Anda di halaman 1dari 11

Kerajaan Samudra Pasai adalah saksi pengembangan agama islam di

Indonesia dan disebut-sebut sebagai penerus ‘warisan kekuatan maritim


utama’ di Selat Malaka setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini
disebut juga dengan Kesultanan Samudera Darussalam yang eksis dari tahun
1267 sampai 1524. Kerajaan Samudra Pasai bermula dari kekuasaan Meurah
Silu (Sultan Al Malik as-Shaleh) dan runtuh akibat penyerangan oleh bangsa
Portugis di masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin Malikul Zahir.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai didirikan
oleh Meurah Silu, yang kemudian
mendapat gelar kehormatan Sultan
Malik Al Saleh (Malikussaleh) saat
dinobatkan menjadi raja pertama.
Sultan Malikussaleh menjalani
pernikahan politik dengan putri dari
Kerajaan Perlak bernama Ganggang
Sari. Sultan Malikussaleh mengatur
kehidupan di Kerajaan Samudra
Pasai pada dasar syariat islam yang kuat. Kerajaan Samudra Pasai di bawah
kuasa Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra dari Sultan Malikussaleh dan
Putri Ganggang berhasil menyatukan Kerajaan Perlak menjadi bagian
kekuasaannya tahun 1292 M. Kerajaan Samudra Pasai terus berkembang
menjadi kerajaan besar dan memonopoli perdagangan di kawasan selat
Malaka.

Lokasi, Letak Geografis Dan Peta Wilayah


Kerajaan Samudra Pasai secara
geografis terletak di pesisir utara
pulau Sumatera, berada di
wilayah administratif Aceh Utara,
atau tepatnya sekitar 20 km dari
pusat kota Lhokseumawe. Lokasi
pusat pemerintahan Kerajaan
Samudera Pasai diperkirakan
berada di hulu Krueng (sungai)
Peusangan, diantara Krueng
Jambo Aye dan Krueng Pase. Krueng Peusangan adalah salah satu sungai air
tawar besar yang menjadi nadi perdagangan di kawasan Aceh karena
langsung bermuara ke laut.
Sebagai Kerajaan Islam di Sumatera, Kerajaan Samudra Pasai berdiri di tanah
yang subur sehingga dapat digunakan untuk mengusahakan produk pertanian
seperti padi dan lada. Tidak seperti kerajaan zaman itu yang membuat
benteng tanah dan batu sebagai pelindung, Kerajaan Samudra Pasai justru
membuat pagar dari kayu mengelilingi ibukota kerajaanya yang terletak
beberapa kilometer menjorok ke dalam dari pelabuhan.

Silsilah Raja
Kerajaan Samudra Pasai memiliki eksistensi dari tahun 1267-1524.
Ada 20 sultan yang pernah menduduki singgasana sebagai raja di Kerajaan
Samudra Pasai.
Raja-raja tersebut adalah:
1. Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu) memerintah tahun 1267–1297
2. Sultan Al-Malik az Zahir I (Muhammad I) bertakhta tahun 1297–1326
3. Sultan Ahmad I mengambil pemerintahaan kerajaan tahun 1326–
133?
4. Sultan Al-Malik az Zahir II berkuasa tahun 133? –1349
5. Sultan Zainal Abidin I memimpin tahun 1349–1406
6. Ratu Nahrasyiyah berkedudukan sebagai ratu tahun 1406–1428
7. Sultan Zainal Abidin II berdaulat sebagai raja tahun 1428–1438
8. Sultan Shalahuddin memerintah kerajaan tahun 1438–1462
9. Sultan Ahmad II bertakhta tahun 1462–1464
10.Sultan Abu Zaid Ahmad III memimpin Pasai tahun 1464–1466
11.Sultan Ahmad IV berkuasa menjadi raja tahun 1466–1466
12.Sultan Mahmud menjadi raja tahun 1466–1468
13.Sultan Zainal Abidin III menguasai Kerajaan Pasai tahun 1468–1474
14.Sultan Muhammad Syah II memerintah tahun 1474–1495
15.Sultan Al-Kamil berkedudukan sebagai sultan tahun 1495–1495
16.Sultan Adlullah memimpin kerajaan tahun 1495–1506
17.Sultan Muhammad Syah III memegang kekuasaan tahun 1506–1507
18.Sultan Abdullah menjabat raja tahun 1507–1509
19.Sultan Ahmad V berperan sultan tahun 1509–1514
20.Sultan Zainal Abidin IV memegang tampuk pemerintahan tahun
1514–1524
Mengacu pada Hikayat Raja-Raja Pasai, bisa ditarik kesimpulan bahwa
Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Sultan Malikussaleh yang kemudian
memperkuat eksistensi kerajaan dengan menikahi Putri Ganggang Sari dari
Kerajaan Perlak. Selain sebagai pendiri kerajaan, Raja Malikussaleh juga
sekaligus raja terkenal di Kerajaan Samudra Pasai dengan kekuatannya
mengembangkan kerajaan baru tersebut. Setelah Sultan Malikussaleh wafat,
kepemimpinan dijalankan oleh putranya Sultan Al Malik Az Zahir.

Pada masa kekuasaannya, Samudra Pasai mengalami perkembangan yang


ditandai mulai digunakannya mata uang kerajaan sebagai alat tukar yang sah.
Sultan Ahmad I naik takhta tahun 1326 menggantikan Sultan Al Malik Az Zahir.
Sultan Ahmad I berhasil melakukan ekspansi dengan menundukkan Kerajaan
Karang Baru di Tamiang. Setelah periode kepemimpinan Sultan Ahmad I habis,
estafet kepemimpinan jatuh ke tangan Sultan Al Malik Az Zahir II. Catatan Ibnu
Batutah memberikan gambaran kunjungannya di Kerajaan Samudra Pasai
pada masa pemerintahan Sultan Al Malik Az Zahir II. Pada masa ini, Kerajaan
Majapahit melakukan penyerangan ke Samudra Pasai dan menyebabkan raja
merangsek ke ibukota kerajaan dan sebagian penduduk dijadikan tawanan
perang lalu dibawa ke tanah Jawa.

Kerajaan Samudra Pasai mulai bangkit di bawah Kekuasaan Sultan Zainal


Abidin I yang mulai berdaulat tahun 1549.Sultan Zainal Abidin I memajukan
perniagaan rempah-rempah lada hingga menjadi basis ekspor di kawasan itu.
Kronik Cina menyebut nama Sultan Zainal Abidin I sebagai Tsai-nu-li-a-pi-
ting-ki dan diceritakan gugur dalam peperangan melawan Raja Nakur dari
Kerajaan Padir tahun 1406. Sultanah Nahrasyiyah, istri Sultan Zainal Abidin I
melanjutkan kekuasaan dan menjadi raja perempuan pertama di Kerajaan
Samudra Pasai.

Sultanah Nahrasyiyah digantikan berturut-turut oleh Sultan Zainal Abidin II,


Sultan Shalahuddin, Sultan Ahmad II, Sultan Abu Zaid Ahmad III, Sultan Ahmad
IV, Sultan Mahmud, Sultan Zainal Abidin III, Sultan Muhammad Syah II, Sultan
Al-Kamil, Sultan Adlullah, Sultan Muhammad Syah III, Sultan Abdullah dan
Sultan Ahmad V. Pada pemerintahan Sultan Ahmad V, kawasan Malaka sudah
berhasil dikuasai oleh Portugis. Keadaan ini semakin mendesak kedudukan
Kerajaan Samudra Pasai yang sudah goyah akibat konflik perebutan
kekuasaan di internal kerajaan. Puncaknya, pada masa pemerintahan Sultan
Zainal Abidin IV, Portugis melancarkan serangan ke Kerajaan Samudra Pasai.
Tahun 1521 kerajaan ini runtuh, dan kemudian diambil alih Kerajaan Aceh di
bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah untuk menjadi daerah
kekuasaannya.
Kehidupan Di Kerajaan Samudra Pasai
A. Kehidupan Ekonomi
Sumber utama perekonomian di
Kerajaan Samudra Pasai berasal dari
kegiatan perdagangan, pertanian dan
peternakan. Kongsi dagang Kerajaan
Samudra Pasai tidak hanya diakui oleh
kerajaan-kerajaan di Nusantara, tetapi
juga dikenal secara internasioanal
berkat afiliasi dengan negara-negara
yang singgah di Pasai.
Sistem pembayaran di Kerajaan Samudra Pasai sudah menggunakan mata
uang yang dikeluarkan oleh kerajaan berupa koin emas.

Produk dagang utama yang dihasilkan Kerajaan Samudra Pasai meliputi


rempah-rempah lada, kain sutra, emas serta kapur barus. Pada abad 13 sampai
awal abad 16, Kerajaan Samudra Pasai mampu menjadi pengekspor lada
dengan jumlah produksi mencapai 8 ribu hingga 10 ribu bahara (muatan).
Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pemasok barang-barang dari Cina untuk
dijual kepada daerah lain yang tidak memiliki akses dengan Cina.

