Anda di halaman 1dari 14

Nama : MUHAMMAD AIMAN FARHAN

Kelas : X Mesin

SMK NEGERI 7 LHOKSEUMAWE

Kisah seekor belalang dan sekelompok semut

1. Suatu ketika hiduplah sekelompok semut dan seekor

S
belalang
uatu ketika di sebuah ladang yang subur, tinggallah keluarga semut yang
rajin dan seekor belalang yang pemalas. Meskipun begitu, belalang sangatlah
bersahabat dengan keluarga semut. Tidak jarang mereka menyapa satu sama
lain ketika berjumpa.  Di ladang itu, belalang dikenal sebagai sosok hewan yang
malas. Ia senang sekali menghabiskan waktunya untuk bersantai, bernyanyi, menari,
atau sekedar berbaring di rumput hijau yang lembut. Belalang menikmati hari-harinya
dengan bahagia tanpa pernah memiliki rencana apapun untuk masa depan. "Hidup
mengalir seperti air," begitulah katanya. 
Berbeda dengan belalang, keluarga semut sangatlah rajin. Mereka bekerja dengan
keras mencari dan mengumpulkan makanan setiap harinya. Keluarga semut
melakukan semuanya ini tanpa merasa lelah. 

2. Semut selalu bekerja keras sedangkan belalang


selalu bermalas-malasan
Di suatu siang ketika belalang sedang asyik bernyanyi tiba-tiba rombongan keluarga
semut datang melewati tempat peristirahatannya. Merasa semut bekerja lebih rajin
membuat belalang keheranan.
Ia pun bertanya pada keluaga
semut.  “Hai keluarga semut!
Mengapa kamu terlihat bekerja
lebih keras? Daripada kelelahan, bukankah lebih menyenangkan jika kalian
bersantai di tempatku ini?” Tanya belalang.“Kami sedang bekerja keras menyiapkan
makanan untuk musim dingin nanti. Karena saat musim dingin tiba, tidak ada tanaman
yang bisa tumbuh dan kita akan mati kelaparan jika tidak mulai menyiapkannya sedari
dini,” jawab semut. Belalang tertawa mendengar jawaban semut. "Musim dingin
masih lama temanku, mengapa kalian begitu khawatir. 

Lihat hari ini sangatlah cerah! Ayo kemari dan bernyanyi bersamaku," ungkap


belalang dengan penuh semangat.  "Tidak! Kami rasa kau juga sebaiknya ikut bekerja
bersama kami. Musim dingin kali ini akan berjalan sangat panjang. Kamu sebaiknya
mulai bekerja menyimpan makanan," balas semut sembari melanjutkan pekerjaannya. 
Belalang tidak mempedulikan perkataan keluarga semut. Ia pun kembali bermain
musik dan menyanyi sedangkan semut kembali bekerja menyimpan makanan.

3. Tanpa terasa tibalah musim dingin dan belalang pun


terkejut
Pertemuan tersebut terjadi di musim semi dan belalang pun memutuskan untuk tidak
mendengarkan semut. Belalang menghabiskan musim seminya untuk makan, tidur,
dan bermain. Hingga berat badannya pun bertambah. 
Ketika musim panas tiba, para semut tetap bekerja meskipun terik matahari amat
menyengat. Namun belalang belum mulai bekerja. Panasnya sinar matahari
membuatnya semakin malas untuk bekerja. 

"Untuk apa aku menguras tenaga di tengah teriknya matahari, itu hanya akan
membuatku cepat lelah," ungkap belalang dalam hatinya. Musim semi berlalu
digantikan oleh musim
gugur dan belalang
masihlah bermalas-
malasan. Hingga tanpa
terasa tibalah musim
dingin. Angin berhembus
begitu kencang dan salju
mulai turun menyelimuti
ladang hingga terlihat
semuanya berwarna
putih.Semut sudah tahu bahwa musim dingin ini akan berlangsung sangat panjang.
Itulah sebabnya mereka bekerja terus-menerus memindahkan pasir dan ranting juga
mengumpulkan makanan di sarangnya. Di sisi lain, belalang menemukan dirinya
kelaparan. Belalang berusaha mencari makanan di sarangnya namun ia tidak
menemukannya. Belalang pun memutuskan untuk mencari makanan ke luar. Sambil
kelaparan ia berjalan tertatih-tatih dan meminta sedikit makanan. Belalang itu kini
sangat kurus dan lemah sehingga ia tidak dapat melompat jauh.

