LAH
LANDASAN
PENDIDIKA
N DAN
HUKUM DISUSUN OLEH :
DASAR JULIANI
Tugas individu untuk mata kuliah pengantar
PENDIDIKA pendidikan
DOSEN PENGAMPUH : MAHKAMAH
N BRANTASARI, M.Pd
PENDIDIKAN
GURU PAUD
FAKULTAS
KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
WIDYA GAMA
MAHAKAM
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
JULIANI
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUA
N
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Pendidikan 3
2.2 Hukum Dasar Pendidikan 9
DAFTAR PUSTAKA 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hal ini menandakan bahwa kesadaran akan kepedulian tentang
pentingnya pendidikan terutama dalam tahap perkembangan peserta didik
bagi masyarakat maupun pemerintah masih sangat rendah. Masyarakat
sering mengatakan bahwa pendidikan tinggi hanya untuk orang-orang
yang mampu dan memiliki kemampuan ekonomi yang cukup bahkan
lebih.
Oleh karena itu pada makalah ini penulis mengambil suatu tema
atau judul pengertian landasan dan hukum dasar pendidikan. Karena
dengan mengetahui suatu pengertian tentang pendidikan maka kita akan
mengetahui betapa pentingnya pendidikan bagi pembentukan suatu
karakter bangsa. Selain itu dengan mengetahui tentang pengertian
pendidikan dan fungsinya yang mana merupakan suatu pendukung dalam
menunjang pendidikan, maka akan tercapailah suatu tujuan pendidikan
yang diinginkan. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang bagaimana
pengertian pendidikan dan fungsinya
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
menjadikan pendidikan nasional harus ditanggung oleh semua pihak
sehingga pendidikan dibangun oleh semua unsur bangsa sehingga
berkontribusi terhadap unsur pranata sosial lainnya.
Secara mendasar dapat ditegaskan bahwa landasan filosopis
Pancasila menyimpulkan bahwa sistem pendidikan nasional
menempatkan peserta didik sebagai makhuk yang khas dengan segala
fitrahnya dan tugasnya menjadi agen pembangunan yang berharkat dan
bermartabat. Oleh karena itu manusia Indonesia dipandang sebagai
individu yang mampu menjadi manusia Indonesia yang berakhlak mulia.
Karenanya pendidikan harus mampu mengembangkan menjadi manusia
yang memegang norma-norma keagamaan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai makhluk Tuhan, Makhluk sosial, dan makhluk individu.
Landasan filosopis pendidikan nasional memberikan penegsan
bahwa penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia hendaknya
mengimplementasikan ke arah:
1) Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
persatuan bangsa dari segi sosial, budaya, ekonomi dan memlihara
keutuhan bangsa dan negara.
2) Sistem pendidikan nasional Indonesia yang proses pendidikannya
memberdayakan semua institusi pendidikan agar individu dapat
menghargai perbedaan individu lain, suku, ras, agama, status sosial,
ekonomi dan golongan sebagai manifestasi rasa cinta tanah air.
Dalam hal ini pendidikan nasional dipandang sebagai bagian dari
upaya nation character building bagi bangsa Indonesia.
3) Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
kerakyatan dan demokrasi. Pendidikan hendaknya memberdayakan
pendidik dan lembaga pendidikan untuk terbentuknya peserta didik
menjadi warga yang memahami dan menerapkan prinsip kerakyatan
dan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Prinsip kerakyatan dan demokrasi harus tercermin dalam input-proses
penyelenggaraan pendidikan Indonesia.
4
4) Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
keadilan sosial untuk seluruh warga negara Indonesia. Perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan menjamin pada penghapusan bentuk
diskriminatif dan menjamin terlaksananya pendidikan untuk semua
warga negara tanpa kecuali.
5) Sistem pendidikan nasional yang menjamin terwujudnya manusia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa, menjunjung tinggi hak asasi
manusia, demokratis, cinta tanah air dan memiliki tanggungjawab
sosial yang berkeadilan. Dengan demikian Pancasila menjadi dasar
yang kokoh sekaligus ruh pendidikan nasional Indonesia.
B. Landasan Sosiologis
Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan
lembaga sosial lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan
lembaga ekonomi, politik sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan
masyarakat belajar (society learning) harus dijadikan sarana rekonstruksi
sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang melibatkan masyarakat bisa
tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi. Hasrat masyarakat
belajar saat ini masih rendah. Hal ini ditnandai rendahnya angka
partisipasi masyarakat dalam sekolah terutama dalam membangung
masyarakat belajar.
Sistem pendidikan nasional tidak mungkin selalu bertumpu pada
Pemerintah sebab dengan adanya krisis Pemerintah semakin tidak
mampu membiayai pendidikan, demikian pula apabila pendidikan hanya
terarah pada tujuan pembelajaran murni pada aspek kognitif, afektif tanpa
mengaitkan dengan kepentingan sosial, politik dan upaya pemecahan
problem bangsa maka pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai
sarana rekonstruksi sosial. Dalam kaitannya dengan perluasan fungsi
pendidikan lebih jauh, maka diperlukan pengembangan sistem pendidikan
nasional yang didasarkan atas kesadaran kolektif bangsa dalam kerangka
ikut memecahkan problem sosial.
