Anda di halaman 1dari 28

Oleh:

 Agus Ika Prayoga 110731407196


 Dini Septi Marita 110731407190
 Pitria Ayu Soleha N. 110731435514
 Winda Nita Lusiana 110731435509
Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
 Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan islam yang
terletak di pesisir pantai utara Kota Lhouksemawe, wilayah
Aceh Utara.
 Samudera Pasai mulai tumbuh dan berkembang di bawah
kekuasaan Marah Silu, dan menjalin hubungan politik de-ngan
menikah dengan putri Ganggangsari dari Kerajaan Perlak. Pada
tahun 1289 Masehi, Marah Silu mengangkat dirinya sebagai
Raja Samudra Pasai dengan gelar Sultan Malik al-Saleh
(Wiharyanto, 2006: 14 – 15).
 Ibu kota Kerajaan Samudera Pasai adalah Pasai dan bahasa
yang digunakan masyarakatnya adalah Bahasa Pasai dan
Melayu (Sufi & Wibowo, 2006: 50).
Di Bidang Pemerintahan :

 Menurut Ayatrohaedi (Ayatrohaedi, 1992) Komposisi


masyarakat Samudera Pasai menunjukkan sifat yang
berlapis-lapis. Lapisan itu, terdiri atas lapisan atas yaitu
Sultan (raja) dan birokrasi kerajaan, sedangkan lapisan
bawah adalah hamba sahaya/masyarakat. Pada lapisan
birokrasi kerajaan terdiri dari kelompok orang-orang besar
mulai dari perdana menteri, menteri, tentara, pegawai, dan
kaum bangsawan kerajaan.
 Pemerintahannya bersifat teokrasi (berdasarkan ajaran
Islam). Peran orang Arab sebagai perdana menteri penasehat
raja sangat berpengaruh dalam jalannya pemerintahan dan
menentukan kebijakan Sultan. Keadaan ini terlihat sejak
masa awal terbentuknya Kesultanan Pasai hingga nama
kerajaan ini berubah menjadi Kesultanan Samudera Pasai
(Ismail, 1997: 39).
 Pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Saleh, Samudra
Pasai berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke
pedalaman Aceh, bahkan sampai ke Malaka (jazirah
Melayu). Di samping itu, banyak pedagang-pedagang Islam
dari Arab, Persia, dan Gujarat (India) yang datang ke
Samudra Pasai (Ismail, 1997: 23).
 Di bawah pimpinan Sultan Muhammad Malikul
Zahir, Kerajaan Pasai mengalami masa kejayaan.
Sudah digunakannya mata uang yang terbuat dari
emas dan perak, sebagai alat transaksi dalam
kehidupan ekonomi warga Kerajaan Pasai.
 Ia Mendirikan pusat studi Islam yang dibangun di
lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara
ulama dan anggota birokrasi kerajaan.
 Dalam silsilah para penguasa yang memimpin
Kesultanan Samudera Pasai, ternyata terdapat
sultan perempuan yang pernah bertahta di kerajaan
besar tersebut. Sultanah Nahrasiyah (Nahrisyyah)
Malikul Zahir bertahta dari tahun 1420 hingga
1428 dan memiliki penasehat sultan yang bernama
Ariya Bakooy.
Di bidang Perekonomian

 Di masa keemasan Sultan Muhammad Malikul Zahir,


Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
internasional.
 Dalam kurun abad ke-13 M hingga awal abad ke-16 M,
Kerajaan Samudera Pasai merupakan wilayah penghasil
rempah-rempah terkemuka di dunia, dengan lada sebagai
salah satu komoditas andalannya.
 Pasai pun merupakan produsen komoditas lainnya seperti
sutra, kapur barus, dan emas.
 Dalam perdagangan, Kesultanan Pasai juga mengeluarkan
koin emas dan perak sebagai alat transaksi jual beli. Mata
uang emes ini disebut deureuham (dirham) yang dibuat 70%
emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, dan
mutu 17 karat.
Keadaan Wilayah dan Penduduk

 Pada abad ke-14, Kesultanan Samudera Pasai sudah


memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, meliputi
Samudera Geudong (Aceh Utara), Meulaboh, Bireuen,
Rimba Jreum dan Seumerlang (Perlak). Dan beberapa
daerah luar yang menjadi negeri taklukan Kesultanan
Samudera Pasai antara lain Minangkabau, Palembang,
Jambi, Patani, Malaka, bahkan hingga mencapai pesisir
pantai di Jawa (Sufi & Wibowo, 2005: 61).
 Tomi Pires, menyebutkan bahwa Pasai adalah kota
terpenting pada masanya untuk seluruh Sumatra, karena
tidak ada tempat lain yang penting di pulau itu kecuali
Pasai. Kota Pasai, menurut catatan Tomi Pires, ditaksir
berpenduduk tidak kurang dari 20.000 orang (Ismail, 1997:
37).
Di Bidang Agama dan Budaya

 Islam merupakan agama yang dianut oleh


masyarakat Pasai. Dari catatan Ma Huan
dan Tomé Pires, telah membandingkan dan
menyebutkan bahwa sosial budaya
masyarakat Pasai mirip dengan Malaka,
seperti bahasa, maupun tradisi pada
upacara kelahiran, perkawinan dan
kematian.
 Kesamaan ini memudahkan penerimaan
Islam di Malaka dan dipererat oleh adanya
pernikahan antara putri Pasai dengan raja
Malaka sebagaimana diceritakan dalam
Sulalatus Salatin.
 Peninggalan Budaya yang menunjukkan
adanya pengaruh Agama Islam adalah batu
nisan Malik al-Saleh yang wafat pada tahun
1297, terbuat dari batu granit atau pualam dari
Gujarat. Peninggalan ini menandakan bahwa
agama Islam yang masuk ke Indonesia lewat
jalur Gujarat (India).
 Menurut Ibnu Batuthah, menceritakan bahwa
sultan di negeri Samatrah (Samudera) pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Malikul
Zahir, penduduknya menganut Agama Islam
bermazhab Syafi'i.
 Dalam catatan perjalanan berjudul Tuhfat Al-
Nazha, Ibnu Batutah menuturkan, pada masa
itu Pasai telah menjelma sebagai pusat studi
Islam di Asia Tenggara. Dan bangunan
terpentingnya ialah Istana Sultan dan masjid
(Ismail, 1997: 37).
Runtuhnya kerajaan Samudera Pasai
disebebkan karena beberapa Faktor,
yaitu:
 Adanya Perang Saudara
 Ancaman dari Kerajaan Majapahit
 Kemerosotan peran Samudera Pasai
sebagai arus perdagangan di Asia
Tenggara
 Semakin lemahnya posisi Samudera
Pasai karena berdirinya Kesultanan Aceh
 Kerajaan Aceh Darussalam merupakan
Kesultanan yang mulai memerintah ketika
Kerajaan Samudera Pasai berada di ambang
keruntuhan karena diserang oleh Kerajaan
Majapahit sekitar abad ke-14 M.
 dapat diketahui keterangan dari batu nisan
Sultan Firman Syah yang menjelaskan bahwa
Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja
(Banda Aceh). Pendiri sekaligus penguasa
pertama Kesultanan Aceh adalah Sultan Ali
Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad,
1 Jumadil Awal 913 Hijriah atau tanggal 8
September 1507 Masehi.
Di Bidang Pemerintahan
 Sepanjang riwayat dari awal berdiri hingga
keruntuhan Kesultanan Aceh Darussalam
tercatat telah berganti sultan hingga lebih
dari tigapuluh kali.Berikut adalah beberapa
gambaran sekilas dari corak pemerintahan
silsilah-silsilah para sultan yang pernah
berkuasa di Kesultanan Aceh Darussalam:
 Pada tahun 1507 M, Sultan Ali Mughayat Syah
memproklamirkan berdirinya Kesultanan Aceh
Darussalam. Pada masa pemerintahannya,
ditandai mulai masuknya Kolonialisme Barat di
bawah armada Portugis.
 Pada bulan Mei 1521, Sultan Ali Mughayat
Syah, memimpin perlawanan dan berhasil
mengalahkan armada Portugis yang dipimpin
Jorge de Britto di perairan Aceh. Pihak Portugis
meminta bantuan Sultan Ahmad, Raja
Kerajaan Pedir dan mencari perlindungan ke
Samudera Pasai.
 Pasukan Sultan Ali Mughayat Syah meneruskan
pengejarannya dan berhasil mematahkan
perlawanan Pasai pada tahun 1524 M (Said,
1981: 187).
Sultan Ali Mughayat Syah juga meletakkan
dasar-dasar politik luar negeri Kesultanan
Aceh Darussalam, antara lain:
 Mencukupi kebutuhan sendiri sehingga
tidak tergantung pada pihak lain.
 Menjalin persahabatan yang lebih erat
dengan kerajaan-kerajaan Islam lain di
nusantara
 Bersikap waspada terhadap kolonialisme
Barat.
 Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak
luar.
 Menjalankan dakwah Islam ke seluruh
kawasan nusantara.
 Berdasarkan hasil identifikasi dari beberapa
sumber yang ada menegaskan bahwa Sultan
Iskandar Muda lahir sekitar tahun 1583. (Denys
Lombard, 1991: 225-226).
 Sultan lskandar Muda yang pada masa
bayinya sering disebut Tun Pangkat Darma
Wangsa, (Zainuddin: 1957, 21)
 Iskandar Muda dinobatkan sebagai Sultan
pada tanggal 29 Juni 1606. Akan tetapi dalam
naskah Bustanus-Salatin, ditemukan
keterangan bahwa dia diangkat sebagai
Sultan pada 6 Zulhijjah 1015 H (awal April 1607
M). (Bustanus-Salatin II, XIII, 23).
Untuk menjamin langgengnya Kerajaan Aceh, Sultan
Iskandar Muda kemudian menyusun tata negara atas
empat bagian. (Ismuha: 1988, 155)
1. Segala persoalan yang menyangkut tentang adat
maka kebijaksanaannya diserahkan kepada sultan,
penasehat dan orang-orang besarnya.
2. Segala urusan hukum diserahkan kepada para ulama
yang pada masa Syekh Nuruddin Ar-Raniry diangkat
sebagai qadhi malikuladil.
3. Urusan qanun, majelis adab, sopan santun dan tertib
dalarn pergaulan hidup bermasyarakat, termasuk
mengenai berbagai upacara adat diserahkan
kepada kebijaksanaan Maharani (Putroe Phang).
4. Sedangkan urusan reusam (pertahanan dan
keamanan) berada dalam kekuasaan Panglima
Kaum atau Bentara pada masing-masing daerah.
Dalam makalah bertajuk “Ikhtisar Susunan
dan Sistem Keradjaan Aceh pada Zaman Sultan
Iskandar Muda” (1961) yang ditulis oleh A. Hasjmy
disebutkan pada masa Sultan Iskandar Muda,
yang menempatkan Sultan sebagai penguasa
tertinggi pemerintahan, baik dalam bidang
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Sebagai penguasa tertinggi, Sultan memiliki
hak-hak istimewa, antara lain:
 Pembebasan orang dari segala macam
hukuman.
 Membuat mata uang.
 Memperoleh hak panggilan kehormatan
“Deelat” atau “Yang Berdaulat”.
 Mempunyai kewenangan untuk mengumumkan
dan memberhentikan perang.
Di bidang Perekonomian

 Penduduk Aceh sangat gemar berniaga. Mereka


mempunyai banyak pengalaman dan berbakat
dalam berdagang. Selain itu, kebanyakan
masyarakat Aceh juga ahli dalam sektor
pertukangan. Banyak di antara penduduk Aceh
yang bermatapencaharian sebagai tukang emas,
tukang meriam, tukang kapal, tukang besi, tukang
jahit, tukang periuk, tukang pot, dan juga suka
membuat berbagai macam minuman.
 Alat transaksi yang digunakan masyarakat Aceh,
pada sekitar abad ke-16, terbuat dari emas,
kupang, pardu, dan tahil (Said, 1981: 219)
 Sultan Iskandar Muda menetapkan qanun
seuneubok lada yang memuat tentang
berbagai peraturan mengenai pertanian
dan peternakan.
 Dalam hal ini Sultan Iskandar Muda
menetapkan beberapa sumber pajak
penghasilan sebagai pemasukan devisa
kerajaan.
 Sebagian besar kekayaan negara pada
masanya berasal dari hasil sumber daya
alam, baik berupa pajak sumbangan hasil
pertanian, perikanan maupun dari hasil
tambang.
Keadaan Wilayah dan Penduduk

 Daerah-daerah yang menjadi bagian dari


wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh
Darussalam, dari masa awalnya hingga
Sultan Iskandar Muda, mencakup hampir
seluruh wilayah Aceh, termasuk Tamiang,
Pedir, Meureudu, Samalanga, Peusangan,
Lhokseumawe, Kuala Pase, dan Jambu
Aye.
 Selain itu, Kesultanan Aceh Darussalam
juga berhasil menaklukkan seluruh negeri di
sekitar Selat Malaka termasuk Johor dan
Malaka.
Di Bidang Agama dan Budaya

 Agama yang di anut Kerajaan aceh


Darussalam adalah Agama Islam.
 Pada masa kepemimpinan Sultan Mansur
Syah, nuansa agama Islam sangat kental
dalam kehidupan masyarakatnya.
 Sultan Mansur Syah mendatangkan guru-guru
agama dan ulama ternama dari luar negeri
dan banyak mendirikan masjid dan madrasah.
 Adat Makuta Alam yang dicetuskan pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
adalah adat yang bersendi syara` hukum Islam
dan hukum adat yang mengambil aturan-
aturan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
 Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, Belanda
mulai melihat kembali celah untuk mengusik Aceh.
 Paruh abad 18 Belanda mulai mengancam Aceh.
 Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda secara resmi
menyatakan perang terhadap Aceh.
 Memasuki abad ke-20, dilakukanlah berbagai cara
untuk dapat menembus kokohnya dinding ideologi
yang dianut bangsa Aceh
 Mengutus seorang pakar budaya dan tokoh
pendidikan Belanda, Dr. Snouck Hurgronje,
menyusup ke dalam masyarakat adat Aceh.
 Snouck Hurgronje menyarankan agar menyerang
kaum ulama.
Secara lebih detail, Snouck Hugronje menyimpulkan hal-
hal yang harus dilakukan untuk dapat menguasai Aceh,
antara lain:
 Hentikan usaha mendekat Sultan dan orang besarnya.
 Jangan mencoba-coba mengadakan perundingan
dengan musuh yang aktif, terutama jika mereka terdiri
dari para ulama.
 Rebut lagi Aceh Besar.
 Untuk mencapai simpati rakyat Aceh, giatkan pertanian,
kerajinan, dan perdagangan.
 Membentuk biro informasi untuk staf-staf sipil, yang
keperluannya memberi mereka penerangan dan
mengumpulkan pengenalan mengenai hal ihwal rakyat
dan negeri Aceh.
 Membentuk kader-kader pegawai negeri yang terdiri dari
anak bangsawan Aceh dan membikin korps
pangrehpraja senantiasa merasa diri kelas memerintah
(Said, 1985:97).
Usaha Snouck Hurgronje akhirnya berhasil,
Belanda sukses dalam usaha menaklukkan Aceh
pada tahun 1903. kekuatan Kesultanan Aceh
Darussalam semakin melemah seiring dengan
menyerahnya Sultan M. Dawud kepada Belanda.
Setahun kemudian, tahun 1904, hampir seluruh
wilayah Aceh berhasil dikuasai Belanda
 Buatlah TTS dar 10 pertanyaan singkat
mengenai Samudera Pasai dan Aceh
 TTS yang sudah selesai ditukarkan ke
kelompok lain untuk diisi.
SELAMAT
MENGERJAKAN
Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan tumbuh dan
berkembang pada adad akhir ke-12 dan kejayaannya
berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16.
Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya
lalu lintas perdagangan laut antara penduduk Indonesia
dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia,
dan Tiongkok. Berdasarkan wilayah pusat pemerintahan Islam
berbentuk Kesultanan di sumatera terdapat dua Kerajaan, yaitu
Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan aceh Darussalam.

Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696


H atau 1297 M, dirujuk sejarahwan sebagai tanda telah
masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-12 M.
Deskripsi Hikaya Raja-raja Pasai turut membantu dalam
mengungkap sejarah Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan
Aceh yang berdiri menjelang runtuhannya Samudera Pasai
tahun 1524 M. Kejayaan masa lalu kerajaan Samudera Pasai
telah menginspirasikan masyarakatnya untuk menggunakan
nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di
Lhokseumawe.

Anda mungkin juga menyukai