Keberadaan Kerajaan Samudera Pasai tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke
Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345.
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Meurah Silu, setelah
sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser. Meurah Silu ini
sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta
bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M.
Ia kemudian meberikan nama meurah gajah di saat dewasa meurah gajah di nikah kan
Dengan putroe betung dan memiliki 2 anak meurah hasun dan meurah silo di saat dewasa
Meurah silu bermimpi menemui nabi Muhammad yg memanggilnya dengan Malik as Saleh
Dan memberitahukan bahwa dalam 40 hari akan datang kapal dari mekkah.
40 hari setelah bermimpi datang lah kapal dari arab yang membawa syekh ismail di
Pelabuhan Samudra dan mengajak meurah silu dan rakyat samudra untuk masuk islam
Merah silu yang berganti nama menjadi Malik As Salih menikahi putri ganggang putri
raja perlak dan memiliki anak yg Bernama malikul thahir dan malikul thahir menikah
2 anak Malik Al Mahmud dan Malik Al Mansur dan pada akhirnya meurah silu dan cucunya
Menjadi raja Samudra pasai.
3.Kemajuan
Masa kejayaan Samudera Pasai terjadi pada kepemimpinan Sultan al-Malik Zahir II. Dalam
kepemimpinannya, Wilayah Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan. Sehingga banyak saudagar
dari penjuru dunia, seperti India, Siam, Arab hingga Cina datang untuk berniaga ke Pasai.
Lintas perdagangan di Pasai yang berkembang pesat saat itu juga membuat Kesultanan Samudera
Pasai merilis mata uang emas yang disebut dirham untuk digunakan secara resmi. Selain menjadi
kawasan tersibuk, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi tempat dakwah penyebaran agama Islam,
sekaligus pusat perkembangannya. Walau sempat mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit,
Samudera Pasai mampu meraih kembali masa keemasannya pada pemerintahan Sultan Malikah
Nahrasiyah. Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi salah satu pusat perdagangan yang
cukup penting di Asia. Letaknya yang strategis membuat wilayah kerajaan ini sering dikunjungi para
saudagar dari berbagai negara, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia.
-Diserang Portugis
Salah satu penyebab keruntuhan Samudera Pasai adalah penyerangan Portugis pada abad ke 16. Pada
1511, Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albequerque menyerang Malaka dengan membawa
kekuatan 15 kapal dan 16.000 pasukan. Setelah berhasil menaklukkan Malaka, Portugis mulai
menguasai wilayah-wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan di kawasan Selat Malaka,
termasuk Samudera Pasai. Lama kelamaan, Portugis pun menguasai sebagian besar wilayah
Samudera Pasai yang menandai runtuhnya kerajaan. Wilayah Kerajaan Samudera Pasai yang sudah
runtuh karena diserang Portugis jatuh ke tangan Kesultanan Aceh.
-Diserang Majapahit
Faktor eksternal yang menjadi penyebab keruntuhan Samudera Pasai runtuh adalah serangan dari
Kerajaan Majapahit dari Jawa Timur. Samudera Pasai yang berhasil menjadi pusat perdagangan
strategis di Selat Malaka. Akhirnya membuat Kerajaan Majapahit berambisi untuk menyatukan
Nusantara dengan cara menyerang Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, serangan Majapahit terhadap
Samudera Pasai juga didorong oleh adanya perlakuan yang tidak pantas dari Sultan Ahmad Malik Az
Zahir terhada putri Majapahit, Raden Galuh Gemerancang. Alhasil, pada 1345-1350, Mahapatih Gajah
Mada diperintah oleh Raja Majapahit, Hayam Wuruk, untuk menyerang Kerajaan Samudera Pasai.
Awalnya, Majapahit hanya menyerang pada perbatasan Perlak, tetapi mereka gagal karena wilayah itu
dijaga ketat oleh pihak Samudera Pasai. Akibatnya, Gajah Mada memilih mundur terlebih dulu sembari
mencari strategi baru untuk menyerang Samudera Pasai dari dua arah, yakni darat dan laut. Serangan
darat yang dilakukan Majapahit juga gagal, tetapi mereka berhasil membawa masuk pasukan ke dalam
istana setelah menginvasi lewat laut. Serangan Majapahit ini pun membuat Kerajaan Samudera Pasai
mulai mengalami kemunduran.
5.Peninggalan
beberapa peninggalan drai Kerajaan Samudra Passai di antaranya sebagai berikut :
(1)Cakra Donya
Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M.
(2) Makam Sultan Malik Al-Shaleh
Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17km sebelah timur kota
Lhokseumawe.
(3) Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir
letak makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.
(4) Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau merupakan cicit dari khalifah Al-
Muntasir. Teungku Sidi mamangku jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai. Makam terletak di Gampong
Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi kaligrafi
(5) Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera Pasai yang dibunuh karena
mengharamkan pernikahan raja dengan putri kandungnya. Makam ini terletak di Gampong Beuringen Kec
Samudera. Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18
(6) Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)
Adalah puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terletak di Gampong Meunje Tujoh Keca
Matangkuli.
(7) Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam. Di
temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
(8) Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M, naskah atau surat ini ditujukan
kepada Kapitan Moran.
(9) Dirham
Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi dirham atau
mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan
nama Al-Sultan Al-Adil.