Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ILMIAH

PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


DALAM BUKU CERITA SEBAGAI PENDIDIKAN UNTUK ANAK-ANAK

Dosen Pembimbing

Ananda Putriani, S.Pd., M.Pd.

Oleh

Calista Audrey Sutikno

Program Studi Desain Komunikasi Visual


Fakultas Seni dan Desain
Universitas Multimedia Nusantara
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
diberikan-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Peranan Desain Komunikasi Visual dalam Buku Cerita Sebagai Pendidikan untuk Anak-
Anak”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ananda Putriani, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pengajar Studi Humaniora Mata
Kuliah Bahasa Indonesia untuk Kelas W, sekaligus Dosen Pembimbing dalam
pembuatan makalah ini;
2. Dosen-dosen Studi Humaniora Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang ikut terlibat
dalam pembuatan materi perkuliahan;
3. Kedua orang tua saya, Sugiyanto Sutikno dan Jie Mei Chun, merupakan sosok
yang mendidik, menjaga, merawat serta memotivasi saya;
4. Teman maupun rekan dekat saya yang selalu memberi semangat serta nasihat;
5. Pihak-pihak lain yang ikut terlibat, namun saya tak bisa menyebutkan semuanya
satu per satu.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, baik dalam pemilihan kata, ejaan, dan lainnya. Kritikan, saran, dan masukkan
sangat saya harapkan dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih berguna dan bermanfaat
bagi semua. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Kediri, 7 April 2021

Penyusun

Calista Audrey Sutikno

Halaman | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN DAN HASIL ........................................................................ 4

A. Pendidikan Anak ................................................................................................ 4


B. Desain Komunikasi Visual dan Buku Cerita Anak ............................................ 6
C. Peran Produk DKV Buku Cerita Anak dalam Pendidikan Anak ....................... 8
D. Hasil Penelitian ................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 22

A. Simpulan .......................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

Halaman | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Awal sejarah manusia dalam melakukan kegiatan komunikasi terlihat pada masa
nomaden. Manusia purba melukis dengan batuan mineral sebagai tinta, jari sebagai kuas, dan
dinding gua sebagai alas. Kisah kehidupan nenek moyang manusia tersebut terpapar dalam
lempengan dinding batu pada gua. Pada kenyataannya, manusia belum mengenal aksara dan
bahasa pada masa itu, namun mampu berkomunikasi dengan sesama lewat visual. Pada
awalnya gambar pada dinding gua maupun cadas ini diyakini hanya sebagai “Art for the art’s
sake”, namun akhirnya dibantah dengan pendapat baru yaitu Sympathetic magic (Gagatraino,
2019). Inti pendapat sympathetic magic ialah gambar yang dibuat dapat menjadi kenyataan
(Gagatraino, 2019). Sympathetic magic yang dimaksud adalah semacam cara berdoa pada
waktu itu, misalnya dengan harapan mampu mendapat hewan buruan. Ada yang juga
mengkaitkan gambar cadas dengan kesuburan hewan dan seksualitas manusia, namun semua
ini belum pasti kebenarannya (Whitley dalam Gagatraino, 2019). Hal ini mempertegas bahwa
manusia sudah mulai mencoba untuk berkomunikasi dengan sesama maupun lingkungannya
melalui gambar. Usaha menggambar pada bebatuan ini menjadi cikal bakal desain komunikasi
visual dalam sejarah peradaban manusia.

Desain komunikasi visual dapat dijelaskan sebagai tata cara dalam menggunakan
berbagai media visual untuk berkomunikasi. Desain komunikasi visual menurut pendapat
Sanyoto merupakan pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang
bersifat kasat mata (Tinarbuko, Desain Grafis Indonesia, n.d.). Dapat dijelaskan bahwa fungsi
keseluruhan dari DKV itu sendiri adalah kemampuan desain untuk menyampaikan pesan
maupun gagasan dari para desainer visual dengan memperhatikan prinsip serta unsur sebuah
desain. Kehidupan manusia era ini tidak bisa terlepas dari pengaruh desain, sebagai contoh
adalah penggunaan media sosial yang kian marak di kalangan masyarakat. Desain pada media
sosial mampu melakukan komunikasi, misalnya emoji yang memuat makna tertentu seperti
perasaan atau simbolisasi dari agama, suku, negara, dan sebagainya. Pengaruh desain
komunikasi visual tidak terbatas pada orang dewasa. Anak-anak dapat mengonsumsi desain
dan terbukti dari munculnya beberapa produk desain yang ditujukan untuk anak, misalnya buku
cerita anak bergambar.

Halaman | 1
Buku cerita anak bergambar merupakan salah satu produk DKV yang mampu mendidik
anak. Buku cerita anak memanfaatkan imajinasi, unsur seni serta prinsip desain sehingga anak-
anak tertarik untuk membaca. Usia anak-anak merupakan masa penting pada tiap individu
manusia. Tidak ada kata “terlalu cepat” untuk membacakan buku cerita bagi anak (Adrian,
2018). Bayi bahkan perlu dibacakan cerita anak untuk membantu perkembangannya.
Pendidikan anak dinilai penting bagi masa depan mereka. Profesi di masa depan yang akan
mereka dapat tidak hanya sekadar berdasarkan kemampuan akademis mereka, namun juga
kemampuan secara moral. Dalam hal ini, buku cerita anak dikatakan mampu berdampak bagi
anak. Penyusun tertarik dan ingin mengetahui seberapa jauh serta efektivitas buku cerita anak
bergambar dalam pendidikan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah ditulis sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor yang memengaruhi peranan DKV dalam mendidik anak lewat
buku cerita anak?
2. Bagaimana DKV berperan dalam mendidik anak melalui prinsip dan unsur desain
yang ada dalam buku cerita anak?
3. Apakah peran DKV dalam mendidik anak lewat buku cerita anak merupakan solusi
yang efektif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi peranan DKV dalam mendidik anak


lewat buku cerita anak.
2. Mengetahui peran DKV dalam mendidik anak melalui prinsip dan unsur desain
yang ada dalam buku cerita anak.
3. Mengetahui keefektifan peran DKV dalam mendidik anak lewat buku cerita anak.

