PENELITIAN
PENINGGALAN
SEJARAH DI
KABUPATEN
TULUNGANGUNG
SEJARAH
MASJID AL
MIMBAR
DISUSUN OLEH
NAMA : Aldes Tiya Anggraini
KELAS :X4
No. ABSEN : 6
SMA NEGERI 1
MUARA
KAMAN
KEC.MUARA
KAMAN-KAB KUTAI
KARTANEGARA
TAHUN PELAJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta referensi
pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Heuristik 2
B. Verifikasi 2
C. Interpretasi 3
D. Historiografi 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas sejarah yaitu
melakukan penelitian tempat bersejarah di Kabupaten Tulungagung. Saya
memilih untuk melakukan penelitian di ‘Masjid Al Mimbar’ Karena masjid tersebut
merupakan masjid tertua di Kabupaten Tulungagung dan masjid ini salah satu
peninggalan sejarah tentang perkembangan islam di Kabupaten Tulungagung
yaitu pendirinya masih keturunan dari kerajaan Mataram.
B. Rumusan Masalah
Penelitian sejarah Masjid Al Mimbar peninggalan di kabupaten tulungagung
C. Tujuan Penulisan
Mendikripsikan peninggalan yang bernilai sejarah di kabupaten tulungagung
D. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan tentang peninggalan bersejarah yang masih ada
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Heuristik
Heuristik (bahasa Yunani Heuristik berarti menemukan) yaitu berusaha untuk
mencari dan mengumpulkan sumber sejarah, baik sumber benda, sumber
tulisan, maupun sumber lisan.
Sumber Benda
Menara
Bedug
Mimbar
Kitab
Pusaka
Relief pada gapura masuk Masjid Al
Mimbar
Gapura masuk Masjid Al Mimbar
Makam
Sumber Tulisan
Internet
Sumber Lisan
Wawancara dengan Pak Hadi
B. Verifikasi
Verifikasi maksudnya melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap
kebenaran dari sumber-sumber sejarah yang telah terkumpul, atau pemeriksaan
terhadap kebenaran terhadap laporan terhadap peristiwa sejarah. Verifikasi
dapat dilakukan dengan cara melaksanakan “kritik sumber” yang dalam ilmu
sejarah dibedakan menjadi:
Kritik Intern
Menar
Menara masjid Al Mimbar merupakan bangunan tua yang dibangun
dengan masjidnya, bngunan tersebut berumur kurang lebih 100 tahun
yang lalu tetapi masih berdiri kokoh.
Bedug
Salah satu bedug masjid Al Mimbar merupakan bedug peninggalan
dahulu yang terbuat dari kulit kambing tetapi masih terlihat bagus.Suara
yang dikeluarkan berbeda dari bedug biasanya.
Mimbar
Sesuai namanya Masjid Al Mimbar yang didirikan oleh Mbah Hasan
Mimbar memiliki mimbar yang berbeda dari masjid lain. Mimbar tersebut
setiap digunakan (untuk khotbah jumat atau yang lainya) selalu ditutup
2
oleh kain, tujuannya supaya orang tidak tertuju kepada wajah sikhotbah
melainkan kepada suaranya.
Kitab
Bukti sejarah lainnya yaitu kitab, kitab ini merupakan kitab raksasa.
Dibuktikan sebagai berikut:
Kertas
Kertas yang digunakan sebagian sudah rusak, besar dan tebal.
Tulisan
Tulisannya asli tulisan tangan menggunakan tinta
Pusaka
Peninggalan ini yang paling fenomenal dari Mbah Hasan yaitu pemberian
kerajaan yang sekarang dikenal dengan pusaka Kiai Golok. Setiap tahun
di bulan Maulid di masjid Al Mimbar rutin digelar grebeg Mulid yang ikon
pertamanya adalah pusaka Kiai Golok.
Relief
Relief pada gapura masuk masjid al mimbar dan gapuranya merupakan
bangunan penainggalan sejak dahulu yang tidak diubah terlihat dari
bentuk dan kebersihan.
Makam
Di belakang masjid Al Mimbar terdapat makam leluhur yang bernama
Makam Sentono Inggil yaitu makam dari keturunan Mbah Hasan Mimbar
dan Kerajaan Mataram dan juga mantan bupati Tulungagung yang ke-1
dan ke-5.
