Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH PEMBELAJARAN LITERASI

“IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH DASAR”

OLEH

RIANI KULIMBA’
A1G117092
KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020

1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.Berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran Literasi” Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang implementasi gerakan literasi di sekolah
dasar yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi
dan referensi. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan,
baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Penyusun

Riani Kulimba’

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Prinsip-Prinsip Literasi di Sekolah Dasar .................................................. 3


B. Strategi Membangun Budaya Literasi Di Sekolah Dasar ........................ 5
C. Tahapan Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar ............................................ 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk dapat memanusiakan


manusia. Artinya diharapkan dengan proses transformasi pendidikan, manusia
dapat meningkatkan seluruh potensi kognitif, afektif dan psikomotornya. Selama
proses pendidikan, peserta didik memperoleh bekal pengusaan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan dan keterampilan fungsional. Hal itu dikemas melalui
kurikulum sekolah sebagai acuan kepada semua peserta didik secara tuntas.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Disebutkan juga dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3, “Pemerintah
mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan bangsa”. Pendidikan mempunyai peran penting bagi warga negara
Indonesia agar tercerdaskan secara intelektual. Salah satu indikator keberhasilan
dari suksesnya pendidikan yang terselenggara di Indonesia adalah dengan
meningkatnya angka melek huruf pada warga Indonesia.
Dilansir dari kompasiana.com, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara
yang berhasil mengurangi angka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat
bahwa tingkat melek huruf masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk
kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori remaja. Angka ini menunjukkan
bahwa Indonesia telah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian
kemelekhurufan. Meskipun demikian, tantangan yang saat ini dihadapi adalah
rendahnya minat baca. Selain ketersediaan buku di seluruh Indonesia belum
memadai, pemerintah juga menghadapi rendahnya motivasi membaca di kalangan

1
peserta didik. Hal ini memprihatinkan karena di era teknologi informasi, peserta
didik dituntut untuk memiliki kemampuan membaca dalam pengertian memahami
teks secara analitis, kritis dan reflektif. Sesungguhnya permasalahan umum dalam
dunia literasi di Indonesia adalah rendahnya ikatan emosional terhadap sumber
informasi salah satunya buku bacaan dan kegiatan pemanfaatan sumber informasi
tersebut atau kegiatan membaca. Terkait dengan buku sebagai salah satu sumber
informasi, rendahnya minat dan gairah membaca sebagian berakar dari masih
kuatnya tradisi lisan dalam kehidupan sosial dan pola berpikir masyarakat
Indonesia.
Budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. data statistik
UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai
0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat
baca. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di
Indonesia hanya 65,5 persen saja.
Kebutuhan literasi di era global ini menuntut pemerintah untuk
menyediakan dan memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 31 Ayat. Ayat ini menegaskan bahwa program literasi juga
mencakup upaya mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup
kecerdasan intelektual, emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya
adaptasi terhadap perkembangan arus teknologi dan informasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip-prinsip literasi di sekolah dasar?
2. Bagaimana strategi membangun budaya literasi di sekolah dasar ?
3. Bagaimana tahapan Gerakan Literasi di sekolah dasar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip literasi di Sekolah dasar
2. Untuk mengetahuistrategi membangun budaya literasi disekolah dasar
3. Untuk mengetahui tahapan gerakan literasi di sekolah dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Literasi di Sekolah Dasar

Literasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan


keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas
membaca dan menulis. Pendapat lain mengatakan bahwa literasi adalah suatu
kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi ketika
melakukan kegiatan membaca dan menulis. Dengan kata lain, literasi ialah
seperangkat keterampilan dan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis,
berhitung serta memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Ada beberapa prinsip penting dalam pengembangan literasi di suatu lembaga


pendidikan, menurut Kylene Beers “2009”, berikut ini ialah beberapa prinsip
pengembangan literasi sekolah yaitu:

a. Bersifat Berimbang
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain, sekolah
harus menerapkan prinsip ini dengan menerapkan strategi dalam membaca dan
variasi bacaan.
b. Bahasa Lisan Sangat Penting
Setiap siswa harus dapat berdiskusi tentang suatu informasi dalam diskusi
terbuka yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, dengan begitu
diharapkan siswa mampu menyampaikan pendapatnya dan melatih kemampuan
berpikir lebih kritis.
c. Berlangsung Pada Suatu Kurikulum
Menurut Kylene Beers, seharusnya program literasi diterapkan pada seluruh
siswa dan tidak tergantung pada kurikulum tertentu, dengan kata lain kegiatan
literasi menjadi suatu kewajiban bagi semua guru dan bidang studi.
Agar menghasilkan praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah,
perlu menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut;

3
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan
menulis saling beririsan antartahap perkembangan.Memahami tahap
perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk
memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai
kebutuhan perkembangan mereka.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang menerapkan
program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki
kebutuhan yang berbeda.Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis teks
yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk
anak dan remaja.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di
semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada
guru semua mata pelajaran.
4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapan pun. Misalnya, ‘menulis
surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’ merupakan contoh-
contoh kegiatan literasi yang bermakna.
5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Kelas berbasis literasi
yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi
tentang buku selama pembelajaran di kelas.Kegiatan diskusi ini juga perlu
membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan
berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk
menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan
menghormati perbedaan pandangan.
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di

4
sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan
budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman
multikultural.
B. Strategi Membangun Budaya Literasi Di Sekolah Dasar

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya


literasi, Maka perlu membangun budaya lierasi, pengembangan strategi
membangun budaya literasi di SD menggunakan teori Beers, dkk. Menurut Beers,
dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction,
menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif
di sekolah, yaitu:

a) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi


Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga
sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk
pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya
memajang karya peserta didik dipajang diseluruh area sekolah termasuk koridor,
kantor kepala sekolah dan guru. Selai itu, karya –karya peserta didik diganti
secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain
itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di sudut baca
disemua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan
karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah
terhadap pengembangan budaya literasi.
b) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi
dan
interaksi yang literat.
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan
interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan
pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan
dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan
peserta didik disemua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi
juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik

5
mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu,
literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting disepanjang tahun
pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk fesival buku, lomba poster,
mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah
selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan
membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan
demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran
orangtua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen
sekolah dalam pengembangan budaya literasi.
c) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksaan gerakan literasi di
sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk
pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca
dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum
pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu
diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan
untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksaan dan
keterlaksanaannya.

C. Tahapan Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar


Literasi di SD menggunakan acuan sebagaimana pada Buku Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah. Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah:
• Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
ekosistem sekolah Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat
terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga
sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi
pengembangan kemampuan literasi peserta didik.
• Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan
kemampuan literasi kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan
mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya
dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan

6
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan
pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001).
• Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan
literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan
buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada
tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku
nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat
dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa
SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku
laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh
wali kelas.

7
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip literasi sekolah di Sekolah Dasar meliputi: perkembangan
literasi berjalan sesuai tahap perkembangan, program literasi terintegrasi
dengan kurikulum Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun,
kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan, dan kegiatan literasi perlu
mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman.
2. Strategi membangun budaya literasi sekolah di Sekolah Dasar dengan
cara mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi, mengupayakan
lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi
yang literat, dan mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik
yang literat.
3. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah dasarmeliputi pembiasaan
kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah,
pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi
kegiatan literasi, dan pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fifaldo, Daniel. (2015). Filsafat Pendidikan dalam Pendidikan Karakter. Diakses


dari: www.academia.edu. Pada tanggal 21 November 2016.
Iriantara, Yosal & Usep Syaripudin, M.Ed. (2013). Komunikasi Pendidikan.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kemendikbud. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kemendikbud. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kemendikbud. (2016). Survey Internasional PIRLS. Diakses dari :
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pirls. Pada
tanggal 6 Maret.
Mahmud, Amiruddin. (2016). Membangun Budaya Literasi. Diakses dari:
http://www.kompasiana.com/amirudinmahmud/membangun-budaya-
literasi_570261c7a623bd58094c29f9. Pada tanggal 21 November 2016.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/ Kota.
Redaktur Media. (2015). Literasi Indonesia Sangat Rendah. Diakses dari:
http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-
literasi-indonesia-sangat-rendah. pada tanggal 21 November 2016.
https://yasminafoundation.org/6-prinsip-gerakan-literasi-sekolah/(1)

Anda mungkin juga menyukai