Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“HARI AKHIR”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NEVIA LINGGA AGUSTINA


KELAS : XII MIA 4
GURU MAPEL : Dra. ZURIATI, M.Pd.I

SMAN 10 BANDAR LAMPUNG


Jl. Gatot Subroto No. 81 Kedamaian Bandar Lampung

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.makalah ini telah kami susun dengan maksimal yang kami sajikan
berdasarkan dari berbagai sumber.
Ucapan terimakasih kami sampaikan setinggi-tingginya kepada berbagai
pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini
memuat tentang “Hari Akhir” dan berbagai penjelasannya.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar
makalah ini tersusun lebih baik. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah
tentang perkembangan diimplikasikan dengan baik dan menjadi pengetahuan baru
bagi pembaca.

Bandar Lampung, September 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Pengertian Hari Akhir (Konteks Islam)...........................................2
B. Ayat-ayat Tentang Hari Akhir.........................................................2
C. Pengertian Surga dan Neraka...........................................................13
BAB III PENUTUP..........................................................................................19
A. Kesimpulan......................................................................................19
B. Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hari kiamat (‫وم القيامة‬CC‫ )ي‬dipakai untuk mengistilahkan kehidupan setelah
kematian. Mereka-mereka yang beragama meyakini kehidupan akhirat sebagai
tempat di mana segala perbuatan seseorang di dalam kehidupan dunia ini akan
dibalas. Namun tidak sedikit juga orang yang meragukan akan adanya
kehidupan akhirat (kehidupan setelah kematian). Mereka-mereka yang
meyakini pasti akan mengatakan : meyakini hari kiamat sangat mudah, sama
halnya meyakini adanya hari esok setelah hari ini, nanti setelah sekarang,
memetik setelah menanam. Dengan meyakini adanya kehidupan akhirat
setelah kehidupan di dunia, seseorang akan menjaga dari perbuatan sesuka
hatinya, karena ia yakin segala perbuatan dalam kehidupannya sekarang akan
dituainya di kemudian hari, yaitu alam sesudah kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hari akhir (konteks Islam) ?
2. Apa ayat-ayat tentang hari akhir beserta tafsirnya?
3. Pengertian Surga dan Neraka

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hari akhir (konteks Islam)
2. Mengetahui ayat-ayat tentang hari akhir beserta tafsirnya
3. Mengetahui Pengertian Surga dan Neraka

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hari Akhir (Konteks Islam)


Salah satu rukun Iman adalah Iman kepada hari akhir (yaumul qiyamah),
yaitu percaya akan datangnya ujung dari kehidupan di dunia. Dalam al-qur’an
hari akhir dinamakan al-qari’ah, terdapat pada QS. Al-Haqqah : 4 dan QS. Al-
Qari’ah : 1, 2, dan 3.
Firman Allah “Tahukah kamu, apakah hari kiamat itu ?” (QS. Al-Qari’ah :
3). Menurut Ar-Razi, ayat tersebut mununjukan bahwa manusia tidak tahu
sama sekali tentang hari kiamat, manusia hanya memahami bahwa hal tersebut
merupakan peristiwa yang luar biasa.
Hari akhir atau kiamat (qiyamat/qiyamah) juga dijelaskan dengan
pengertian, hari kiamat adalah hari dihancurkannya secara total kehidupan
manusia di dunia dengan ditiupkannya sangkakala pertama oleh malaikat
Israfil (dalam masa tersebut tiada lagi kehidupan). Kemudian ditiupkan
kembali sangkakala untuk kali kedua yaitu untuk menghidupkan umat
manusia sejak Nabi Adam as. hingga umat terakhir, untuk menerima
pengadilan Allah.
Hari akhir sering pula disebut sebagai hari kiamat, yaitu hari pembalasan
yang hakiki terhadap semua makhluk hidup di dunia yang fana ini.

B. Ayat-ayat Tentang Hari Akhir


Ayat-ayat tentang Hari Kiamat diantaranya yaitu :
1. Q. S Al-Qiamah Ayat 1-20
a. Ayat
b. Terjemahan
1) aku bersumpah demi hari kiamat
2) dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya
sendiri)[1530].
3) Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya

2
4) bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna.
5) bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.
6) ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?"
7) Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
8) dan apabila bulan telah hilang cahayaNya,
9) dan matahari dan bulan dikumpulkan,
10) pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?"
11) sekali-kali tidak! tidak ada tempat berlindung!
12) hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
13) pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14) bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri[1531],
15) meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya.
16) janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran
karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya[1532].
17) Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18) apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.
19) Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
20) sekali-kali janganlah demikian. sebenarnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia,
c. Tafsir Ayat\
Dalam ayat Pertama Allah bersumpah dengan Hari Kiamat.
Maksudnya ialah Allah menyatakan dengan tegas bahwa Hari Kiamat
itu pasti datang. Karena itu hendaklah manusia bersiap-siap
menghadapinya dengan beriman dan mengerjakan amal saleh, karena
hari kiamat merupakan hari pembalasan amal.
Dalam ayat kedua Allah bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri). Nafsul Lawwamah ialah jiwa yang amat
menyesali dirinya terhadap sikap dan tingkah lakunya pada masa lalu

3
yang tidak sempat lagi diisi dengan perbuatan baik. Nafsul Lawwamah
juga berarti jiwa yang menyesali dirinya karena berbuat kejahatan,
kenapa masih saja tak sanggup dihentikan? Dan pada kebaikan yang
disadari manfaatnya kenapa tidak diperbanyak atau dilipat gandakan
saja? Begitu Nafsul Lawwamah berkata dan menyesali dirinya sendiri.
Perasaan menyesal itu senantiasa ada walaupun dia berusaha keras
sehabis upaya untuk mengerjakan amal saleh. Padahal semuanya pasti
akan diperhitungkan kelak. Nafsul Lawwamah juga berarti jiwa yang
tak bisa dikendalikan pada waktu senang maupun susah. Waktu senang
bersikap boros dan royal, sedang di masa susah menyesali nasibnya
dan menjauhi agama.
Nafsul Lawwamah sebenarnya adalah jiwa seorang mukmin yang
belum mencapai tingkat yang lebih sempurna. Sebab nafsu ini sering
juga disebut Nafsu Syarifah (nafsu yang mulia) yang sebenarnya tidak
senang dengan jiwa yang suka memperturutkan perbuatan
mendurhakai Allah. Benteng utama dari jiwa seperti ini tetap saja
menyesal karena telah melewati hidup di atas dunia dengan kebaikan
yang tidak sempurna.
Perlu disebutkan di sini bahwa Allah bersumpah dengan Hari
Kiamat dan Nafsul Lawwamah. Apa hubungannya? Sebab karena hari
kiamat itu kelak akan membeberkan tentang jiwa seseorang, apakah ia
memperoleh kebahagiaan atau sebaliknya, yaitu kecelakaan. Maka
jiwa atau Nafsul Lawwamah boleh jadi termasuk golongan yang
bahagia atau termasuk golongan yang celaka. Dari segi lain sengaja
Allah menyebutkan jiwa yang menyesali dirinya ini karena begitu
besarnya persoalan jiwa dari sudut pandangan Alquran. Huruf "La"
yang terdapat pada ayat 1 dan 2 di atas adalah "La" (‫" )ال‬zaidah" (‫)زائدة‬
yang menguatkan arti perkataan sesudahnya, yaitu adanya Hari Kiamat
dan adanya Nafsu Lawwamah . Allah sendiri menjawab sumpah-Nya
biarpun dalam teks ayat tidak disebutkan. Jadi setelah bersumpah
dengan Hari Kiamat dan Nafsu Lawwamah , Allah

4
menegaskan,"Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dimintai
pertanggungjawabanmu".
Apakah manusia mengira, bahwa Allah tidak akan mengumpulkan
kembali tulang-belulangnya?. Artinya apakah manusia mengerti bahwa
tulangnya yang telah hancur di dalam kubur, setelah berserakan di
tempat yang terpisah-pisah tidak dapat dikumpulkan Allah kembali?
Ayat yang diungkapkan dengan nada pertanyaan ini mengandung
makna agar manusia memikirkan persoalan mati dan adanya hari
berbangkit itu secara serius.
Untuk menghilangkan keragu-raguan itu, Allah menegaskan
sebenarnya Dia berkuasa menyusun (kembali) jari jemari manusia
dengan sempurna. Bahkan Allah sanggup mengumpulkan dan
menyusun kembali bagian-bagian tubuh yang hancur itu sekalipun itu
adalah bahagian yang terkecil seperti jari-jemari yang begitu banyak
ruas dan bukunya, yang andai kata Allah tiada mempunyai ilmu
pengetahuan dan kekuasaan yang sempurna, tentu tiada mungkin Ia
menyusunnya kembali. Ringkasnya bagaimana tulang-belulang, jari
jemari itu tersusun dengan sempurna, maka Allah sanggup
mengembalikannya lagi seperti semula.
Diriwayatkan bahwa ayat ke 3 dan ke 4 ini diturunkan karena ulah
dua orang yang bernama Adi bin Abi Rabi'ah bersama Akhnasy bin
Syuraiq. Adi pernah menjumpai Rasulullah dengan bertanya, "Hai
Muhammad, tolong ceritakan kepadaku kapan datang Hari Kiamat itu
dan bagaimana keadaan manusia pada waktu itu?" Rasulullah SAW
menceritakan apa adanya, Adi menjawab pula, "Demi Allah, andaikata
aku melihat dengan mata kepalaku sendiri akan hari itu, aku juga tidak
akan membenarkan ucapanmu itu dan aku juga tidak percaya
kepadamu dan kepada Hari Kiamat itu. Apakah mungkin hai
Muhammad, Allah sanggup mengumpulkan kembali tulang-belulang
manusia? Kemudian turunlah ayat ke 4 di atas yang menegaskan
kekuasaan Allah sebagai jawaban buat Adi dan orang-orang yang

5
bersikap seperti dia. Karena peristiwa itu, Rasulullah SAW senantiasa
berdoa:
"Ya Allah, jauhkanlah aku dari kejahatan tetanggaku yang
(bersikap) jahat".
Dalam ayat 5 ini Allah menegaskan bahwa sebenarnya manusia
dengan perkembangan pikirannya menyadari bahwa Allah sanggup
berbuat begitu, namun kehendak nafsunya mempengaruhi pikirannya.
Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus.
Sesungguhnya tidak ada manusia yang tidak mengenal kekuasaan
Tuhannya, untuk menghidupkan dan menyusun tulang belulang orang
yang sudah mati. Akan tetapi mereka masih ingin bergelimang dengan
berbagai laku perbuatan maksiat terus menerus, kemudian menunda-
nunda tobat atau menghindari diri dari padanya.
Sesungguhnya manusia yang seperti ini kata sahabat Said ibnu
Ubair suka cepat-cepat memperturutkan kehendak hati, berbuat apa
saja yang diinginkan. Nafsu selalu menggodanya: "Nanti sajalah aku
bertobat; nanti sajalah aku hendak beramal kebaikan," Celakanya dia
belum sempat tobat dan beramal kebaikan, malaikat maut sudah lebih
dahulu mencabut nyawanya. Padahal pada saat itu sedang asyik dalam
perbuatan maksiat".
Boleh jadi juga maksud ayat ini adalah bahwa seseorang selalu
berangan-angan: "Betapa nikmatnya kalau aku mendapat ini dan itu,
mendapat mobil dan rumah mewah atau jabatan yang empuk, dan
seterusnya. namun lupa mengingat mati, lupa dengan akan datangnya
hari berbangkit, hari saat nasibnya diperiksa segala pekerjaannya.
Kata-kata "liyafjura" berarti cenderung kepada yang batil, suka
menyimpang dari kebenaran. Orang seperti ini ingin hidup bebas
seperti binatang. Tidak suka terhalang mengerjakan apa saja karena
teguran akal sehat atau larangan agama yang sanggup mengekang
keinginannya
Dalam ayat 6 ini Allah menggambarkan sikap orang keras kepala:
Ia bertanya, "Bilakah Hari Kiamat itu?" Pertanyaan ini muncul sebagai

6
tanda terlalu jauhnya jangkauan Hari Kiamat itu dalam pikiran si
penanya dan menunjukkan ketidak percayaan akan terjadinya. Ini ada
hubungannya dengan ayat sebelumnya, yakni: "Kenapa ia terus
menerus ingin mengerjakan kejahatan?" Karena mereka mengingkari
adanya hari berbangkit. Jadi tidak perlu memikirkan segala akibat dari
kejahatan yang telah dilakukan.
Dalam ayat-ayat 7-9 Allah menerangkan beberapa tanda
kedatangan Hari Kiamat itu dalam tiga hal, yakni:
1) Apabila mata terbelalak (karena ketakutan). Pada waktu itu tidak
sanggup mata menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat.
Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni:
Artinya: Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan
dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak
berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Q.S. Ibrahim: 43)
2) Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Hilangnya cahaya bulan
selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang
hanya berlangsung sebentar saja.
3) Dan matahari dan bulan dikumpulkan. Artinya matahari dan bulan
saling bertemu, sudah kacau-balau. Keduanya terbit dan terbenam
pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam
semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi
Jelasnya bahwa di antara peristiwa itu terjadi saat itulah manusia
yang kafir menyadari betapa janji Allah menjadi kenyataan. Semua
orang berusaha hendak menyelamatkan diri.
Dalam ayat 10 Allah menegaskan bahwa pada hari itu manusia
berkata, "Ke mana tempat lari?" Masing-masing orang berusaha
mencari jalan untuk menyelamatkan diri. Sebagian mengartikan: "Ke
mana tempat lari menghindari api neraka? Tentulah manusia yang
dimaksudkan adalah orang-orang kafir, karena pada saat itu orang-
orang mukmin tidak ada yang menyangsikan kedatangan Hari Kiamat
itu seperti disebutkan dalam beberapa hadis Nabi. Tetapi orang-orang
kafir itu dapatkah mereka menyelamatkan diri? Tidak

7
Dalam ayat 11 ditegaskan bahwa sekali-kali tidak ada tempat
berlindung. Tiada sesuatu perlindunganpun yang mungkin
menyelamatkan mereka dari siksaan Allah. Tiada benteng maupun
bukit atau senjata yang dapat dipergunakan.
Kemudian dalam ayat 12 diterangkan keadaan yang sebenarnya
dan ke mana manusia hendak dikumpulkan. Hanya kepada Tuhanmu
sajalah di hari itu tempat manusia kembali. Di tempat yang celaka
penuh kesengsaraan atau di tempat yang penuh nikmat penuh
kebahagiaan. Semuanya tergantung kepada kehendak Allah belaka,
Dia Penguasa Tunggal di hari itu. Semua manusia kembali kepada
Allah tanpa kecuali. Ke sanalah tujuan perjalanan hidup yang terakhir
Ayat 13 menerangkan bahwa pada hari itu diberitakan kepada
manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
Kepada manusia diceritakan ketika telah tiba waktunya menghisab dan
menimbang amalannya. Semua akan dibeberkan dengan jelas, mana
perbuatan baik yang telah dikerjakan dan mana yang seharusnya
dikerjakan tapi tidak sempat lagi dilaksanakannya. Demikian pula
mana yang semestinya dahulu diperbuat guna menghindarkan diri dari
azab Allah dan mencapai pahala-Nya. Tiada yang luput dari
pemberitaan itu, karya yang kecil maupun yang besar, yang baru
maupun yang sudah usang.
Ibnu 'Abbas mengartikan ayat ini, yang diceritakan tidak hanya
sekadar perbuatan buruk dan baik seseorang menjelang dia meninggal
dunia, tetapi juga segala karya, pikiran dan kebiasaannya. Ringkasnya
semua orang akan menyaksikan sendiri di hadapannya segala wujud
amaliahnya,
Dalam ayat 14 Allah menjelaskan bahwa diri manusia itu sendiri
menjadi saksi, sehingga tak perlu orang lain menceritakan kepadanya
karena semua bagian tubuhnya menjadi saksi atas segala yang telah
dikerjakannya, dengan jujur tanpa berbohong lagi. Mana yang berbuat
jahat kena siksaan dan tak bisa menghindarinya. Demikianlah
pendengaran, penglihatan, kaki, tangan dan semuanya membeberkan

8
segala yang telah dikerjakannya. Akan tetapi manusia tetap saja ingin
mengajukan berbagai alasan untuk mendebat keputusan Allah.
Dalam ayat 15 dijelaskan bahwa biarpun manusia berusaha
mengajukan berbagai alasan guna menutupi segala kesalahannya,
menyembunyikan segala perbuatannya yang jelek, namun semua itu
tak akan angkat bicara menjadi saksi atas apa yang telah mereka
lakukan. Dalam ayat lain disebutkan:
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai
penghisab terhadapmu". (Q.S. Al-Isra': 14)
Dari isyarat ayat di atas dapat pula kita mengambil pelajaran
(iktibar), bahwa keyakinan orang musyrik mempersekutukan Allah dan
menyembah patung/berhala, serta ketidak percayaan mereka pada hari
berbangkit, adalah kepercayaan yang salah. Hati kecil mereka sendiri
sesungguhnya tidak mengakui yang demikian. Karena itu segala alasan
yang mereka kemukakan guna menolak kebenaran, sebenarnya adalah
alasan palsu. Mereka mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan
kehendak hati nurani sendiri.
Dalam ayat 16 Allah melarang Muhammad SAW menggerakkan
lidahnya untuk membaca Alquran karena hendak cepat-cepat
menguasainya. Artinya: "Janganlah engkau wahai Rasul menggerak-
gerakkan lidah dan bibirmu untuk cepat-cepat menangkap bacaan Jibril
karena takut bacaan itu luput dari ingatanmu.
Dalam hadis Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah SAW
menggerak-gerakkan bibirnya ketika wahyu diturunkan. Menghafal
ayat-ayat itu mula-mulanya terlalu berat bagi beliau. Itulah sebabnya
ketika Jibril menyampaikan wahyu itu Rasulullah SAW segera saja
mengikuti dengan gerakan lidah dan bibirnya karena takut luput dari
ingatan; padahal Jibril belum selesai membaca. Hal ini terjadi ketika
turunnya Surah Taha, dan semenjak adanya teguran Allah dalam Ayat
ke 16 ini tentu beliau sudah tenang dalam menerima wahyu tidak perlu
cepat-cepat menangkapnya.

9
Jelaslah Allah melarang Nabi SAW meniru bacaan Jibril A.S.
kalimat demi kalimat sebelum ia selesai membacakannya, agar dapat
Nabi Muhammad SAW menghafal dan memahami betul-betul ayat
yang diturunkannya itu.
Dalam hadis Muslim dari Ibnu Jubair dan Ibnu 'Abbas, beliau
menyebutkan pula sebab turun ayat ke 16 ini, yaitu Nabi SAW
berusaha menghilangkan kepayahan ketika diturunkan wahyu dengan
menggerakkan bibirnya. Maka Ibnu Abbas pun berkata kepadaku
(Ibnu Jubair), "Aku menggerakkan bibirku sebagaimana Rasulullah
berbuat begitu, maka ia (Ibnu Abbas) pun menggerak-gerakkan
bibirnya. Lalu Allah menurunkan ayat: La tuharrik bihi lisanaka
lita'jala bihi (janganlah kamu hai Muhammad menggerakkan lidahmu
untuk membaca Alquran karena hendak cepat-cepat (menguasainya).
(H.R. Muslim)
Dalam ayat 17-18 Allah menjelaskan sebab larangan mengikuti
bacaan Jibril ketika dia sedang membacakannya itu, adalah karena:
"Sesungguhnya atas tanggungan Allah-lah mengumpulkannya di
dalam dada Muhammad dan membuatnya pandai membacanya.
Allahlah yang bertanggung jawab bagaimana supaya Alquran itu
tersimpan dengan baik dalam dada atau ingatan Muhammad, dan
memantapkannya dalam kalbunya. Allah pula yang memberikan
bimbingan kepadanya bagaimana cara membaca ayat itu dengan
sempurna dan teratur, sehingga Muhammad hafal dan tidak lupa
selama-lamanya. Oleh sebab itu bila Jibril selesai membacakan ayat-
ayat yang harus diturunkan, hendaklah Muhammad menuruti
membacanya. Nanti Muhammad mendapatkan dirinya selalu ingat dan
hafal akan ayat-ayat itu. Tegasnya pada waktu Jibril membaca,
hendaklah Muhammad diam dan mendengarkan bacaannya. Dari sudut
lain ayat ini juga berarti: "Bila telah selesai dibacakan kepada
Muhammad ayat-ayat Allah hendaklah ia segera mengamalkan hukum-
hukum dan syariat-syariatnya.

10
Ayat 19 menjelaskan adanya jaminan Allah bahwa sesungguhnya
atas tanggungan Allah-lah penjelasannya. Maksudnya setelah Jibril
selesai membacakan Alquran itu kepada Nabi Muhammad, maka Allah
langsung memberikan penjelasan kepada beliau melalui ilham-ilham
yang Allah tanamkan ke dalam dada Nabi SAW, sehingga pengertian
ayat ini secara sempurna sebagaimana yang dikehendaki Allah dapat
diketahui Nabi SAW. Allah pula yang menyampaikan kepada Nabi
segala rahasia, hukum-hukum dan pengetahuan Alquran itu secara
sempurna. Sehingga dengan begitu tidak dapat diragukan sedikitpun.
bahwa sesungguhnya Alquran itu dari sisi Allah SWT.
Dalam ayat 20 Allah kembali mencela kehidupan orang musyrik
yang sangat mencintai dunia. Allah menyerukan, "sekali-kali jangan.
Sesungguhnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan
meninggalkan kehidupan akhirat". Dengan ayat ini terdapat suatu
kesimpulan umum bahwa mencintai kehidupan adalah salah satu tanda
watak manusia seluruhnya. Memang sebagian mengharapkan
kebahagiaan akhirat, namun yang mencintai hidup dunia serta
mendustai adanya hari berbangkit jauh lebih besar jumlahnya.

2. Q. S Al-‘Ala ayat 16-17


a. Ayat
b. Terjemahan
16) tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
17) sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
c. Tafsir
Allah Ta’ala berfirman, “tetapi kamu memilih kehidupan duniawi.”
Yaitu, kamu lebih mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan
akhirat dan kamu tampakkan sikap kamu itu dalam merangkul semua
yang dapat memberikan manfaaat dan kemaslahatan di dunia ini saja.
“Sedang kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal,” yaitu
pahala Allah di akhirat itu lebih baik daripada dunia, dan lebih kekal
karena dunia itu akan hilang, sedangkan akhirat itu akan kekal abadi.

11
3. Q. S Al-Anbiya Ayat 01
a. Ayat
b. Terjemahan
1) Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling
(daripadanya).
c. Tafsir
Dalam ayat ini Allah SWT. menjelaskan bahwa hari berhisab untuk
manusia sudah dekat. Pada hari berhisab itu kelak akan diperhitungkan
semua perbuatan yang telah mereka lakukan selagi mereka hidup di
dunia. Selain itu, juga akan diperhitungkan semua nikmat yang telah
dilimpahkan Allah kepada mereka, baik nikmat berupa diri mereka
sendiri, akal pikiran, makanan dan minuman, serta anak keturunan dan
harta benda. Mereka akan ditanya, apakah yang mereka perbuat
dengan nikmat itu semuanya? Apakah karunia Allah tersebut mereka
gunakan untuk berbuat kebaikan dalam rangka taat kepada-Nya
ataukah semuanya itu digunakan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang membuktikan keingkaran dan kedurhakaan mereka
kepada-Nya? Allah SWT. menegaskan bahwa manusia sesungguhnya
lalai terhadap apa yang akan diperbuat Allah kelak terhadap mereka di
hari kiamat. Kelalaian itulah yang menyebabkan mereka tidak mau
berpikir mengenai hari-hari kiamat itu sehingga mereka tidak
mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk memperoleh keselamatan
diri mereka dari azab Allah.
Sudah jelas, bahwa orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini
adalah kaum musyrikin. Dan sudah dimaklumi pula bahwa kaum
musyrikin itu justru adalah orang-orang yang tidak beriman tentang
adanya hari kiamat dan mengingkari adanya hari berbangkit dan hari
berhisab. Namun demikian, memperingatkan kepada mereka bahwa
hari berhisab sudah dekat. Ini adalah untuk menekankan, bahwa hari
kiamat, termasuk hari berbangkit dan hari berhisab, pasti akan datang,
walaupun mereka itu tidak mempercayainya; dan hari berhisab itu akan

12
diikuti pula oleh hari-hari pembalasan terhadap amal-amal yang baik
ataupun yang buruk.
Kaum musyrikin itu lalai dan tidak mau berpikir tentang nasib
jelek yang akan mereka temui kelak pada hari berhisab dan hari
pembalasan itu. Padahal, dengan akal sehat semata-mata, orang dapat
meyakini, bahwa perbuatan yang baik sepantasnya dibalasi dengan
kebaikan pula dan perbuatan yang jahat sepatutnya dibalasi pula
dengan azab dan siksa. Akan tetapi karena mereka itu tidak mau
memikirkan akibat jelek yang akan mereka peroleh di akhirat kelak,
maka mereka senantiasa memalingkan muka menutup telinga, setiap
kali mereka diperingatkan, baik dengan ayat-ayat Alquran, maupun
dengan ancaman dan sebagainya.

C. Pengertian Surga dan Neraka


1. Surga
Surga (jannah) adalah tempat yang penuh keindahan, kenikmatan,
kebahagiaan dan kemuliaan yang disediakan bagi orang orang yang
bertaqwa. Penggunaan al Jannah berarti surga masih bersifat ghaib, karena
indra jasmani belum pernah melihat keadaannya. Surga, tempat yang
Allah janjikan bagi hambaNya yang bertaqwa adalah tempat yang belum
pernah dilihat oleh mata, belum pula didengar oleh telinga dan belum
pernah terbetik dalam hati manusia. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
SAW dalam Hadits Qudsi :

ٍ ‫َلى قَ ْل‬
‫ب بَ َش ٍر‬ ْ ‫ت َوالَ أُ ُذ ٌن َس ِم َع‬
َ ‫ت َوالَ خَ طَ َر ع‬ ْ َ‫ت لِ ِعبَا ِدياَلصَّالِ ِح ْينَ ما َ الَ َعي ٌْن َرأ‬
ُ ‫ أَ ْع َد ْد‬: ‫ال هللُ تَ َعالى‬
َ َ‫ق‬

Artinya : Allah SWT Berfirman:”Aku menyiapkan bagi hamba


hambaKu yang shaleh sesuatu (surga) yang tidak (belum) dapat dilihat
oleh mata, tiada (belum) dapat didengar oleh telinga dan tidak (belum)
terbetik (terlintas di hati manusia.”(HR. Muslim)
Allah memberikan gambaran yang sempurna tentang SurgaNya.
Gambaran keindahan surga, kenikmatannya dan para penghuninya telah

13
Allah kabarkan dalam kitabNya agar manusia termotivasi untuk
meraihnya.
1) Aroma Surga
Surga memiliki aroma harum yang memikat jiwa yang mencium
baunya, dan keharuman yang telah tercium dari jarak yang sangat jauh
sejauh perjalanan tujuh puluh tahun. Sebagaimana sabda Rasulullah
yang artinya : “Sesungguhnya aroma surga didapatkan (tercium) dari
jarak tujuh puluh musim (tahun). (HR. At Tirmidzi).
2) Luasnya Surga
Luasnya seluas langit dan bumi, yang Allah sediakan bagi orang
orang yang bertaqwa. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran:133 :
Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa.
3) Bangunan Surga
Ibnu Abiddunya meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW Bersabda
yang artinya :
“Allah menciptakan surga Adn dengan tanganNya, terdiri dari batu
intan putih, batu yaqut merah dan batu zamrut hijau, tanah litanya
adalah misik, rumputnya za’farran kerikilnya mutiara dan debunya
adalah anbar. Setelah itu Allah berfirman kepada surga
Adn:”berkatalah”, maka ia berkata”Sungguh telah beruntung orang
orang yang beriman.(HR. Ibn Abi Dunya dan At Thibrani)
4) Nama Nama dan Tingkatan Surga
a) Jannatul Firdaus (tempat yang indah)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal,(QS. Al Kahfi(18):107).
b) Jannatul Na’im (tempat penuh kenikmatan)
Artinya : Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa,
tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan

14
tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh
kenikmatan.(QS. Al Maidah(5) :65)
c) Darus Salam (tempat penuh kedamaian)
Artinya : Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga)
pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan
amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan (QS. Al An’am
(6):127)
d) Darul maqamah (tempat penuh ketenangan)
Artinya : Yang menempatkan kami dalam tempat yang
kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa
lelah dan tiada pula merasa lesu".(QS. Al Faatir (35):35)
e) Jannatul And/ Khulud (tempat yang kekal abadi)
Artinya : Katakanlah: "Apa (azab) yang demikian itukah
yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa?" Dia menjadi balasan dan tempat
kembali bagi mereka?"(QS. Al Furqon(25):15).
f) Jannatul Ma’wa (tempat kembali)
Artinya : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman,
sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As
Sajdah (32):19).
2. Neraka
Neraka dalam bahasa Arab disebut an Naar artinya api atau api
yang menyala nyala. Secara terminologis neraka adalah tempat yang
disediakan oleh Allah SWT untuk menyiksa iblis, setan, jin dan manusia
yang membangkang terhadap ketentuan ketentuan sebagai bentuk
pembalasan yang setimpal.
Dalam Al Qur’an neraka juga sering disebut Bi’sal Masir dan
Bi’sal Mihad yang artinya seburuk buruk tempat kembali. Siksa neraka
dalm Al Qur’an dan Hadits digambarkan sebagai tempat yang amat pedih,
diantaranya :

15
a. Penghuni neraka akan disiksa dengan siksaan yang sangat pedih,
mereka akan dihembus angin yang sangat panas dan disiram dengan
air panas mendidih serta dalam naungan asap yang hitam kelam (QS.
Al Waqi’ah ayat 42-43)
b. Setiap kali kulit hangus akan diganti dengan kulit yang baru (QS. An
Nisa ayat 56)
c. Azab yang paling ringan dineraka adalah sandal yang terbuat dari api,
apabila dipakai akan melumerkan kepalanya. (HR. Bukhari, Muslim,
At Tirmidzi)

Macam Macam Neraka


a. Jahannam (tempat yang teramat dalam)
Artinya : Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertakwalah kepada
Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat
dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh
neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.(QS. Al
Baqarah(2):206).
b. Wail(kecelakaan yang besar)
c. Sa’ir(api yang menyala nyala)
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak
yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka).(QS. An Nisa(4):10)
d. Saqar (panas yang menghanguskan)
Artinya : (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka
mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api
neraka".(QS. Al Qomar (54): 48)
e. Huthamah(api yang besar)
f. Ladza(api yang bergejolak
Artinya : Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah
api yang bergejolak(QS. Al Maarij(70):15)

16
g. Hawiyah (api yang sangat panas)
Artinya : Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.(QS. Al
Qari’ah(101):9).

Para Ulama’ berpendapat bahwa Neraka itu berada di Langit,


sebagaimana Surga. Ulama' yang menguatkan hal ini adalah Mujahid ibnu
jabrin Al-Makki, Adh-Dhohhak ibnu Muzahim, Sufyan Ibnu Uyainah, dll.
Pendapat Yang Mengatakan Neraka Berada di Langit dalilnya cukup
kuat, berikut ini dalilnya:
Allah SWT. berfirman:
Artinya: "Dan di LANGIT terdapat rizqimu dan terdapat pula apa
yang dijanjikan kepadamu" (QS. Adz-Dzariyat: 22).
Pandangan menurut Ahli tafsir:
Diriwayatkan dalam atsar oleh Ibnu Abi Nujaih, dari Mujahid
Rahimahullah berkata: Itu adalah surga di langit.” (Tafsir Thabari
(22/421)).
Diceritakan oleh Ibnu Mundzir dan Ibnu Jarir dalam Tafsirnya
mengenai riwayat atsar lain dari Mujahid Rahimahullah: [["Dan di langit
terdapat rizqimu” dan “terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu"]] :
Itu maksudnya adalah Surga dan Neraka. (Tafsir Thabari (22/421)).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsirnya
mengenai riwayat atsar dari Adh-Dhohhak bin Muzahim Rahimahullah:
[["Dan di langit terdapat rizqimu” dan “terdapat (pula) apa yang dijanjikan
kepadamu"]] : Itu maksudnya adalah Surga dan Neraka.
Jadi kesimpulan para ahli tafsir diatas, yang di maksud "Dan di
langit terdapat rizqimu” adalah SURGA yang di sediakan untuk tempat
orang mukmin pada hari kiamat.” dan Yang dimaksud “dilangit terdapat
(pula) apa yang dijanjikan kepadamu” yaitu NERAKA yang disediakan
untuk tempat orang-orang kafir."
Namun sebagian Ulama' berpendapat bahwa Neraka itu berada di
bumi yang paling bawah. Ini sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Abdullah
bin Sallam, Ibnu Mas’ud, Qatadah, dll. Pendapat ini didasari dengan hadits

17
Ibnu Umar secara Marfu’, namun haditsnya dha’if, sebagaimana yang di
jelaskan ibnu Abdil Bar. dan juga didasari dengan hadits Mu’adz bin Jabal
secara Marfu’, namun sanadnya terdapat juwaibir, ia perawi yang sangat
lemah. Selain itu menukil dari perkataan Ka’ab Al-Akhbar dan Wahab bin
Munabbih, hanya saja beliau berdua (Ka’ab Al-Akhbar dan Wahab bin
Munabbih) menukil dari perkataan Isra’iliyat, yang belum jelas
kebenarannya. Bahkan bertentangan dengan dalil-dalil yang di sebutkan
diatas.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hari kiamat adalah hari berakhirnya kehidupan seluruh manusia dan
makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya
karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapapun. Namun
dengan demikian kita masih bisa mengetahui kapan datangnya hari
akhir/kiamat dengan melihat tanda-tanda yang diberikan oleh Nabi
Muhammad saw. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat
kebajikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan, sedangkan
bagi orang-orang kafir akan masuk neraka untuk disiksa.

B. Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
kami dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim dan Terjemahannya


Abd al-Hayy al-Farmawiy, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar, .Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996.
Ahsin W. Al-Hafidz,Kamus Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Amzah, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),
Jilid VIII, Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, cet. 2, Bandung : Mizan, 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai