Anda di halaman 1dari 7

SULTAN SAMUDRA PASAI

Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, dengan
sebutan singkat yaitu Pasai adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara
Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi
Aceh, Indonesia.Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh,
sekitar tahun 1267.[1]

Para sejarawan menelusuri keberadaan kerajaan ini menggunakan sumber dari Hikayat Raja-
raja Pasai serta peninggalan sejarah adat istiadat serta budaya setempat yang masih berjalan
dan dipertahankan oleh masyarakat pesisir pantai utara Sumatra.[2] Hal ini dibuktikan dengan
beberapa makam raja yang datang pertama kali pada tahun 710 Masehi serta penemuan koin
berbahan emas dan perak dengan tertera nama keturunan rajanya. Dengan di temukannya
Makam Raja (Penemuan Makam Raja Samudera Pasai Meninggal di Tahun 710 Masehi) ini
membuktikan sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Samudera Pasai sebelum Rajanya
Meninggal (Penemuan Makam Raja) Berarti Kerajaan Samudera Pasai sudah berdiri sebelum
710 Masehi dan juga bisa dikatakan Islam sudah masuk di Nusantara (Indonesia) sebelum
710 Masehi. Siapa kah pihak yang telah mengotak atik sejarah di Negeri ini.[3] Keberadaan
kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya
Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.[4]

Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai serta tersebut dalam Tambo Minangkabau putra dari
Ahlul Bait Sayyidina Hussein, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu dan
menyebut nama raja yang mukim dari tahun 710 Masehi hingga para anak cucu nya sebagai
penyebar agama Islam di Sumatra, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang
bernama Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan
yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh,
ia wafat pada tahun 696 H atau 1267 M.[5]

Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah
dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, tetapi dalam catatan Tiongkok nama-
nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya
mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatra waktu itu, dari
selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).[6][7]

Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad
Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai,
seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus
tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal
dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai
tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian
menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh
keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i.[8][9]
Al Malikush Shaleh

Pada saat itu, orang-orang Islam sudah mendirikan perkampungan di tepi pantai Sumatra.
Mereka berasal dari pedagang-pedagang sumatera yang berdagang di arab dan persia. Hanya
saja, mereka belum sanggup mendirikan kerajaan yang kuat.

Pada tahun 1205, telah naik takhta seorang raja Islam di Daya, Aceh yang bergelar Sri
Paduka Sultan Johan Syah.[1] Beliau bukan penduduk asli Aceh, melainkan keturunan
pedagang-pedagang Islam yang menetap di Aceh. Prof. Dr. Hamka berpendapat bahwa jika
dilihat dari namanya, ada kemungkinan bahwa beliau berasal dari Gujarat. Namun demikian,
tidak ada berita mengenai kelanjutan kerajaan ini.

Kabar berita bahwa masyarakat Islam sudah ada di pantai Sumatra rupanya sampai juga ke
Mekah. Syarif Mekah mengutus seorang ulama bernama Syekh Isma'il agar datang
berkunjung ke negeri Samudra, Aceh. Sebab, di antara negeri-negeri tepi pantai Sumatra,
nama Samudra Pasai lebih terkenal. Syekh Isma'il berangkat menuju Samudra Pasai. Ia
melabuhkan sementara kapalnya di Malabar (Mu'tabar), lalu melanjutkan perjalanan ke Aceh.
Sampai di Aceh, Syekh Isma'il bertemu dengan seorang mantan raja yang bernama Fakir
Muhammad. Mantan raja itu ialah keturunan dari Abu Bakar, sahabat nabi.

Mereka berdua mengunjungi negeri-negeri tepi pantai Sumatra yang telah memeluk agama
Islam, yaitu Fansur (Barus), Lamiri dan Haru. Setelah itu, mereka meneruskan pelayaran ke
negeri Perlak. Disana mereka mendapat informasi bahwa negeri Samudra Pasai yang mereka
tuju rupanya telah terlewat. Terpaksalah kapal mereka dibelokkan kembali. Akhirnya, mereka
berjumpa dengan Merah Silu, kepala kampung di tempat itu.

Setelah mereka berdua mengadakan pertemuan dengan Merah Silu, beliau masuk islam.
Beliau juga diberikan nama Islam, yaitu Sultan al-Malikush Shaleh. Kemudian, mereka
memberi tanda-tanda kerajaan yang langsung dibawa dari Mekah kepada Sultan. Gelar Sultan
ini langsung diberikan oleh Syarif Mekah. Pada saat itu, Syarif Mekah ada di bawah naungan
kerajaan Mamalik di Mesir. Syarif Mekah, atas izin Sultan Mamalik, memberikan gelar
Sultan kepada Merah Silu.[1] Gelar "Al Malikush Shaleh" adalah gelar yang dipakai oleh
pendiri kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir, yaitu Al Malikush Shaleh Ayub.

Pada zaman pemerintahan Al Malikush Shaleh, Marco Polo, seorang pengembara bangsa
Venesia, berkunjung ke Sumatra Utara. Pada saat itu, ia belum melihat banyak orang Islam di
Sumatra, kecuali di Kerajaan Perlak saja. Al Malikush Shaleh menikah dengan anak
perempuan Raja Perlak yang telah beragama Islam. Beliau memiliki dua orang putra.

=== Al Malikuzh Zhahir I (1297 - 1326) Seorang putra Al Malikush Shaleh diberi gelar Al
Malikush Zhahir, sedangkan putranya yang lain diberi gelar Al Malikul Mansur. Azh Zahir
adalah gelar yang dipakai oleh Sultan Mamalik yang kedua di Mesir, yaitu al Malikuzh Zhair
Baibars (1260 - 1277). Al Mansur adalah gelar dari Sultan Mamalik yang ketiga, yang
menggantikan Baibars, yaitu al Malikul Mansur Qalawun (1279 - 1290). Sultan Al Malikuz
Zhahir diangkat sebagai sultan kedua Samudra Pasai. Nama kecil sultan itu adalah Raja
Muhammad.