Halaman | 2
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan bagi para pembaca mengenai peran penting buku
cerita anak bergambar serta keefektifannya dalam mendidik kemampuan
akademis maupun non-akademis yang dimiliki oleh anak.
2. Sebagai tambahan wawasan untuk orang tua mengenai peran penting buku
cerita anak bergambar serta keefektifannya dalam mendidik kemampuan
akademis maupun non-akademis yang dimiliki oleh anak, sehingga mampu
mendidik dan membantu perkembangan anak lebih baik.
3. Sebagai referensi awal bagi para penulis buku cerita anak bergambar untuk
menghasilkan buku cerita yang dapat digunakan oleh orang tua untuk mendidik
anak.
4. Sebagai referensi dasar untuk penelitian lebih lanjut.

Halaman | 3
BAB II
PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Pendidikan Anak

Pendidikan dapat dipandang sebagai sebuah disiplin terhadap metode belajar-mengajar


secara formal dan sistematis di lingkungan sekolah maupun lingkungan serupa lainnya.
Keberadaan lembaga sekolah dilihat sebagai tempat dimulainya sebuah pendidikan. Transmisi
ilmu serta nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dilakukan antara seorang spesialis atau
pendidik dengan yang didik adalah murid. Secara harafiah, pendidikan dijelaskan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Pendidikan yang dimaksud dalam
KBBI daring tersebut bersifat pengertian secara luas, di mana segala kegiatan yang mampu
memberikan ajaran, didikan atau pelatihan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, hingga sosial
luas merupakan wujud dari pendidikan.

Dalam kegiatan belajar, anak-anak cenderung menirukan sesuatu yang ada disekitar
mereka. Perilaku ini telah dijelaskan dalam teori pembelajaran sosial (social learning) oleh
psikolog asal Kanada, Albert Bandura. Teori ini menekankan pentingnya pengamatan subyek
yang ingin dicontoh dan meniru setiap tingkah laku, sikap serta reaksi emosinya. Montgomery
(dalam Maulana, PsikologiHore, 2017) berpendapat bahwa belajar sosial terjadi dalam empat
tahapan, yaitu (1) kontak dekat, (2) imitasi terhadap pihak superior, (3) memahami konsep
perilaku yang ditiru, (4) perilaku model peran. Maulana (2017) mengutip pendapat Julian
Rotter dalam Social Learning and Clinical Psychology (1954), dimana Rotter menyatakan
bahwa dampak dari seuah perilaku mampu memberi pengaruh pada motivasi sesoerang untuk
melakukan hal yang serupa. Konsep dasar pada teori ini yaitu

a. Harapan/ekspetasi
Seseorang mampu mewujudkan keinginan atau gagasan dalam sebuah lingkungan,
namun kepercayaannya harus sesuai dengan lingkungan tersebut.
b. Belajar observasional
Suatu individu belajar melalui pengamatan terhadap lingkungan yang ada di
sekitarnya, kemudian menyesuaikan dengan dirinya dan mempraktikkan di tengah
masyarakat.

Halaman | 4
c. Kapabilitas behavioral
Pengetahuan suatu individu mempengaruhi perilakunya. Apabila mendapat respon
positif, anak akan mengulang perilaku yang sama sedangkan respon negatif akan
mampu membuat anak berhenti. Dari respon tersebut, anak akan mengetahui mana
yang salah dan yang benar.
d. Efikasi diri (Self-efficacy)
Kepercayaan terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh suatu individu. Sikap yakin
terhadap pengetahuan yang dimiliki ini membuat anak mampu percaya diri dalam
tindakannya. Sebaliknya, bila ada respon negatif yang mampu menurunkan tingkat
kepercayaan maka anak akan mengetahui tindakannya adalah salah.
e. Determinisme Resiprokal
Perilaku antar individu yang saling meniru satu sama lain di saat mereka
berinteraksi. Lingkungan tempat individu tersebut berada akan ditiru.
f. Reinforcement
Respon sekitar yang mendorong maupun menjatuhkan suatu individu dalam
berperilaku.

Eksperimen psikologi bernama Bobo Doll Experiment dilakukan oleh Bandura,


Dorothea Ross, dan Sheila A. Ross pada tahun 1961 dan 1963. Eksperimen ini bertujuan untuk
mempelajari sikap agresif anak-anak lewat kegiatan observasi. Dalam eksperimen, boneka
bernama Bobo diberi perlakuan kasar oleh orang dewasa. Anak-anak yang menjadi partisipan
dalam eksperimen menyaksikan perilaku tersebut, kemudian diminta bermain dengan Bobo.
Ketika mereka bermain, mereka ikut berperilaku kasar, seperti yang dilakukan oleh orang
dewasa tadi. Melalui studi ini, Bandura mampu mengidentifikasi tiga konsep dasar yang
diperlukan dalam pembelajaran secara observatif, yakni

a. Model langsung (live model)


Model ini merupakan individu yang mendemonstrasikan perilaku secara langsung
dan nyata. Model langsung yang dimaksud adalah seperti orang tua, guru dan orang-
orang dewasa yang ada di sekitar, yang mampu dijadikan panutan langsung oleh
anak.
b. Model simbolik (symbolic model)
Merupakan model fiktif ataupun nyata, yang menunjukkan perilakunya ke dalam
media seperti buku, acara televisi, dan media lainnya.
c. Model instruksi verbal

Halaman | 5
Deskripsi dari suatu perilaku, misalnya seperti mendengarkan seseorang berbicara
lewat media apapun.

Dengan demikian, pembelajaran secara observasi tidak hanya sekadar melihat orang
melakukan suatu hal, namun dengan membaca, mendengarkan, dan menonton perilaku model.
Sebagai contoh, anak-anak mampu menirukan perkataan orang tuanya, sehingga mereka
terlatih untuk berbicara. Anak melihat, mendengar dan juga merasakan dengan indra mereka
sehingga bisa menirukan apa yang diucapkan orang tuanya.