4. Belalang bergegas mendatangi tempat kediaman


semut
Sudah beberapa jam belalang keluar mencari makan, tiba-tiba saja ia mengingat semut
yang bekerja amat keras dari musim semi. Karena merasa tidak menemukan jalan
keluar, belalang pun memutuskan untuk mendatangi keluarga semut.belalang tiba di
sarang semut dengan tubuh yang lemas. Telihat dari luar semut sedang menikmati
makanannya di dalam sarang yang hangat dan rapi. Seekor semut pun menyadari
kehadiran belalang dan segera menghampirinya."Bicaralah, ada apa belalang?" Tanya
semut pada belalang. "Aku hampir mati kelaparan. Bolehkah aku meminta sebutir
gandum, sedikit jelai atau apapun. Tolonglah aku sangat kelaparan." belalang
memohon kepada semut."Apa yang kamu lakukan dari musim semi ketika kami sibuk

bekerja mengumpulkan makanan?" Semut berbalik bertanya. 

Belalang pun menyadari apa yang ia lakukan selama ini. Hari-harinya ia habiskan
tanpa melakukan hal-hal yang berguna. Ia hanya bernyanyi, makan, tidur, dan
bermain setiap harinya. Kini ia menyesal atas tindakannya selama ini. Semut awalnya
berniat tidak mempedulikan belalang karena ia tahu apa yang belalang lakukan selama
ini. Namun semut merasa kasihan dan akhirnya membagikan sedikit makanan mereka
kepada belalang yang kelaparan. Belalang pun terlihat sangat terharu dan
berterimakasih atas kebaikan hati semut. "Ingat ya belalang, lain kali kamu harus ikut
bekerja bersama kami sebelum musim dingin tiba!" Semut menasihati belalang
dengan tegas."Iya semut, aku berjanji. Mulai saat ini aku tidak akan bermalas-malasan
lagi," ungkap belalang dengan penuh penyesalan. 

Semenjak saat itu, belalang mendapatkan pelajarannya yang amat berharga. Mulai
dari musim semi berikutnya ia pun bersemangat membantu keluarga semut bekerja
dan mengumpulkan makanan.

5. Pesan moral bagi si Kecil melalui cerita fabel ini


Cerita ini mengajarkan kita bagaimana cara memanfaatkan waktu dan kesempatan
yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya.
Apakah mereka mau bermalas-malasan dan menyesal seperti belalang? Atau rajin dan
semangat bekerja seperti semut?
Kita dapat membiasakan diri menyelesaikan segala pekerjaannya baru beristirahat,
bukan sebaliknya. Seperti ketika memiliki PR, coba selesaikan itu terlebih dahulu.
Baru jika sudah ia dapat bermain dengan tenang dan gembira. 
Kuncinya adalah keseimbangan antara waktu beristirahat dan waktu bekerja.
Selesaikan pekerjaan dengan baik dan simpanlah waktu yang tersisa untuk beristirahat
dan bermain.

Semoga bermanfaat.III  

Nama : MUHAMMAD AIMAN FARHAN

Kelas : X Mesin

SMK NEGERI 7 LHOKSEUMAWE


Kisah Malin Kundang- Anak
yang Durhaka

1. Hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah


yang tinggal bersama anak laki-lakinya, Malin
Kundang

Z
aman dahulu kala ada
sebuah cerita di sebuah
perkampungan nelayan
Pantai Air Manis di Padang,
Sumatera Barat. Ada seorang
janda bernama Mande
Rubayah yang hidup bersama
anak laki-lakinya yang bernama
Malin Kundang.Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin
Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan
penurut.Ketika Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual
kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh
sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat
diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya.Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin
disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi.
2. Saat dewasa, Malin memohon untuk merantau agar
dapat mengubah nasibnya dan ibunya
Saat Malin sudah dewasa ia
meminta izin kepada ibunya
untuk pergi merantau ke kota,
karena saat itu sedang ada kapal
besar merapat di Pantai Air
Manis.“Jangan Malin, ibu takut
terjadi sesuatu denganmu di
tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih
setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau.“Ibu tenanglah, tidak akan
terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di
pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon.

3. Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk


merantau, ia pun memberikan bekal nasi untuk
Malin
“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata
ibunya sambil menangis.Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah
mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus
daun pisang sebanyak tujuh bungkus,“Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil
menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau
meninggalkan ibunya sendirian.

