DI SUSUN OLEH :
SMA N 1 KARANGDOWO
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)
Lokasi Kerajaan
tepatnya di sekitar kota Lhokseumawe. Posisi kerajaan ini sangat strategis
mengingat Selat Malaka adalah jalur perdagangan internasional antara Cina dan
India, sehingga Samudra Pasai berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya dalam
bidang perdagangan. Jatuhnya Malaka pada 1511 menjadi berkah bagi Pasai yang
disinggahi pedagang Islam, meskipun Pasai juga akhirnya jatuh ke tangan
Portugis sepuluh tahun kemudian.
Pendiri Kerajaan
Menurut hikayat, Raja-Raja Pasai, selama kurang lebih 250 tahun berdiri terdapat
20 orang raja yang pernah berkuasa. Tepatnya sembilan belas orang sultan dan
satu orang ratu. Selain nama-namanya, tidak banyak yang bisa diketahui tentang
raja-raja Kerajaan Samudra Pasai dikarenakan penemuan yang ada tidak
menjelaskan lebih detil.
- Sultan Malik as-Saleh (1267-1297)
- Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-132)
- Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1349)
Masa Kejayaan
Kejayaan Kerajaahan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan
Malaik Tahir. Beliau memimpin kerajaan dari tahun 1297 hingga 1326 M.
Kerajaan berkembang menjadi pusat peradagangan internasioal.
Peninggalan Budaya
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai antara lain yang cukup terkenal adalah
Makam Sultan Malik as-Saleh. Makam ini dirujuk sebagai bukti masuknya Islam
ke Nusantara pada abad ke-13. Makam ini ditulis dengan huruf arab dan berciri-
ciri seperti makam orang Islam. Peninggalan lainnya adalah Hikayat Raja-Raja
Pasai, yang memunculkan nama-nama raja seperti yang disampaikan di atas.
Koin-koin emas bertuliskan huruf arab juga ditemukan, diduga sebagai
peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai.
Pendiri Kerajaan
Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah,
yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat
Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota
kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Masa Kejayaan
Masa kejayaan dicapai oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin
Shah II Johan Berdaulat, yang bergelar sultan ke-17 Kerajaan Perlak.
Kejayaan ini tidak lepas dari usaha gigih dari mangkubumi (perdana menteri)
pada masa pemerintahannya yang beranama Putri Nurul A’la, yaitu anak dari
Sultan Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat, sultan Perlak ke sebelas.
Selain sebagai mangkubumi Putri Nurul A’la juga terkenal sebagai seorang
panglima perang yang hebat. Putri Nurul A’la berhasil membuat dayah atau
pesantren Zawiyah Buket Cibrek menjadi pesantren berskala internasional.
Peninggalan Budaya
- Mata Uang
- Emas (Dihram)
- Perak (Kupang)
- Tembaga
- Stempel Kerajaan
- Makam Raja
Lokasi Kerajaan
Wilayahnya berada dipinggir sungai Peudada di sebelah barat, sampai Pante
Krueng Peusangan disebelah timur. Istana Jeumpa terletak di desa Blang
Seupeueng yang dipagari disebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pinto
Ubeut
Pendiri Kerajaan
Kerajaan Jeumpa adalah salah satu kerajaan Islam di Indonesia pada abad ke-7
Masehi. Pendiri kerajaan ini adalah Salman Al-Parsi. Wilayah kerajaan Jeumpa
mencakup wilayah Kabupaten Beureun saat ini.
Masa Kejayaan
Tidak diketahui persis riwayat berakhirnya masa kejayaan kerajaan Jeumpa,
begitu juga dengan penyebab mangkatnya Raja Jeumpa. Namun dari cerita turun-
temurun, masyarakat disana meyakini pusara Raja Jeumpa terdapat diatas sebuah
bukit kecil setinggi 40 meter, yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang sudah
berumur ratusan tahun
Peninggalan Budaya
Di daerah yang sebagai tapak mahligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke
selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujereun, ditemukan tapak
bangunan istana dan beberapa barang peninggalan kerajaan, seperti kolam
mandi kerajaan seluas 20 x 20 m, kaca jendela, porselin dan juga ditemukan
semacam cincin dan kalung.
Pendiri Kerajaan
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para
pelaut Bugis yang dipimpin oleh Daeng Maruppa yang kemudian menikah dengan
saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan Daeng
Mabela yang bergelar Sultan Seian. Berdasarkan catatan inggris, Daeng Mabela
pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis. Sultan Muhammad Syah
digantikan oleh anaknya Sultan Mansur Syah (1691-1696). Pada masa
pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi
serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul.
Masa Kejayaan
Kerajaan Inderapura merupakan sebuah kerajaan yg berada di wilayah kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat sekarang, berbatasan dengan Provinsi
Bengkulu & Jambi. Secara resmi kerajaan ini pernah menjadi bawahan [vazal]
Kerajaan Pagaruyung. Walau pada prakteknya kerajaan ini berdiri sendiri serta
bebas mengatur urusan dlm & luar negerinya. Kerajaan ini pada masa jayanya
meliputi wilayah pantai barat Sumatera mulai dari Padang di utara sampai Sungai
Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura ialah lada, & juga emas.
Peninggalan Budaya
Meriam besar yang terdapat di sekitar reruntuhan istana
Benda-benda pusaka milik kerajaan Inderapura
Makam raja Inderapura
Rumah Ahli waris kerajaan inderapura di Muaro Sakai Inderapura
Lokasi Kerajan
Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra, wilayahnya
terdapat di dalam provinsi Sumatra Barat sekarang.
Pendiri Kerajaan
Kerajaan Pagaruyung dipegang oleh sebuah t yang terriumviat diri atas Raja
Alam di Pagaruyung Raja Adat di Buo, dan Raja Ibadat di Sumpur Kudus.
Konsep kekuasaan diraja ini dinamakan rajo tigo selo ("tiga raja yang duduk
bersila"). Secara historis, Raja Alam adalah primus inter pares diri ketiganya dan
memiliki gelar Yang Dipertuan Pagaruyung atau Yang Dipertuan Sakti, yang
kemudian berubah pula menjadi gelar sultan setelah masuknya islam. Sistem ini
secara formal berakhir setelah Raja Alam Sultan Bagagarsyah ditangkap dan
dibuang dari Pagaruyung oleh Belanda pada tahun 1833. Namun, pada hari ini
terdapat beberapa orang yang mengklaim sebagai pewaris atau pemangku
kedaulatan pada salah satu jabatan raja, terutama Raja Alam.
Masa Kejayaan
Setelah masa Adityawarman, dilanjutkan oleh pemerintahan masa
Ananggawarman. Pada masa pemerintahan kedua raja ini, Kerajaan Pagaruyung
memasuki masa kejayaannya. terbukti dengan bertumbuh pesatnya kemakmuran
masyarakat pada masa itu dan juga berkembangnya usaha pertanian rakyat secara
significant. Selain itu, daerah Sumatera Barat juga sempat menjadi pusat
pendulangan dan perdagangan emas. Adapun bukti dari keemasan Kerajaan
Pagaruyung lainnya adalah berkembangnya jalinan kerjasama antara Kerajaan
Pagaruyung dengan kerajaan-kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Talu di Pasaman
Barat, Kerajaan Kumpulan di Pasaman Timur, Kerajaan Panai di Padang Lawas
dan puluhan kerajaan lainnya. Bahkan kerjasama itu tidak hanya terjalin dengan
kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Sumatera Barat semata, melainkan juga
kepada Kerajaan di luar Sumatera Barat, seperti Kerajaan Seribu Dolok di
Tapanuli, Kerajaan Gunung Sahilan di Riau, Kerajaan Lubuk Kepayang di Jambi,
Kerajaan Sungai Limau di Bengkulu, Kerajaan Gowa Tallo di Sulawesi Selatan,
Kerajaan Sumbawa dan Ternate dan juga Kerajaan Negeri Sembilan di Malaysia.
Peninggalan Budaya
- Makam Raja Pagaruyung
- Batu Kasur
- Istana Basa Pagaruyung
- Pagaruyung Grand Place