c. Makam Nahrasiyah
Nahrasiyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang
pucuk pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrasiyah dikenal arif dan bijak. Ia
bertahta dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang. Harkat dan martabat
perempuan begitu mulia pada masanya sehingga banyak yang menjadi penyiar
agama pada masa tersebut. Makamnya terletak di Gampông Kuta Krueng,
Kecamatan Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari
Makam Malik Al Saleh . Surat Yasin dengan kaligrafi yang indah terpahat dengan
lengkap pada nisannya. Tercantum pula ayat Qursi, Surat Ali Imran ayat 18 19,
Surat Al-Baqarah ayat 285 286, dan sebuah penjelasan dalam aksara Arab yang
artinya, “Inilah makam yang suci, Ratu yang mulia almarhumah Nahrisyah yang
digelar dari bangsa chadiu bin Sultan Haidar Ibnu Said Ibnu Zainal Ibnu Sultan
Ahmad Ibnu Sultan Muhammad Ibnu Sultan Malikussaleh, mangkat pada Senin
17 Zulhijjah 831 H” (1428 M).
Berdasarkan hikayat ini, dapat kita ketahui pendiri kerajaan Samudra Pasai, yaitu
Sultan Malik As Saleh atau nama aslinya Marah Silu. Sebagian besar isi hikayat
ini penuh dengan mitos dan legenda, tapi hikayat ini telah membantu dalam
mengungkap kebenaran kerajaan Samudra Pasai.
Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai adalah pusat studi Islam. Saat berkunjung
di kerajaan ini, ia dijemput oleh laksamana muda dari Pasai yaitu bernama Bohuz.
Ia pun selanjutnya diundang ke istana. Setelah singgah di Samudra Pasai, ia
kemudian melanjutkan perjalanan ke China.
f. Kronik China
Di dalam kronik China, Samudra Pasai dikenal dengan nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-
ki. Disebutkan bahwa armada kapal Cheng Ho dengan sekitar 200an kapal
mengunjungi Samudra Pasai secara berturut-turut pada tahun 1405, 1408 dan
1412.
Dalam catatan tersebut, dijelaskan bahwa jarak tempuh menuju Samudra Pasai
sekitar 3 hari 3 malam. Pada kunjungannya tersebut, Cheng Ho memberikan
hadiah dari Kaisar China yaitu berupa Lonceng Cakra Donya.
Kemudian pada tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya bernama Ha-li-zhi-
han, namun ia wafat di Beijing. Selanjutnya Kaisar Xuande (Dinasti Ming)
mengutus utusannya bernama Wang Hinhong untuk mengabarkan berita tersebut
ke Samudra Pasai
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap
dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran
penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi
kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan
maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang
didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam
sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di
Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan
Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang
Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan
Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat
itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan
Aceh Darussalam.
b. Faktor Eksternal
1). Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari
Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada
diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh
Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah
Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu
Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih
Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa,
yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum
seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut
dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di
Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat
dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak dan Pedawa.
Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang
oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang
dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan
peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan
luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada
perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah
menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di
nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
3. Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang
sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena
politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga
akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang
Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang
sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan
kerajaan Samudra Pasai.
2. Bidang Ekonomi
Dalam segi ekonomi perkembangan kerajaan Samudra Pasai ini ditandai dengan
sudah adanya mata uang yang diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang
terbuat dari emas, uang ini dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan
berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan
internasional pada masa pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, dengan lada
sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Saat itu Pasai diperkirakan
mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain komoditas
lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman.
Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang
maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang -pedagang Jawa
mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka
dibebaskan dari pembayaran cukai.