Anda di halaman 1dari 5

SAMUDERA PASAI

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan
kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai
kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari
proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim
sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Letak kerajaan Samudra Pasai lebih kurang 15 km
di sebelah timur Lhokseumawe, Nangro Aceh,
Kerajaan Samudra Pasaj di bawah pemerintahan sultan pertamanya yang bernama Sultan
Malik as-Shalih, wafat tahun 696 H (1297 M). Nama Sultan Malik as-Shalih sebaga sultan
pertama kerajaan tersebut diceritakan pula dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja
Pasai, yang sebelumnya hanya seorang Kepala Gampong Samudra, benama Marah Silu
SEJARAH BERDIRINYA SAMUDERA PASAI
Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya
yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka
yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para
pedagang muslim dari Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri Timur Tengah lainnya
mulai memegang peran penting, turut serta dalam jaringan pelayaran dan perdagangan
internasional yang waktu itu jaraknya lebih jauh, yaitu dari Teluk Aden, Teluk Persi, melalui
Samudra India-Selat Malaka sampai Lautan Cina. Perkembangan jaringan pelayaran dan
perdagangan melalui Selat Malaka sejak abad-abad tersebut disebabkan pula oleh upaya-
upaya perkembangan kekuasaan di Asia Barat di bawah Banu Umayyah (660-749), di Asia
Timur di bawah Dinasti T'ang (618-907), dan di Asia Tenggara di bawah kerajaan Sriwijaya
(abad ke-7-14 M)
Dari segi peta politik, munculnya Kerajaan Samudera Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan
suramnya peranan maritim Kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting
di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.'
Keberadaan jaringan pelayaran dan perdagangan antarbangsa itu bukan hanya didasarkan
berita-berita Cina, tetapi sejak abad ke-9 M sampai ke-11 M berita-berita para pelayar dan
geografi bangsa Arab juga telah menambah sumber-sumber sejarah. Berita-berita itu, antara
lain dari Ibn Khurdazbih (850), Ya'Qubi (875-880), Ibn Faqih (902), Ibn Rusteh (903), Ishaq
Ibn Iman (lk. 907), Muhammad Ibn Zakariya al Razi, Abu Zayd dari Sirat (lk. 916), Abu
Dulaf (lk. 940), Mas'udi (943), dan Buzurg Ibn Syahriyar (awal abad ke-10). Dalam berita
mereka itu sering disebut nama-nama tempat yang ada di Selat Malaka seperti sebutan Salahit
(Selat), Kalah (Kedah), Jawah (Sumatra), Sribuza dan Ramni, Qaqulah, Fansur, Lambri
Lamuri), dan sebagainya. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di
daerah pesisir Selat Malaka dan juga di Cina Selatan tumbuh komunitas-komunitas muslim
akibat islamisasi. Sesuai dengan situasi dan kondisi kerajaan Sriwijaya yang sedang
mengalami kelemahan disebabkan peluasan kekuasaan kerajaan Singasari dari Jawa,
menyebabkan kekurangmampuan kerajaan Sriwijaya melakukan kontrol sejak awal abad ke-
13 M. lambat laun muncul komunitas muslim yang akhirnya tumbuhlah Samudra Pasai
sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
BUKTI BERDIRINYA SAMUDERA PASAI
1. Bukti berdirinya Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh
adanya nisan kubur di Gampong Samudera bekas Kerajaan Samudera Pasai tersebut.
terbuat dari granit. Dari nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan
tahun 1297 M.
2. Hikayat raja-raja pasai ket: Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan' gelar Malik
Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu. la masuk Islam
berkat pertemuannya dengan Syaikh Ismail, seorang utusan Syarif Makkah, yang
kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al- Saleh. Nisan kubur itu didapatkan di
Gampong Samudera bekas Kerajaan Samudera Pasai tersebut.
Merah Selu adalah putra Merah Gajah. Nama Merah i merupakan gelar bangsawan
yang lazim di Sumatera Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata sungkala yang
aslinya berasal dari Sanskrit Chula. Kepemimpinannya yang menonjol menempatkan
dirinya menjadi raja.
Dari hikayat itu, terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai pusat Kerajaan
Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peusangan, sebuah sungai yang cukup panjang
dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu dan kapal- kapal
mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Ada dua kota yang terletak
berseberangan di muara sungai Peusangan itu, Pasai dan Samudera. Kota Samudera
terletak agak lebih ke pedalaman, sedangkan kota Pasai terletak lebih ke muara. Di
tempat yang terakhir inilah terletak beberapa makam raja-raja..
3. Tradisi hikayat Melayu ket: Hikayat adalah salah satu bentuk karya Gloria sastra,
terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng
4. pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih sudah ada hubungan dengan Cina
sebagaimana diberitakan dalam sejarah dinasti Yuan bahwa tahun 1282 M seorang
utusan Cina bertemu dengan salah seorang menteri dari kerajaan Sumatra di Quilon
yang meminta agar raja Sumatra (Samudra) mengirimkan dutanya ke Cina.