5
Pendidikan nasional yang berlandaskan sosiologis dalam
penyelenggaraannya harus memperhatikan aspek yang berhubungan
dengan sosial baik problemnya maupun demografisnya. Masalah yang
kini sedang dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan sosial ekonomi
sehingga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan
tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses
informasi yang konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial
dapat dieleminir melalui pendidikan
C. Landasan Kultural
Landasan Pendidikan yang ketiga adalah Landasan Kultural.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia
selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu.
Oleh karena itu dalam Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat
2 ditegaskan bahwa, pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasar Pancasila dan undang-undang Dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat
diwariskan dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui
pendidikan. Sebaliknya pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat dimana proses pendidikan berlangsung.
D. Landasan Psikologis
Landasan Pendidikan yang keempat adalah landasan Psikologis.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pendidikan. Memahami peserta didik dari aspek psikologis merupakan
salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian
dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan
perkembangan anak. Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan,
kekuatan, serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda dengan
6
yang lainnya. Sebagai implikasinya pendidikan tidak mungkin
memperlakukan sama kepada peserta didik.
Penyusunan kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan
jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar
program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang
digariskan.
E. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Landasan Pendidikan yang kelima adalah Landasan Ilmiah dan
Teknologi. Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
kaitan yang erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam
pendidikan dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek.
Dari sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera
diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan
hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar. Sebaliknya,
pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi,
sosiologi, antropologi). Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya
ilmu pengetahuan juga berkembang sangat pesat.
F. Landasan Yuridis
Landasan Pendidikan yang terakhir adalah Landasan Yuridis.
Sebagai penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu
pelaksanaannya berdasarkan undang-undang. Hal ini sangat penting
karena hakikatnya pendidikan nasional adalah perwujudan dari kehendak
UUD 1945 utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, pasal
31:
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah
wajib membiyayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan
7
serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan
nasional di samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting
sebagai penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat
dipedomani bagi pennyelenggaran pendidikan secara utuh yang berlaku
untuk seluruh tanah air.
8
pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Pandangan ini dikembangkan
oleh Carl R. Rogers.
B. Hukum Naturalisme
Hukum naturalisme atau sering disebut negativisme adalah sebuah
pandangan negatif tentang manusia. Hukum naturalisme berasumsi
bahwa faktor lingkungan menjadi penyebab pembawaan baik anak akan
menjadi rusak. Hukum ini tidak terlalu mementingkan pendidikan tetapi
lebih membiarkan pertumbuhan anak pada alamnya.
Menurut pandangan ini, menyerahkan pendidikan anak ke
alamnya, maka pembawaan baik anak tersebut tidak menjadi rusak akibat
perlakuan atau intervensi guru melalui proses pendidikan dan
pembelajaran. Oleh karena itu, J.J Rousseau sebagai pelopor hukum ini
(1712-1778) mengusulkan perlunya permainan bebas kepada siswa untuk
mengembangkan pembawaan, kemampuan dasar dan kecenderungan-
kecenderungannya.
C. Hukum Empirisme
Hukum empirisme atau filsafat empirisme memiliki pandangan
bahwa pengetahuan dan keterampilan manusia secara total dibentuk oleh
pengalaman inderawi dan perlakuan yang diterima oleh anak. Anak
manusia diibaratkan kertas putih sehingga bisa dibentuk atau digambar
apa saja yang dikehendaki. Hukum ini dipelopori oleh John Locke (1632-
1704). Namun hukum Locke John ini ditentang oleh banyak terutama dari
kalangan penganut Rasionali sme, menurutnya pengalaman inderawi
tidak termasuk dalam kategori perolehan pengetahuan tetapi pengetahuan
hanya diperoleh dari pemikiran substantif dan persepsi intelektual.
D. Hukum Konvergensi
Hukum Konvergensi berasumsi bahwa perkembangan pribadi
manusia (bakat dan perilaku) merupakan hasil konvergensi faktor-faktor
internal (hederitas atau bawaan) dan ekstenal (lingkungan termasuk
lingkungan pendidikan dan pembelajaran). Hukum ini dikemukakan oleh
William Sterm (1871-1938).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan pendidikan di indonesia meliputi Landasan Filosofis,
Landasan Sosiologis, Landasan Kultural, Landasan Psikologis,
Landasan Ilmiah dan Teknologi, dan Landasan Yuridis.
Hukum dasar pendidikan di indonesia meliputi Hukum Nativisme,
Hukum Naturalisme, Hukum Empirisme, dan Hukum Konvergensi
3.2 saran
Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan instan dapat
merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan kepribadian
bangsa.
10
DAFTAR PUSTAKA
11