Penulis
Pembahasan
Mempercayai dengan yakin bahwa Allah akan membangkitkan manusia dari kuburnya.
Kemudian Dia akan memperhitungkan amalan mereka dan membalas amal perbuatannya
sampai yang berhak masuk surga akan menetap di surga dan orang yang berhak masuk
neraka menetap di dalamnya.
Beriman kepada Hari Akhir merupakan salah satu rukun iman. Keimanan seseorang tidak
akan diterima tanpa keimanan kepada Hari Akhir.
Makna beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan segala hal yang berkaitan dengan
hari akhir tersebut, mulai dari kematian, fitnah kubur, nikmat dan siksa kubur, tanda-tanda
hari kiamat, kebangkitan manusia, dikumpulkannya manusia, perhitungan dan penimbangan
amal dan seterusnya sampai masuknya manusia ke dalam surga dan neraka.
Beriman kepada hari akhir termasuk rukun iman -yang tidak sah iman seseorang bila tidak
beriman dengannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Quran Surat An-Nisa’ : 136
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ketika ditanya tentang apa itu iman,
اآلخ ِر َوت ُؤْ ِمنَ ِبا ْل َقد َِر َخي ِْر ِه َوش َِر ِه ُ أ َ ْن ت ُؤْ ِمنَ ِباهللِ َو َمالَ ِئ َك ِت ِه َو ُكت ُ ِب ِه َو ُر
ِ س ِل ِه َوا ْل َي ْو ِم
Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, kecuali Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Al-A’raf : 187
“Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun
yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu
melainkan dengan tiba-tiba.” (Q.S. Al-A’raf : 187)
Malaikat Jibril ‘alaihissalam pernah menjelma menjadi seorang laki-laki dan datang kepada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan bertanya tentang kapan hari kiamat terjadi.
Maka beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab,
“Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui dari pada yang bertanya” (HR. Muslim)
Apabila Malaikat Jibril yang paling dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, Nabi yang paling dekat dengan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, maka bagaimana selain
keduanya bisa mengetahui.
Yang lebih penting dari itu bagi seorang hamba yang berakal adalah mempersiapkan bekal
yang cukup untuk menghadapi hari tersebut.
1. Beriman pada Hari Akhir mempengaruhi cara pandang sesorang dan konsistensinya
dalam beramal shalih dan bertakwa kepada Allah serta bisa menjauhkannya dari
egoisme dan riya.
Karena itu, tidak aneh kalau kita menemukan cukup banyak ayat Al-Qur`an yang
mengaitkan antara amal shalih dan keimanan kepada Hari Akhir. Allah
berfirman,“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” (At-Taubah:18). Juga firman-Nya,“Dan
orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya
(Al-Qur’an) dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (Al-An’am: 92)
2. Mengingatkan orang-orang yang lalai dan disibukkan oleh kehidupan dan kenikmatan
dunia, sehingga dia lupa untuk beribadah kepada Allah dengan ketaatan dan lupa
bahwa akhirat adalah tempat tinggal yang abadi dan kekal.
Allah memuji para Rasul-Nya dalam Al-Qur`an dan menyebutkan latar belakang yang
membuat para Rasul itu berbuat baik. Allah berfirman,“Sesungguhnya Kami telah
menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi,
yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (Shaad: 46)
Artinya, salah satu sebab mereka selalu melakukan amal shalih itu kerena mereka
terus mengingat alam akhirat, sehingga mereka terus melakukan amal dan sikap yang
baik.
Orang beriman tidak akan bermalas-malasan untuk melaksanakan perintah Allah dan
Rasul-Nya. Allah berfirman mengingatkan mereka, “Apakah kamu puas dengan
kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di
dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah:
38)
Ketika seorang manusia beriman kepada Hari Akhir, maka dia akan yakin bahwa
kenikmatan dunia tidak sebanding dengan kenikmatan akhirat dan siksa akhirat jauh
lebih pedih dibandingkan dengan siksa dunia. Setiap azab di dunia–di jalan Allah–
tidak bisa dibandingkan dengan azab akhirat. Begitu pula kenikmatan–di jalan Allah–
juga jauh lebih besar di akhirat kelak.
3. Ketenangan hati bahwa manusia akan menemukan bagiannya. Kalau seseorang tidak
merasakan kenikmatan duniawi ketika hidupnya, maka dia tidak perlu merasa frustasi
apalagi sampai bunuh diri. Tetapi hendaknya dia bersungguh-sungguh dalam beramal
dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menghilangkan pahala dan balasan amal baik
seseorang. Walaupun haknya diambil orang lain atau dia dizalimi sekecil apapun itu,
maka dia akan mendapatkan haknya yang lebih baik di akhirat kelak. Bagaimana
mungkin seseorang merasa kebingungan padahal bagiannya pasti akan datang pada
saat dia membutuhkannya? Bagaimana mungkin pula dia bisa bersedih hati kalau dia
mengetahui bahwa yang akan menjadi hakim pengadilan di akhirat kelak adalah yang
Mahaadil dan Bijaksana, yaitu Allah?
2. Yaumul mahsyar
Setelah dibangkitkan dari kubur, kemudian semua umat manusia digiring untuk
berkumpul pada suatu tempat yang amat luas yang bernama Padang Mahsyar guna
menerima catatan amalnya masing-masing. Hari dikumpulkannya manusia di
Padang Mahsyar guna menerima semua catatan amal perbuatannya itulah yang
disebut Yaumul Mahsyar. Diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa sikap manusia
dalam menerima catatan amal perbuatannya itu berbeda-beda, tergantung amal
perbuatannya. Ada yang menerimanya dengan tangan kanan, ada yang dengan
tangan kiri, dan ada pula yang dengan punggungnya. Adapun dasar tentang
adanya yaumul mahsyar adalah firmzn Allah sebagai berikut:
Artinya,”Dan (Ingatlah) akan hari (yang ketika itu) kami perjalankan gunung-
gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan kami kumpulkan seluruh
manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka. (Q.S. al-
Kahfi/18:47)
4. Yaumus Shirath
Setelah ditimbang amal perbuatannya, untuk menerima balasan yang sebenar-
benarnya atas amal perbuatannya, setiap manusia disaratkan berjalan melewati
Sirathal mustakim ( jembatan yang lurus yang menurut riwayat amat sangat kecil
dan tajamnya tujuh puluh kali lipat dari pisau cukur). Bagi orang yang banyak
beramal baik, maka akan dapat melewati jembatan atau ash sirath tersebut dengan
selamat, tetapi bagi orang yang banyak beramal buruk maka akan terjatuh dari
jembatan tersebut dan akhirnya dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya.
5. Yaumul Jaza’
Yaumul jaza’ adalah hari dimana manusia mulai menerima pembalasan yang
sebenar-benarnya dari semua amal perbuatannya di dunia, yakni masuk surga atau
neraka. Surga adalah suatu tempat yang disediakan sebagai pembalasan bagi
setiap orang yang beriman dan beramal sholeh, Ia akan mendapatkan tempat di
surga dan kenikmatan yang tak terhingga. Sedangkan Neraka adalah tempat yang
sengsara dan hina sehingga tak dapat digambarkan dengan pancaindera, dan itu
disediakan sebagai balasan orang yang tidak mau beriman kepada Allah SWT.
Artinya:
“dan mereka yang beriman kepada (al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan
mereka yakin akan adanya akhirat”.
Hakikat Beriman Kepada Hari Akhir – Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa
meyakini adanya Hari Akhir merupakan salah satu ciri orang beriman. Sedangkan
dalam penggalan hadis di atas, Rasulullah saw menyebut Hari Akhir sebagai salah
satu perkara yang wajib diyakini, yang kemudian disebut rukun iman.
hakekat iman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Dalam
penggalan al quran dan hadist diatas beriman kepada hari akhir adalah wajib,
sama wajibnya dengan kita percaya akan adanya allah swt, malaikat, surga dan
neraka. Jika kita tidak percaya kepada hari akhir maka tidak sempurna lah iman
kita, karena beriman kepada hari akhir adalah salah satu dari rukun iman. Iman
memang bukan lah hal yang bisa dilihat dengan kepala mata sendiri apalagi di
dunia ini. tapi iman bukan hanya soal logika atau apa yang bisa kita lihat, iman
adanya dihati. Iman dan logika tentu tidak akan bisa bersamaan karena logika
manusia sangatlah terbatas sehingga kita takkan bisa memahami seluruh hal yang
ada di dunia ini. Pandangan kita pun terbatas, begitupun dengan telinga dan lain
sebagainya, kita tidak bisa melihat orang yang berada di benua lain, begitu juga
dengan telinga tidak bisa mendengar suara dari jarak yang sangat jauh sekali.
Hakikat beriman kepada hari akhir berarti percaya dengan penuh keyakinan
bahwa kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat.
1. Tidak akan meniru pola hidup orang kafir (yang tidak beriman).
"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di
dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah
Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya." (QS 3:196-197)
Allah SWT telah memperingatkan kita supaya tidak terpedaya dan ikut-ikutan gaya hidup
orang kafir, yang penuh dengan kebebasan (foya-foya, dugem, mabok, free sex, dll). Itu
adalah kesenangan sementara saja, selama hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung
selama-lamanya didalam neraka jahanam. Naudzubillahi min dzaalik.
"... Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang
yang beriman." (QS 2:223)
"... Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya". (QS 18:110)
"Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan
seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak
akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong."
(QS 2:123)
Mengapa harus baik dan benar? Karena perbuatan baik belum tentu benar, tetapi perbuatan
benar sudah pasti baik. Misalnya, perbuatan menolong orang adalah baik, tetapi belum tentu
benar. Menolong orang dalam rangka apa? Apakah menolong dalam rangka kebaikan dan
takwa, atau dalam rangka dosa. Menolong orang berbuat dosa atau jahat adalah tidak benar
dan tidak dibenarkan dalam Islam.
"... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS 5:2)
Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik dan benar, perkataan pun harus baik dan benar,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berhata benar atau diam."
(HR Bukhari dan Muslim)
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan
yang besar." (QS 9:111)
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada
mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan
(yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS
3:180)
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali
tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah
kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang
(membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang
"mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang." (QS 104:1-9)
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung." (QS 3:200)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun." (QS 2:155-156)
Ia tahu bahwa dunia ini hanya sementara, semua akan mati. Penderitaan didunia hanyalah
sementara, segala sesuatu akan disempurnakan diakhirat nanti, sebagaimana firman Allah
SWT:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan." (QS 3:185)
Cara menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir dapat Anda lakukan dengan cara :
Hari akhir merupakan hari perhitungan amal yag telah dilakukan selama hidup di dunia.
Selanjutnya, amal tersebut akan dibalas dengan balasan yang sesuai. Amal baik akan dibalas
dengan kebaikan dan amal burukpun juga akan dibalas dengan keburukan.
Tiupan nafiri oleh malaikat israfil atas perintah Allah SWT. Menandai manusia
kebangkitan manusia dari kubur. Manusia dibangkitkan dari kubur dan berbondong-bondong
menuju padang mahsyar. Di tempat ini manusia menunggu panggilan dari Allah untuk
mempertanggung jawakan semua perbuatan selama di dunia. Peristiwa yang akan terjadi ini
hendaknya membuat kita sadar sehingga selau berhati-hati dalam berbuat, berpikir beribu kali
ketika akan melakukan perbuatan maksiat.
Allah telah menyediakan surga bagi hamba-hamba yang beriman dan menjalakan amal
saleh. Selain itu, Allah juga menyediakan neraka bagi mereka yang senantiasa berbuat maksiat
dan melanggar perintahn-Nya. Agar dapat merasakan nikmat tinggal di surga, sesorang harus
menjalankan perintah Allah Swt. Dan menjauhi larangan-Nya.
Usaha maksimal harus kita lakukan agar dapat menjalankan perintah Allah SWT. Dan
menjauhi larangan-Nya. Agar dapat menjauhi larangan Allah Swt juga diperlukan dengan
usaha sekuat tenaga.Mari kita biasakan hal-hal berikut dalam kehidupan sehari-hari.
1. Beriman bahwa dunia ini akan hancur dan binasa
2. Memperbanyak amal saleh dan kebajikan lainya untuk bekal kehidupan akhirat
3. Senantiasa mendekatkan diri pada Allah SWT.
4. Menjauhi perbuatan maksiat dan larangan Allah SWT.
5. Bersikap rendah hati dan tidak silau atas nikmat orang lain.
Penutup
Kesimpulan :
a. Iman kepada Hari Akhir adalah meyakini dan mempercayai bahwasanya hari akhir pasti
akan tiba yang sesuai dengan keterangan-keterangan Allah melalui firman-firmanya dalam Al-
quran.
b. Tanda-tanda hari akhir:
- Matahari terbit dari arah barat
- Turunya Imam Mahdi
- Datangnya Dajjal
- Turunya Nabi Isa AS
c. Peristiwa sesuda hari akhir
- Adanya masyar dan hisab.
- Shirod (jembatan).
- Surga dan Neraka
d. Fungsi iman kepada HariAKhir
- Berlaku seimbang antara urusan dunia dan akhirat
- Harapan mempeoleh keadilan yang hakiki
- Mencegah orang berbuat maksiat
e. Balasan orang taqwa, sabar dan beramal sholeh adalah Surga, sedangkan balasan orang
yang berbuat dosa adalah Neraka.
Saran :
1. Hanya satu saran yaitu kita harus selalu ingat (beriman) kepada Allah karena kita tidak akan
tahu kapan akan terjadi kiamat, entah itu kiamat sugra (kematian) ataupun kiamat kubra
(kiamat)
2. Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat menbangun kearah kebaikan demi kelancara dan kesempurnaan penulisan ini.
Daftar Pustaka
Academia.com
pustaka.abatasa.co.id
www.yuksinau.id