Kritik ekstern
Menara Masjid Al Mimbar dibangun kurang lebih 100 tahun yang lalu
Tanah yang digunakan adalah tanah wakaf seluas 95 hektare
Relief dan gapura masuk Masjid Al Mimbar sudah banyak lumut tetapi
masih berdiri kokoh.
C. Interpretasi
Interpretasi yaitu penafsiran terhadap peristiwa atau memberikan pandangan
teoritis terhadap peristiwa sejarah. Dalam penelitian sejarah kali ini saya
berpandangan bahwa Masjid Al Mimbar merupakan salah satu peninggalan
sejarah perkembangan islam di Kabupaten Tulungagung yang merupakan
peninggalan Kerajaan Mataram yaitu Mbah Hasan Mimbar sejak tahun 1727
yang mendapatkan perintah menyampaikan ajaran islam di Tulungagung.
Menurut saya Masjid Al Mimbar harus tetap dilestarikan karena sejarah-
sejarahnya tetap dikenal oleh semua orang.
D. Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah dengan metode tertentu sesuai dalam
norma disiplin ilmu sejarah. Masjid Al-Mimbar berada di Desa Majan Kecamatan
Kedungwaru merupakan masjid tertua di Kabupaten Tulungagung. Masjid ini
salah satu prninggalan sejarah tentang perkembangan islam di Tulungagung
3
yaitu peninggalan KH. Hasan Mimbar, salah satu ulama besar dimasa kerajaan
Mataram adalah pendiri masjid tesebut. Sampai sekarang Masjid Al-Mimbar
masih berdiri kokoh. Berbagai aktivitas keagamaan diadakan di masjid ini. Pada
tahun 1727 atas nama Sunan, Bupati Ngabai Mangundirojo memberi kuasa
kepada saudaranya KH. Hasan Mimbar untuk melaksanakan hukum nikah dan
sebagainya, kepada orang yang membutuhkannya sampai tahun 1979. “Dulu
desa Majan mendapat kebijaksanaan sendiri dalam melakukan pernikahan
namun sekarang sudah tidak lagi karena diberikan kepada pemerintah” jelas M.
Yasin yang sudah dua kali sebagai Kepala Desa Majan.
Menurutnya semua tanah yang ada di Majan merupakan tanah perdikan,
namun sekarang tidak lagi. Pada tahun 1979, Desa Majan, Winong dan
Tawangsari tidak lagi daerah perdikan. Pada saat itu, yang menjabat sebagai
Gubernur Jawa Timur adalah Soenandar Prayosoedarmo, dan Bupati
Tulungagung Singgih. Di desa Majan diwakili Towil Isa, desa Winong diwakili oleh
Sujangi Habib dan Desa Tawangsari oleh Murtadho. Ketiga Desa tersebut
kemudian berstatus sebagai desa biasa lazimnya desa-desa yang ada di
Kabupaten Tulungagung. Didalam perjanjian pembebasan tanah Desa Majan
tersebut berbunyi :
Adat istiadat Majan tidak dirubah selama tidak bertentangan dengan agama
Akan diberi prioritas
Akan disesuaikan dengan desa biasa
Mengenai Masjid Al-Mimbar sejak dulu dijadikan pusat kegiatan dan
pengembangan agama Islam. Beberapa peninggalan yang masih tersisa sampai
saatnya diantaranya Mimbar Khotbah, Beduk dan Menara. Sudah sering kali
masjid ini mengalami renovasi. Mimbar selalu tertutup tidak seperti masjid yang
lain. Menurut M. Yasin mimbar tersebut memberi makna dasarnya jangan
memandang yang berkhotbah, tetapi dengar yang berkhotmah. Selain sebagai
tempat beribadah, juga dijadikan tempat untuk mengembangkan ilmu karomah.
M. Yasin yang juga sebagai pengasuhnya menjelaskan, cara wirid masjid Majan
naluri Tegalsaren.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat menjadi kisah sejarah. Dalam
membuat kisah sejarah tersebut dapat ditulis menggunakan metode. Metode
tersebut terdiri dari beberapa langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi,
dan historiografi
B. Saran
Banyak peninggalan bersejarah yang harus diteliti dan dilestarikan sebagai
warisan budaya zaman dulu.