B. Desain Komunikasi Visual dan Buku Cerita Anak

Desain dan komunikasi dapat disatukan menjadi Desain Komunikasi Visual (disingkat
dengan DKV). DKV merupakan salah satu cabang ilmu desain yang mempelajari konsep
komunikasi melalui berbagai media yang dapat berupa gambar, tatanan huruf, video, media
interaktif dan media visual lain agar gagasan yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan (Thabroni, 2019b). Thabroni (2019b) menyatakan bahwa pendapat
Kusrianto serupa dengan pengertian sebelumnya, dengan tambahan langkah berupa
pengolahan elemen grafis. Ruang lingkup dari DKV yang sering dijumpai di dalam masyarakat
adalah desain periklanan, desain grafis industri yang biasanya digunakan untuk kemasan
produk, desain grafis media terbit, fotografi, ilustrasi dan sebagainya. Dengan luasnya ruang
lingkup tersebut, produk dari DKV tersedia dalam bermacam bentuk serta fungsinya masing-
masing. Fungsi dasar DKV menurut Cenadi (1999) adalah sebagai berikut

a. Sarana identifikasi
Suatu individu maupun sebuah lembaga atau perusahaan dapat dikenal dengan ciri
khas berupa pesan dan gagasan masing-masing. Identitas merupakan cerminan
kualitas dan nilai jual, yang berhubungan dengan citra pada masyarakat. Apabila citra
tersebut baik, maka nilai jual bisa tinggi.
b. Sarana informasi dan instruksi
Desain komunikasi visual mampu memuat informasi maupun menunjukkan hubungan
antara suatu hal dengan lainnya dalam bentuk sebuah petunjuk, arah, posisi, dan skala;
contohnya seperti peta, penunjuk arah, diagram, dan sebagainya.
c. Sarana presentasi dan promosi
Desain komunikasi visual dimanfaatkan untuk membantu penjualan sebuah produk
ataupun jasa dengan desain yang menarik serta persuasif. Tujuannya sendiri adalah

Halaman | 6
untuk menyampaikan pesan, menarik perhatian secara visual hingga membuat pesan
yang terkandung dalam desain dapat terus diingat.

Salah satu produk dari DKV yang mampu dimanfaatkan sebagai cara mendidik anak
adalah buku bacaan untuk anak. Buku bacaan anak adalah buku yang dibuat setara dengan
kemampuan membaca dan minat anak usia tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, dimulai
dari prasekolah hingga kelas 6 SD (InternetArchive, 1983). Anggriawan (2017) menyimpulkan
bahwa buku bacaan anak adalah cerita yang berasal dari pengalaman dan gambaran keseharian
yang ditunjukkan untuk anak dengan penulisan dari sudut pandang anak. Pada umumnya,
bacaan anak seperti cerita anak memuat kalimat singkat, dengan pemilihan kosakata dan tata
bahasa yang lebih sederhana dibanding sastra dewasa. Tujuannya agar teks bisa dibaca oleh
anak-anak, baik dalam hati ataupun secara lisan dengan lantang; bisa juga dibacakan oleh orang
dewasa bagi anak-anak yang belum bisa membaca.

Bacaan untuk anak lebih mengedepankan elemen ilustrasi di dalamnya, seperti buku
cerita anak, dibandingkan dengan sastra dewasa; semakin muda umur pembacanya, maka
ilustrasi pun semakin banyak. Untuk pembaca anak yang masih dalam tahap pengembangan
kosa kata, bacaan yang justru memuat banyak tulisan akan dianggap tidak semenarik buku
cerita dengan ilustrasi yang mampu menambahkan kedalaman, konteks, detail (Floyd, 2017).
Floyd (2017) menjelaskan bahwa ketika sebuah buku cerita bergambar sedang menyoroti
respon maupun memperkuat intensitas tindakan tokoh dalam cerita, anak yang membaca
memiliki kesempatan untuk membedah lalu menafsirkan maknanya. Menurutnya, hal ini
membantu perkembangan anak dalam kemampuan analitis dan komunikasi. Penggambaran
adegan yang baik dalam buku cerita bergambar anak sebenarnya membantu perkembangan
kosakata membaca anak dibanding hanya dengan membaca teks tertulis. Floyd (2017)
menegaskan bahwa apabila cerita anak hanya berupa teks saja, setiap aspek cerita harus
dibatasi dengan kosakata bacaan anak, yang berada pada tingkatan yang lebih rendah dibanding
dengan kosakata lisan mereka; pilihan tindakan yang dilakukan oleh karakter cerita juga tidak
boleh rumit maupun ambigu. Dari sedikit penjelasan yang telah disampaikan, maka tujuan dari
keberadaan buku cerita anak yaitu (PBC Expo, 2019):

a. Memperkenalkan anak terhadap kegiatan membaca, sehingga anak menjadi tahu


betapa penting kegiatan membaca;

Halaman | 7
b. Mendorong terjadinya aktivitas komunikasi secara lisan dan aktivitas lainnya,
seperti menghitung ataupun kegiatan kreatif seperti mewarnai; hal ini mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi anak;
c. Membantu menciptakan relasi yang mendalam antara orang dewasa atau orang tua
dengan anak; dan
d. Memperkuat kemampuan berpikir visual anak-anak, sehingga anak mampu
mengkaitkan hubungan antara gambar dengan kata-kata, cerita serta makna di
dalamnya;
e. Memperkenalkan anak terhadap seni untuk pertama kalinya, serta kegiatan-kegiatan
baru yang belum pernah anak lihat (seperti bertarung, menari dan sebagainya);
f. Memupuk sikap anak sebagai pendengar yang baik;
g. Memperkenalkan konsep kompleks dalam lingkungan yang aman, seperti berbicara
mengenai kematian, agama dan sebagainya; melalui buku cerita akan membantu
anak untuk lebih memahami dengan baik serta menimbulkan pertanyaan bagi diri
sendiri, yang berkaitan dengan cerita; serta
h. Pengembangan kosakata pada anak-anak.

C. Peran Produk DKV Buku Cerita Anak dalam Pendidikan Anak

Dalam mengedukasi anak, buku cerita anak yang memuat banyak elemen visual atau
ilustrasi dibandingkan teks. Visual tersebut digunakan untuk membantu menjelaskan lebih
dalam mengenai konteks dari cerita berupa teks tertulis. Kelayakan sebuah buku cerita anak
perlu diperhatikan agar mampu berperan dalam pendidikan anak. Anggriawan (2017) menarik
kesimpulan dari pendapat Christiantowati, bahwa buku cerita anak yang baik memiliki kriteria
(1) memberikan kesan positif bagi pembacanya, (2) bahasa yang digunakan tidak
membosankan dan sesuai dengan usia anak yang dituju dan (3) isi dari buku mudah untuk
dipahami. Untuk mencapai kriteria serta tujuan buku cerita, maka diperlukan peran yang baik
dari buku cerita anak sebagai media yang mendidik. Agar mampu berperan, maka buku cerita
anak perlu memuat:

1. Unsur cerita, terdiri dari:


a. Tokoh, adalah unsur yang selalu menarik perhatian serta kesan di dalam cerita
anak (Ahmad, 2021). Dalam cerita anak, tokoh utama identik dengan tokoh
berwatak baik agar anak mampu meniru tindakan baik dari tokoh. Supaya para

Halaman | 8
pembaca anak mengetahui siapa tokoh utama dalam cerita, tokoh protagonis
tersebut harus terlihat menonjol dari yang lainnya, baik dari fisik luar tokoh.
b. Latar/setting, adalah acuan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita secara waktu,
tempat dan suasana. Dalam cerita anak, latar perlu diberikan secara jelas untuk
mempermudah anak dalam memahami jalan cerita.
c. Alur cerita, merupakan deretan peristiwa dalam cerita yang terjadi secara teratur.
Alur di awali dengan pengenalan masalah terlebih dahulu untuk menarik minat
anak untuk terus lanjut membaca, biasanya terdapat dalam halaman satu maupun
dua. Anak-anak mempunyai kesulitan untuk memahami alur yang rumit karena
keterbatasan dalam berpikir lebih jauh, sebab usianya masih sangat muda, tidak
seperti orang dewasa. Tidak hanya itu, tingkat konsentrasi anak kecil dalam
membaca menurut para ahli perkembangan anak bermula dari anak umur 4 tahun
adalah sekitar 8 hingga 12 menit saja; anak umur 6 tahun sekitar 12 hingga 18
menit (Gobbell, 2020). Para ahli menyimpulkan bahwa fokus membaca seiring
usia akan bertambah 2 menit per umur manusia (Gobbell, 2020). Oleh karena itu,
alur perlu dibuat secara jelas, sederhana, dan langsung ke dalam inti yang ingin
disampaikan.
d. Tema, adalah gagasan yang mengikat sebuah cerita (Ahmad, 2021). Ahmad
(2021) berpendapat; tema sebagai gagasan yang ingin disampaikan dapat
diuraikan melalui unsur intrinsik cerita. Dalam hasil penelitian yang dilakukan
oleh Gómez dan Maker (2011), anak-anak cenderung membuat cerita bertemakan
pengalaman yang dialami sehari-hari seperti bermain atau belajar; setelah itu
adalah tema alam lingkungan, keluarga, fantasi-imajinasi, dan terakhir adalah
teman sebaya mereka. Tema dalam cerita anak tidak boleh mengangkat tema
dewasa yang cenderung bersifat negatif bagi perkembangan anak, seperti
kekerasan melebihi batas, aksi kriminal, pornografi, kekejaman serta kebrutalan.
Mengangkat tema yang rumit justru akan menghambat anak dalam memahami
amanat cerita. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam membuat cerita anak,
tema yang dapat diambil bisa berupa kegiatan positif yang bisa dilakukan oleh
anak seperti berbuat baik, dalam kegiatan spesifik, seperti menolong seseorang,
menyayangi seseorang maupun lingkungan, dan sebagainya; dengan
memerhatikan kemampuan pemahaman anak.
e. Sudut pandang, adalah perspektif jalannya sebuah cerita; baik dari sudut pandang
penulis maupun suatu tokoh dalam cerita. Untuk cerita anak, sudut pandang yang
Halaman | 9
digunakan biasanya adalah sudut pandang orang ketiga ataupun sudut orang
pertama karena mudah dipahami oleh anak-anak. Penggunaan sudut pandang
yang mengundang interaksi aktif positir pembaca anak seperti mengajak untuk
berhitung, menulis ataupun kegiatan sebagainya mampu meningkatkan
kemampuan anak, seperti dalam bidang akademis.
f. Moral, adalah pesan maupun amanat yang ingin disampaikan. Moral dalam cerita
anak mencerminkan nilai kasih sayang, persahabatan, kekeluargaan, serta nilai-
nilai positif lainnya. Hal ini dilakukan dengan harapan anak mampu menerapkan
nilai-nilai positif ini dalam kehidupan sehari-hari; yang berarti bahwa didikan
baik secara moral maupun akademis dalam buku cerita perlu dipertimbangkan
agar bisa ditiru anak.
g. Gaya/style, merupakan gaya tulis yang membedakan satu dengan penulis lainnya.
Menurut Ahmad (2021), penulis cerita juga ingin untuk mempengaruhi pembaca,
dalam hal ini anak-anak, untuk dapat memberikan sikap mengenai pesan ataupun
sebagaimana disampaikan atau diberikan di dalam cerita secara implisit.
2. Unsur seni rupa dan desain, terdiri dari:
a. Titik (dot), adalah unsur terkecil dan awal dari sebuah karya, koordinat tanpa
dimensi atau area (Thabroni, 2021). Thabroni (2021) memaparkan kembali
pendapat Sadjiman Ebdi Sanyoto, “secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk
disebut sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena obyek
tersebut berada pada area yang luas dan manakala dengan obyek yang sama dapat
dikatakan besar apabila diletakan pada area yang sempit”. Apabila dalam bidang
yang luas disebut dengan titik, namun apabila sebuah titik ada didalam bidang
yang berukuran kecil dapat disebut sebagai lingkaran.

Ilustrasi titik, salah satu unsur dari seni


rupa dan desain
Sumber: Serupa.id

Halaman | 10
b. Garis (line), merupakan hubungan dua titik/jejak titik yang bersambungan atau
berderet (Thabroni, 2021). Garis banyak ditemui dalam elemen visual dna
menjadi bagian yang terpenting dalan karya visual. Terdapat jenis garis:
1) Garis nyata, merupakan hasil gores langsung; dan
2) Garis maya atau semu, merupakan batas dalam suatu benda, sudut ruang,
sudut warna, bentuk sebuah volume, rangkaian massa dan lain-lain.

Garis juga membentuk kekhasannya sendiri; disebut dengan raut, terdiri atas (1)
garis lurus secara vertikal, horizontal, dan diagonal; (2) garis lengkung secara
kubah, busur, dan mengapung; (3) garis majemuk seperti zig-zag dan garis
ombak; (4) garis hasil penggabungan garis lurus, lengkungan, maupun majemuk.
Garis memiliki arah serta memuat karakter tersendiri dengan garis lainnya.
Menggunakan berbagai macam garis dalam karya visual buku cerita anak perlu
diperhatikan untuk mencapai efektivitas mendidik anak.

