Anda di halaman 1dari 25

ASAL USUL NAMA MALINGPING

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sejarah
Dosen Pengampu: Weny Widyawati Bastaman M.Pd

Disusun Oleh:
Apriliya Millani
Nim: C4322322005

PRORGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul Asal Usul Nama
Malingping dengan tepat waktu.

Saya membuat Laporan Penelitian ini dengan bertujuan untuk melengkapi tugas
UAS mata kuliah pengantar Ilmu Sejarah Selain itu, Tulisan ini bertujuan menambah
wawasan mengenai sebuah sejarah yang berkaitan denganaal usul Salah satu
kecamatan di Lebak, Banten diberi sebuah nama Malingping khususnya bagi para
pembaca tulisan ini, dosen pengampu dan juga bagi saya sendiri.

Selain itu saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Weny selaku dosen


pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sejarah yang selalu membantu saya,
mendukung saya. Kemudian kepada orang-orang yang terlibat dan yang bersedia
saya wawancarai, tak lupa juga ucapan terima kasih kepada keluarga yang akan
selalu saya sayangi sampai saya meninggal, bagaimanapun mereka khususnya
emak dan bapak adalah Cahaya paling indah diantara cahaya yang pernah saya
lihat.

Saya sangat menyadari betul bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
Karya ilmiah ini.

Cilegon, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..….………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…….…ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..……….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….………...1
C. Batasan Masalah……………………………………………….………….1
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………..………..2

A. Landasan Teori…………………………………..…………………….…..2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………3

A. Metode Penelitian…..………………………………………….…...……..3
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian………………………………….3
C. Prosedur Penelitian.…………………………………………….…...….....4
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………9

A. Profil Malingping…………………………………………………………9
B. Kedatangan Pedagang Berkebangsaan China…………………………....10
C. Kedatangan Seorang Mualim…………………………………………….11
D. Cerita Dalam Novel Karya Ahmad Bakri…………………………….…12
BAB V PENUTUP……………………………………………………….
…………….14
A. Kesimpulan………………………………………………………………14
B. Saran………………………………………………………….………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………15
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………….…………..……16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Malingping merupakan salah satu kecamatan yang masuk dalam daerah
administratif Kabupaten Lebak, yang sebagian wilayahnya berada di pinggir laut.
Sebagai wilayah pesisir yang memiliki banyak sumber daya alam
lautan, Malingping merupakan salah satu daerah di Banten yang berhasil
mengembangkan sumber daya laut berupa ikan, menjadi berbagai makanan olahan.
Makanan olahan yang berhasil dikembangkan masyarakatnya, dan menjadi ciri khas
atau oleh-oleh dari Malingping adalah bakso ikannya yang terkenal hingga penjuru
negeri.
Tulisan ini berfokus pada persoalan seputar Malingping yaitu mengenai asal
usul nama Malingping. Terdapat banyak versi mengenai penamaan malingping,
yang mana versi-versi yang sudah banyak di kenal masyarakat yaitu berkaitan
dengan kedatangan seorang mualim untuk menyebaarkan agama islam.
Tetapi masih belum diketahui pasti sumber mana yang dapat dipercayai
mengenai asal usul Malingping karena banyak versi yang menceritakannya. Maka
dari itu penulis mencoba meneliti lagi bagaimana kebenaran dari asal usul
diberikan nama Malingping, dengan berbagai sumber pustaka juga penelitian
lapangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dirumuskan menjadi:
1. Bagaimana asal muasal Malingping?
2. versi apa saja yang menceritakan mengenai Malingping?

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
Bersandar pada buku yang ditulis dosen sejarah Stkip Setia Budhi
Rangkasbitung yaitu Neli Wachyudin dan teman nya Juliadi, dalam bukunya
yang berjudul Toponimi/Sejarah Nama-nama Tempat Berdasarkan Cerita
Rakyat Beliau menuliskan mengenai asal usul nama Malingping dimana terdapat
bermacam-macam versi yang menceritakan terciptanya nama Malingping itu
sendiri untuk salah satu keamatan terbesar di lebak setelah Rangkasbitung,
Malingping berada di selatan kabupaten lebak dipesisir barat daya pulau jawa
membuat daerah ini banyak sumber daya alam laut. Dengan hasil laut yang
melimpah, Masyarakat Malingping memanfaatkanya dengan mengolah menjadi
salah satu makanan khas Malingping, yaitu bakso ikan.
Mengenai Malingping masih banyak masyarakat yang bingung dalam
penyebutan nama salah satu kecamatan, yang terletak di kabupaten Lebak,
Banten. Kebanyakan Masyarakat luar menyebutnya Malimping, Namun nama
penyebutan yang benar adalah Malingping. Kota Malingping memiliki sejarah
yang cukup Panjang dan memiliki banyak versi dalam perjalanannya. Dan versi
cerita tersebut terdapat dalam buku sejarah yang ditulis Neli Wachyudin &
Juliadi. Nama Malingping berkaitan dengan kehadiran seorang pedagang yang
berasal dari Tiongkok dan masuk ke  Banten Selatan, tokoh itu bernama
Ma’Lingping. Hubungan dagang yang baik digelar bersama masyarakat lokal,
sehingga berhasil membuka lahan untuk pemukiman warga sekitar.
Keberhasilan Ma’Lingping membuat pemukiman di kawasan itu, menjadi sangat
berkembang dan banyak pedagang yang juga mencoba keberhasilannya. Selain
berdagang, karena lahan yang subur dan luas banyak masyarakat bergiat menjadi
petani dan nelayan karena letaknya di pesisir laut. Setelah
Ma’Lingping meninggal masyarakat menjadikan nama Ma’Lingping sebagai
nama pemukiman sebagai tanda hormat atas jasa dan kerja keras beliau.
Pemukiman yang luas itu yang saat ini menjadi kecamatan Malingping, sehingga
menjadi salah satu kecamatan terbesar kedua setelah kecamatan Rangkasbitung.

2
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Teknik penelitian merupakan cara-cara yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam
penyusunan penelitian ilmiah mengenai “Asal Usul Nama Malingping” dalam
mealukan penelitian penulis menggunakan beberapa macam teknik penelitian
diantaranya adalah studi literatur, wawancara, dan studi dokumentasi. Akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Studi Literatur
salah satu Teknik yang digunakan untuk mencari ide atau sumber referensi
dalam penelitian. Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan
persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan, seperti buku-buku,
jurnal maupun hasil penelitian yang pernah dibuat sebelumnya yang
berhubungan dengan topik penelitian
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara atau tanya jawab dengan narasumber dalam
rangka melengkapi data yang diperlukan dan juga untuk memperkuat
penelitian dengan adanya sumber lisan. Maka dari itu wawancara sangat
diperlukan dalam mendapatkan sumber langsung dari warga asli Malingping,
ataupun dari pihak-pihak yang terlibat dalam penamaan malingping.
3. Studi Dokumentasi
Teknik penelitian ini merupakan mengumpulkan sejumlah dokumen yang
diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian,
seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data
penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kecamatan Malingping, Peneliti memilih
tempat di Kecamatan nya karena penamaan malingping sendiri berada di lokasi
kecamatan Malingping. Peneliti akan melakukan penelitian di bulan desember
sampai januari.

3
C. Prosedur Penelitian
Kemudian sebagaimana yang dipaparkan dalam skripsi pendidikan sejarah
(Fitria D.F. 2017: 66) bahwa pelaksanaan penelitian terdiri dari tahapan
pengumpulan sumber atau heuristik, kritik internal dan eksternal, interpretasi
dan historiografi. Berikut adalah penjelasan tahap-tahap pelaksanaan penelitian
yang dilakkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.
1. Menentukan topik
Dalam KBBI Topik/to.pik/ adalah pokok pembicaraan dalam diskusi,
ceramah, karangan dan sebagainya.
2. Heuristik (pengumpulan sumber)
Menentukan topik penelitian, peneliti sejarah akan melakukan langkah
pertama dalam metode sejarah. Tahapan ini disebut tahap pengumpulan data
atau sumber, baik sumber primer ataupun sekunder tertulis ataupun lisan
yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. Dalam tahap ini peneliti
sudah memasuki lapangan penelitian. Sumber-sumber tertulis dan lisan
terbagi atas dua jenis yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber primer
ialah kesaksian baik tertulis maupun lisan dari seorang saksi mata atau saksi
dengan pancra indra yang lain. Sedangkan sumber sekunder merupakan
kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yaitu kesaksian
dari seorang yang tidak terlibat langsung pada peristiwa yang dikisahkan
nya, oleh karena itu sumber primer harus dihasilkan seorang saksi yang
sezaman dengan peristiwa yang dikisahkannya.
Adapun sumber-sumber yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Sumber Lisan
Selain Sumber buku, penelitian ini juga menggunakan sumber
lisan atau yang dikenal dengan wawancara kepada tokoh-tokoh baik
yang memiliki hubungan darah dengan orang yang terlibat dalam
kisahnya ataupun dengan informan yang mengetahui bagaimana asal
muasal salah satu kecamatan dilebak ini di namakan Malingping.
Wawancara yang dilakukan akan mengungkap informasi mengenai asal
usul Malingpimg.

4
b. Sumber Pustaka
Langkah pengumpulan data tidak hanya difokuskan pada sumber-
sumber seperti diatas, namun sumber beupa buku, skripsi, artikel,
catatan, dan sebagainya akan menjadi bahan pertimbangan selanjutnya.
Walaupun sifatnya sumber yang sekunder tetapi dapat dijadikan sebagai
pelengkap bahan yang sulit didapatkan. Banyak penelitian sebelumnya
yang telah membahas tentang asal usul nama malingping diantaranya
buku yang terbit pada tahun 2014 karya Juliadi & Neli Wachyudi dan
Toponimi Nama-Nama Kecamatan di Kabupaten Lebak penulis
Ginandar yang terbit tahun 2022. Maka dari itu sumber-sumber inilah
yang akan menjadi target penulis dalam upaya membandingkan satu
sumber dengan sumber lain dalam langkah kritik sumber.
3. Kritik Sumber
Pada tahap ini sumber-sumber yang telah dikumpulkan harus
dikritik untuk dipastikan kredibilitasnnya sebagai bahan penulisan.
Menurut Gottschalk dalam pranoto (2010: 35) kritik adalah kerja
intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna
mendapatkan objektivitas suatu kejadian. Dalam metode sejarah terdapat
cara melakukan kritik eksternal dan kritik inter (Helius sjamsudin, 2012:
67). Pada tahapan ini, sumber yang telah dikumpulka pada kegiatan
heuristik, dilakukan penyaringan atau penyeleksian tentunya dengan
mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan
orisinilitasnya terjammin.
Langkah kritik sumber ini terdiri dari dua bagian yaitu kritik
ekster (dari luar) dan kritik intern (dari dalam). A. Daliman (2012: 67)
mengatakan bahwa:
Kritik eksternal ingin menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, agar
diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau
palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui. Makin
luas dan makin dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu

5
sumber, akan makin asli sumber itu, berikut adalah fungsi dari kritik
eksternal dan internal:
Kritik eksteren berfungsi untuk menentukan otensitas sebuah sumber
sejarah, apakah sumber itu asli atau palsu secara fisik. Untuk dapat
memastikan apakah sumber otentik atau tidak, peneliti sejarah harus
mengajukan paling tidak lama pertanyaan terhadap sumber sejarah itu.
a. Kapan sumber sejarah itu dibuat (tanggal)?
b. dimana lokasi itu dibuat?
c. Siapakah yang membuat (penulis)?
d. Dari bahana pakah sumber itu (analisis bahan)?
e. Apakah sumber sejarah asli atau tidak (integritas)?
f. Apakah sumber sejarah asli atau tidak (integritas)?
Sedangkan kritik intern berguna untuk menentukan kredibilitas sebuah
sumber sejarah. Kritik intern ini berhubungan dengan sebuah dokumen
dalam arti apakah kebenaran isi atau informasi yang terkandung dalam
sebuah sumber yang telah dipastikan otentitas itu juga bias dipercaya
atau tidak. Untuk memastikan kredibilatas sebuah sumber, harus juga
diajukan berbagai pertanyaan kritis seperti contoh berikut.
a. Apakah pembuat sumber sejarah adalah orang yang benar-benar
menyaksikan peristiwa itu?
b. Apakah orang tersebut jujur dan berani untuk mengungkap kan
kebenaran dalam sumber ditulisnya?
c. Apakah dia mempunyai kelayakan menulis sumber itu dan
sebagainya. Sumber sejarah juga harus dibanding-bandingkan
dengan sumber-sumber yang lain yang lebih independen (Helius
Sjansudin, 2012: 67).
Apabila sumber sejarah dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut
secara tepat dan meyakinkan, maka sumber- sumber sejarah tersebut
dapat dikatakan otentik. Untuk keperluan itu dibutuhkan ilmu-ilmu lain
seperti paleografi, epigrafi, genealogi, dan sebagainya.
Setelah selesai menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, maka pendiri
sejarawan harus melangkah ke uji yang kedua yaitu uji kredibilitas atau

6
sering juga disebut uji reliabilitas. Artinya peneliti atau sejarawan harus
menentukan seberapa jauh dapat dipercaya kebenaran dari isi informasi
yang disampaikan oleh suatu sumber atau dokumen sejarah. Untuk
menentukan kredibilitas atau reliabilitas sumber atau dokumen,
diperlukan kritik internal (A. Daliman, 2012: 72).
Terkait dengan penelitian ini, sumber akan di kritik dengan cara sumber
yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan perbandingan jika dengan
sumber lain yang ditemukan. Informasi yang ditemukan di lapangan
akan dipilah mana yang sesuai dan mana yang tidak. Semua sumber baik
lisan, maupun tulisan akan dikaitkan kebenarannya. Jika terdapat
perbedaan informasi, maka akan dilakukan pencarian sumber bandingan
yang lain.
4. Interpretasi
Tahap ini berguna untuk mencari hubungan antara fakta-fakta yang
ditemukan berdasarkan hubungan kronoligis dan sebab akibat dengan
melakukan imajinasi, interpretasi, dan teorisasi (analisis). Hal ini diperlukan
karena seringkali fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber yang telah
dikritik belum menunjukkan suatu kebulatan yang bermakna dan baru
merupakan kumpulan fakta yang saling berhubungan (Helius Sjamsudin,
2012: 121). Tahap ini berguna untuk mencari hubungan antara fakta-fakta
yang ditemukan berdasarkan hubungan kronoligis dan sebab akibat dengan
melakukan imajinasi, interpretasi, dan teorisasi (analisis). Hal ini diperlukan
karena seringkali fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber yang telah
dikritik belum menunjukkan suatu kebulatan yang bermakna dan baru
merupakan kumpulan fakta yang saling berhubungan (Helius Sjamsudin,
2012: 121).
Pendapat Sartono Kartodirdjo yang dikutip oleh Sugeng Priyadi
(2012 : 71) mengatakan: Dalam sejarah terdapat dua unsur yang penting,
yaitu fakta sejarah dan penafsiran atau interpretasi. Jika tidak interpretasi,
maka sejarah tidak lebih merupakan kronik, yaitu urutan peristiwa. Jika tidak
ada fakta, maka sejarah tidak mungkin dibangun. Peneliti melakukan
interpretasi atau penafsiran atas fakta - fakta sejarah, yang terdiri dari (1)

7
mentifact (kejiwaan), (2) sosifact (hubungan sosial), dan (3) artifact (benda).
terkait dengan penelitian ini, maka interpretasi dilakukan dengan sebaik
mungkin dan juga berdasarkan langkah-langkah ilmiah agar tidak terjedi
pembiasan dalam informasi sejarah yang akan disampaikan terkait posisi
penganan ketupat pada upacara tradisi rebo wekasan di desa cikulur.
5. Historiografi
Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historografi, yaitu
kegiatan merekonstruksi peristiwa masa lampau dalam bentuk kisah sejarah
yang harus dituangkan secara tertulis. Dalam hal ini bakat dan kemampuan
menulis seseorang peneliti sejarah sangat mewarnai tulisannya maka tidak
heran jika hasil dari penelitian sejarah akan memiliki perbedaan maka hal ini
adalah salah satu keunikan dari penelitian sejarah (Helius Sjamsudin, 2012:
121).
Setelah selesai menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, maka
pendiri sejarawan harus melangkah ke uji yang kedua yaitu uji kredibilitas
atau sering juga disebut uji reliabilitas. Artinya peneliti atau sejarawan harus
menentukan seberapa jauh dapat dipercaya kebenaran dari isi informasi yang
disampaikan oleh suatu sumber atau dokumen sejarah. Untuk menentukan
kredibilitas atau reliabilitas sumber atau dokumen, diperlukan kritik internal
(A. Daliman, 2012: 72).

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Malingping

Malingping merupakan sebuah nama kecamatan yang terletak di


bagian selatan Kabupaten Lebak. Berdasarkan geografisnya, Malingping
berada pada rentang koordinat 6046’41.18” Lintang Selatan dan
106001’04.65” Bujur Timur, dengan luas wilayah 9.217 hektare (ha) dan
berada pada ketinggian—yang diukur melalui aplikasi Google Earth—
mencapai 86 mdpl. Batas-batas wilayah geografisnya meliputi: Kec.
Wanasalam di barat, Kec. Banjarsari dan Cijaku di utara, Kec. Cihara di timur,
dan di sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Orbitasi Kec. Malingping
dengan Rangkasbitung sebagai ibukota Kabupaten Lebak berkisar 100 km
dengan waktu tempuh berkendara sekitar 1 jam 57 menit. Secara administratif,
wilayah kerja Kec. Malingping meliputi 220 RT dan 51 RW yang tersebar di
14 desa.13 Secara demografi jumlah penduduk di Kecamatan Malingping
tahun 2020 mencapai 71.084 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
5,13%, dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 771 jiwa/km