5. tercantum pada mata uang dirham Mata uang dirham dari Samudera Pasai tersebut
pernah diteliti oleh H.K.J. Cowan untuk menunjukkan bukti-bukti sejarah raja-raja
Pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan Alauddin, Sultan
Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Abdullah. Pada tahun 1973 M,
ditemukan lagi 11 mata uang dirham di antaranya bertuliskan nama Sultan
Muhammad Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah, semuanya adalah
raja-raja Samudera Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M. Atas dasar mata uang emas
yang ditemukan itu, dapat diketahui nama-nama raja dan urut-urutannya, sebagai
berikut: Sultan Malik Al-Saleh yang memerintah sampai tahun 1207 M. Muhammad
Malik Al-Zahir (1297-1326 M), Mahmud Malik Al- Zahir (1326-1345 M), Manshur
Malik Al-Zahir (1345-1346 M), Ahmad Malik Al-Zahir (1346-1383 M), Zain Al-
Abidin Malik Al- Zahir (1383-1405 M), Nahrasiyah (1402-?), Abu Zaid Malik Al-
Zahir (?-1455 M), Mahmud Malik al-Zahir (1455-1477 M), Zain Al-Abidin (1477-
1500 M), Abdullah Malik Al-Zahir (1501-1513 M), dan Sultan yang terakhir adalah
Zain Al-Abidin (1513-1524).
6. Pendapat Ibn Batutah, seorang pengembara terkenal asal Marokko (Maroko adalah
negara Afrika Utara, yang terletak di ujung barat laut Afrika di ujung benua Eropa.),
yang pada pertengahan abad ke-14 M (tahun 746 H/1345 M) mengunjungi Samudera
Pasa dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina. Ketika itu Samudera Pasal diperintah
oleh Sultan Malik Al-Zahir, putra Sultan Malik Al-Saleh Menurut sumber-sumber
Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la (Samudera) mengirim
kepada raja Cina data- duta yang disebut dengan nama-nama Muslim yakni Husein
dan Sulaiman. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Islam sudah hampir satu abad
lamanya disiarkan di sana. la meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat
keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya, mengikuti mazhab Syafi'i. Berdasarkan
beritanya pula, Kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama
Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi
berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
7. dalam catatan Tiongkok. Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar
kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatra waktu itu, dari selatan ke utara
terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).
PEMIMPIN KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudra Pasaj di bawah pemerintahan sultan pertamanya yang bernama Sultan
Malik as-Shalih, wafat tahun 696 H (1297 M). Nama Sultan Malik as-Shalih sebaga sultan
pertama kerajaan tersebut diceritakan pula dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja
Pasai, yang sebelumnya hanya seorang Kepala Gampong Samudra(Kepala Dusun/Jurong )
benama Marah Silu." Sultan-sultan yang memerintah kerajaan Samudra Pasai berturut-turut
adalah Sultan Malik as-Shalih (wafat 696 H/1297 M), Sultan Muhammad Malik az-Zahir
(1297-1326), Sultan Mahmud Malik az-Zahir (lk. 1346- 1383), Sultan Zain al-'Abidin Malik
az-Zahir (1383-1405), Sultanah Nahrisyah (1405-1412), wafat 27 September 1428), Abu
Zaid Malik az- Zahir (1412-7), dan Mahmud Malik az-Zahir (1513-1524), Nama-nama sultan
yang telah disebutkan itu selain terdapat pada sumber Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja
Pasai juga tercantum pada mata uang, kecuali sampai kini nama Sultan Malik as-Shalih
belum didapatkan pada mata uang, emas yang disebut dirham itu. Pada masa kerajaan
Samudra Pasai hal-hal yang perlu dicatat, antara lain di bidang politik dan hubungan
antarkerajaan serta di bidang keagamaan dan bidang perekonomian perdagangan
PUNCAK KEJAYAAN SAMUDERA PASAI
1. Pada awal abad ke-16 M mungkin masa memuncaknya kerajaan Samudra Pasai
sebagaimana diberitakan Tomé Pires (1512-1515) tengah mengalami berbagai
kemajuan di bidang politik pemerintahan, di bidang keagamaan, terutama di bidang
perekonomian dan perdagangan." Diceritakan tentang kerajaan Pasai selalu
mengadakan hubungan persahabatan dengan Malaka bahkan mengikat hubungan
perkawinan.