4. Mande Rubayah yang selalu mendoakan agar Malin


selamat dan cepat kembali
Hari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi
dan sore Mande Rubayah memandang ke laut.
“Sudah sampai manakah kamu
berlayar Nak?” tanyanya dalam
hati sambil terus memandang
laut.la selalu mendoakan agar
anaknya selalu selamat dan cepat
kembali. Beberapa waktu
kemudian ketika ada kapal yang
datang merapat ia selalu
menanyakan kabar tentang anaknya.“Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah
dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak
kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tak pernah menitipkan
barang atau pesan apapun kepada ibunya

5. Bertahun-tahun tak ada kabar, Mande Rubayah


mendapat kabar Malin telah menikah dengan putri
bangsawan
Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga
tubuhnya semakin tua, dan kini jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari
Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dahulu membawa Malin,
nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah.“Mande, tahukah kau,
anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat
kaya raya,” ucapnya saat itu.“Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin,
kapan kau pulang…” rintihnya pilu setiap malam.Ia yakin anaknya pasti datang.
Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak
sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai.

6. Penduduk desa menyambut kapal yang datang,


terlihat sepasang anak muda yang berdiri di
anjungan
Penduduk desa mulai berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau
seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Mande Rubayah amat
gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali
menjenguknya, sinar keceriaan mulai

mengampirinya kembali.Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar


Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya.Ketika kapal
itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka
berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia
disambut dengan meriah.
7. Mande Rubayah yang menghampiri dan memeluk
Malin karena takut kehilangan anaknya lagi
Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras
saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki
muda itu adalah anaknya, Malin Kundang.Belum sempat para sesepuh kampung
menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya
erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi.
“Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena
gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?”

8. Malin terkejut karena dipeluk oleh ibunya dan


istrinya pun juga merendahkan Mande Rubayah
Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-
camping itu. Ia tak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat
berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata,“Perempuan jelek
inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau katakan
bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” ucapnya
sinisMendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya
hingga terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar.

9. Malin tidak mengakui ibunya dan menendang


Mande Rubayah hingga terkapar di pasir sambil
menangis
Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil
berkata,“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini
Nak?!”
Malin Kundang tidak
memperdulikan perkataan ibunya.
Dia tidak akan mengakui ibunya.
la malu kepada istrinya. Melihat
perempuan itu bersujud hendak
memeluk kakinya, Malin
menendangnya sambil
berkata,“Hai, perempuan gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan
kotor!”Perempuan tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang
yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande
Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi.
10. Mande Rubayah berdoa dengan hatinya yang
pilu dan kemudian langit berubah menjadi gelap
Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu
disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya diangkat ke
langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu,“Ya, Tuhan, kalau memang dia
bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku
yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu
sambil menangis.Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah,
mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya.

11. Datang badai besar yang menghantam kapal


Malin Kundang dan tampak sebongkah batu
yang menyerupai tubuhnya

Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Lalu sambaran
petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian
terbawa ombak hingga ke pantai.
Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai
terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak
sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia.Itulah tubuh Malin Kundang anak
durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu
berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari
serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.
Kisah Legenda Malin Kundang ini memiliki pesan yang dapat diambil si Kecil, yaitu
sayangi kedua orangtua saat susah dan senang, dan jangan melupakan jasa orangtua
yang telah menyayangi dan mendidik dari kecil.Itulah dongeng anak dari Sumatra
Barat, kisah Malin Kundang, si Anak yang durhaka pada ibunya. Semoga bisa jadi
pembelajaran dan bermanfaat!

Nama : MUHAMMAD AIMAN FARHAN

Kelas : X Mesin

SMK NEGERI 7 LHOKSEUMAWE

D
Kisah Sangkuriang dan
Asal Mula Tangkuban Perahu
1. Hiduplah seorang Mama bersama anaknya di
sebuah desa

iceritakan pada
zaman dahulu,
hiduplah seorang
Mama bernama
Dayang Sumbi yang tinggal bersama anaknya bernama Sangkuriang.Keduanya
tinggal di sebuah desa bersama dengan seekor anjing kesayangan mereka yaitu
Tumang.Sebelum hidup berdua bersama anaknya, Dayang Sumbi menikah dengan
titisan dewa yang telah dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi.Tanpa mereka
sadari, sebenarnya mereka hidup bertiga bersama suami Dayang Sumbi dan papa dari
Sangkuriang yang berubah menjadi anjing kutukan tadi.Setelah melewati masa
bersama anaknya, Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda dengan paras memesona
serta tubuh yang gagah dan kuat.Sangkuriang tumbuh menjadi anak pemberani yang
senang berburu, ia pun selalu ditemani si Tumang yang merupakan titisan anjing dari
papa kandungnya sendiri.

