Kelas : X Mesin
S
belalang
uatu ketika di sebuah ladang yang subur, tinggallah keluarga semut yang
rajin dan seekor belalang yang pemalas. Meskipun begitu, belalang sangatlah
bersahabat dengan keluarga semut. Tidak jarang mereka menyapa satu sama
lain ketika berjumpa. Di ladang itu, belalang dikenal sebagai sosok hewan yang
malas. Ia senang sekali menghabiskan waktunya untuk bersantai, bernyanyi, menari,
atau sekedar berbaring di rumput hijau yang lembut. Belalang menikmati hari-harinya
dengan bahagia tanpa pernah memiliki rencana apapun untuk masa depan. "Hidup
mengalir seperti air," begitulah katanya.
Berbeda dengan belalang, keluarga semut sangatlah rajin. Mereka bekerja dengan
keras mencari dan mengumpulkan makanan setiap harinya. Keluarga semut
melakukan semuanya ini tanpa merasa lelah.
"Untuk apa aku menguras tenaga di tengah teriknya matahari, itu hanya akan
membuatku cepat lelah," ungkap belalang dalam hatinya. Musim semi berlalu
digantikan oleh musim
gugur dan belalang
masihlah bermalas-
malasan. Hingga tanpa
terasa tibalah musim
dingin. Angin berhembus
begitu kencang dan salju
mulai turun menyelimuti
ladang hingga terlihat
semuanya berwarna
putih.Semut sudah tahu bahwa musim dingin ini akan berlangsung sangat panjang.
Itulah sebabnya mereka bekerja terus-menerus memindahkan pasir dan ranting juga
mengumpulkan makanan di sarangnya. Di sisi lain, belalang menemukan dirinya
kelaparan. Belalang berusaha mencari makanan di sarangnya namun ia tidak
menemukannya. Belalang pun memutuskan untuk mencari makanan ke luar. Sambil
kelaparan ia berjalan tertatih-tatih dan meminta sedikit makanan. Belalang itu kini
sangat kurus dan lemah sehingga ia tidak dapat melompat jauh.
Belalang pun menyadari apa yang ia lakukan selama ini. Hari-harinya ia habiskan
tanpa melakukan hal-hal yang berguna. Ia hanya bernyanyi, makan, tidur, dan
bermain setiap harinya. Kini ia menyesal atas tindakannya selama ini. Semut awalnya
berniat tidak mempedulikan belalang karena ia tahu apa yang belalang lakukan selama
ini. Namun semut merasa kasihan dan akhirnya membagikan sedikit makanan mereka
kepada belalang yang kelaparan. Belalang pun terlihat sangat terharu dan
berterimakasih atas kebaikan hati semut. "Ingat ya belalang, lain kali kamu harus ikut
bekerja bersama kami sebelum musim dingin tiba!" Semut menasihati belalang
dengan tegas."Iya semut, aku berjanji. Mulai saat ini aku tidak akan bermalas-malasan
lagi," ungkap belalang dengan penuh penyesalan.
Semenjak saat itu, belalang mendapatkan pelajarannya yang amat berharga. Mulai
dari musim semi berikutnya ia pun bersemangat membantu keluarga semut bekerja
dan mengumpulkan makanan.
Semoga bermanfaat.III
Kelas : X Mesin
Z
aman dahulu kala ada
sebuah cerita di sebuah
perkampungan nelayan
Pantai Air Manis di Padang,
Sumatera Barat. Ada seorang
janda bernama Mande
Rubayah yang hidup bersama
anak laki-lakinya yang bernama
Malin Kundang.Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin
Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan
penurut.Ketika Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual
kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh
sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat
diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya.Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin
disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi.
2. Saat dewasa, Malin memohon untuk merantau agar
dapat mengubah nasibnya dan ibunya
Saat Malin sudah dewasa ia
meminta izin kepada ibunya
untuk pergi merantau ke kota,
karena saat itu sedang ada kapal
besar merapat di Pantai Air
Manis.“Jangan Malin, ibu takut
terjadi sesuatu denganmu di
tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih
setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau.“Ibu tenanglah, tidak akan
terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya.
“Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di
pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon.
Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Lalu sambaran
petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian
terbawa ombak hingga ke pantai.
Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai
terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak
sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia.Itulah tubuh Malin Kundang anak
durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu
berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari
serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.
Kisah Legenda Malin Kundang ini memiliki pesan yang dapat diambil si Kecil, yaitu
sayangi kedua orangtua saat susah dan senang, dan jangan melupakan jasa orangtua
yang telah menyayangi dan mendidik dari kecil.Itulah dongeng anak dari Sumatra
Barat, kisah Malin Kundang, si Anak yang durhaka pada ibunya. Semoga bisa jadi
pembelajaran dan bermanfaat!
Kelas : X Mesin
D
Kisah Sangkuriang dan
Asal Mula Tangkuban Perahu
1. Hiduplah seorang Mama bersama anaknya di
sebuah desa
iceritakan pada
zaman dahulu,
hiduplah seorang
Mama bernama
Dayang Sumbi yang tinggal bersama anaknya bernama Sangkuriang.Keduanya
tinggal di sebuah desa bersama dengan seekor anjing kesayangan mereka yaitu
Tumang.Sebelum hidup berdua bersama anaknya, Dayang Sumbi menikah dengan
titisan dewa yang telah dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi.Tanpa mereka
sadari, sebenarnya mereka hidup bertiga bersama suami Dayang Sumbi dan papa dari
Sangkuriang yang berubah menjadi anjing kutukan tadi.Setelah melewati masa
bersama anaknya, Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda dengan paras memesona
serta tubuh yang gagah dan kuat.Sangkuriang tumbuh menjadi anak pemberani yang
senang berburu, ia pun selalu ditemani si Tumang yang merupakan titisan anjing dari
papa kandungnya sendiri.
Betapa murkanya Dayang Sumbi ketika mengatahui bahwa hati si Tumang lah yang
diberikan Sangkuriang padanya.Dayang Sumbi kemudian meraih gayung yang terbuat
dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang sambil mengatakan yang
seusungguhnya, "Tumang itu papamu, Sangkuriang!"Mendapat perlakuan dari
Dayang Sumbi seperti itu, Sangkuriang pun marah dan sakit hati. Ia tak rela mamanya
begitu padanya.
Sangkuriang berpikir bahwa Dayang Sumbi lebih menyayangi si Tumang
dibandingkan dirinya. Maka tanpa berpamitan, Sangkuriang pun pergi mengembara
ke arah timur.
Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat melihat luka di kepala calon suaminya itu.
Luka tersebut mengingaatkannya pada anak laki-lakinya yang telah meninggalkannya
dulu. Ia sangat yakin bahwa lelaki gagah yang akan menikahinya ini adalah
Sangkuriang anaknya. Melihat bekas luka tadi, Dayang Sumbi kemudian
menceritakan pada lelaki tersebut bahwa dirinya adalah Dayang Sumbi, orangtua
kandung dari Sangkuriang yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang.
Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak memperdulikan
penjelasan Dayang Sumbi dan tetap bersikukuh menikahinya.
Tanpa ragu, Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi, "Baiklah, aku
akan memenuhi permintaanmu.” Sangkuriang pun memulai aksinya untuk membuat
perahu dengan menebang pohon besar. Sementara cabang dan ranting pohon yang
dibutuhkan ditumpuk sampai suatu hari menjemla menjadi gunung Burangrang.
Perahu besar pun berhasil dibuat Sangkuriang. Setelahnya, lelaki gagah nan sakti itu
memanggil para makhluk halus untuk membantunya membendung alirang sungai
Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau sesuai permintaan Dayang Sumbi.
6. Sangkuriang marah besar hingga membalik perahu
buatannya sendiri
Semua yang dilakukan Sangkuriang kemudian membuat Dayang Sumbi merasa cemas
karena pekerjaannya sebentar lagi selesai sebelum berganti hari. Dayang Sumbi pun
mencari cara untuk menggagalkan rencana pernikahan dengan anak kandungnya
sendiri dengan memohon pertolongan para dewa.
Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapat petunjuk untuk menebarkan boeh rarang
(kain putih hasil tenunan). Setelah itu Dayang Sumbi berkeliling dan memaksa ayam
jantan berkokok disaat waktu masih malam.
Mendengar suara ayam sudah bersuara, para jin yang membantu pekerjaan
Sangkuriang pun sangat ketakutan ketika mengetahui bahwa fajar telah tiba.
Mereka kemudian menghilang kesegala penjuru dan meninggalkan Sangkuriang
dengan pekerjaannya yang belum selesai.
Masih dalam hawa amarah yang besar, Sangkuriang yang mengetahui ini semua
adalah siasat Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan dengannya. Kemarahan
yang terus meluap itu kemudian membuat Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang
merasa ketakutan hingga menghilang di sebuah bukit.
Selain perahu yang menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu, bukit yang menjadi
tempat menghilangnya Dayang Sumbi pun ikut menjelma menjadi gunung Putri.
Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi akhirnya ikut
menghilang ke alam gaib.
Cerita ini mengajarkan bahwa sikap kejujuran akan membawa kebaikan dan
kebahagiaan di kemudian hari. Sementara perbuatan curang justru akan merugikan
diri sendiri dan mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Tak hanya itu, cerita ini juga mengajarkan kepada kita sejak dini tentang norma sosial
yang ada di masyarakat untuk tidak jatuh cinta dan menikah dengan orangtua
kandung. Itulah cerita rakyat atau dongeng anak Sangkuriang dan legenda Gunung
Tangkuban Perahu yang bisa Mama ceritakan pada si Kecil. Semoga bisa jadi
pembelajaran dan bermanfaat!!!