3. Al Malikuszh Zhahir II (1326 - 1348)

Sultan ketiga Samudra Pasai bergelar Zhahir juga. Nama kecilnya adalah Raja Ahmad.
Hamka berpendapat bahwa besar kemungkinan bahwa sultan inilah yang ditemui oleh Ibnu
Batutah ketika ia singgah di negeri Pasai tatkala Ibnu Batutah diutus Sultan Delhi ke
Tiongkok pada 1345.[1] Ibnu Batutah menceritakan pengamatannya secara rinci, ketika
singgah di Pasai dalam catatan perjalanannya.

Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, Sultan Pasai bermadzhab Syafi'i. Mahdzhab itu diketahui
oleh Sultan secara mendalam. Sultan pun sanggup bertukar pikiran dengan para ulama ketika
membicarakan masalah agama. Sultan gemar mendakwahkan agama Islam ke negeri-negeri
tetangga. Sultan juga memiliki armada kapal dagang yang besar. Ketika Ibnu Batutah singgah
di Tiongkok, ia melihat kapal dari Sultan Pasai sedang berdagang di sana. Sultan mengangkat
ulama keturunan bangsa sayid dari Syiraz sebagai qadhi di Pasai.

Peranan

peranan kerajaan samudra pasai dalam penyebaran agama islam yaitu kerajaan Samudera
pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam.
 

Pembahasan:

Kerajaan Sriwijaya (Sumatera Selatan) mulai mengalami kemunduran. Banyak wilayah


taklukan dari kerajaan Sriwijaya yang melepaskan diri seperti:

a.Pahang

b.Ligor

c.Kelantan

d.Tanah kra

e.Jambi

Oleh karena itu, kerajaan Samudera Pasai mulai berkembang.

Samudera pasai berada di sekitar Sungai Pasai Lhoukseumawe, provinsi Nanggro Aceh
Darusslam. Samudera Pasai berdiri sekitar abad ke-13 yang merupakan kerajaan islam tertua
di Indonesia.

Adapun raja yang pernah memimpin Kerajaan Samudera Pasai antara lain:

1.MARAH SILU

Marah Silu bergelar SULTAN MALIK AL SALEH. Beliau wafat tahun 1297 Masehi.

2.SULTAN MUHAMMAD

Beliau bergelar SULTAN MALIK AT TAHIR 1. Sultan Muhammad sangat disenangi oleh
rakyatnya. Karena memerintah dengan bijaksana. Sultan Muhammad wfat pada tahun 1326
Masehi.
 

3.SULTAN AHMAD

Sultan Ahmad bergelar SULTAN MALIK AT TAHIR II. Pada saat pemerintahan Sultan
Ahmad, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan. Sultan Ahmad wafat pada
tahun 1348.

4.SULTAN ZAINAL ABIDIN

Pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin, kerajaan Samudera Pasai mengalami masa
kemunduran. Hal ini disebabkan oleh perebutan kekuasaan antara keluarga.

Pada masa kejayaan Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran
agama Islam. Perkembangan ini juga didukung dari hasil bumi dari kerajaan Samudera Pasai
seperti LADA. Samudera pasai juga dijadikan Bandar penghubung (Bandar transit) antara
pedagang Islam dari arah barat dengan para pedagang Islam dari arah timur.

Faktor pendukung terhadap kejayaan Samudera pasai yaitu

1.Kerajaan Sriwijaya mulai lemah.

2.Letak kerajaan Samudera Pasai yang strategis di sekitar Selat malaka yaitu sebgai jalur
perdagangan internasional.

 
Bukti keberadaan Samudera Pasai diperkuat dari keterangan Marcopolo seorang pedagang
dari VENESIA yang singgah di Perlak tahun 1292. Marco Polo mengatakan bahwa ketika
Marco Polo berkunjung di Peurlak, rakyat Peurlak sebagian besar telah memeluk agama
islam.

Keterangan mengenai masa kejayaan Samudera Pasai dijelaskan oleh Ibnu Batutah yang
berkunjung ke Samudera Pasai pada tahun 1345 Masehi. Dalam keterangannya disebutkan
bahwa Samudera Pasai merupakan pelabuhan penting dan tempat pertemuan kapal dagang
serta bongkar muat barang dari Cina, India, dan daerah nusantara lainnya.

Ibnu Batutah mengeja Saudera Pasai dengan kata ‘sumaterah”. Oleh karena itu kata Sumatera
digunakan hingga sekarang.
Informasi lain diperoleh dari sejarah DINASTI YUAN CINA bahwa Samudera pasai telah
mengirimkan utusan ke CINA tahun 1282 Masehi.

Hoessein Djajadiningrat berpendapat bahwa Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar 1270 dan
1275. Malaysia juga menyebutkan bahwa Raja Samudra yang awalnya menyembah berhala
telah masuk Islam antara tahun 669 dan 675 Hijriah atau 1270 dan 1275 Masehi dan rajanya
bergelar Islam yaitu Malikh as Shaleh.

Pada pertengahan abad ke 16, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena
diserang oleh Kerajaan Aceh.

Keteladanan

1. Sultan Iskandarmuda dari Aceh adalah seorang Raja yang bercita_cita menjadikan
Aceh sebagai kerajaan besar dan kuat. Ia Raja yang berani menakhlukan kerajaan-
kerajaan di semenanjung Malaka.
2. Sultan Malik Al Saleh adalah seorang Raja yang menegakkan kebenaran

Anda mungkin juga menyukai