2. Murka Dayang Sumbi karena ulah Sangkuriang


Pada suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk mencarikannya kijang
karena sang Mama menghendaki memakan hati kijang saat itu. Sangkuriang dengan
ditemani si Tumang berburu ke hutan untuk mendapatkan kijang sesuai keinginan
Dayang Sumbi.Saat di hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang tengah merumput
dibalik semak belukar. Sangkuriang pun memerintahkan Tumang untuk mengejar
kijang tersebut. Namun ada hal aneh yang terjadi pada anjing piarannya itu, si
Tumang yang biasanya penurut kini menolak perintah Sangkuriang untuk mengejar
kijang tadi.Sangkuriang pun marah dan mengatakan, "Jika engkau tetap tidak
menuruti perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”
Ancaman tersebut tidak dipedulikan si Tumang yang membuat Sangkuriang semakin
kesal dan marah.Sangkuriang pun akhirnya membunuh Tumang dan mengambil hati
anjing itu untuk diberikan kepada Dayang Sumbi sebagai pengganti anjing kijang
yang tak berhasil ia dapatkan.Tanpa disadari Dayang Sumbi, ternyata hati yang
diberikan anaknya adalah hati suaminya yang telah dibunuh oleh anak mereka sendiri.
Dayang Sumbi baru mengetahui setelah memasak dan memakan hati itu. 

Betapa murkanya Dayang Sumbi ketika mengatahui bahwa hati si Tumang lah yang
diberikan Sangkuriang padanya.Dayang Sumbi kemudian meraih gayung yang terbuat
dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang sambil mengatakan yang
seusungguhnya, "Tumang itu papamu, Sangkuriang!"Mendapat perlakuan dari
Dayang Sumbi seperti itu, Sangkuriang pun marah dan sakit hati. Ia tak rela mamanya
begitu padanya. 
Sangkuriang berpikir bahwa Dayang Sumbi lebih menyayangi si Tumang
dibandingkan dirinya. Maka tanpa berpamitan, Sangkuriang pun pergi mengembara
ke arah timur.

3. Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki dewasa yang ingin


menikahi Dayang Sumbi
Setelah kepergian Sangkuriang, Dayang Sumbi mengaku menyesal atas perbuatannya
kepada anaknya sendiri. Ia pun memohon ampun kepada para dewa atas kesalahannya
tersebut. Mendengar permohonan Dayang Sumbi, mereka menerima permintaan maaf
itu dan mengaruniakan kecantikan abadi kepada Dayang Sumbi.Dilain sisi,
Sangkuriang yang terus mengembara tanpa tujuan pasti, kini tumbuh menjadi lelaki
dewasa yang memiliki paras dan tubuh yang dapat memikat banyak perempuan.
Tanpa sadar, setelah bertahun lamanya mengembara ia kembali ke tempat dimana
dulu dilahirkan.Sangkuriang berhenti ke salah satu pondok guna meminta air minum
kepada pemilik pondok tersebut. Tanpa disadari, ia terpesona dengan kecantikan
Dayang Sumbi yang abadi.Ia tak
mengetahui bahwa perempuan
berparas menawan yang ia temui itu
adalah mama kandungnya sendiri.
Begitu pun yang terjadi pada Dayang
Sumbi, melihat sosok lelaki gagah nan
sakti dihadapannya, ia tak menyadari
bahwa lelaki tersebut adalah
Sangkuriang anaknya sendiri.Dari
situlah tumbuh rasa simpat dan
cinta, sampai akhirnya mereka
merencanakan pernikahan.

4. Dayang Sumbi terkejut mengetahui lelaki yang akan


menikahinya adalah anaknya sendiri
Sebelum melangsungkan pernikahan, Sangkuriang yang mengganti namanya dengan
Jaka ini berniat untuk berburu ke hutan. Dayang Sumbi pun membantu Jaka calon
suaminya itu untuk mengenakan penutup kepala.

Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat melihat luka di kepala calon suaminya itu.
Luka tersebut mengingaatkannya pada anak laki-lakinya yang telah meninggalkannya
dulu. Ia sangat yakin bahwa lelaki gagah yang akan menikahinya ini adalah
Sangkuriang anaknya. Melihat bekas luka tadi, Dayang Sumbi kemudian
menceritakan pada lelaki tersebut bahwa dirinya adalah Dayang Sumbi, orangtua
kandung dari Sangkuriang yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang.

Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak memperdulikan
penjelasan Dayang Sumbi dan tetap bersikukuh menikahinya.

5. Dayang Sumbi mengajukan permintaan ketika


dilamar Sangkuriang, ini adalah syarat
Apa itu syarat? Syarat adalah janji. Menurut KBBI Syarat diajukan sebagai tuntutan
atau permintaan yang harus dipenuhi. Begitu pula syarat yang diberikan kepada
Sangkuriang, harus ditepati terlebih dulu baru kemudia Dayang Sumbi bersedia
mengabulkan keinginannya. Sangkuriang yang bertekad tetap ingin menikahi Dayang
Sumbi, kemudian melamar perempuan itu untuk dinikahinya.

Untuk menghentikan pernikahan itu, Dayang Sumbi pun memberikan sebuah


permintaan sebagai syarat untuk menerima lamaran dari Sangkuriang. Dayang Sumbi
mengajukan permintaan yang sangat berat yaitu meminta Sangkuriang membuat
bendungan pada sungai Citarum dan di dalam danau tersebut terdapat perahu besar.
Namun, yang membuat permintaan itu berat adalah karena perkataan Dayang Sumbi,
"Sebelum fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai engkau kerjakan.”

Tanpa ragu, Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi, "Baiklah, aku
akan memenuhi permintaanmu.” Sangkuriang pun memulai aksinya untuk membuat
perahu dengan menebang pohon besar. Sementara cabang dan ranting pohon yang
dibutuhkan ditumpuk sampai suatu hari menjemla menjadi gunung Burangrang. 

Perahu besar pun berhasil dibuat Sangkuriang. Setelahnya, lelaki gagah nan sakti itu
memanggil para makhluk halus untuk membantunya membendung alirang sungai
Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau sesuai permintaan Dayang Sumbi.
6. Sangkuriang marah besar hingga membalik perahu
buatannya sendiri
Semua yang dilakukan Sangkuriang kemudian membuat Dayang Sumbi merasa cemas
karena pekerjaannya sebentar lagi selesai sebelum berganti hari. Dayang Sumbi pun
mencari cara untuk menggagalkan rencana pernikahan dengan anak kandungnya
sendiri dengan memohon pertolongan para dewa.
Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapat petunjuk untuk menebarkan boeh rarang
(kain putih hasil tenunan). Setelah itu Dayang Sumbi berkeliling dan memaksa ayam
jantan berkokok disaat waktu masih malam. 
Mendengar suara ayam sudah bersuara, para jin yang membantu pekerjaan
Sangkuriang pun sangat ketakutan ketika mengetahui bahwa fajar telah tiba.
Mereka kemudian menghilang kesegala penjuru dan meninggalkan Sangkuriang
dengan pekerjaannya yang belum selesai.

7. Sangkuriang murka merasa dicurangi


Tentu saja hal ini membuat Sangkuriang marah besar karena merasa dicurangi oleh
calon istrinya sendiri.Sangkuriang meyakini bahwa fajar sesungguhnya belum tiba
dan masih ada waku untuk ia menyelesaikan danau tersebut.
Sangkuriang lantas murka dengan
menjebol bendungan di Sanghyang
Tikoro, kemudian aliran sungai
Citarum dilemparkannya ke arah
timur hingga menjelma menjadi
gunung Manglayang. Air yang
semula memenuhi danau tersebut
pun surut.

Sangkuriang kemudian dengan


kekuatan saktinya menendang perahu
yang tadi ia buat hingga jauh dan jatuh terlungkup sampai menjelma menjadi sebuah
gunung yang kemudian disebut gunung Tangkuban Perahu.

Masih dalam hawa amarah yang besar, Sangkuriang yang mengetahui ini semua
adalah siasat Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan dengannya. Kemarahan
yang terus meluap itu kemudian membuat Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang
merasa ketakutan hingga menghilang di sebuah bukit.
Selain perahu yang menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu, bukit yang menjadi
tempat menghilangnya Dayang Sumbi pun ikut menjelma menjadi gunung Putri.
Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi akhirnya ikut
menghilang ke alam gaib.

8. Pelajaran yang bisa diambil dari cerita Sangkuriang


dan gunung Tangkuban Perahu
Dari cerita Sangkuriang dan legenda Gunung Tangkuban Perahu yang disampaikan,
terdapat pesan moral yang bisa dipelajari dari legenda asal muasal gunung Tangkuban
Perahu ini.

Cerita ini mengajarkan bahwa sikap kejujuran akan membawa kebaikan dan
kebahagiaan di kemudian hari. Sementara perbuatan curang justru akan merugikan
diri sendiri dan mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun orang lain.

Tak hanya itu, cerita ini juga mengajarkan kepada kita sejak dini tentang norma sosial
yang ada di masyarakat untuk tidak jatuh cinta dan menikah dengan orangtua
kandung.  Itulah cerita rakyat atau dongeng anak Sangkuriang dan legenda Gunung
Tangkuban Perahu yang bisa Mama ceritakan pada si Kecil. Semoga bisa jadi
pembelajaran dan bermanfaat!!!

Anda mungkin juga menyukai