Hikayat ini merupakan sebuah karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.
Isinya bercerita mengenai kerajaan Islam pertama di Nusantara yang terletak di Aceh,
yaitu Samudra pasai.
Berdasarkan hikayat ini, dapat kita ketahui pendiri kerajaan Samudra Pasai, yaitu
Sultan Malik As Saleh atau nama aslinya Marah Silu. Sebagian besar isi hikayat ini penuh
dengan mitos dan legenda, tapi hikayat ini telah membantu dalam mengungkap
kebenaran kerajaan Samudra Pasai.
Sumber sejarah kerajaan Samudra Pasai selanjutnya adalah sebuah kitab karya Abu
Abdullah Ibn Batutah. Ia merupakan musafir Maroko yang melakukan pengembaraan ke
timur hingga singgah ke wilayah Samudra Pasai pada tahun 1345.
Dalam kunjungannya ke Samudra Pasai, saat itu kesultanan dipimpin oleh Sultan Al-
Malik Azh-Zhahir II atau pada periode 133? hingga 1349 masehi. Ibnu Batutah sendiri
pernah berkeliling ke pelosok dunia pada Abad Pertengahan.
Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai adalah pusat studi Islam. Saat berkunjung di
kerajaan ini, ia dijemput oleh laksamana muda dari Pasai yaitu bernama Bohuz. Ia pun
selanjutnya diundang ke istana. Setelah singgah di Samudra Pasai, ia kemudian
melanjutkan perjalanan ke China.
3. Kronik China
Di dalam kronik China, Samudra Pasai dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki.
Disebutkan bahwa armada kapal Cheng Ho dengan sekitar 200an kapal mengunjungi
Samudra Pasai secara berturut-turut pada tahun 1405, 1408 dan 1412.
Dalam catatan tersebut, dijelaskan bahwa jarak tempuh menuju Samudra Pasai sekitar 3
hari 3 malam. Pada kunjungannya tersebut, Cheng Ho memberikan hadiah dari Kaisar
China yaitu berupa Lonceng Cakra Donya.
Kemudian pada tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya bernama Ha-li-zhi-han,
namun ia wafat di Beijing. Selanjutnya Kaisar Xuande (Dinasti Ming) mengutus
utusannya bernama Wang Hinhong untuk mengabarkan berita tersebut ke Samudra
Pasai.
Keberadaan lonceng pemberian kaisar China masih ada hingga sekarang dan menjadi
bukti serta sumber sejarah kerajaan Samudra Pasai. Lonceng ini berbentuk stupa,
memiliki tinggi 125 cm, lebar 75 cm. Di bagian luar lonceng terdapat hiasan-hiasan
kombinasi aksara China dan Arab.
Sumber sejarah kerajaan Samudra Pasai selanjutnya berupa naskah surat yang ditulis
oleh Sultan Zainal Abidin, tepatnya pada tahun 1518 masehi. Surat ini ditujukan kepada
Kapitan Moran.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Ditemukan bukti
bahwasanya stempel ini merupakan milik Sultan Muhammad Malikul Zhair. Stempel ini
ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudra, Kab. Aceh Utara. Namun saat
ditemukan, dibagian gagang stempel sudah rusak.
Lokasi makam ini berada di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra. Jaraknya kurang lebih
17 km di sebelah timur kota Lhokseumawe.
Makam ini lokasinya bersebelahan dengan makam Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini karena
beliau merupakan putranya yang juga pernah memimpin Kesultanan Samudra Pasai,
tepatnya dari tahun 1287 hingga 1326 masehi.
Beliau merupakan salah satu pejabat di Kesultanan Samudra Pasai. Ia adalah cicit dari
khalifah Al Muntasir. Ia pernah menjabat sebagai menteri keuangan di kesultanan
Samudra Pasai. Lokasi makam ini berada di Gamping Kuta Krueng. Makam ini memiliki
hiasan kaligrafi, sementara batu nisannya terbuat dari marmer.
Beliau merupakan puteri dari Sultan Muhammad Malikul Zhair. Lokasi makam ini berada
di Gampong Meunje Tujoh. Sama seperti makam sebelumnya, batu nisan pada makam
ini memiliki hiasan kaligrafi bahasa Arab dan Kawi.
Sumber sejarah kerajaan Samudra Pasai terakhir adalah uang koin emas dan perak. Di
dalam uang tersebut tertera nama-nama raja/sultan Samudra Pasai.
Perlu kamu ketahui, setelah Nizamuddin Al Kamil wafat, kerajaan ini telah beberapa
kali dipimpin oleh raja-raja yang juga memberikan pengaruhnya terhadap kerajaan
dan masyarakat sekitar. Berikut ini, telah dirangkum nama-nama raja yang pernah
memimpin Kerajaan Samudera Pasai beserta masa kepemimpinannya. Yuk, lihat
gambar di bawah.
Nah, di antara raja-raja yang disebutkan di atas, ada beberapa raja yang perannya
cukup besar hingga membuat Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa
kejayaan. Yuk, simak penjelasan di bawah.
Pada tahun 1267, Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Meurah Silu dengan gelar
Sultan Malik Al-Saleh. Di masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai berhasil
menguasai Selat Malaka yang pada saat itu menjadi pusat perdagangan
internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utamanya. Selain
lada, Kerajaan Samudera Pasai juga mengekspor sutra dan kapur barus.
Setelah Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297, kepemimpinan Kerajaan
Samudera Pasai dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan Muhammad Malik Az-Zahir.
Sang raja baru ini untuk pertama kalinya memperkenalkan koin emas atau dirham
sebagai mata uang.
Pada tahun 1326, tahta kerajaan diteruskan oleh Sultan Mahmud Malik Az-Zahir. Di
masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai terkenal sebagai kerajaan dagang
yang maju. Di tempat ini, banyak dijumpai pedagang dari India dan Cina yang
membeli rempah-rempah, terutama lada. Selain itu, di Kerajaan Samudera Pasai
terdapat beberapa jenis barang dari Cina yang dapat dibeli pedagang tanpa harus
berlayar ke Cina.
Berikut ini telah dirangkum beberapa aspek yang mendukung kemajuan Kerajaan
Samudera Pasai. Mau tau apa aja? Yuk, simak gambar berikut.
Kehidupan sosial
Dengan demikian para pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan
penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab
untuk menyebarkan agama Islam, dengan demikian kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju,
bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya
perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syfi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di
Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang
beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran Syafi’i dalam perkembangannya
di Pasai menyesuaikan dengan adat Istiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya
merupakan campuran Islam dengan adat Istiadat setempat.
Kehidupan ekonomi
Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang
menjadi jalur pelayaran dunia saat itu. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang
menghubungkan Samudera Pasai – Arab – India – Cina. Samudera Pasai juga menyiapkan bandar-
bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus
masalag perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan di kirim ke luar negeri dan
menyimpan barang dagangan sebelum di antar ke beberapa daerah di Indonesia