Literasi sering didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan sebuah kegiatan yang tidak asing lagi bagi masyarakat, bahkan kegiatan ini sudah diperkenalkan kepada individu sejak usia dini. Dari hal tersebut terlihat betapa membaca dan menulis menjadi dasar yang penting bagi kehidupan manusia pada umumnya. Walaupun kegiatan tersebut penting bagi kehidupan dan mudah untuk dilakukan, namun tidak semua orang nyaman dan mau untuk melakukan kegiatan tersebut. Hal ini terlihat pada indeks nasional dimana tingkat baca masyarakat Indonesia hanya 0.01, sedangkan di negara maju berkisar antara 0.45 hingga 0.62. Selain itu merujuk pada hasil survei UNESCO pada tahun 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0.001 persen, artinya hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang memiliki kemauan membaca buku. Kondisi yang demikian ini, menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilian indeks pembangunan manusia. Dari hasil survei yang ada terlihat betapa rendahnya minat baca masyarakat. Buku merupakan jendela dunia, mungkin itu adalah kalimat sederhana yang sering kita dengar ketika kecil hingga dewasa sekarang ini, dan kalimat sederhana tersebut memang benar adanya karena dengan membaca buku kita dapat mengetahui dunia luar tanpa harus berkeliling dunia, selain itu dengan membaca seseorang akan memiliki wawasan yang luas dan kreatifitas dapat berkembang dari kebiasaan berpikir untuk memahami apa yang dibacanya. Kegiatan selanjutnya ialah menulis, yang mana kemampuan menulis ini biasanya dapat dimiliki oleh seseorang setelah ia memiliki banyak wawasan atau dapat dikatakan bahwa menulis merupakan wujud dari membaca yang produktif. Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan literasi yang berada dalam lingkungan pendidikan. Gerakan yang bertujuan untuk membangun kesadaran literasi ini merupakan gerakan yang melibatkan semua warga sekolah. Yang mana akhirnya dari gerakan di sekolah ini diharapkan untuk selanjutnya dapat berkembang dilingkungan masyarakat pada umumnya. Mengapa harus sekolah? menurut saya, membudayakan literasi bukan merupakan pekerjaan yang mudah perlu adanya program yang sistematis sehingga program ini dapat menjadi program yang berkelanjutan. Oleh karena itulah pendidikan menjadi sasaran utama dalam menerapkan budaya literasi ini, sebab lingkungan pendidikan memiliki sistem yang sistematis sehingga menjadi hal yang sangat tepat untuk menerapkan gerakan literasi tersebut. Selain itu, memang sudah sewajarnya jika lingkungan pendidikan menerapkan budaya literasi, karena lingkungan pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan isi dari pembukaan UUD 1945 yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa, jadi dari lingkungan pendidikanlah diharapkan isi dari UUD 1945 yang menjadi cita- cita bangsa dapat terwujud. Apa yang menjadi cita- cita bangsa tersebut hanya akan dapat terwujud jika siswa dan para warga sekolah lainnya memiliki kesadaran literasi, seperti yang telah dipaparkan diatas fungsi literasi sangat besar yaitu membuat wawasan menjadi luas sehingga daya saing bangsa menjadi meningkat. Diatas telah dipaparkan bahwa literasi merupakan gerakan membaca dan menulis, adapun model yang dapat dilakukan dalam gerakan membaca dan menulis ini ialah dengan membaca rutin disekolah guna membiasakan aktivitas membaca, untuk meningkatkan kemampuan menulis dapat dilakukan lomba menulis esay atau menulis cerpen yang pada intinya lomba menulis. Selain lomba menulis bisa juga diadakan lomba membaca yang efektif sehingga dari lomba ini semangat siswa dalam membaca menjadi lebih meningkat. Atau dapat dilakukan dengan pemberian tugas sekolah untuk menulis atau meringkas pelajaran yang akan disampaikan besok, jadi dari kegiatan ini membuat siswa akan melakukan kegiatan literasi secara tidak langsung karena untuk meringkas sebuah pelajaran tentunya siswa harus membaca terlebih dahulu. Selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah bagaimana penerapan gerakan literasi sekolah ini agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Penerapan yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang beragam tidak harus buku tentang keilmuan namun bisa berisi novel, cerpen, atau jenis buku lainnya yang sesuai dengan usia seorang siswa, selain itu dapat dilakukan model penjadwalan membaca selama 15 menit setiap hari untuk dapat membiasakan aktivitas membaca, selain siswa hendaknya progaram membaca 15 menit tersebut juga diterapkan kapada seluruh staf sekolah sehingga siswa tidak merasa bahwa peraturan tersebut hanya dibebankan kapada mereka saja, selanjutnya penerapan yang dapat dilakukan adalah pemberian riward kepada siswa yang dapat menyelesaikan buku bacaannya pertama kali, mungkin itu beberapa penerapan yang mungkin dapat dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran literasi dilingkungan sekolah.