Ilustrasi garis, salah satu unsur dari seni


rupa dan desain
Sumber: Serupa.id

c. Bidang, adalah hasil dari pertemuan antara ujung garis yang membentuk sebuah
area tertutup berupa dwimatra / dua dimensi (Thabroni, 2021). Bidang terdiri dari
macam raut bidang, yaitu:
1) Raut bidang geometri;
2) Raut bidang non-geometri atau organik;
3) Raut bidang bersudut-sudut bebas; dan
4) Raut bidang gabungan.

Thabroni (2021) mengatakan bahwa bentuk bidang tidak hanya yang rata, sejajar
dan nyata; terdapat bidang yang bersifat maya, merupakan bentuk bidang yang
seolah membentuk perspektif dari hasil bidang lain, biasa terbentuk dari space
negatif.

Halaman | 11
Ilustrasi bidang, salah satu unsur unsur
seni rupa dan desain
Sumber: Serupa.id

d. Volume / Gempal / Bentuk, adalah komposisi titik, garis, serta bidang yang
menyerupai obyek tiga dimensi pada bidang dua dimensi. Macam dari bentuk
terdiri dari geometri, non-geometri serta gabungan antara keduanya.

Gempal / Volume / Bentuk sebagai


salah satu unsur unsur seni rupa dan
desain
Sumber: Serupa.id

e. Ruang, merupakan salah satu unsur yang memberi kesan keluasan, kesatuan,
kedalaman, jauh atau dekatnya suatu obyek (Thabroni, 2021). Ruang terdiri dari
dwimatra / dua dimensi dan trimatra / tiga dimensi. Dwimatra sebatas mengenal
arah horizontal, diagonal dan vertikal yang sejajar serta mengenal kedudukan di
kiri-tengah-kanan, atas-tengah-bawah, X dan Y. Trimatra mengenal kedalaman
dalam ruang.

Ilustrasi Ruang, unsur seni rupa dan


desain
Sumber: Serupa.id

Halaman | 12
f. Gelap terang (value), terdiri atas highlight (bagian terang) dan shading (bagian
gelap). Gelap terang merupakan unsur yang sangat mempengaruhi dalam
membuat bentuk tiga dimensi, dengan memberi penekanan bentuk.

Contoh Gelap Terang, unsur unsur


desain dan seni rupa
Sumber: Serupa.id

g. Tekstur, adalah rasa dari permukaan apabila permukaan tersebut disentuh atau
diraba, yang merupakan nyata dirasakan ataupun sekadar permainan warna dan
value alias semu. Pemberian tekstur memberi stimulus pada indera peraba serta
imajinasi untuk membayangkan “rasa” dari suatu permukaan.

Contoh Tekstur, unsur unsur seni rupa


dan desain
Sumber: Serupa.id

Halaman | 13
h. Warna, merupakan hasil dari cahaya memantul pada sebuah pigmen tertentu,
maka yang menetukan hasil warna adalah pigmen itu sendiri. Warna putih bersifat
memantulkan keseluruhan gelombang, sedangkan hitam menyerap keseluruhan
gelombang cahaya.

Warna, unsur seni rupa dan desain


Sumber: Serupa.id

3. Elemen-elemen DKV, terdiri atas:


a. Tata letak (layout), adalah pengaturan letak tampilan informasi visual yang biasa
diterapkan dalam buku, majalah, koran, laman situs dan sebagainya;
b. Tipografi, merupakan rancangan tatanan huruf yang digunakan untuk
menyampaikan komunikasi secara baik, dengan memerhatikan parameter
tipografi sebagai berikut:
1) Typeface;
2) Typefont (font);
3) Typestyle (gaya huruf), terdiri atas weight, width, dan angle.
c. Ilustrasi, baik yang dihasilkan dengan tangan ataupun fotografi;
d. Simbolisme, adalah perwakilan dari sebuah pesan agar mampu secara tidak
langsung dapat tersampaikan. Simbolisme terlihat dari:
1) Simbolisme warna, dengan menggunakan warna untuk menampilkan kesan-
kesan tertentu;
2) Simbolisme bentuk, adalah pemanfaatan bentuk-bentuk.
e. Warna, yaitu berfokus pada harmonisasi warna untuk memberi kesan indah.
f. Suara, yakni sebagai elemen pendukung yang terdapat dalam media bergerak
seperti video dan media interaktif lainnya.

Apabila ketiga poin tersebut dapat digunakan secara maksimal dalam pembuatan buku
cerita anak, maka buku cerita anak dapat berperan bagi pendidikan anak dengan:

Halaman | 14
a. Mengembangkan pemikiran anak dari pemikiran secara konkrit menuju pemikiran
abstrak yang lebih kompleks. Menurut Piaget dalam Halim & Munthe (2019, p.205),
perkembangan kognitif anak itu dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Dengan
artian lain bahwa cara berpikir anak ditolong oleh benda maupun peristiwa konkrit
yang bisa dia lihat, dirasakan maupun alami secara nyata (Halim & Munthe, 2019,
p. 205). Buku cerita anak memiliki fungsi sebagai pengenalan kosa kata baru, dengan
elemen visual ilustrasi ynag membantu anak untuk lebih memahami dan mengingat.
Hal ini membuat buku cerita anak memilki peran menambah kemampuan bahasa
pada anak-anak.
b. Membantu anak dalam belajar mengenai alam, orang lain serta hubungan yang
terjadi, dan pengembangan perasaan (Mitchell dalam Halim & Munthe, 2019, p.
205). Halim & Munthe (2019, p. 205) mengatakan, dengan demikian, anak dapat
memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya, menstimulasi
imajinasi, memperoleh kesenangan serta keberadaan di tengah masyarakat.
c. Menyampaikan materi ataupun ilmu pengetahuan untuk perkembangan anak yang
lebih optimal (Halim & Munthe, 2019, p.205).

D. Hasil Penelitian

Anak-anak masih dalam tahap perkembangan, maka untuk mencapai efektivitas yang
tinggi dalam mendidik anak melalui buku cerita anak bergambar perlu memperhatikan faktor
penghambat serta pendukung. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 17 April hingga
19 April 2021 melalui Google Form, anak-anak memiliki kecenderungan dalam memberikan
lebih banyak perhatian terhadap visual atau ilustrasi di dalam cerita. Survei dilakukan dengan
responden anak-anak serta pendamping, total jumlah 20 pasang. Pertanyaan yang diajukan
mengenai isi dari buku serta komponen di dalamnya, yang dianggap menarik oleh responden.

