Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KERJA

GERAKAN LITERASI SEKOLAH


TAHUN 2021

SD NEGERI CINERE 3

DISUSUN OLEH :

TIM PENGEMBANG SEKOLAH RAMAH ANAK


SD NEGERI CINERE 3

UPTD CINERE 3
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA
DEPOK
JAWA BARAT
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat atas
segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Program Kerja Gerakan
Literasi Sekolah Tahun 2021 SD Negeri Cinere 3, Kota Depok. Program kerja ini kami susun
sebagai bentuk komitmen kami dalam melaksanakan Gerakan Literasi di SD Negeri Cinere 3.
Penyusunan Program Kerja ini dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah yang kreatif dan tersusun serta bertujuan menjadikan SD Negeri Cinere 3 dapat
lebih baik, kreatif, inovatif dan tersusun dalam melaksanakan Gerakan Literasi.
Untuk mewujudkan semua itu kami mengharapkan dukungan dari semua
pihak baik dari kepala sekolah, dewan guru, karyawan, komite sekolah, orang tua, peserta didik, dan
semua stakeholder yang ada di SD Negeri Cinere 3.
Kami menyadari program kerja ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Hal ini
tak lain karena kemampuan kami yang masih minim. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna digunakan menjadi bahan perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam pembuat dan pelaksanaan sehingga dapat mensukseskan jalannya program kerja
ini.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................................1

B. Landasan Hukum...................................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................................2

D. Sasaran...................................................................................................................................2

E. Hasil Yang Diharapkan.............................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI, KONSEP, PRINSIP DAN KOMPONEN SEKOLAH RAMAH


ANAK..................................................................................................................................................3

A. Konsep...................................................................................................................................3

B. Prinsip....................................................................................................................................3

C. Komponen..............................................................................................................................3

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK............................................9

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup. Semua proses
belajar didasarkan pada kemampuan membaca hal tersebut sejalan dengan pernyataan Glenn
Doman. Kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak dapat meningkatkan
keberhasilan di Sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakan kedepannya akan membuka
peluang kesuksesan hidup yang lebih baik.
Rendahnya tingkat membaca pada suatu bangsa menyebabkan Sumber Daya Manusianya
tidak kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai akibat
dari lemahnya minta dan kemampuan membaca dan menulis. Membaca dan menulis belum
menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Jumlah perpustakaan dan buku-
buku yang tersedia belum mencukupi kebutuhan tuntunan membaca sebagai basis Pendidikan
permasalahan budaya membaca belum dianggap sebagai critical problem.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun
2013 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk menumbuhkan sikap budi pekerti
diwajibkan membaca buku-buku bacaan seperti cerita local dan cerita rakyat yang di dalamnya
menganduk unsur kearifan local dalam materi bacaannya 15 – 20 menit sebelum pembelajaran di
mulai.
Secara luas, literasi yang dimaksud pada program ini lebih dari sekedar membaca dan
mampu menulis. Ia juga mencangkup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, Bahasa,
dan budaya (UNESCO, 2003).
Penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur ini penting dilakukan sejak dini sebab proses
Pendidikan sejatinya bukan hanya untuk mencetak manusia yang cerdas secara intelektual, tapi
juga cerdar emosional dan spiritual. Anak-anak usia sekolah dasar merupakan usia emas untuk
menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur, oleh karena ini SD Negeri Cinere 3 melalui Gerakan
literasi di sekolah ingin mewujudkan anak-anak yang sesuai dengan tujuan Pendidikan. Melalui
Gerakan literasi inilah salah satu cara untuk menanamkan budi pekerti luhur tersebut yang mana
dalam pelaksanaannya guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk belajar,
sehingga dalam melaksanakan pembelajaran guru harus menggunakan pendekatan yang
komprehensif serta progresif agar bisa memicu siswa untuk berpikir kritis. Hal tersebut akan
berhasil jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa.

B. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Agar Gerakan literasi sekolah di SD Negeri Cinere dapat terwujud dengan baik maka
sekolah telah membuat suatu tujuan yang nantinya akan dicapai melalui program Gerakan litersi
sekolah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum Gerakan Literasi Sekolah
Menumbuh kembangkan insan serta ekosistem pendidikan  agar menjadi pembelajar
sepanjang hayat melalui gerakan literasi sekolah
2. Tujuan Khusus Gerakan Literasi Sekolah
a. Menumbuh kembangkan budi pekerti
b. Membangun ekosistem literasi sekolah
c. Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization)
(Senge,’90).
d. Mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge  management)
e. Menjaga keberlanjutan budaya literasi

C. Sasaran

Sasaran Gerakan Literasi Sekolah adalah seluruh warga sekolah ( peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan ) terutama peserta didik.

D. Dasar Hukum Literasi

Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:


1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
4. Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
5. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
6. Permendiknas RI Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi
7. Program kerja SD Negeri Cinere 3 tahun pelajaran 2021/2022

BAB II
PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SD NEGERI CINERE 3

i
A. Konsep Literasi Sekolah

Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi. Ferguson
menjabarkan kom- ponen literasi informasi sebagai berikut:

1. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,


membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan
analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.

2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa


mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang
keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya
literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan
nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System
sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam
memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau
mengatasi masalah.

3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk
media yang berbeda, seperti media cetak,  media elektronik (media radio, media televisi),
media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat
ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum
terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang
pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang


mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan
etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk
mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman
menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan
mematikan komputer, menyim- pan dan mengelola data, serta menjalankan program
perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi
saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan
masyarakat.

5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan
literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap

iii
materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun
internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan
hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk
berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga
negara global (global citizen).Dalam konteks Indonesia, kelima keterampilan tersebut  perlu
diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan
memaknai materi cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan
menceritakan kembali (narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami
oleh masyarakat karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita
dan balita dengan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia dini
berlanjut ke literasi dasar.

Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah,
guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengem-
bangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-
mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen literasi ini.
Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan menentukan
kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat
disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan untuk
terciptanya lingkungan literasi ini.

B. Prinsip-prinsip pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip sebagai beriku:
1. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi.
2. Program literasi yang baik bersifat berimbang. Sekolah yang menerapkan  program literasi
berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Dengan demikian, diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.
3. Program literasi berlangsung di semua area kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua
mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca
dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu
diberikan kepada guru semua mata pelajaran.
4. Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna
Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di kelas
memungkinkan. Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual.
Misalnya, ‘menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh
kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada peserta didik.
5. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting
Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang
buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan
untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu
belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati
perbedaan pandangan satu sama lain.

i
6. Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah
Penting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga merayakannya
melalui agenda literasi di sekolah. Buku-buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik
perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar peserta didik dapat terpajan pada
pengalaman multikultural sebanyak mungkin.

C. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk.
(2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi
untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah, sebagai berikut:

1. Lingkungan fisik ramah literasi

Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik
haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan
budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara lain karya peserta didik dipajang di seluruh
penjuru sekolah, termasuk koridor dan kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya
peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua kelas untuk
menjadi perhatian. Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dapat didapat dengan mudah di pojok
baca di semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga
memajang karya peserta didik dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan
karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap
pengembangan budaya literasi.

2. Lingkungan sosial dan afektif

Sekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Ini dapat
dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian peserta didik sepanjang tahun.
Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai
kemajuan peserta didik di semua aspek. Sesuai dengan semangat literasi, prestasi yang dihargai
tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta
didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi
mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam
bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya.
Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan literasi. Yang bisa dilakukan,
antara lain membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah. Dengan demikian, setiap
orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam
gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya
literat.

3. Lingkungan akademik

Lingkungan fisik dan sosial akan dapat dibangun bila lingkungan akademik tercipta. Ini dapat
dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Pimpinan sekolah dapat
membentuk tim literasi. Tim ini bertugas untuk membuat perencanaan dan asesmen program.
Adanya Tim Literasi Sekolah bisa memastikan terciptanya suasana akademik yang kondusif,  yang
mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus
memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan
menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku dengan nyaring selama 15--30
menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal 3 kali seminggu. Waktu untuk kegiatan berliterasi

iii
ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang
kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan mengikuti program pelatihan
tenaga kependidikan untuk peningkatan kapasitas literasi.

D. Pelaksanaan Literasi di SD Negeri Cinere 3


Program Gerakan Literasi SD Negeri Cinere 3 dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah
(ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan
sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang
relevan).
Adapun ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap ke-1:Pembiasaan
Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah Pembiasaan ini
bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam
diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan
kemampuan literasi peserta didik.
2. Tahap ke-2: Pengembangan
Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi Kegiatan literasi
pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya
dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).
3. Tahap ke-3: Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran
bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif
melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson
& Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata
pelajaran).