2. Bahkan kerajaan Samudra Pasai menghasilkan komoditas perdagangan ekspor, seperti
lada, sutra, kapur barus, dan banyak lagi komoditas yang dapat diperoleh karena
tempat itu sebagai pengumpul berbagai barang perdagangan dari berbagai daerah
seperti seperti Rumi, Turki, Arab, Persia (Iran), Gujarat, Keling, Bengali, Malayu,
Jawa, Bruas, Siam, Kedah, dan Pegu. .. Kecuali itu, juga yang berkaitan dengan
masalah pendapatan kerajaan-kerajaan ialah pajak dari barang-barang yang diekspor
dan diimpor
3. Diberitakan pula bahwa kerajaan Samudra Pasai telah meng- gunakan mata uang
seperti uang kecil yang disebut ceilis, ada yang -dibuat dari emas yang disebut dramas
yang dibandingkan dengan harga mata uang Portugis crusade, yaitu 9 drama sama
dengan 1 crusado yang juga sama dengan 500 cash. Mata uang emas itu dibuat dari
serbukan emas dan perak." Di bidang keagamaan sebagaimana telah diberitakan Ibn
Batuttah tentang kehadiran para ulama dari Persia, Syria, dan Isfahan. Ibn Battutah
menceritakan bagaimana taatnya Sultan Samudra Pasai terhadap agama Islam dari
madzhab Syafi'i, dan ia selalu dikelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam
4. Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak mempunyai basis
agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Pengawasan
terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang
memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar.
5. Tome Pires menceritakan, di Pasai ada mata uang dirham Dikatakannya bahwa setiap
kapal yang membawa barang-barang dari Barat dikenakan pajak 6%. Samudera Pasai
pada waktu itu ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomi, memang merupakan
suatu daerah yang penting sebagai penghubung antara pusat-pusat perdagangan yang
terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina, dan Arab. Ia merupakan pusat
perdagangan yang sangat penting. Adanya mata uang itu membuktikan bahwa
kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
PERAN SAMUDERA PASAI DLM PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Kerajaan Samudra Pasai mempunyai peran penting di dalam penyebaran agama Islam di Asia
Tenggara." Malaka menjadi kerajaan yang bercorak Islam karena amat erat hubungannya
dengan Kerajaan Samudra Pasai lebih- lebih dengan mengadakan hubungan pernikahan
antara putra-putra Sultan dari Pasai dengan Malaka sehingga pada awal abad ke-15 M atau
sekitar 1414 M tumbuhlah kerajaan Islam Malaka (Kesultanan Melaka atau Kesultanan
Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Melaka, Malaysia), dimulai
pemerintahan Paramisora. Tomé Pires menceritakan hubungan antara Pasai dengan Malaka
terutama pada masa pemerintahan Saquem Darxa yang dapat disamakan dengan nama Sultan
Muhammad Iskandar Syah raja kedua Malaka,¹2
Dalam Hikayat Patani terdapat cerita tentang peng-islam-an raja Patani yang bernama Paya
Tu Naqpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang bernama Syaikh Sa'id karena berhasil
menyembuhkan raja Patani itu. Setelah masuk Islam raja berganti nama yaitu Sultan Ismail
Syah Zillullah Fil Alam dan juga ketiga orang putra dan putrinya yaitu Sultan Mudhaffar
Syah, Siti Aisyah, dan Sultan Mansur. Pada masa pemerintahan Sultan
Mudhaffar Syah datang seorang ulama lagi dari Pasai yang bernama Syaikh Safiuddin yang
atas perintah raja ia mendirikan masjid untuk orang-orang muslim di Patani." Demikian pula
dengan banyaknya jenis nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang menjadi nisan kubur raja-
raja di Patani, Malaka, dan Malaysia pada umumnya terutama yang bentuknya menyerupai
nisan kubur Sultan Malik as-Shalih dan nisan-nisan kubur dari abad-abad sebelum ke-17 M
ditambah dengan kesamaan jenis batu serta penulisan dan huruf- huruf bahkan dengan
pengisian ayat-ayat Alquran dan nuansa kesufiannya," jelas Samudra Pasai mempunyai peran
penting dalam persebaran Islam di beberapa tempat di Asia Tenggara, demikian pula di
bidang perekonomian dan perdagangan.
KERUNTUHAN SAMUDERA PASAI
1. sejak Portugis menguasai Malaka tahun 1511 M dan meluaskan kekuasaannya,
kerajaan Islam Samudra Pasai mulai dikuasai sejak tahun 1521 M. Kemudian kerajaan
Aceh Darussalam di bawah pemerintahan Sultan Al Mughayat Syah lebih berhasil
menguasai Samudra Pasai. Kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di pesisir, seperti
Aru, Pedir, dan lainnya berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam Aceh Darussalam
yang sejak abad ke-16 M makin mengalami perkembangan politik, ekonomi-
perdagangan, kebudayaan, dan keagamaan.
2. Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M,
kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun,
kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya,
Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat
di Bandar Aceh Darussalam."

Anda mungkin juga menyukai