9
Secara hidrologi, Kec. Malingping termasuk ke dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliman-Cisawarna yang terdiri dari anak sungai utama, yaitu
Sungai Ciliman dengan anak-anak sungai lainnya seperti Sungai Cidangdang,
Sungai Cibinuangeun, dan anak sungai lainnya. Sementara itu, secara
hidrogeologi kandungan cekungan air tanah (CAT) di Kecamatan Malingping
terbagi menjadi dua bagian, yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer)—yang
termasuk pada kategori air tanah dangkal—dan akuifer semi tertekan
(semiconfined aquifer) yang termasuk pada kategori air tanah sedang.
Sedangkan berdasarkan klimatologinya, Malingping memiliki curah hujan yang
cukup tinggi berkisar antara 2.000 hingga lebih dari 3.500mm/tahun dengan
suhu tahunan rata-rata mencapai 250-320C. Secara topografi bentuk raut
permukaan wilayah Kec. Malingping termasuk ke dalam klasifikasi morfologi
dataran dengan kelerengan 0–2% hingga 2-5%. Jenis tanah yang tersebar di
wilayah ini yaitu lodsolik, aluvial, latosol, dan regosol. Berdasarkan keterangan
pada peta zona kerentanan gerakan tanah Kabupaten Lebak (susceptibility to
landslide zone map of Lebak Regency) yang dikeluarkan oleh PVMBG,
Kementerian ESDM Republik Indonesia tahun 2016, daerah Malingping terbagi
atas zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah dengan persentase (5%), zona
kerentanan gerakan tanah rendah (80%), dan zona kerentanan gerakan tanah
menengah (15%).

B. Kedatangan Seorang Pedagang Berkebangsaan Cina

10
11
Secara Toponim, terdapat pelbagai versi untuk menceritakan asal-usul
nama Malingping. Versi pertama menurut Ginandar (2022: 177) dalam bukunya
Toponimi Nama-namaKecamatan di Kabupaten Lebak, menuliskan bahwa asal-
usul nama Malingping berawal dari kedatangan seorang pedagang
berkebangsaan Cina Bernama Ma’Lingping ke tanah Banten. Ma’Lingping
melakukan hubungan dagang dengan penduduk lokal sampai ke pelosok daerah
di Banten. Pada suatu waktu tibalah ia ke suatu daerah di bagian selatan Banten,
di sana ia kemudian membuka lahan untuk dijadikan pemukiman. Lambat laun
pemukiman tersebut semakin ramai dan semakin banyak orang yang datang
berdagang, menjadi petani, dan nelayan. Setelah Ma’Lingping meninggal dunia
maka untuk mengabadikan namanya, daerah yang dibukanya untuk dijadikan
pemukiman tersebut dinamakan Malingping.

C. Kedatangan Seorang Mualim

Versi
kedua masih dalam sumber yang sama, Ginandar (2022: 178) menerangkan
bahwa asal-usul nama Malingping berkaitan dengan cerita kedatangan seorang
mualim, seorang yang pandai di bidang agama Islam datang ke daerah yang
belum terlalu ramai penduduknya untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama
Islam. Dikisahkan mualim ini berasal dari utara, yaitu dari Kesultanan Banten
untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah selatan Banten. Oleh penduduk

12
setempat ketika pertama kali datang atau tiba di daerah mereka menyebutnya
mualim sumping. Sumping berasal dari bahasa Sunda yang dalam bahasa
Indonesia artinya datang. Peristiwa tersebut terekam dalam ingatan masyarakat
sehingga nama daerah yang mereka jadikan pemukiman sebelumnya belum
diberi nama akhirnya sepakat memberi nama Malimping, ringkasan dari dua
kata mualim sumping.

D. Cerita Dalam Novel Karya Ahmad Bakri

Versi ketiga berdasarkan cerita dalam Novel karya mendiang Ahmad


Bakri, Jurutulis Malingping (1987). Dalam novel yang terbit lagi pada 2013 ini,
kedua arti tersebut bertemu jadi tema cerita. Inti ceritanya, seorang birokrat
rendah yang “maling pingping” akhirnya dimutasi ke wilayah terpencil di daerah
pesisir. Latar historisnya mengacu pada zaman kolonial sebelum Perang Dunia
II dengan latar geografis Priangan Timur. Perhatian pengarang, seperti biasa,
diarahkan ke lingkungan ménak atau kalangan elite di tengah masyarakatnya.
Dalam jagat Ahmad Bakri, kalangan itu paling tinggi diwakili Wadana dan
paling rendah diwakili Kuwu. Golongan bupati, ménak tertinggi dari pihak
bumiputra dalam struktur kolonial, memang jarang masuk ke pusat cerita kecuali
dalam kisah yang berlandaskan sejarah.

Kali ini figur yang jadi pusat perhatian pengarang adalah Jurutulis
Wadana yang bernama Suradikarta. Selagi muda, sebelum masuk ke dalam
struktur birokrasi pemerintahan, ia bernama Suradi dan biasa dipanggil Odi. Ia
bukan turunan ménak tetapi pernah bekerja sebagai pembantu di rumah seorang
mantan wadana. Melalui patronase dari majikannya, Suradi bukan saja
mendapatkan janda kaya sebagai istrinya, melainkan mendapatkan akses untuk
jadi bagian dari golongan ménak rendahan. Mula-mula, ia jadi magang di kantor
kewedanaan, lambatlaun naik posisi jadi jurutulis. Sampai di situ, tergambar
gejala menarik. Hierarki sosial antara ménak dan cacah rupanya tidak begitu
kaku. Bisa saja struktur sosial itu ditembus kalau memang ada patron atau ada
nasib baik. Memang, jenjang karier bagi orang seperti Suradi tidak semulus yang
didapatkan seorang C.A. (candidaat ambtenaar) alias calon pegawai. Akan
dianggap berlebihan jika dia bermimpi jadi mantri pulisi apalagi camat.

13
Namun, posisi jurutulis baginya lumayan mentereng. Masalah timbul
dalam urusan tabiat dan gaya hidup. Sayang sekali, Jurutulis Suradikarta
rupanya bukan jenis pegawai yang tahan godaan, terutama godaan birahi. Gadis
atau janda bahkan istri koleganya sendiri, diganggu olehnya, seakan mencari
kompensasi dari istrinya sendiri yang jauh lebih tua dan tak menarik hatinya. Ia
pegawai yang berbuat tidak senonoh. Dengan begitu, golongan cacah alias orang
kebanyakan seperti Suradi, meskipun mengalami mobilitas sosial berkat nasib
baik, rupanya harus tetap hina. Kalaupun masih disebut jurutulis, ia tak lebih
dari “Jurutulis Malingping” yang merupakan akronim dari kata sindiran “maling
pingping”. Dengan arti itu, frase tersebut dipakai untuk meledek lelaki yang
berbuat serong dengan istri orang lain.

14
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Malingping adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 65.720, Malingping
merupakan daerah yang sangat maju dari segi sumber daya alamnya, Namun
masih banyak masyarakat Malingping yang masih belum mengetahui bagaimana
asal muasal nama di kecamatan lebak ini bernama Malingping. Dalam berbagai
versi cerita yang pernah ada bahwa Malingping pada mulanya didatangi oleh
seorang Mualim yaitu samsudin asli sumedang yang diperintahkan kakeknya
untuk menyebarkan agama islam di pemukiman kecil bagian selatan, sehingga
atas kedatangan nya itu yang dalam bahasa sunda “sumping” warga akhirnya
memberikan nama pemukiman yang tidak bernama itu “Malimping”.

Tak hanya dalam kedatangan seorang pedagang mualim saja, ada juga
versi lain yang didapat dari sumber literatur mengatakan bahwa pada mulannya
Malingping didatangi oleh seorang pedagang berkebangsaan china yang datang
untuk berdagang. Malingping menyimpan banyak sejarah yang masih belum
diketahui Masyarakat lokal. Maka dari itu kita perlu melestarikan sejarah-sejarah
kita untuk mengenalkan pada generasi kita selanjutnya yang ada didaerah kita
sendiri agar tak hilang ditelan masa.

B. Saran
Malingping menyimpan banyak sejarah yang masih belum diketahui
Masyarakat lokal. Maka dari itu kita perlu melestarikan sejarah-sejarah kita
untuk mengenalkan pada generasi kita selanjutnya yang ada didaerah kita
sendiri agar tak hilang ditelan masa. Dan dengan adanya tulisan ini saya sebagai
penulis berharap pembaca tulisan ini dapat bisa merepresentasikan sebuah
sejarah yang dekat dengan kita kepada diri sendiri maupun orang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ginandar. 2022. Toponimi Nama-Nama Kecamatan di Kabupaten Lebak.


Rangkasbitung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak.

Juliadi, Wachyudin Neli. 2014. Sejarah Nama-Nama Tempat Berdasarkan


Cerita Rakyat. Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.

Frely Rahmawati. (2021, Maret 21) Mengenal Asal Usul Nama Malingping
Lebak, Jejak Pedagang dari Cina, Kini Terkenal dengan Baso Ikannya.
kabarbanten.pikiran-rakyat.com. Diakses pada 1 Januari 2023 melalui
https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/seputar-banten/pr-591570244/mengenal-
asal-usul-nama-malingping-lebak-jejak-pedagang-dari-cina-kini-terkenal-
dengan-baso-ikannya#:~:text=Pertama%2C%20berdasarkan%20cerita
%20rakyat%2C%20nama,tepatnya%20di%20daerah%20selatan%20Banten.

Tim Portal Leak. (2022 Januari 17) Asal Usul Kecamatan Malingping di
Kabupaten Lebak Banten, Terkoneksi Antara Tokoh Tiongkok dan Bakso.
portallebak.pikiran-rakyat.com. Diakses pada 1 januari 2023 melalui
https://portallebak.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-293496897/asal-usul-
kecamatan-malingping-di-kabupaten-lebak-banten-terkoneksi-antara-tokoh-
tiongkok-dan-bakso

16
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar. 1&2 Wawancara bersama Abah Haji Bisrun di Citeureup

Gambar. 3 Wawancara bersama ka Aceng di Pasir haur

17
Tabel. 4
Hasil Wawancara Mengenai Asal Usul Nama Malingping
No Pertanyaan Jawaban Sumber

1 Abah bagaimana sih Bapak hj Bisrun keturunan asli Keterangan ini di dapat dari
asal usul Kecamatan dari mbah raden mina nengya. seorang laki-laki bernama
dikita ini diberikan Raden mina itu anak dipati Abah hj Bisrun yang
wukur sumadikara dari
nama malingping? berusia 72 thn dan dikatakan
sumedang. Dipatiwukur anak
pangeran gesangwulun sudah sekitar 72 thnan tinggal
sumedang, kawin sama anak di Malingping. Bagian kp.
ngeran gesangwulun anak mbah Citereup.
haji santri, mbah haji santri
kawin sama anak syarif
hidayatullah cirebon. Makanya
dulu yang namana negara ini
neng jaman penjajahan ya,
jaman penjajahan belanda
jepang dsb, jadi malingping ini.
Bukan malingping sebetulnya
malimping nama mualim, nama
ulama kalau dibanten mah
abuya, jadi setelah malimping
ini didirikan oleh nyaeta abuya
idrus bin marsain, jadi tidaak ada
yang mendidik ajaran agama
islam yg sebenarnya. Antara
syarat dan rukunnya syarat
ibadah ka allah, makanya diutus
oleh mbah dipati wukur yaitu
mbah mualim dalam raksa
negara, kasebut mbah mualim
nyaeta samsudin, cukang jaksa
dalam raksa samsudin, asli dari
sumedang. Nah makana di
malimping ini langsung di didik
ajaran agama islam yang sesuai
dgn hukum syara oleh mbah
mualim samsudin dalam raksa
samsudin ada kuburannya juga,
itulah makanya mbah raden
mina itu membimbing mbah
mualim raksa samsudin itu
makanya dibangunlah masalah
mesjid oleh abuya idrus

18
termasuk mbah mualim dalam
raksa samsudin nak gitu, jadi
malimpiing itu atas nama
mualim jadi karena dengan
gerakan-gerakan syiar agama
islam itu oleh mbah mualim
samsudin nak, kuburannya juga
ada, rumahnya dulu dekat masjid
alun-alun malingping. Makanya
itu yang dipake alun-alun
malingpinng itu tanah dari raden
mbah mina yang dipake mesjid
dipake pendopo. Jadi abah haji
bisrun ini keturunan dari mbah
raden mina, raden mina anak
dipati wuku, dipatiwukur anak
gesangwulun. Jadi bapak di
malimping ini asli orang
malimping
Jadi mungkin bisa Jadi untuk mempertahankan
dibilang gni ya bah, masalah yang di namakan
sebelum ini ada Banten kidul neng,
namanya, pasti kan
kaya pemukiman
biasa yah pak dan
kemudian datang lah
mualim yaitu mbah
samsudin dalam
raksa samsudin dia
datang ke malimping
ini untuk
mengajarkan agama
islam, karena agama
islam di malimping
ini masih awam, nah
dari situlah mbah
mualim dalam raksa
samsudin
menyebarkan agama
islam, namun untuk
cikal bakal
pemberian
malimping itu
sebetulnya
bagaimana? Apakah
namamalimping
sendiri karena untuk
memberikan

19
penghormatan
kepada jasa-jasa
mualim, khususnya
mbah samsudin?
Atau bagaimana bah?
Kan pak kalau Iyaa, jadi sumping itu jadi
mualim itu lebih sumping tambah mualim pan
kepada mualim lalu kitu dalam raksa samsudin, jadi
ping itu apa? Atau masalahnya nama malimping itu
mungkin arti dari bukan artinya sumpingnya itu
datang ? ping= jadi karena datangnya mbah
sumping(datang) dalam raksa samsudin maka
itulah namanya mualim
samsudin itu maka dinamaan
malimping bukan sumpingna
samsudin.
Jadi silsilah bapak Betul, kuburannya kuburan
sampai ke mbah kramat malimping di jln
samsudin dan sukaraja, kuburan mbah cukang
kebetulan rumah jaksa dalam raksa samsudin
mbah samsudin itu neng ada di desa sukaraja jdi
ada disamping masjid kramat malimping, kalau
alun-alun lantas kuburan mbah raden mina itu
kalau kuburannya pas dibelakang hotel rahayu
ada dimana pak? makanya yang dipakai pendopo
itu tanah mbah arden mina
begitupun alun-alun dan
mesjidnya.
Makanya mbah mualim dalam
raksa samsudin itu mengikuti
jejak langkahnya mbah raden
mina, dijemputnya jga oleh
mbah raden mina anak dipati
wukur dari sumedang gtu nak jd
itu aslinya.
Mbahmualim ini karena di
banten kidul ini masih daerah
awam fanatik ya, jadi makanya
ajaran agama itu blm kuat.
Makanya diperkuatlah olehsyiar
syiar islum itu oleh raksa
samsudin.
2 Bagaimana sih pak Kalau sejarahnya sebetulnya Keterangan ini didapat dari
sejarah atau tidak terlalu tau namun sedikit hasil wawancara, yaitu
awalmulanya yang saya tau kalau asal muasal narasumber bernama ka aceng
malingping? malingping ini sampai-sampai umur 50 thn dan asli orang
menjadi kresidenan malingping, malingping, bertempat tinggal
cilangkahan. Dulu itu dikampung pasir haur.

20
sebenarnya namanya kresiden
cilangkahan neng ga ada
malingping. Malingping itu
sebenarnya suatu lingkungan
atau wilayah yg sekarang mah
itu di desa malingping selatan,
kp lebak jaha itu ada namanya ci
malingping. Malingping itu
asalnya dari situ. Sehingga nama
dulu jaman penjajahan namanya
malingping itu tdk terkenal
seperti sekarang. Dulumah
kresidenan cilangkahan. Sampai
sekarang terkenalnya malingping
setelah mengalami perombakan.
3 Menelusuri makam Ya disini saya hanya selaku Keterangan ini didapat dari
kramat yang diduga perawat, pemelihara disini. Dan channel youtube Bro Dekuy
makam ulama yang saya juga hanya mendengar link untuk mengakses
pertama kali datang informasi dari orang tua dulu. https://youtu.be/jQLnsJhgmRw
ke lebak selatan Memang ini namanya yekh
untuk menyebarkan maulana syamsudin cukang jasa, Video makam kramat berada
agama islam dan saya juga tau informasi dari didesa Sukaraja
abuya idrus, yang pernah
inginmenyatakan bahkan ini
kuburan aslinya atau formalitas,
setelah riaydho disini abuya
idrus tenyta tdk menyambung
karena bukan tingkatan nya, dia
katanya minta tolong kepada
syeikh nawawi caringin meminta
bantuan untuk menyatakan
apakah benar atau tidaknya
disini, setelah pelaksaan itu
dilaksanakan oleh abuya idrus
dengan syeikh nawawi ternyta
begitu masuk wilayahnya pun
nyambung bahkan tingkatan
syeikh, syeikh maulana
samsudin. Ternyta benar ini
bkan formalitas pejuang agama
dulu yang ditugaskan ke banten
selatan ini. Cuman selama
pengalaman saya orang yg
datang kesini untuk riyadho ada
yang menyatakan sumedang ada
yang mengatakan keturunan
padjajaran. Cuman sayamah
hanya sekedar pemelihara itu,

21
itumah masing-masing pnya
pendapatnya sendiri gt kan,
sayamah hanya sebatas tau disini
makam syeikh samsudin.

22

Anda mungkin juga menyukai