E. Monitoring dan Evaluasi Literasi


Monitoring dan Evaluasi  bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas program
Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, tujuan monitoring dan
evaluasi gerakan literasi adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program Gerakan


literasi di sekolah.
2. Memperoleh gambaran mutu gerakan literasi di sekolah secara umum.
3. Melihat kendala-kendala yang terjadi
4. Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi
terkait perbaikan pelaksanaan program gerakan literasi sekolah ke depan
5. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program gerakan literasi di sekolah.

F. Tindak Lanjut Literasi

Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program gerakan literasi sekolah digunakan
sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme
pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan
implementasi program.

i
iii
BAB III
RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI SD NEGERI CINERE 3

No Kegiatan TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN Pelaksana

A. PEMBIASAAN
1. Membaca dalam membangun kebiasaan Kelas II s/d 1) Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai minat dan
hati membaca, misalnya Kelas VI keinginannya.
berkonsentrasi, 2) Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca dalam hati pada
meningkatkan kemampuan saat yang sama.
serta kelancaran membaca 3) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu
melalui kegiatan membaca yang ditetapkan (15-30 menit). Guru Kelas
untuk kesenangan. 4) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
kegiatan membaca.
5) Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu dilaporkan/diserahkan.
6) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membaca nyaring membangkitkan minat baca Kelas I s/d 1) Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di atas tingkat
peserta didik; meningkatkan Kelas VI membaca mandiri.
pengetahuan pada anak- 2) Guru membaca materi bacaan dulu.
anak; memperkenalkan 3) Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan
banyak kosakata baru 4) Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan “pengetahuan
kepada anak-anak; dasar” perlu dibangun.
mendorong anak-anak untuk 5) Pada tahap sebelum membaca, guru memilih buku/cerita yang bermanfaat
berpartisipasi aktif dalam dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra,
proses pembelajaran; keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll. Guru Kelas
kapasitas memori atau daya 6) Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca terlau cepat. Apabila
ingat anak dapat memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang berbeda.
ditingkatkan dengan cara Jeda diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang menyimak
meminta anak untuk lebih terlibat.
mengingat cerita yang telah 7) Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta didik dapat
dibacakan atau sampai diarahkan untuk membaca cerita menarik lain di hadapan teman sekelas
sejauh mana cerita telah ataupun diadakan kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.
disampaikan.

i
No Kegiatan TUJUAN SASARAN SKENARIO KEGIATAN Pelaksana

B. PENGEMBANGAN
1. Berbincang/ Meningkatkan kemampuan Kelas IV s/d 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
menganalisis elemen- siswa untuk menganalisis Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
elemen cerita elemen cerita 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
Guru Kelas
kegiatan membaca.
IV, V, VI
3) Memberi tagihan analisis elemen cerita
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membuat ringkasan Meningkatkan kemampuan Kelas IV s/d 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
tanggapan terhadap siswa untuk memahami isi Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
cerita. bacaan 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
Guru Kelas
kegiatan membaca.
IV, V, VI
3) Memberi tagihan berupa ringkasan tanggapan terhadap siswa
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
3. Kegiatan seni peran Meningkatkan kemampuan Kelas IV s/d 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama
bebasis tanggapan siswa untuk Kelas VI waktu yang ditetapkan (15-30 menit).
terhadap cerita mengkomunikasikan isi 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
Guru Kelas
cerita/bacaan kegiatan membaca.
IV, V, VI
3) Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
C. PEMBELAJARAN
1 Pembelajaran menumbuhkan semangat Kelas IV s/d 1) Guru mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi
berbasis literasi rasa ingin tahu dan cinta Kelas VI ketergantungan kepada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa
pengetahuan peserta didik (LKS)
2) Siswa membaca teks yang telah disediakan guru. Guru Kelas
3) Memberi tagihan sesuai dengan LK yang disiapkan guru
4) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5) Membuat simpulan dan pemajangan

9
BAB IV
PENUTUP

Program gerakan literasi sekolah merupakan pedoman bagi sekolah dalam upaya menciptakan
ekosistem sekolah yang literat. Ekosistem yang literat adalah lingkungan sekolah yang: menyenangkan
dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar; semua warganya
menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama; menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta
pengetahuan; memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
lingkungan sosialnya; dan mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.

Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada setiap jenjang pendidikan.


Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan
fokus kepada aspek krea¬tivitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang
penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media safety).

Mengetahui,
Kepala SD Negeri Cinere 3

Sukaesih, S.Pd.I
NIP. 196305241985072001

Anda mungkin juga menyukai