Uniknya, Kerajaan Samudra Pasai sudah menetapkan sistem ‘promosi dagang’


dengan saudagar dagang dari Jawa berupa kebebasan pajak terhadap barang
yang diperjual belikan. Para saudagar ini biasanya menjual beras ke Samudra
Pasai, dan membeli lada untuk dibawa kembali ke Jawa. Di bidang pertanian,
masyarakat di Kerajaan Samudra Pasai memproduksi lada sebagai komoditas
utama dan padi yang umum dilakukan penanaman setahun dua kali. Lebih
modern, penduduk Kerajaan Samudra Pasai sudah mengenal proses
pengolahan keju yang diperdagangkan ke Eropa. Oleh karenanya, masyarakat
di Kerajaan Samudra Pasai banyak mengusahakan peternakan sapi perah
untuk menghasilkan susu.
B. Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial dan budaya
masayarakat di Kerajaan Samudra Pasai
ditegakkan dengan syariat agama islam.
Hal ini karena Samudra Pasai menjadi
basis penyebaran islam pada awal
perkembangannya di Indonesia. Selama
berdirnya kerajaan, para pedagang Arab,
Gujarat, Persia dan Tamil (India) yang
singgah di wilayah ini banyak melakukan perkawinan campuran dengan
penduduk lokal. Pengaruh bangsa Arab menghasilkan penggunaan huruf Arab
yang disandingkan dengan bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan ini kemudian melahirkan hasil kebudayaan berupa huruf arab jawi.
Interaksi sosial dengan bangsa Tamil diketahui dari catatan pada makam di
Kuta Makmur, Aceh Utara yang memaparkan bahwa Nana, biro dagang di
Pasai telah mengirimkan hadiah untuk kuil Hindu di Tamil, India Selatan.
Penyebutan Nana sebagai agen dagang di wilayah Aceh dikuatkan dengan
inskripsi Prasasti Neusu (berbahasa Tamil) yang berisikan aturan dalam jual
beli emas bagi Nana (perkumpulan pedagang) untuk menegakkan syariat
islam termasuk larangan menerapkan riba.

Hubungan masyarakat di Kerajaan Samudra Pasai juga didukung dengan


adanya infrastruktur masjid dan pasar yang banyak digunakan oleh penduduk
sebagai pusat perkumpulan.

C. Kehidupan Politik
Kehidupan politik di Samudra Pasai digerakkan dengan model kesultanan
islam.
Struktur pemerintahan tertinggi dipegang oleh sultan, yang dibantu oleh para
menteri, kadi (hakim kerajaan), dan syahbandar.
Putra dan putri keturunan sultan Kerajaan Samudra Pasai bergelar tun.
Kerajaan Samudra Pasai menjalin hubungan politik dengan kerajaan lain,
termasuk dari negara Arab, Vina, Iran dan beberapa negara di Timur Tengah.
Hubungan diplomatik ini kemudian menghasilkan kerja sama di beberapa
bidang seperti tafsir, teologi, militer dll.

D. Kehidupan Agama
Kerajaan Samudra Pasai mempunyai
peranan vital dalam penyebaran agama
islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Hal
ini didukung jaringan dagang antar
negara Kerajaan Samudra Pasai, dimana
beberapa pedagang juga membawa misi
islamisasi. Penyebaran agama islam
melalui Kerajaan Samudra Pasai juga
meninggalkan jejak di Trengganu,
Malaysia, dilihat dari temuan batu bertuliskan surat menggunakan bahasa
melayu yang ditulis dengan huruf arab. Pengaruh islamisasi yang dilakukan
oleh Kerajaan Samudra Pasai bahkan sampai di Jawa, Lombok, Kalimantan
Selatan dan Sulawesi Selatan.

Hal ini dibuktikan dengan temuan artefak makam dan nisan di daerah tersebut
memiliki kemiripan bentuk dengan makam-makam raja Kerajaan Samudra
Pasai.

Masa Kejayaan
Masa kejayaan Kerajaan Samudra Pasai dimulai dari masa pemerintahan
Sultan Zainal Abidin Malik Az-zahir dan terus dipertahankan pada masa
kekuasaan Sultanah Nasrasyiyah. Pada masa ini Kerajaan Samudra Pasai
bahkan dikatakan memegang peranan sebagai penguasa maritim di Selat
Malaka menggantikan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Samudra Pasai didukung
dengan armada Angkatan laut yang kuat untuk menjamin keamanan
pedagang yang transit di Pasai.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan


A. Serangan Portugis
Kejayaan Samudra Pasai dianggap menghalangi Portugis
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di blok
timur. Hal ini menyebabkan Portugis mengatur serangan
untuk menghancurkan kekuatan maritim di Kerajaan
Samudra Pasai tahun 1521. Saat ini kepemimpinan
Kerajaan Samudra berada di tangan Sultan Zainal Abidin
VI. Meskipun Kerajaan Samudra Pasai memiliki armada
Angkatan perang dalam jumlah besar, namun
kecanggihan militer yang dimiliki Portugis dapat melemahkan kekuatan
tersebut.