Pertanyaan untuk responden anak yang pertama, yaitu alasan mengapa responden anak
tertarik dalam membaca buku cerita anak, serta minat untuk terus membaca. Sebesar 80%
responden menjawab bahwa mereka tertarik dengan elemen visual atau ilustrasi di dalam buku
cerita anak, sedangkan 20% dari total responden menjawab bahwa justru cerita yang ada di
dalamnya menarik. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh responden anak secara umum yaitu
karena gambar-gambar dalam buku dianggap menarik dan penuh warna. Ada responden yang
memberikan alasan berupa; dengan melalui gambar yang ada, karakter dalam cerita menjadi
berkesan bagi mereka. Responden anak keseluruhan setuju bahwa bagian yang paling disukai

Halaman | 15
adalah gambar yang ada di dalam buku, dengan persentase minat untuk terus membaca buku
anak bergambar sebesar 80%. Minat anak terhadap genre buku cerita anak terlihat condong
pada buku cerita petualangan (sebesar 40%), sedangkan cerita tentang keluarga, fantasi, dan
fabel seimbang, dengan masing-masing persentase sebesar 20%.

20 responses

20 responses

20 responses

Diagram Lingkaran Hasil Survei


Sumber: Google Form

Halaman | 16
Pertanyaan untuk responden pendamping berupa hasil observasi yang pernah sengaja
maupun tidak sengaja mereka lakukan di saat responden membaca suatu buku cerita anak
bergambar. Responden pendamping ikut menyetujui bahwa bagian yang paling menarik adalah
visual dari cerita (80%), sedangkan posisi kedua yaitu cerita (20%). Responden pendamping
menjawab bahwa visual justru lebih menarik, serta mampu mengundang interaksi anak dalam
membaca; anak-anak menjadi lebih fokus dalam membaca apabila ada ilustrasi di dalam buku
cerita. Responden pendamping juga menjawab pertanyaan hasil observasi mereka terhadap
sikap anak di saat membaca, yaitu responden menjawab sebesar 60% bahwa anak-anak terlihat
lebih memfokuskan perhatiannya ke dalam gambar dibanding dengan permainan interaktif
(20%), sisanya menjawab tidak tahu. Responden menyatakan bahwa responden menjadi
merasa lebih dekat dengan anak apabila mendampingi dalam membaca buku cerita anak (60%),
namun ada responden yang menjawab tidak ada perubahan yang signifikan (20%); sebagian
menjawab tidak tahu atau memilih untuk tidak menjawab (20%). Responden beralasan bahwa
dengan membaca bersama merupakan sarana menjalin relasi yang lebih dekat dan hangat
dengan anak karena mampu menciptakan suasana yang bahagia di antara pendamping dan anak.

20 responses

20 responses

Halaman | 17
20 responses

Diagram Lingkaran Hasil Survei


Sumber: Google Form

Pengamatan responden terhadap perilaku anak setelah membaca buku cerita anak
menunjukkan bahwa sebesar 40% anak mampu cukup memahami pesan, amanat, maupun
pelajaran yang terkandung dalam cerita; salah satu alasan dibaliknya adalah anak dapat
memahami cerita melalui gambar yang ikut disertakan dalam buku cerita. Sebagian kecil (20%
dari responden) menjawab bahwa anak-anak sangat memahami pesan, amanat, maupun
pelajaran yang terkandung dalam cerita. Di sisi yang lain, sebesar 20% responden menjawab
bahwa anak-anak kurang dapat memahami pesan, amanat, maupun pelajaran yang terkandung
di dalamnya; salah satu alasan dibaliknya yaitu anak-anak hanya memahami ceritanya saja,
namun belum bisa mengartikan maksud dari cerita tersebut dengan baik. Persentase perubahan
sikap anak dari jawaban responden seimbang, yaitu 40% anak mengubah sikapnya menjadi
lebih baik; 40% anak justru tidak berubah ataupun tidak ada perubahan yang signifikan, sisanya
menjawab tidak tahu. Ada yang mengklaim bahwa setelah membaca, anak-anak mulai
menirukan apa yang ada di dalam buku itu. Responden secara keseluruhan menyepakati bahwa
buku cerita anak memanglah menarik dengan alasan bahwa (1) visual membantu anak dalam
memahami cerita, (2) membentuk momen yang berkesan bersama anak, (3) cerita menjadi
lebih hidup, (4) visual yang mampu menarik perhatian. Pada pertanyaan terakhir, responden
menjawab bahwa buku cerita anak penting (100%) dengan alasan yaitu (1) membangun
imajinasi yang aktif, (2) sebagai sarana edukasi dan kegiatan positif untuk anak, (3) membantu
perkembangan psikologis anak, (4) menambah wawasan anak.

Halaman | 18
20 responses

20 responses

Diagram Lingkaran Hasil Survei


Sumber: Google Form

Dari hasil yang didapat dari survei ini, terlihat bahwa pemikiran para ahli serta teori
sebelumnya mampu mendukung. Teori social learning terlihat pada kemampuan anak
menirukan apa yang ada di dalam cerita, yaitu menirukan model simbolik berupa tokoh utama
cerita. Tokoh utama menunjukkan sikap serta perilaku yang dapat dilakukan manusia, lebih
tepatnya dapat dilakukan anak-anak; kemudian mengundang ketertarikan anak untuk meniru.
Hal ini disebabkan karena tokoh utama sering disebut maupun muncul dalam gambar buku
cerita, sehingga ada banyak waktu untuk menstimulus ketertarikan anak. Buku cerita mampu
memuat instruksi ataupun petunjuk yang dapat dipahami anak-anak. Contoh kasus buku cerita
anak yang memuat instruksi yakni buku The Wizard of Oz terbitan Igloobooks yang memuat
instruksi untuk memutar hingga menarik kertas untuk membaca ceritanya. Pada halaman
pertama memuat instruksi untuk memutar roda kertas agar dialog tokoh Dorothy bisa muncul.
Pada halaman kedua, kertas karton tebal tersebut bisa ditarik untuk memunculkan adegan yang

Halaman | 19
berbeda. Anak-anak yang membaca akan tertarik untuk menarik maupun memutar kertas yang
ada di dalamnya. Visual atau ilustrasi pada buku cerita anak biasanya merupakan
penggambaran adegan teks cerita yang mampu memuat makna yang lebih dalam dibandingkan
dengan teks cerita saja. Ilustrasi mampu memuat informasi seperti kondisi emosi dan perasaan
tokoh ataupun suasana dalam cerita; watak dari tokoh, kondisi fisik dan sebagainya. Ilustrasi
pada buku anak biasanya merupakan penyederhanaan dari obyek nyata dan dapat diserap
langsung oleh anak, berbeda dengan teks cerita yang memerlukan pemikiran lebih dalam, yang
masih merupakan suatu hal sulit untuk dilakukan oleh anak.

Tampilan halaman pertama dan kedua


buku The Wizard of Oz terbitan
IglooBooks
Sumber: InspiringBooks (Youtube)

Peranan tiga muatan dalam buku cerita; unsur cerita, elemen DKV serta unsur seni rupa
dan desain penting untuk mencapai hal tersebut. Cerita yang dibuat sesuai dengan kriteria unsur

Halaman | 20
cerita anak berperan sebagai bagian inti dari buku, karena ceritalah yang memuat nilai
pendidikan bagi anak. Untuk menambah keefektifan penyampaian nilai pendidikan pada anak,
maka perlu peran dari elemen DKV serta unsur seni rupa dan desain. Tata letak, penggunaan
tipografi, ilustrasi, simbolisme, warna hingga suara (dalam buku cerita menggunakan
onomatopoeia) mendukung buku cerita dalam menarik minat baca anak serta sebagai media
penyampaian pesan. Pesan pada cerita anak dituang dalam unsur seni dan desain, yaitu berupa
titik, garis, bidang, volume, ruang, gelap terang, tekstur hingga warna. Unsur seni dekat dengan
elemen desain komunikasi grafis, namun kedua komponen cerita anak tersebut berperan
berbeda. Elemen DKV berfokus pada cara komunikasi pesan kepada pembaca, sedangkan
unsur seni dan desain berfokus pada penerjemahan serta melengkapi cerita. Keefektifan buku
cerita bergambar dalam pendidikan anak terlihat pada minat anak terhadap elemen visual yang
besar. Apabila elemen visual dimanfaatkan dengan maksimal melalui tiga muatan buku cerita
anak yang diolah dengan apik, maka keefektifan dapat tercapai secara maksimal.

Halaman | 21
Bab III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan anak tidak sekadar mengandalkan buku pelajaran yang berbasis teks secara
formal. Buku cerita bergambar merupakan aplikasi dari Social Learning Theory, dimana anak
akan menirukan apa yang mereka baca. Buku itu sendiri tersusun atas unsur dan elemen seni
dan desain. Melalui hasil survei, dapat diketahui bahwa buku cerita anak bergambar merupakan
salah satu solusi efektif dalam mendidik anak secara akademis maupun non-akademis. Hal ini
dapat dilihat dari daya tarik buku berupa elemen visual yang dapat dilihat serta bersifat sebagai
bahasa yang universal dan mampu mengungkapkan apa yang tidak bisa diungkapkan dalam
teks cerita.

B. Saran
Mendidik anak dengan buku cerita bergambar sangat disarankan bagi orang tua karena
efeknya yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, penyusun
memberi saran berupa:

1. Meluangkan waktu untuk membaca buku cerita anak bergambar bersama dengan
anak itu sendiri, demi mendidik sekaligus menjalin hubungan kekeluargaan yang
lebih mendalam, harmonis dan hangat;
2. Mendapatkan buku cerita anak melalui membeli dari toko buku ataupun
mendapatkannya lewat pemberian orang, meminjam, maupun cara-cara legal
lainnya;
3. Pendamping anak, baik orang tua maupun wali, perlu menguasai cara mendidik
anak dengan baik melalui buku cerita anak, dengan alasan bahwa kegiatan ini
tidak hanya sekadar membacakan cerita, namun juga kegiatan mendidik anak
yang menjadi penerus bangsa; dan
4. Menghargai eksistensi buku cerita anak dengan sering menggunakannya dalam
kegiatan membaca bersama anak.

Halaman | 22
Daftar Pustaka

Adrian, K. (2018). Jangan remehkan manfaat membacakan buku untuk anak sejak dini.
Alodokter. https://www.alodokter.com/jangan-remehkan-manfaat-membaca-untuk-
buah-hati-sedari-dini, Diakses pada 22 April 2021.

Ahmad. (2021). Pengertian Cerita Anak: Unsur, Jenis, Contoh dan Manfaatnya. Gramedia.
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-cerita-anak/, Diakses pada 15 April
2021.

Anggriawan, A. D. (2017). Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks unutk
anak sd kelas atas [Skripsi sarjana, Universitas Sanata Dharma]. Repository Universitas
Sanata Dharma. http://repository.usd.ac.id/23888/

Bacaan anak. (2021). Di Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.


https://id.wikipedia.org/wiki/Bacaan_anak

Baiturohmah, E. (2017). Bobo Doll Experiment: Sebuah Studi tentang Perilaku Imitasi Anak-
anak. Sahabat Kapas. https://sahabatkapas.org/bobo-doll-experiment-sebuah-studi-
tentang-perilaku-imitasi-anak-
anak/#:%7E:text=Bobo%20doll%20experiment%20adalah%20percobaan,anak-
anak%20terhadap%20perilaku%20agresif., Diakses pada 23 April 2021.

Cenadi, C. S. (1999). ELEMEN-ELEMEN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL.


NIRMANA, 01(01), 4–5. https://ojs.petra.ac.id/ojsnew/index.php/dkv/article/view/16036

Cherry, K. (2020). What the Bobo Doll Experiment Reveals About Kids and Aggression.
Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/bobo-doll-experiment-2794993 ,
Diakses pada 14 April 2021.

Cherry, K. (2019). How Does Observational Learning Actually Work? Verywell Mind.
https://www.verywellmind.com/social-learning-theory-2795074, Diakses pada 14 April
2021.

cucu. (2018). Desain Simbolis. Sekolah Desain | Belajar Desain Grafis Gratis.
https://sekolahdesain.com/desain-
simbolis/#:%7E:text=Desain%20simbolis%20adalah%20sebuah%20desain,ide%2C%2
0emosi%20kedalam%20sebuah%20desain.&text=Selain%20diartikan%20seperti%20di
atas%2C%20merah,bisa%20pula%20hasrat%20yang%20kuat, Diakses pada 14 April
2021.

Gagatraino, A. [Azmi Gagatraino]. (2019). Mengapa orang zaman prasejarah banyak


menggambar di gua? Apa gunanya? [Online Forum Post]. Quora.
https://id.quora.com/Mengapa-orang-zaman-prasejarah-banyak-menggambar-di-gua-
Apa-gunanya, Diakses pada 22 April 2021.

Floyd, S. (2017). Why Picture Books are so Important. August House.


https://www.augusthouse.com/single-post/why-picture-books-are-so-important, Diakses
pada 15 April 2021.
Gobbell, M. (2020). What Are Normal Attention Spans For Children? The Kid’s Directory
Family Resource Guide. https://www.kids-houston.com/2020/08/21/what-are-normal-
attention-spans-for-children/, Diakses pada 16 April 2021

Gómez, P., & Maker, J. (2011). What are the themes in young children’s stories? An analysis
of the content of children’s written productions. Zbornik Instituta Za Pedagoska
Istrazivanja, 43(1), 86–105. https://doi.org/10.2298/zipi1101086g

Halim, D., & Munthe, A. P. (2019). Dampak pengembangan buku cerita bergambar untuk
anak usia dini. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 9(3), 203–216.
https://doi.org/10.24246/j.js.2019.v9.i3.p203-216

InspiringBooks. (2021). Igloobooks - the wizard of OZ - interactive storytime [Video].


YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=IWcMNaWDAg4

InternetArchive. (1983). Children’s books. In American Library Association (Rev .ed).


American Library Association.
https://archive.org/details/alaglossaryoflib00youn/page/40/mode/2up?q=children%27s+
books

MasterClass. (2020). What’s the difference between a main character, protagonist, and hero?
https://www.masterclass.com/articles/whats-the-difference-between-a-main-character-
protagonist-and-hero#3-ways-a-separate-main-character-and-protagonist-move-your-
plot, Diakses pada 15 April 2021.

Maulana, R. (2020). Teori albert bandura: Social learning (update). PsikologiHore!


https://psikologihore.com/teori-albert-bandura-social-learning/, Diakses pada 23 April
2021.

McLeod, S. (2016). Albert Bandura's Social Learning Theory. Simply Psychology.


https://www.simplypsychology.org/bandura.html, Diakses pada 14 April 2021.

Nakosteen, M. K. (1999). education | Definition, Development, History, Types, & Facts.


Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/education, Diakses pada 14
April 2021.

PBC Expo. (2019). 9 Reasons Picture Books are Important for Young Children. PBC Expo
Shop. https://www.pbcexpo.com.au/blog/9-reasons-picture-books-are-important-for-
young-children, Diakses pada 15 April 2021.

Rusdianto, E. (2015). Mengapa manusia prasejarah menggambar di gua? Historia - Majalah


Sejarah Populer Pertama di Indonesia. https://historia.id/kuno/articles/mengapa-
manusia-prasejarah-menggambar-di-gua-PyJKA/page/1

Pendidikan (n. d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pendidikan, Diakses pada 7 April 2021.

Serupa.id. (2018a). Ilustrasi bidang, salah satu unsur unsur seni rupa dan desain
[Illustration]. Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/bidang-unsur-
seni-rupa-dan-desain.jpg, Diakses pada 23 April 2021.
Serupa.id. (2018b). Contoh gelap terang, unsur unsur desain dan seni rupa [Illustration].
Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/gelap-terang-value-tone-
unsur-seni-rupa-dan-desain.jpg, Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018c). Contoh tekstur, unsur unsur seni rupa dan desain [Illustration].
Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/tekstur-unsur-seni-rupa-dan-
desain.jpg, Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018d). Ilustrasi garis, salah satu unsur dari seni rupa dan desain [Illustration].
Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/garis-unsur-seni-rupa-dan-
desain.jpg, Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018e). Ilustrasi ruang, unsur seni rupa dan desain [Illustration]. Serupa.Id.
https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/ruang-unsur-seni-rupa-dan-desain.jpg,
Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018f). Ilustrasi titik, salah satu unsur dari seni rupa dan desain [Illustration].
Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/titik-unsur-seni-rupa-dan-
desain.jpg, Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018g). Warna, unsur seni rupa dan desain [Illustration]. Serupa.Id.
https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/warna-unsur-seni-rupa-dan-desain.jpg,
Diakses pada 16 April 2021.

Serupa.id. (2018h). Gempal / volume / bentuk sebagai salah satu unsur unsur seni rupa dan
desain [Illustration]. Serupa.Id. https://serupa.id/wp-content/uploads/2018/01/gempal-
volume-bentuk-unsur-seni-rupa-dan-desain.jpg, Diakses pada 16 April 2021.

Sutikno, C. A. (2021). Peran buku cerita anak dalam pendidikan anak [Graph]. Google
Form.
https://docs.google.com/forms/d/1CDm3igKY2WHHagfVQ01iCmyrXXu1q85qplVo
JYigip0/edit#responses

Thabroni, G. (2019a). Tipografi: Pengertian, Parameter, Prinsip & Penjelasan Lengkap.


serupa.id. https://serupa.id/tipografi/, Diakses pada 14 April 2021.

Thabroni, G. (2019b). Desain Komunikasi Visual (DKV): Penjelasan Lengkap. serupa.id.


https://serupa.id/desain-komunikasi-visual-dkv-penjelasan-lengkap/, Diakses pada 14
April 2021.

Thabroni, G. (2021). Unsur Unsur Seni Rupa & Desain; diperkuat Pendapat Ahli. serupa.id.
https://serupa.id/unsur-unsur-seni-rupa-dan-desain/, Diakses pada 16 April 2021.

Tinarbuko, S. (n.d.). DeKaVe: Berkomunikasi lewat tanda (visual). Desain Grafis Indonesia.
Retrieved April 21, 2021, from https://dgi.or.id/read/observation/dekave-
berkomunikasi-lewat-tanda-visual.html, Diakses pada 21 April 2021.

Trifiana, A. (2021). Teori Pembelajaran Sosial, Menjawab Mengapa Anak Meniru Apa yang
Dilihatnya. SehatQ. https://www.sehatq.com/artikel/teori-pembelajaran-sosial-
benarkah-anak-meniru-apa-yang-dilihatnya, Diakses pada 14 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai