Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN –KERAJAAN ISLAM DI PULAU SUMATERA

DI SUSUN OLEH :

Nama : Rian Hapsari


Kelas : X IPS 3
No. Absen : 29

SMA N 1 KARANGDOWO
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan


Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada
tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah
ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara.
Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di
desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan
Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah
Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di
Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan
Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan
raja pertama Malik al-Saleh.

 Lokasi Kerajaan
tepatnya di sekitar kota Lhokseumawe. Posisi kerajaan ini sangat strategis
mengingat Selat Malaka adalah jalur perdagangan internasional antara Cina dan
India, sehingga Samudra Pasai berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya dalam
bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka pada 1511 menjadi berkah bagi Pasai yang
disinggahi pedagang Islam, meskipun Pasai juga akhirnya jatuh ke tangan
Portugis sepuluh tahun kemudian.

 Pendiri Kerajaan
Menurut hikayat, Raja-Raja Pasai, selama kurang lebih 250 tahun berdiri terdapat
20 orang raja yang pernah berkuasa. Tepatnya sembilan belas orang sultan dan
satu orang ratu. Selain nama-namanya, tidak banyak yang bisa diketahui tentang
raja-raja Kerajaan Samudra Pasai dikarenakan penemuan yang ada tidak
menjelaskan lebih detil.
- Sultan Malik as-Saleh (1267-1297)
- Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-132)
- Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1349)

 Masa Kejayaan
Kejayaan Kerajaahan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan
Malaik Tahir. Beliau memimpin kerajaan dari tahun 1297 hingga 1326 M.
Kerajaan berkembang menjadi pusat peradagangan internasioal.

 Peninggalan Budaya
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai antara lain yang cukup terkenal adalah
Makam Sultan Malik as-Saleh. Makam ini dirujuk sebagai bukti masuknya Islam
ke Nusantara pada abad ke-13. Makam ini ditulis dengan huruf arab dan berciri-
ciri seperti makam orang Islam. Peninggalan lainnya adalah Hikayat Raja-Raja
Pasai, yang memunculkan nama-nama raja seperti yang disampaikan di atas.
Koin-koin emas bertuliskan huruf arab juga ditemukan, diduga sebagai
peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai.

 Kondisi Sosial Ekonomi


Inti dari perekonomian masyarakat Samudra Pasai adalah perdagangan. Pasai
sebagai kota dagang di jalur internasional, menjadi bandar bagi pedagang-
pedagang Islam. Kesultanan Pasai memiliki lada sebagai komoditas utama yang
laku di seluruh dunia. Kerajaan mengeluarkan koine mas sebagai mata uang
masyarakat Pasai. Selain itu, masyarakat Pasai yang tinggal di wilayah lebih
dalam juga menanam padi dan beternak untuk kebutuhan konsumsi negara.

2. Kerajaan Perlak (840-1292)

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah


kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada
tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan
Samudra Pasai.
 Lokasi Kerajaan
Kerajaan Perlak memiliki pusat pemerintahan di Kecamatan Peureulak,
Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, dan kekuasaannya mencakup seluruh
wilayah tersebut. Daerah ini berada di pesisir timur Aceh yang menghadap Selat
Malaka di bagian utara.Oleh karenanya menjadi salah satu pelabuhan strategis
untuk tempat berniaga antar negara, terutama dari daerah Gujarat, Arab, Malaka,
Persia dan Cina.Perlak semakin maju dan berkembang didukung dengan hasil
kayu perlak sebagai ikon daerah yang merupakan salah satu bahan pembuatan
kapal terbaik

 Pendiri Kerajaan
Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah,
yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat
Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota
kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.

 Masa Kejayaan
Masa kejayaan dicapai oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin
Shah II Johan Berdaulat, yang bergelar sultan ke-17 Kerajaan Perlak.
Kejayaan ini tidak lepas dari usaha gigih dari mangkubumi (perdana menteri)
pada masa pemerintahannya yang beranama Putri Nurul A’la, yaitu anak dari
Sultan Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat, sultan Perlak ke sebelas.
Selain sebagai mangkubumi Putri Nurul A’la juga terkenal sebagai seorang
panglima perang yang hebat. Putri Nurul A’la berhasil membuat dayah atau
pesantren Zawiyah Buket Cibrek menjadi pesantren berskala internasional.

 Peninggalan Budaya
- Mata Uang
- Emas (Dihram)
- Perak (Kupang)
- Tembaga
- Stempel Kerajaan
- Makam Raja

 Kondisi Sosial Ekonomi


Kerajaan Perlak menggerakkan roda perekonomiannya sebagai salah satu
kerajaan dagang berbasis maritim. Komoditas dagangnya beragam mulai dari
sektor hutan, pertanian, pertambangan bahkan barang seni. Di wilayah
kekuasaannya, dibangun pelabuhan pusat niaga Internasional yang maju dan
banyak disinggahi kapal-kapal saudagar dari berbagai negara. Sumber
perekonomian di Perlak yang merupakan hasil perkebunan dan hutan adalah
daerah sentra kayu perlak sebagai bahan dasar kapal serta rotan. Di bidang
pertanian Kerajaan Perlak berhasil menjadi pemasok rempah-rempah lada di
kawasan Indonesia bagian barat

3. Kerajaan Jeumpa (777 M)

Jeumpa sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara memperluas


hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan Kerajaan-Kerajaan lainnya.
Banyak tempat di sekitar Jeumpa berasal dari bahasa Parsi, yang paling jelas
adalah Bireuen, yang artinya kemenangan, sama dengan makna Jayakarta, asal
nama Jakarta yang didirikan Fatahillah, yang dalam bahasa Arab semakna, Fath
mubin, kemenangan yang nyata. Karena letak gegrafisnya yang sangat strategis di
ujung barat pulau Sumatra, menjadikan wilayah Aceh sebagai kota pelabuhan
transit yang berkembang pesat.

 Lokasi Kerajaan
Wilayahnya berada dipinggir sungai Peudada di sebelah barat, sampai Pante
Krueng Peusangan disebelah timur. Istana Jeumpa terletak di desa Blang
Seupeueng yang dipagari disebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pinto
Ubeut

 Pendiri Kerajaan
Kerajaan Jeumpa adalah salah satu kerajaan Islam di Indonesia pada abad ke-7
Masehi. Pendiri kerajaan ini adalah Salman Al-Parsi. Wilayah kerajaan Jeumpa
mencakup wilayah Kabupaten Beureun saat ini.

 Masa Kejayaan
Tidak diketahui persis riwayat berakhirnya masa kejayaan kerajaan Jeumpa,
begitu juga dengan penyebab mangkatnya Raja Jeumpa. Namun dari cerita turun-
temurun, masyarakat disana meyakini pusara Raja Jeumpa terdapat diatas sebuah
bukit kecil setinggi 40 meter, yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang sudah
berumur ratusan tahun

 Peninggalan Budaya
Di daerah yang sebagai tapak mahligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke
selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujereun, ditemukan tapak
bangunan istana dan beberapa barang peninggalan kerajaan, seperti kolam
mandi kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan
semacam cincin dan kalung.

 Kondisi Sosial Ekonomi


Kota ini menjadi tempat persinggahan dan perdagangan yang strategis di Pulau
Sumatera.Selain itu, kerajaan ini termasuk dalam jalur perdagangan dan
pelayaran Selat Malaka. Hal ini membuat kegiatan utama masyarakatnya adalah
berdagang. Kawasan perdagangan Kerajaan Jeumpa berada di pesisir utara Pulau
Sumatera. Kerajaan ini menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan
kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Sumatera. Selain itu, Kerajaan Jeumpa juga
menjalin hubungan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan yang berasal dari
kawasan Arab, Persia, India, dan Tiongkok.

4. Kerajaan /Kesultanan Indrapura (1347-kini)

Kesultanan Inderapura merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah


kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat sekarang, berbatasan dengan
Provinsi Bengkulu dan Jambi. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi bawahan
(vazal) Kerajaan Pagaruyung walau pada praktiknya kerajaan ini berdiri sendiri
serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya.
 Lokasi Kerajaan
Kerajaan Indrapura terletak di Muaro Sakai Kenagarian Inderapura Kecamatan
Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan.

 Pendiri Kerajaan
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para
pelaut Bugis yang dipimpin oleh Daeng Maruppa yang kemudian menikah dengan
saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan Daeng
Mabela yang bergelar Sultan Seian. Berdasarkan catatan inggris, Daeng Mabela
pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis. Sultan Muhammad Syah
digantikan oleh anaknya Sultan Mansur Syah (1691-1696). Pada masa
pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi
serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul.

 Masa Kejayaan
Kerajaan Inderapura merupakan sebuah kerajaan yg berada di wilayah kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat sekarang, berbatasan dengan Provinsi
Bengkulu & Jambi. Secara resmi kerajaan ini pernah menjadi bawahan [vazal]
Kerajaan Pagaruyung. Walau pada prakteknya kerajaan ini berdiri sendiri serta
bebas mengatur urusan dlm & luar negerinya. Kerajaan ini pada masa jayanya
meliputi wilayah pantai barat Sumatera mulai dari Padang di utara sampai Sungai
Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura ialah lada, & juga emas.

 Peninggalan Budaya
 Meriam besar yang terdapat di sekitar reruntuhan istana
 Benda-benda pusaka milik kerajaan Inderapura
 Makam raja Inderapura
 Rumah Ahli waris kerajaan inderapura di Muaro Sakai Inderapura

 Kondisi Sosial Ekonomi


Berdasarkan laporan Belanda, pada tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai
sebuah kerajaan yang makmur di bawah pemerintahan Raja Itam, serta sekitar
30.000 rakyatnya terlibat dalam pertanian dan perkebunan yang mengandalkan
komoditas beras dan lada. Selanjutnya pada masa Raja Besar sekitar tahun
1624, VOC berhasil membuat perjanjian dalam pengumpulan hasil pertanian
tersebut langsung dimuat ke atas kapal tanpa mesti merapat dulu di pelabuhan,
serta dibebaskan dari cukai pelabuhan. Begitu juga pada masa Raja Puti,
pengganti Raja Besar, Inderapura tetap menerapkan pelabuhan bebas cukai dalam
mendorong perekonomiannya.
5. Kerajaan Pagaruyung (1347-kini)

Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra,


wilayahnya terdapat di dalam provinsi Sumatra Barat sekarang. Nama kerajaan ini
dirujuk dari nama pohon Nibung atau Ruyung, selain itu juga dapat dirujuk dari
inskripsi cap mohor Sultan Tangkal Alam Bagagar dari Bagagar Pagaruyung,
yaitu pada tulisan beraksara Jawi dalam lingkaran bagian dalam yang berbunyi
mempunyai tahta kerajaan dalam negeri Pagaruyung Dārul Qarār Johan Berdaulat
Zhillullāh fīl 'Ālam

 Lokasi Kerajan
Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra, wilayahnya
terdapat di dalam provinsi Sumatra Barat sekarang.

 Pendiri Kerajaan
Kerajaan Pagaruyung dipegang oleh sebuah t yang terriumviat diri atas Raja
Alam di Pagaruyung Raja Adat di Buo, dan Raja Ibadat di Sumpur Kudus.
Konsep kekuasaan diraja ini dinamakan rajo tigo selo ("tiga raja yang duduk
bersila"). Secara historis, Raja Alam adalah primus inter pares diri ketiganya dan
memiliki gelar Yang Dipertuan Pagaruyung atau Yang Dipertuan Sakti, yang
kemudian berubah pula menjadi gelar sultan setelah masuknya islam. Sistem ini
secara formal berakhir setelah Raja Alam Sultan Bagagarsyah ditangkap dan
dibuang dari Pagaruyung oleh Belanda pada tahun 1833. Namun, pada hari ini
terdapat beberapa orang yang mengklaim sebagai pewaris atau pemangku
kedaulatan pada salah satu jabatan raja, terutama Raja Alam.

 Masa Kejayaan
Setelah masa Adityawarman, dilanjutkan oleh pemerintahan masa
Ananggawarman. Pada masa pemerintahan kedua raja ini, Kerajaan Pagaruyung
memasuki masa kejayaannya. terbukti dengan bertumbuh pesatnya kemakmuran
masyarakat pada masa itu dan juga berkembangnya usaha pertanian rakyat secara
significant. Selain itu, daerah Sumatera Barat juga sempat menjadi pusat
pendulangan dan perdagangan emas. Adapun bukti dari keemasan Kerajaan
Pagaruyung lainnya adalah berkembangnya jalinan kerjasama antara Kerajaan
Pagaruyung dengan kerajaan-kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Talu di Pasaman
Barat, Kerajaan Kumpulan di Pasaman Timur, Kerajaan Panai di Padang Lawas
dan puluhan kerajaan lainnya. Bahkan kerjasama itu tidak hanya terjalin dengan
kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Sumatera Barat semata, melainkan juga
kepada Kerajaan di luar Sumatera Barat, seperti Kerajaan Seribu Dolok di
Tapanuli, Kerajaan Gunung Sahilan di Riau, Kerajaan Lubuk Kepayang di Jambi,
Kerajaan Sungai Limau di Bengkulu, Kerajaan Gowa Tallo di Sulawesi Selatan,
Kerajaan Sumbawa dan Ternate dan juga Kerajaan Negeri Sembilan di Malaysia.
 Peninggalan Budaya
- Makam Raja Pagaruyung
- Batu Kasur
- Istana Basa Pagaruyung
- Pagaruyung Grand Place

 Kondisi Sosial Ekonomi


Kehidupan ekonomi dan sosial Kerajaan Pagaruyung menyerupai Kerajaan
Sriwijaya. Para Bangsawaan memeluk agama Budha sedangkan rakyatnya
memeluk kepercayaan tradisional Kegiatan perekonomian yang sering dilakukan
adalah berdagang.Perdagangan emas

Anda mungkin juga menyukai