B. Penyatuan Dengan Kerajaan Aceh


Kondisi Kerajaan Samudra Pasai yang berada pada posisi lemah kemudian
dimanfaatkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah untuk menundukkan
kekuasaannya. Serangan dari Kerajaan Aceh ahun 1524 membuat Kerajaan
Samudra Pasai akhirnya runtuh dan dijadikan satu dengan Kerajaan Aceh.
Penyatuan ini juga merupakan intrik politik untuk memperkuat kekuatan
Kerajaan Aceh untuk menguasai perdagangan di Malaka dengan memerangi
Johor dan Portugis. Bukti penyatuan kerajaan ini terlihat dari diboyongnya
Lonceng Cakra Donya ke wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh di Banda Aceh.
Sumber Sejarah
A. Hikayat Raja-Raja Pasai
Hikayat Raja-raja Pasai merupakan salah satu sumber
sejarah Kerajaan Samudra Pasai. Naskah aslinya tidak
diketahui pengarangnya karena budaya pada masa itu
penulisan teks tidak menyertakan nama penulis.
Hikayat Raja-raja Pasai ditulis menggunakan huruf Arab
Jawi dalam bahasa Melayu. Selain menceritakan tentang
raja yng berkuasa di Kerajaan Samudra Pasai, hikayat ini
juga memberikan bukti bahwa Kerajaan Samudra Pasai
juga menjalin hubungan dengan kerajaan Mataram,
Majapahit, dan kerajaan-kerjaan lain di Jawa..
B. Silalatus Salatin
Sulalatus Salatin atau Sulalatu’l-Salatin yang menjadi
sumber sejarah Kerajaan Samudra Pasai adalah
pemaparan tentang kedatangan islam di wilayah Pasai
yang menjadi permulaan dakwah. Sulalatus Salatin juga
menceritakan tentang pernikahan putri Kerajaan Samudra
Pasai dengan Raja Kerajaan Malaka yang menjadi titik
mula perkembangan islam di Malaka.

C. Kronik China
Kronik Cina menceritakan gugurnya Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir, atau
dalam nama cinanya disebut Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki akibat serangan dari Raja
Nakur. Kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh istrinya, Sultanah
Nahrasyiyah yang menjadi raja perempuan pertana dalam susunan silsilah raja
Kerajaan Samudra Pasai.

D. Laporan Perjalanan Cheng Ho

Laksamana Cheng ho bertandang ke Samudra Pasai


pada masa pemerintahan Sultanah Nahrasyiyah.
Laporan dari Laksamana Cheng Ho yang dibuat oleh
Ma Huan dan Fei Xin menyebutkan bahwa Kerajaan
Samudra Pasai berbatasan dengan pegunungan
tinggi di bagian selatan. Bagian timur kerajaan
berbatasan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Aru
dan pegunungan. Di bagian utara, Kerajaan
Samudra Pasai dibatasi laut serta Kerajaan Nakur
dan Kerajaan Lide. Sementara itu, bagian barat wilayah Kerajaan Samudra
Pasai berbatasan langsung dengan Kerajaan Lamuri. Selain membahas batas
wilayah, laporan Laksamana Cheng Ho juga memaparkan soal kesamaan adat
antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Malaka dalam hal perkawinan,
kelahiran dan kematian.

E. Kitab Rihlah Ila I-Masyriq


Kitab Rihlah ila I-Masyriq atau dalam bahasa
Indonesia diartikan “pengembaraan ke timur”
adalah karangan Abu Abdullah ibn Batuthah (Ibnu
Batutah). Di dalam kitab ini Ibnu Batutah
menceritakan singgahnya di Kerajaan Samudra
Pasai pada tahun 1345. Ibnu Batutah menuliskan
bahwa raja Kerajaan Samudra Pasai adalah muslim
shaleh bernama Sultan Al-Malikul Zahir Jamaludin.
Sultan diriwayatkan adalah pejuang islam dengan
memerangi orang-orang yang menyembah
berhala. Islam yang berkembang di Kerajaan
Samudra Pasai adalah mahzab Imam Syafi‘i yang amalannya mirip dengan
muslim di kawasan Mappila, India.
Ibnu Batutah menegaskan bahwa pada masa itu, belum ada kerajaan bercorak
islam di timur kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai.

F. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Manuskrip yang ada menunjukkan surat


Sultan Zainal Abidin ditujukan kepada
Kapten Moran sebagai Wakil Raja
Posrtugis yang sedang berada di India
pada tahun 1518. Sultan Zainal Abidin
menuliskan tentang Samudra Pasai
setelah kemenangan Portugis atas
Malaka tahun 1511. Di dalam surat yang
ditulis menggunakan huruf arab ini,
Sultan Zainal Abidin juga menyebut
beberapa kerajaan yang berhubungan dengan Samudra Pasai seperti Mulaqat
yang merujuk ke Malaka, dan Fariyaman atau Pariyaman.

Bukti Peninggalan
1. Makam Raja
Komplek makam raja Kerajaan Samudra Pasai ini berada di
Beuringin, Samudra, Aceh Utara, Aceh. Terdapat beberapa
raja yang dimakamkan disini, antara lain Sultan
Malikussaleh (Sultan Malik Al Saleh) pendiri Kerajaan Samudra Pasai. Nisan
dan kijing di makam Sultan Malikussaleh diukir dengan huruf arab. Di dalam
komplek makam dikebumikan juga sultan Kerajaan Samudra Pasai yang lain,
Sultan Muhammad Malik Al Zahir, yang merupakan putra dari Sultan
Malikussaleh. Selain itu, Ratu Nahrasyiyah, raja Kerajaan Samudra Pasai ke-6
juga dimakamkan di komplek pemakaman ini.

2. Stempel Kerajaan Samudra Pasai


Stempel Kerajaan Samudra Pasai diperkirakan
mulai dibuat sejak pemerintahan raja kedua,
Sultan Muhammad Malikul Zahir.
Stempel ini didapati di Kuta Krueng, Samudra,
Aceh Utara, Aceh dalam keadaan patah.
Ukuran dari stempel ini sangat mini yaitu sekitar
2 cm untuk panjangnya sedangkan lebarnya
hanya 1 cm.
3. Mata Uang
Mata uang yang ditemukan dari Kerajaan
Samudra Pasai terdiri dari tiga jenis yaitu
dirham, dinar dan mata uang timah. Mata uang
dirham Kerajaan Samudra Pasai berbentuk koin
dengan bahan pembuatan emas 18 karat
(kandungan emas sekita 70-75%) berdiameter
satu cm dan berat 0,57 gram. Uang dinar
peninggalan Kerajaan Pasai terbuat dari emas
dengan kadar kemurniannya 7/10. Diameter
uang dinar ini lebih besar daripada dirham,
yaitu 1,6 cm dengan berat sekitar sembilan
gram. Sementara uang timah yang ditemukan
memiliki ukuran yang hampir sama dengan
dirham hanya bahan pembuatannya saja yang
berbeda. Di masing-masing sisi mata uangnya terukir tulisan Muhammad
Malik AL-Zahir dan Al-sultan Al-Adil menggunakan huruf arab.
Mata uang ini terpengaruh dari para pedagang Arab dan garis keturunan
sultan Kerajaan Samudra Pasai.
4. Lonceng Cakra Donya
Cakra Donya adalah lonceng raksasa sebagai
salah satu bukti peninggalan Kerajaan
Samudra Pasai. Cakra Donya merupakan
simbolis hubungan persahabatan antara
Tiongkok dan Kerajaan Samudra Pasai.
Laksamana Cheng Ho atas perintah Kaisar
Yongle membawa lonceng Cakra Donya ke
Aceh tahun 1414. Lonceng Cakra Donya
berbentuk stupa dengan ukuran tinggi 125
cm dan lebarnya 75 cm. Lonceng ini memiliki
ukiran menggunakan huruf arab dan china.
Huruf arab yang tertera sudah tidak jelas dan
tidak bisa dideskripsikan, sementara tulisan
dari huruf china berbunyi Sing Fang Niat
Tong Juut Kat Yat Tjo. Nah, sudah jelas belum
uraian di atas? Uraian tentang Kerajaan
Samudra Pasai ini semoga dapat
meningkatkan pemahaman tentang sejarah di masa lalu, dan mengambil
hikmahnya sebagai pelajaran. Semangat, ya, pejuang pengisi kemerdekaan!
ARTIKEL

KERAJAAN
S A M U D E R A P A S A I

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : Ahmad Akbari Al


Khalidi
KELAS : IV (EMPAT)

SD NEGERI 21 LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai