiri. Dengan membacakan buku untuk anak sejak lahir,

5
mengajak anak ke toko buku dan dari cara lain tersebut minat anak akan menjadi
lebih tinggi dan kuat. Dari berbagai cara tersebut diharapkan anak akan merasa
senang dan tertarik dengan cara-cara yang sudah dijelaskan di atas.

2.2 Media Buku Cerita Bergambar


2.2.1 Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin yang berarti perantara,
maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber
untuk disampaikan kepada penerima pesan (Nana Sudjana &
Ahmad Rivai, 2002: 130). Media merupakan alat atau sarana yang
mempunyai fungsi untuk menyampaikan suatu informasi. Secara
harfiah media berarti perantara yaitu perantara sumber pesan
dengan penerima pesan. Media pembelajaran pada dasarnya
merupakan wahana dari pesan yang oleh sumber pesan (guru) ingin
diteruskan kepada penerima pesan (anak). Pesan yang disampaikan
adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema atau topik pembelajaran
dengan tujuan agar terjadi proses belajar pada diri anak. Seorang
guru TK selalu menginginkan agar pesan yang disampaikannya
dapat diterima anak dengan efektif dan efisien. Untuk itu
diperlukan media pembelajaran. Media yang dikembangkan dengan
baik diharapkan dapat membantu anak memahami pesan yang
disampaikan kepada anak.

2.2.2 Pengertian Buku Cerita Bergambar


Muh. Nur Mustakim (2005: 32) mengemukakan bahwa buku
bergambar adalah buku yang memuat suatu cerita melalui
gabungan antara teks dan ilustrasi. Tarigan (1985: 209)
mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik
dan dapat merangsang anak untuk belajar. Media gambar yang
menarik, akan menarik perhatian anak dan menjadikan anak
memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media
gambar yang digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih
lama oleh anak karena bentuknya yang konkrit dan tidak bersifat
abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal
yang dikenal khalayak luas. Buku bergambar (picture books)
menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat
dua cara, yaitu lewat ilustrasi dan tulisan (Huck, dkk dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 153). Hal yang tidak berbeda juga
dikemukakan Mitchell (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 153) bahwa
buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan
teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks
secara mandiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara
lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk
saling mengisi dan melengkapi. Dengan demikian, pembacaan

6
terhadap buku cerita bacaan tersebut akan terasa lebih lengkap dan
konkret jika dilakukan dengan melihat.

2.2.3 Manfaat Cerita Bergambar dalam Merangsang Minat Baca


Anak
Tadkiroatun Musfiroh (2008: 94) berpendapat bahwa bercerita
dengan media buku bergambar menjadi stimulasi yang efektif bagi
anak TK, karena pada waktu minat baca pada anak mulai tumbuh.
Minat itulah yang harus diberi lahan yang tepat, antara lain melalui
kegiatan bercerita. Pendapat di atas juga dikemukakan oleh Monks
(Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 94) bahwa menstimulasi minat baca
anak lebih penting daripada mengajar mereka membaca.
Menstimulasi memberi efek menyenangkan, sedangkan mengajar
seringkali justru membunuh minat baca anak, apalagihal tersebut
dilakukan secara paksa.
Dalam Leonhardt (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 95) langkah-
langkah yang perlu dilakukan untuk memupuk minat baca anak
berkaitan dengan cerita adalah sebagai berikut :
a. Biarkan anak sendiri memilih buku cerita yang dibacakan guru.
Dalam hal ini, guru mempersiapkan buku yang hendak dibacakan,
dan anak memilih buku cerita mana yang dibacakan guru.
b. Persiapkan buku-buku yang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, baik tulisan, pilihan kata, isi cerita, panjang cerita, maupun
ilustrasinya. Buku cerita yang tidak sesuai dengan tingkat
keterbacaan anak akan menyulitkan proses identifikasi. Sebaliknya,
cerita yang memiliki tingkat keterbacaan sesuai anak, akan
mendorong anak untuk ”belajar” membaca.
c. Bacakanlah cerita dengan lafal yang baik dan menarik. Tunjukkan
jari ke lambang tulis. Pastikan anak mengikuti cerita dengan
melihat lambang tulisnya.
d. Untuk memperoleh aktivitas yang memadai, cerita dibacakan
secara perlahan namun jelas dan ekspresif.
e. Ceritakan cerita dimanapun anak membutuhkan. Pada waktu
istirahat, mungkin ada anak yang justru tertarik untuk menyimak
cerita guru. Dengan hal ini minat baca anak tumbuh lebih subur.
f. Sediakan selalu buku-buku cerita dalam jangkauan anak.
Ketersediaan buku-buku cerita selalu memancing anak untuk
memegang, mencoba menirukan suara gurunya bercerita, dan
merangsang anak mencermati detail tulisan.

7
g. Sesekali, suruhlah anak menceritakan kembali cerita telah
disimaknya. Cermati bagaimana anak menunjuk lambang tulisan.
h. Kuasailah cerita tentang tempat, peristiwa, atau hewan-hewan, dan
ceritakanlah pada anak didik pada saat yang tepat. Tunjuk pula
tulisan- tulisan yang tertera di sekitar anak. Kaitkan tulisan dengan
cerita.
i. Bawalah anak-anak ke perpustakaan. Biarkan mereka melihat-lihat
gambar. Amati apa yang diminati anak. Luangkan sedikit waktu
untuk bercerita.
Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan bercerita dengan buku bergambar menjadi ”pelatihan”
baca yang penting. Melatih anak gemar membaca harus dimulai
sejak dini, kegiatan bercerita dengan buku bergambar tersebut
dapat merangsang anak rasa ingin tahu anak. Dengan melalui
rangsangan yang terus menerus, anak akan menemukan dunianya
melalui bacaan.

2.3 Pembuatan Media Buku Cerita Bergambar

Gambar 2.3
(Sumber: Vooks, 2020)
Membuat buku tidak dapat dikatakan mudah atau sulit. Dalam
pembuatannya ada beberapa langkah yang apabila diikuti akan mempermudah
dalam penulisan sebuah buku cerita yaitu :

a. Merancang gagasan atau ide


Langkah pertama yang harus diambil adalah mengumpulkan ide atau
gagasan dalam membuat sebuah cerita untuk buku cerita. Saat membuat cerita,
haruslah fokus pada gagasan yang telah diciptakan. Fokus pada gagasan ini berarti
menyelami lebih dalam tentang ilmu dan pemahaman dari gagasan yang akan
ditulis. Membuat kerangka juga mempermudah dalam penulisan dan
penyusunannya. Dengan adanya kerangka dari buku yang akan dibuat, penulis

8
akan lebih terarah dalam menulis buku, sehingga isi dari buku tersebut akan
tertuju jelas pada hal-hal yang akan dijelaskan.
b. Menulis cerita dari gagasan atau ide
Saat pertama menulis satu cerita untuk buku, buku tersebut belum tentu
berhasil ditulis dengan baik. Penulis sebaiknya menulis apa-apa yang ingin
disampaikan melalui tulisan. Akan tetapi jangan terlalu berbangga pada apa-apa
yang telah ia tulis. Tulisan pertama pada dasarnya masih merupakan tulisan
‘kasar’ artinya tulisan tersebut masih perlu dipelajari dan juga masih perlu
dibenahi agar menjadi tulisan yang lebih baik, yang dapat menginformasikan
isinya dengan efektif. Buku yang konsepsional akan memiliki hasil yang lebih
baik daripada buku yang tidak dilandasi oleh konsep sama sekali.
Hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang penulis, adalah menilai
tulisannya sendiri. Secara alamiah mereka dapat menilai bahkan mengkritik
tulisan orang lain, akan tetapi mereka terkadang kurang dapat menilai tulisan
mereka apalagi mengkritik tulisan mereka sendiri. Kendati demikian, setelah
menulis suatu buku, sebaiknya tulisan itu dibaca kembali. Biasanya, saat
membaca kembali isi buku yang telah ditulis, akan ditemukan banyak kesalahan
dalam tulisan tersebut. Untuk lebih meyakinkannya, sebagai penulis dari sebuah
buku, ada lebih baiknya jika meminta beberapa orang untuk membaca buku yang
telah ditulis. Orang- orang tersebut dapat kita minta pendapatnya dan
memberitahu kesalahan- kesalahan yang ada pada buku, dengan demikian penulis
akan lebih mudah dalam memperbaikinya.
Setelah mempelajari tulisan yang telah ada dan mengetahui adanya
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam tulisan, atau justru dalam tulisan
tersebut terdapat hal-hal yang kurang perlu sehingga harus dieliminasi dari isi
buku. Penulis dapat mengimprovisasi tulisan tersebut. Caranya, tentu saja dengan
mengeliminasi hal yang dianggap kurang penting, memperbaiki kesalahan-
kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan buku, serta memilih kosakata
yang lebih baik, lebih efisien namun tidak mengurangi estetika dalam pengemasan
tulisannya.
c. Revisi
Revisi perlu dilakukan untuk memperbaiki semua tulisan. Dalam
beberapa kasus, biasanya saat revisi banyak penulis mengatakan revisi sama
dengan penulisan ulang sebagian maupun seluruh isi buku. Revisi ini bertujuan
untuk membuat suatu karya tulis agar lebih baik dari sebelumnya.
d. Pengeditan
Ketika revisi telah dilakukan, hal terakhir dalam menulis adalah ‘editing’
atau pengeditan. Pengeditan dilakukan untuk membenahi penulisan
(apabila ada penulisan ataupun penggunaan kosakata yang salah) juga
membenahi tata letak tulisan dan penyusunan tulisan tersebut agar memiliki
estetika yang dapat menarik minat pembacanya. Ketika pembaca telah memiliki
minat untuk mengetahui isi dari tulisan tersebut, maka akan lebih mudah bagi
mereka mengerti maksud dari tulisan yang dibuat.

9
e. Memvisualisasikan cerita yang telah dibuat dan disetujui
Penampilan dari sebuah buku, sangatlah mempengaruhi penyampaian
informasi yang terkandung di dalamnya. Untuk itulah, selain isi, kemasan dari
buku tersebut perlu diperhatikan lebih serius. Paduan warna, kesesuaian jenis
huruf, ketepatan ukuran huruf, penggunaan tabel, grafik, gambar dan lain
sebagainya juga menentukan kualitas buku yang dibuat. Tampilan isi buku yang
menarik (dengan adanya perpaduan warna, pengaplikasian animasi dsb) akan
merangsang indera pelihat agar tidak bosan saat membaca buku tersebut. Dengan
demikian, isi pun akan mudah tersampaikan. Hal lain yang harus diperhatikan
adalah desain cover. Cover buku, harus dirancang mewakili informasi yang
terkandung dari isi buku tersebut. Cover yang menarik dapat menumbuhkan minat
untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaikan dalam isi.
f. Penjilidan
Setelah penyusunan buku telah selesai, maka buku pun siap dijilid. Telah
banyak tempat yang memberikan jasa penjilidan sehingga mudah untuk dapat
menggunakan jasa tersebut.

2.4 Sasaran
Sasaran dalam upaya ini yaitu tentunya adalah anak-anak di berbagai usia.
Pada kali ini sasaran adalah siswa-siswi SDN Percobaan Surabaya kelas 1-5 SD.
Namun dalam upaya ini, orang tua juga berperan penting. Orang tua lah yang
memiliki peran penting untuk meningkatkan minat baca anak. Jika orang tua sibuk
dengan pekerjaannya, maka guru pun berperan penting untuk meningkatkan minat
baca seorang anak. Orang dewasa menentukan bacaan apa yang cocok dibaca
untuk anak-anak, utamanya buku cerita anak bergambar. Tetapi tidak menutup
kemungkinan jika anak ingin memilih sendiri buku cerita yang seperti apa, yang
mereka sukai. Biasanya anak-anak akan menyukai suatu buku cerita yang
visualisasinya menarik menurut mereka. Seperti warna buku yang warna-warni,
ilustrasi yang lucu, atau karena pengembangan dalam buku cerita dengan adanya
fitur-fitur lucu seperti buku cerita 3D, dan sebagainya. Adanya hal-hal tersebut
akan membuat anak menjadi tertarik untuk membaca.
Dengan demikian para orangtua dan guru yang mendidik anak juga perlu
untuk menjadi sasaran dalam program ini, yaitu untuk meningkatkan minat baca
anaanak melalu buku cerita bergambar.

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Diagram Alir
Berikut ini adalah diagram alir (flowchart) dari pengerjaan karya tulis ini:

Gambar 3.1. Diagram Alir Metodologi Penulisan Karya Tulis


3.2 Penjelasan Detail Diagram Alir
3.2.1 Menemukan Ide
Ide merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan suatu
karya. Sebelum mendapatkan ide terlebih dahulu mengamati hal-
hal yang berada di lingkungan sekitar dan menjadikannya suatu ide.
3.2.2 Analisis Target Audiens
Perancangan program ini ditujukan untuk anak-anak usia 7-9 tahun.
Pada dasarnya anak-anak usia 7-9 tahun cenderung memiliki rasa
ingin tahu yang sangat tinggi serta dapat menerima informasi serta
berkembang dengan mudah.
3.2.3 Perancangan Karakter

11
Sebelum mendesain secara visual, diperlukannya pembentukan
konsep karakter secara tertulis. Perancangan karakter terlebih
dahulu melakukan studi pustaka visual agar memiliki karakter yang
tepat.Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah “Deskripsi
Karakter” dimana berbagai hal yang menyangkut karakter tersebut
dijabarkan seperti nama, umur, jenis kelamin, panggilan,
kepribadian, keahlian, kelebihan kekurangan dan sebagainya.
Selanjutnya adalah “Segitiga Karakter”, dimana hubungan antara
karakter yang satu dan lainnya dijelaskan. Yang terakhir adalah
Tahapan Karakter dimana untuk merancang karakter yang terkesan
hidup mereka harus mengalami pengembangan sifat berdasarkan
jalan cerita dan lingkungan, tahapan tersebut meliputi
intrapersonal, interpersonal, tim, komunitas, kemanusiaan.
3.2.4 Pengembangan Konsep Naskah
Dalam merumuskan naskah, biasanya dirumuskan dengan "karakter
+ punya tujuan + memiliki halangan". Kemudian langkah
selanjutnya adalah menentukan. Plot atau alur cerita. Penyusunan
plot dilakukan dengan cara penyesuaian terhadap jenis cerita yang
akan dibuat, biasanya alur cerita dibuat berdasarkan tiga babak
yaitu perkenalan karakter, petualangan karakter, dan kesimpulan.
3.2.5 Menentukan Sketsa Ilustrasi
Sketsa Ilustrasi menggunakan storyboard agar dapat menjelaskan
isi dari produk ini secara mendetail setelah sinopsis dibuat.
Storyboard adalah suatu sketsa gambar yang disusun secara
berurutan sesuai naskah cerita, dengan storyboard maka pembuat
cerita dapat menyampaikan ide cerita secara lebih mudah kepada
orang lain, karena dengan storyboard maka pembuat cerita dapat
membuat seseorang membayangkan suatu cerita mengikuti
gambar-gambar yang sudah tersaji, sehingga dapat menghasilkan
persepsi yang sama dengan ide cerita yang dibuat.
3.2.6 Menentukan Warna
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan untuk produk buku cerita
ilustrasi ini dibuat sesuai dengan target audience yaitu anak-anak
usia 7-9 tahun maka memilih warna yang cerah dan berkesan
menyenangkan bernuansa budaya agar menarik untuk dibaca.
Karya ilustrasi ini menggunakan teknik digital, dengan palet warna
dominasi dan atribut yang dipilih sebagai berikut:

12
Gambar 3.2.6 Palet Warna
(Sumber : Cita Aprilia Kartikasari, 2018)

3.2.7 Visualisasi Karakter dan Ilustrasi


Menurut Ranang A. Sugihartono dkk (2010:91) visualisasi karakter
yaitu menciptakan karakter yang memiliki ciri khas dan
kepribadian yang mana rancangan karakter sudah terkonsep sejak
awal pembuatan sinopsis yang dilanjutkan pada tahap visual. Jadi
visualisasi karakter dapat diartikan sebagai suatu cara melihat
sebuah karakter dan menerjemahkan pesan atau sesuatu yang
terkandung dari visualnya (gambar) atau merupakan ungkapan
yang dituangkan dalam sebuah gambar yang berupa karakter
ataupun yang lainnya sehingga dari tampilan tersebut dapat
memberikan atau menyampaikan sebuah informasi. Visualisasi
tokoh memperlihatkan bahwa setiap karakter memiliki tampilan
visual sesuai dengan bentuk style yang digunakan di awal
perancangan, dan setiap karakter tokoh yang diciptakan selalu
memiliki latar belakang dan alasan kenapa dibuat sedemikian rupa.

Gambar 3.2.7.1 Gambar 3.2.7.2


(Sumber : Vooks, 2020) (Sumber : Vooks, 2020)
3.2.8 Pemilihan Tipografi

13
Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai ‘visual
language’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah
salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke
halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada tipografi adalah untuk
mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke
pengamat. Secara tidak sadar manusia selalu berhubungan dengan
tipografi setiap hari, setiap saat. Pada merek dagang komputer yang
kita gunakan, koran atau majalah yang kita baca, label pakaian
yang kita kenakan, dan masih banyak lagi. Hampir semua hal yang
berhubungan dengan desain komunikasi visual mempunyai unsur
tipografi di dalamnya. Kurangnya perhatian pada tipografi dapat
mempengaruhi desain yang indah menjadi kurang atau tidak
komunikatif.

3.2.9 Proses Pencetakan Final


Tahap selanjutnya setelah melalui proses perancangan ilustrasi
pada buku cerita bergambar ini dilakukan proses pembuatan
dummy. Hal ini dilakukan karena pada buku cerita ilustrasi ini
memiliki visualisasi menarik dan memiliki format tiga dimensi
yang dapat digerakkan agar mempermudah proses final. Berikut
adalah langkah-langkahnya:
a. Cutting
Melakukan pengguntingan pada hasil cetakan sesuai dengan
pola yang sudah dibuat, satu persatu lembaran dan bagian dipotong
menggunakan cutter dan gunting untuk merapikan.
b. Scrapping out
Setelah semua lembaran dan bagian terpotong, dilakukan
pemisahan dan pengelompokan berdasarkan master karya,
merapikan kembali potongan dengan gunting yang lebih kecil.
c. Hand Assembly
Setelah mendapatkan bagian-bagian buku cerita yang bisa
digerakkan atau buku putar dirasa sudah baik kualitasnya proses
selanjutnya adalah proses perakitan dan menyatukan tiap bagian
kedalam satu frame sesuai dengan master karya. Proses melipat,
memberi perekat setiap bagian buku hingga menjadi satu kesatuan.
d. Finishing
Proses selanjutnya adalah penjilidan. Setelah bagian menjadi
satu kesatuan dilanjutkan proses penjilidan buku, dalam proses ini
setiap halaman disatukan menjadi sebuah buku dan dijilid.

14
3.2.10 Distribusi Media
Distribusi media yang akan dilakukan untuk penyebaran buku ini
adalah melalui penerbitan buku cerita, agar buku cerita ilustrasi ini
dapat dinikmati oleh seluruh warga Indonesia. Langkah pertama
yang harus dilakukan sebelum memasukkan naskah kepada
penerbit adalah mencari penerbit yang sesuai dengan kategori buku
cerita ilustrasi. Kemudian apabila sudah menemukan penerbit yang
sesuai, tahapan selanjutnya adalah mengikuti syarat dan ketentuan
untuk dapat menerbitkan buku pada penerbitan.
a. Pelajari penerbit (kenali penerbit)
Sebelum mengirim naskah ke penerbit, pelajari terlebih dahulu
kategori mana penerbit mayor, indie atau publishing. Berpikir
dengan matang tentang gambaran penerbit yang bersangkutan
seperti apa.
b. Perhatikan syarat pengiriman naskah
Tidak semua penerbit mau menerima naskah yang dikirim oleh
penulis, jadi baiknya untuk memperhatikan syarat-syarat yang telah
ditentukan penerbit. Ada Pula yang bersedia menerima kiriman
naskah lewat email dan ada pula yang harus melalui pos. Jadi
sebaiknya dipahami baik-baik syarat dan ketentuan yang berlaku
sebelum mengirim naskah cerita.
c. Lampirkan data diri dan sinopsis buku
Sinopsis atau ringkasan cerita bukan hanya sekedar ringkasan cerita
yang terdapat pada sampul buku. Pihak editor penerbit akan
membenahi sinopsis yang dikirim, jika dinilai menarik maka akan
dilanjutkan pada prosedur berikutnya.
d. Jangka waktu pemberitahuan atau konfirmasi
Penulis yang mengirimkan naskah ke penerbit seperti ini tidak
hanya satu atau dua orang namun ada banyak antrian. Sehingga
harus sabar dan menunggu waktu apakah nantinya naskah saudara
diterima atau ditolak, kira- kira sekitar 3-4 bulan ada pula yang
kurang dari 2 bulan, tergantung antrian penulis yang mengirimkan
naskah ke penerbit.

Setelah semua tahap selesai dilewati, hal selanjutnya adalah


menunggu pihak penerbit untuk me-review naskah dan ilustrasi
yang telah kita buat dan kita upload. Menunggu jawaban melalui
email dari pihak penerbitan. Ketika pihak penerbit menyetujuinya
maka langkah selanjutnya adalah menyebar luaskannya ke
masyarakat luas.

15
Dalam program ini, distribusi media tidak dilakukan kerjasama
dengan penerbit. Program ini dilaksanakan dengan skala kecil
terlebih dahulu, yaitu dengan mendistribusikan kepada siswa-siswa
SDN Percobaan Surabaya. Yang kemudian hasilnya diharapkan
dapat memuaskan. Sehingga dikemudian hari program ini dapat
dilaksanakan dengan skala besar, ke seluruh Indonesia untuk
meningkatkan minat baca anak-anak, dengan alur proses seperti
yang telah dijelaskan.

Maka dalam program ini metode pelaksanaan distribusi media ini


yaitu sebagai berikut :
1. Proses pembuatan media buku cerita dari awal sampai dicetak.
2. Survey lokasi mitra SDN Percobaan Surabaya, dan melihat sarana
apa saja yang diperlukan.
3. Melaksanakan pengenalan media buku cerita bergambar kepada
anak-anak
4. Mengajak siswa-siswi untuk mengeksplorasi dan mengapresiasi
buku cerita yang mereka baca.
5. Mengamati proses berlangsungnya program dan menyimpulkan
program berjalan dengan baik atau masih ada yang perlu
diperbaiki.
6. Memberikan media buku-buku cerita kepada mitra, untuk
meningkatkan menambah referensi bacaan perpustakaan. Sehingga
siswa-siswi semangat untuk membaca.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa:
Untuk anak usia sekolah dasar kelas rendah, gambar memiliki peran
penting dalam proses belajar membaca dan menulis. Buku bergambar lebih
memotivasi mereka untuk belajar. Dengan buku cerita yang terdapat
gambar-gambar ilustrasi yang menarik dan representatif, anak-anak akan
terbantu dalam proses memperkaya pemahaman dalam cerita. Buku-buku
bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan
terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus
mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat anak untuk membaca
buku. Diharapkan agar anak-anak yang membaca buku ilustrasi ini bukan
hanya melihat dan membaca saja namun ikut berinteraksi agar lebih
memahami apa yang dimaksud di dalam buku ini dengan cara yang lebih
menyenangkan, dapat membantu daya imajinasi dan menambah wawasan
visual dalam diri anak serta anak dapat mengetahui objek-objek yang
belum pernah dilihat oleh mereka sebelumnya.
4.2 Saran
Kami menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat
dalam diri kami. Oleh karena itu saran dan kritikan akan makalah dari
pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan karya tulis ini.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, diharapkan karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi kepada pembaca

17
dalam upaya meningkatkan minat baca anak sejak dini melalui buku cerita
bergambar.

DAFTAR PUSTAKA

Bishonen’, “. K. (2014). ‘Perancangan Karakter Game Visual Novel “Tikta


Kavya” dengan Konsep Visual Bishonen’. JURNAL SAINS DAN SENI ,
Vol. 03, No. 02.
Dewi, A. E. (2016). Bank BRO (Be Reading Opportunity),. Retrieved from
http://pkm.umj.ac.id/
Djamil, M. N. (2013). Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: :Sinar Grafika.
Dosen Pendidikan. (2014). Retrieved from Pengertian Storyboard:
https://www.dosenpendidikan.co.id/
H Adipta, M. d. (n.d.). Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Sebagai Sumber
Bacaan Siswa SD, Vol. 01 No.05, hh. 989-992.
Kartikasari, C. (2018). Perancangan Buku Cerita Bergambar Bertema Profesi
untuk Anak-Anak. Retrieved from OSFHOME: https://osf.io/mcnhy/
Musfiroh., T. (2005). In Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.
Jakarta: : Depdiknas. Retrieved from Bermain Sambil Belajar dan
Mengasah Kecerdasan.
Mustakim, M. N. (2005). Peranan Cerita Pembentukan Perkembangan Anak TK.
Jakarta: Depdiknas.
Nurgiyantor, B. (2005). In Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Putri, A. M. (2015). Baturan Reading and Learning, Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah UNS. Retrieved from https://eprints.uns.ac.id/

18
Rencanamu. (2018). Retrieved from 4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik
Bagi Pemula: https://rencanamu.id/
Rivai., N. S. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensinda.
Santoso, H. (2008). Perpustakaan Digital Universitas Negeri Malang. Retrieved
from Membangun Minat Baca Anak Usia Dini Melalui Penyediaan :
http://digilib.um.ac.id/
Sudarsana, U. (2016). Universitas Terbuka Repository. Retrieved from Pembinaan
Minat Baca: http://repository.ut.ac.id/
Wijaya, P. (1999). ‘Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual’. NIRMANA ,
Vol. 01, No. 01.
Witanto, J. (2018). Retrieved from Minat Baca yang Sangat Rendah:
https://www.researchgate.net/

19

Anda mungkin juga menyukai