Antara tahun 1290 dan 1520 kesultanan Pasai tidak hanya menjadi kota dagang terpenting di
selat Malaka, tetapi juga pusat perkembangan Islam dan bahasa sastra Melayu. Selain berdagang,
para pedagang Gujarat, Persia, dan arab menyebarkan agama Islam. Sebagaimana disebutkan dalam
tradisi lisan dan Hikayat Raja-raja Pasai, raja pertama kerajaan Samudra Pasai sekaligus raja
pertama yang memeluk Islam adalah Malik Al-Saleh yang sekaligus juga merupakan pendiri
kerajaan tersebut. Hal itu dapat diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu,
dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan para sarjana Barat terutama Belanda
seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L. Moens, J. Hushoff Poll, G.P. Rouffaer, H.K.J.
Cowan, dan lain-lain.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja
adalah Merah Sile atau Merah Selu. Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh Ismail,
seorang utusan syarif Makkah yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-Saleh. Nisan itu
didapatkan di Gampong Samudra bekas kerajaan Samudra Pasai tersebut[3].
Merah Selu adalah putra Merah Gajah. Nama Merah Gajah merupakan gelar bangsawan
yang lazim di Sumatra Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata sungkala yang aslinya juga
berasal dari sanskrit Chula. Kepemimpinannya yang menonjol membuat dirinya ditempatkan
sebagai raja.
Dari hikayat itu pula, dijelaskan bahwa tempat pertama yang dijadikan sebagai pusat
kerajaan Samudra Pasai adalah Muara Sungai Peusangan yaitu sebuah sungai yang cukup panjang
dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu serta kapal-kapal
mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Di muara sungai itu ada dua kota yang
letaknya berseberangan yaitu Pasai dan Samudra. Kota Samudra terletak agak lebih ke pedalaman,
sedangkan Pasai terletek lebih ke muara. Di tempat terakhir inilah banyak ditemukan makam-
makam para raja.
Dalam berita Cina dan pendapat Ibn Batutah yang merupakan pengembara terkenal asal
Marokko, dari Delhi mengatakan bahwa pada pertengahan abad ke-14 M (tahun 746 H/1345 M) ia
melakukan perjalanan ke Cina. Ketika itu Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al-Zahir,
putra Sultan Malik Al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil
Sa-mu-ta-la (Samudra) mengirim kepada raja Cina duta-duta yang disebut dengan nama-nama
muslim yaitu Husein dan Sulaiman. Ibnu Batutah juga menyatakan bahwa Islam sudah hampir satu
abad lamanya disiarkan di sana. Ia juga meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat
keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya, yaitu mengikuti mahzab Syafii. Dalam bertinya juga
dijelaskan bahwa kerajaan Samudra Pasai pada saat itu merupakan pusat studi agama Islam dan
tempat berkumpul para ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah
keagamaan dan keduniaan.
Dari uang dirham yang ditemukan di kerajaan ini, dapat diketahui nama-nama raja beserta
urutannya, karena dalam mata uang-mata uang yang ditemukan itu terdapat nama-nama raja yang
pernah memerintah kerajaan ini[4]. Adapun urutannya adalah sebagai berikut:
No. Nama Raja Tahun Pemerintahan
1. Sultan Malik Al-Saleh Sampai tahun 1207 M
2. Muhammad Malik Al-Zahir 1297-1326 M
3. Mahmud Malik Al-Zahir 1326-1345 M
4. Manshur Malik Al-Zahir 1345-1346 M
5. Ahmad Malik Al-Zahir 1346-1383 M
6. Zain Al-Abidin Malik AL-Zahir 1383-1405 M
7. Nahrasiyah 1402-? M
8. Abu Zaid Malik Al-Zahir ?-1455 M
9. Mahmud Malik Al-Zahir 1455-1477 M
10. Zain Al-Abidin 1477-1500 M
11. Abdullah Malik Al-Zahir 1501-1513 M
12. Zain Al-Abidin 1513-1524 M
Pada abad ke 14 wilayah Kesultanan Samudera Pasai menuai masa kejayaan. Kejayaan itu
di buktikan dengan kemampuan kesultanan samudera pasai membuat mata uang emas pada masa
Sultan Malik Al Zahir (1297-1326) pada abad ke 13. Bisa disebutkan mata uang Samudera Pasai
adalah mata uang emas pertama yang dikeluarkan nusantara oleh kerajaan islam dengan oranamen
islam (tulisan arab) yang tertulis dalam sisi atas dan sisi bawah, karena pada masa itu kerajaan
nusantara lain baru mengeluarkan mata uang dari perak. Ada yang menyebutkan bahwa mata uang
ini sangat halus pengerjaanya dibandingkan mata uang logam perak di Jawa.
Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Kerajaan ini ditaklukkan oleh
Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh
yaitu Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan
Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
KESIMPULAN